- Beranda
- Stories from the Heart
[ TAMAT ] RAISA DAN RAINA
...
TS
Ninaahmad
[ TAMAT ] RAISA DAN RAINA
Part. I
![[ TAMAT ] RAISA DAN RAINA](https://s.kaskus.id/images/2020/01/11/10768832_202001110858370113.jpg)
Kalau kamu lebih memilih perempuan itu, saya dan raisa akan tinggalkan rumah ini! Ujarku setengah berteriak menyambut kedatangan suamiku
Baik, dan asal kamu tau saya tidak akan pernah membiarkan kamu membawa Raisa! Jawabnya menantangku
Enak aja kamu, aku yang melahirkan Raisa! Suaraku makin menggelegar
Kamu bisa apa tanpa aku, kalau Raisa ikut kamu pendidikannya akan terbengkalai, emang kamu sanggup membiayai sekolahnya, bayarin lesnya, mau jadi apa nanti Raisa jika dia ikut kamu! jawab suamiku dengan nada sangat meremehkanku
Memangnya kamu Tuhan, bisa vonis masa depan orang, kelak akan kubuktikan Raisa bisa jadi orang hebat tanpamu! Ujarku sambil terisak
Plaaaaaaaaaaaaaaaaaak! Tangan kokoh itu menamparku, terasa sangat perih
****************************
10 Tahun peristiwa itu berlalu, dan masih sangat membekas dibenakku dan mungkin juga bagi gadis kecilku Raisa, saat itu ia berumur 2 tahun, mungkin ia belum paham apa apa pada saat itu, tapi pertengkaran demi pertengkaran yang ia saksikan hampir setiap hari barangkali bayang – bayang kelam itu ada yang tersisa pada benaknya. 10 tahun telah kutinggalkan kota Kolaka, kota kelahiran Raisa, semua kulakukan untuk menutup akses Raisa dengan ayah kandungnya. Ketakutan terbesar dalam hidupku adalah kehilangan Raisa, dan kuputuskan untuk meninggalkan semua kehidupan mewah di kota itu dan memulai hidup baru. 10 tahun lalu, saat dimana saya harus menjadi orang tua tunggal bagi Raisa dengan segala keterbasan yang kumiliki saat itu, kumulai bisnis kecil-kecilan demi menyambung hidup dan Apapun kulakukan demi gadis keciku, Setiap subuhlah menjadi saksi betapa berat perjuanganku mencari nafkah demi gadis kecilku. Saat itu dinginnya subuh kuterobos demi masa depan putri kecilku. Kini Raisa bukan bayi mungil lagi, Raisa telah menjelma menjadi sosok gadis kecil yang cantik jelita berusia 12 tahun, namun dimataku dia tetaplah bayi mungilku. Saat ini ia menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama di sebuah Sekolah ternama di Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi selatan.
Pertama kali menginjakkan kaki dikota ini, terasa sangat asing namun tekat kuat untuk membuktikan pada mantan suamiku untuk bisa mengantar Raisa pada puncak kesuksesan tanpa dirinya. 7 Tahun kumenjalani masa masa sulit dikota ini hingga ditahun ke 8 kumulai menapaki tangga kesuksesan sebagai owner pada bisnis kuliner dengan 410 outlet yang tersebar diberbagai kota di Indonesia dengan total karyawan 15.000 yang tersebar diberbagai kota. Segalanya kemewahan telah kunikmati dan memberikan pendidikan terbaik untuk putriku, serta tabungan masa depan untuknya telah tersedia. Kebanggaan terbesar dalam hidupku saat mampu memberikan segala fasilitas mewah pada putriku. Namun didikanku padanya sejak dini tidak membentuk raisa hanya berpagku tangan menimati segaala kemewahan.
**********************************
Bundaaaaaaaaaaa, Raisa pulaaaaang!
Terdengar teriakan dari halaman rumah, seketika membuyarkan lamunanku!
Sayaaaaaaaang! Ujarku, sambil mendekapnya dalam pelukanku
Bunda nangis? Tanyanya penuh selidik
Ah, nggak sayang matanya bunda hanya sedikit perih aja! ujarku.
Bunda, nggak apa kan? oh iyya bund, hari ini raisa punya teman baru namanya Raina, kata teman-teman Raina mirip aku loh !ujarnya penuh semangat
Oh iyya???, Raisa senang dong punya teman baru! ujarku, Raisa lapar kan?ujarku menyambung pembicaraanku
Lapar bund, temani raisa makan ya bund! pintanya
Ya, udah sayang, sana ganti baju, bunda tunggu dimeja makan!ucapku sambil mengecup keningnya
************************************************
Siang itu udara cukup terik, hari dimana saya harus melungkan waktu untuk mendampingi Raisa pada event sekolah peringatan hari ibu. Nampak beberapa orang tua siswa lalu lalang. Sejenak kulirik jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 08.00 dan Acara dimulai pukul 08.30 WITA, Sengaja kumemilih hadir lebih awal untuk mendapat tempat terdepan di aula tempat perayaan sekolah. Hari ini beberapa persembahan dari siswa untuk para orang tuanya, termasuk Raisa. Raisa memang memiliki bakat dibidang seni, dan darah seni ini mengalir dari ayahnya. Dari kejauhan nampak seorang gadis lebih kecil dari Raisa nampak melambaikan tangan dan berlari kecil kearahku dan Raisa
Bun, kenalin ini Raina, yang sering Raisa ceritain ke bunda!ujar Raisa penuh semangat sambil memandangku dengan senyum manisnya
Raina! Ujar Raina sambil menyodorkan tangannya dan setengah membungkuk padaku dan segera kusambut uluran tangannya dan mendekapnya dalam pelukanku sama seperti ketika kupeluk Raisa.
O iyya, bundanya Raina dimana? tanyaku
Mmmmmmmmm mama datangnya mungkin agak telat bu, mama nungguin papa dulu, nggak tau deh mama papa bakalan datang atau nggak. Enak ya bu, jadi Raisa, punya bunda yang sayang sama dia, beda dengan Raina! ujar Raina dengan polosnya sambil menundukkan wajahnya
Segera kuraih dan memeluknya
Iyya udah, Raina ikut bunda aja, biar bunda mewakili orang tuanya Raina! Jawabku menghiburnya
Beneran bu? tanyanya penuh semangat sambil menatapka penuh harap.
Kuanggukan kepalaku dan segera kugandeng Raina ditangan kiriku dan Raisa ditangan kananku, Sejenak kutatap bola matanya dan benar apa yang dikata Raisa ada kemiripan diantara keduanya. Sambil menggandeng keduanya kulangkahkan kakiku menuju aula tempat perayaan sekolah. Hiruk pikuk para siswa dan orang tua siswa memenuhi aula sekolah, segera kumemilih tempat duduk yang telah disediakan. Raisa dan Raina melangkah ke Backstage untuk mempersiapkan beberapa penampilannya. Dan acara demi acara berlangsung dengan meriah dan sesekali terselip moment haru pada persembahan teman temannya Raisa dan Raisa tampil sebagai penyanyi solo. Statement pembuka dari Raisa membuatku tak mampu menahan air mata.
“Terima kasih telah menjadi single parent terhebat untuk Raisa, terima kasih atas segala pengorbanan bunda untuk Raisa, Terima kasih karena bunda tidak pernah mengeluh didepan Raisa, dan Raisa janji akan menjadi anak yang terhebat buat bunda, Thank you and I love You bunda”
Dan lagu “Bunda” pun mengalun dengan merdu dari bibir mungilnya beberapa orng tua siswa pun tak mampu menahan air mata. (bersambung)
Penulis : ninaahmad
Part. II
Part. III
Part. IV
![[ TAMAT ] RAISA DAN RAINA](https://s.kaskus.id/images/2020/01/11/10768832_202001110858370113.jpg)
Quote:
Kalau kamu lebih memilih perempuan itu, saya dan raisa akan tinggalkan rumah ini! Ujarku setengah berteriak menyambut kedatangan suamiku
Baik, dan asal kamu tau saya tidak akan pernah membiarkan kamu membawa Raisa! Jawabnya menantangku
Enak aja kamu, aku yang melahirkan Raisa! Suaraku makin menggelegar
Kamu bisa apa tanpa aku, kalau Raisa ikut kamu pendidikannya akan terbengkalai, emang kamu sanggup membiayai sekolahnya, bayarin lesnya, mau jadi apa nanti Raisa jika dia ikut kamu! jawab suamiku dengan nada sangat meremehkanku
Memangnya kamu Tuhan, bisa vonis masa depan orang, kelak akan kubuktikan Raisa bisa jadi orang hebat tanpamu! Ujarku sambil terisak
Plaaaaaaaaaaaaaaaaaak! Tangan kokoh itu menamparku, terasa sangat perih
****************************
10 Tahun peristiwa itu berlalu, dan masih sangat membekas dibenakku dan mungkin juga bagi gadis kecilku Raisa, saat itu ia berumur 2 tahun, mungkin ia belum paham apa apa pada saat itu, tapi pertengkaran demi pertengkaran yang ia saksikan hampir setiap hari barangkali bayang – bayang kelam itu ada yang tersisa pada benaknya. 10 tahun telah kutinggalkan kota Kolaka, kota kelahiran Raisa, semua kulakukan untuk menutup akses Raisa dengan ayah kandungnya. Ketakutan terbesar dalam hidupku adalah kehilangan Raisa, dan kuputuskan untuk meninggalkan semua kehidupan mewah di kota itu dan memulai hidup baru. 10 tahun lalu, saat dimana saya harus menjadi orang tua tunggal bagi Raisa dengan segala keterbasan yang kumiliki saat itu, kumulai bisnis kecil-kecilan demi menyambung hidup dan Apapun kulakukan demi gadis keciku, Setiap subuhlah menjadi saksi betapa berat perjuanganku mencari nafkah demi gadis kecilku. Saat itu dinginnya subuh kuterobos demi masa depan putri kecilku. Kini Raisa bukan bayi mungil lagi, Raisa telah menjelma menjadi sosok gadis kecil yang cantik jelita berusia 12 tahun, namun dimataku dia tetaplah bayi mungilku. Saat ini ia menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama di sebuah Sekolah ternama di Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi selatan.
Pertama kali menginjakkan kaki dikota ini, terasa sangat asing namun tekat kuat untuk membuktikan pada mantan suamiku untuk bisa mengantar Raisa pada puncak kesuksesan tanpa dirinya. 7 Tahun kumenjalani masa masa sulit dikota ini hingga ditahun ke 8 kumulai menapaki tangga kesuksesan sebagai owner pada bisnis kuliner dengan 410 outlet yang tersebar diberbagai kota di Indonesia dengan total karyawan 15.000 yang tersebar diberbagai kota. Segalanya kemewahan telah kunikmati dan memberikan pendidikan terbaik untuk putriku, serta tabungan masa depan untuknya telah tersedia. Kebanggaan terbesar dalam hidupku saat mampu memberikan segala fasilitas mewah pada putriku. Namun didikanku padanya sejak dini tidak membentuk raisa hanya berpagku tangan menimati segaala kemewahan.
**********************************
Bundaaaaaaaaaaa, Raisa pulaaaaang!
Terdengar teriakan dari halaman rumah, seketika membuyarkan lamunanku!
Sayaaaaaaaang! Ujarku, sambil mendekapnya dalam pelukanku
Bunda nangis? Tanyanya penuh selidik
Ah, nggak sayang matanya bunda hanya sedikit perih aja! ujarku.
Bunda, nggak apa kan? oh iyya bund, hari ini raisa punya teman baru namanya Raina, kata teman-teman Raina mirip aku loh !ujarnya penuh semangat
Oh iyya???, Raisa senang dong punya teman baru! ujarku, Raisa lapar kan?ujarku menyambung pembicaraanku
Lapar bund, temani raisa makan ya bund! pintanya
Ya, udah sayang, sana ganti baju, bunda tunggu dimeja makan!ucapku sambil mengecup keningnya
************************************************
Siang itu udara cukup terik, hari dimana saya harus melungkan waktu untuk mendampingi Raisa pada event sekolah peringatan hari ibu. Nampak beberapa orang tua siswa lalu lalang. Sejenak kulirik jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 08.00 dan Acara dimulai pukul 08.30 WITA, Sengaja kumemilih hadir lebih awal untuk mendapat tempat terdepan di aula tempat perayaan sekolah. Hari ini beberapa persembahan dari siswa untuk para orang tuanya, termasuk Raisa. Raisa memang memiliki bakat dibidang seni, dan darah seni ini mengalir dari ayahnya. Dari kejauhan nampak seorang gadis lebih kecil dari Raisa nampak melambaikan tangan dan berlari kecil kearahku dan Raisa
Bun, kenalin ini Raina, yang sering Raisa ceritain ke bunda!ujar Raisa penuh semangat sambil memandangku dengan senyum manisnya
Raina! Ujar Raina sambil menyodorkan tangannya dan setengah membungkuk padaku dan segera kusambut uluran tangannya dan mendekapnya dalam pelukanku sama seperti ketika kupeluk Raisa.
O iyya, bundanya Raina dimana? tanyaku
Mmmmmmmmm mama datangnya mungkin agak telat bu, mama nungguin papa dulu, nggak tau deh mama papa bakalan datang atau nggak. Enak ya bu, jadi Raisa, punya bunda yang sayang sama dia, beda dengan Raina! ujar Raina dengan polosnya sambil menundukkan wajahnya
Segera kuraih dan memeluknya
Iyya udah, Raina ikut bunda aja, biar bunda mewakili orang tuanya Raina! Jawabku menghiburnya
Beneran bu? tanyanya penuh semangat sambil menatapka penuh harap.
Kuanggukan kepalaku dan segera kugandeng Raina ditangan kiriku dan Raisa ditangan kananku, Sejenak kutatap bola matanya dan benar apa yang dikata Raisa ada kemiripan diantara keduanya. Sambil menggandeng keduanya kulangkahkan kakiku menuju aula tempat perayaan sekolah. Hiruk pikuk para siswa dan orang tua siswa memenuhi aula sekolah, segera kumemilih tempat duduk yang telah disediakan. Raisa dan Raina melangkah ke Backstage untuk mempersiapkan beberapa penampilannya. Dan acara demi acara berlangsung dengan meriah dan sesekali terselip moment haru pada persembahan teman temannya Raisa dan Raisa tampil sebagai penyanyi solo. Statement pembuka dari Raisa membuatku tak mampu menahan air mata.
“Terima kasih telah menjadi single parent terhebat untuk Raisa, terima kasih atas segala pengorbanan bunda untuk Raisa, Terima kasih karena bunda tidak pernah mengeluh didepan Raisa, dan Raisa janji akan menjadi anak yang terhebat buat bunda, Thank you and I love You bunda”
Dan lagu “Bunda” pun mengalun dengan merdu dari bibir mungilnya beberapa orng tua siswa pun tak mampu menahan air mata. (bersambung)
Penulis : ninaahmad
Part. II
Part. III
Part. IV
Diubah oleh Ninaahmad 23-01-2020 09:05
nona212 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
2.7K
51
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Ninaahmad
#45
Raisa dan Raina
Part. IV

“Apa yang terjadi?, kamu kenapa?, Raisa dimana?” Tanyaku
“Terus Raisa sekarang dimana?” Tanyakku
“Baik Pak! saya mau bertemu dengan pelaku” Jawabku
***********************************
“Apa Ibu kenal dengan pelaku” Tanya Bapak Polisi
“Kamuuuuuuuuuuuuu” ujarku setengah berteriak
“Apa sih maumu?, Jangan coba-coba mengancamku, aku bisa membuatmu selamanya mendekam dalam penjara” Ujarku
“Oh iyya, silahkan” Jawabnya menantangku
“Assalamu’alaikum” Terdengar salam dari pintu utama
“Waalaikumussalam” Jawabku sambil menggandeng tangan Raisa menuju ruang tamu.
Dari balik pintu nampak Raina berdiri dengan wajah tertunduk bersama seorang wanita berperawakan tinggi besar
“Raina, masuk sayang” Ujarku sambil menariknya dan memeluk tubuh mungilnya
“Iyya, maafkan aku Bu” Ujarnya masih dengan tertunduk
“Ada keperluan apa kesini” Ujarku, tanpa mempersilahkan masuk
“Maksud kamu?” Tanyaku
Penjelasannya seketika menghujam jantungku. Sejenak rasanya detak jantungku berhenti
“Jadi, Raina ini adalah anak kamu dari Papanya Raisa” Tanyaku sambil mencoba untuk menguatkan perasaanku.
“Iyya Bu, Raisa dan Raina itu memiliki Papa yang sama” Ujarnya
“Jadi, kamu datang kesini dengan keperluan apa” Tanyaku
“Saya janji Bu” Jawabnya sambil berdiri dan berpamitan.
Raina beranjak dari tempat duduknya dan memeluk mamanya.
Sinjai , 22 Januari 2020
Penulis : ninaahmad

Suasana Rumah Sakit nampak sangat ramai oleh pengunjung, silih berganti orang-orang lalu lalang. Setengah berlari aku menghampiri receptionist dan sejenak berbincang dengan petugas disana. Setelah aku memperoleh keterangan yang cukup aku segera bergegas. Nampak didepan kamar perawatan yang aku tuju 2 orang polisi sedang berjaga. Aku segera menghampiri dan berbincang sejenak, Bapak polisi memberi anggukan kepala padaku sebagai tanda memberiku izin untuk masuk keruang perawatan. Dalam ruang perawatan nampak Wiwin (Supir Pribadi Raisa) sedang terbaring dengan luka perban dibagian perut, lengan dan dada kanannya. Dan Wiwin nampaknya sudah sadar meski kondisinya masih lemas
Tak sabar rasanya, segera aku menghampiri dan mencercanya dengan pertanyaan-pertanyaan
“Apa yang terjadi?, kamu kenapa?, Raisa dimana?” Tanyaku
“Maafkan aku Bu, aku gagal menjaga Raisa. Dalam perjalanan pulang Raisa memintaku untuk kerumah Raina, tapi dalam perjalanan kami dihadang oleh mobil jeep hitam dan 2 orang bertubuh tinggi besar menyeret Raisa masuk kedalam mobilnya tapi aku berhasil mengambil Raisa dari tangan mereka, namun aku tidak mampu lagi bertahan saat mereka tusukan pisau diperut. Raisa berhasil kabur dan untungnya saat kejadian melintas mobil patroli kepolisian dan mereka berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian” Jelasnya
“Terus Raisa sekarang dimana?” Tanyakku
“Saya tidak tau Bu, saya tidak sempat melihat semua kejadian karena saya keburu tidak sadarkan diri lagi, dan tersadar setelah saya ada di Ruang Perawatan ini” Jawab Wiwin
Aku mulai cemas tetapi aku bingung untuk berbuat apa. Segera kuberanjak keluar dari kamar perawatan dan menemui pihak kepolisian yang sedang berjaga, barangkali ada keterangan yang dapat kutemukan.
“Maaf Pak, apa Bapak tau keberadaan anak saya” Tanyaku
“Maaf Bu, kami tidak berkompeten untuk memberi keterangan, silahkan Ibu ke kantor polisi untuk menanyakan kejadian ini” Jawabnya
Secepat kilat aku segera berlari menuju parkiran dan segera melaju diatas jalanan dan untungnya lalu lintas lumayan sepi. 15 Menit perjalanan aku sampai di Kantor Kepolisian segera aku melapor ke Pos Jaga dan aku diarahkan menuju ruangan. Didalam ruangan hanya nampak ada 2 orang polisi sedang duduk didepan meja kerjanya
Aku mulai cemas tetapi aku bingung untuk berbuat apa. Segera kuberanjak keluar dari kamar perawatan dan menemui pihak kepolisian yang sedang berjaga, barangkali ada keterangan yang dapat kutemukan.
“Maaf Pak, apa Bapak tau keberadaan anak saya” Tanyaku
“Maaf Bu, kami tidak berkompeten untuk memberi keterangan, silahkan Ibu ke kantor polisi untuk menanyakan kejadian ini” Jawabnya
Secepat kilat aku segera berlari menuju parkiran dan segera melaju diatas jalanan dan untungnya lalu lintas lumayan sepi. 15 Menit perjalanan aku sampai di Kantor Kepolisian segera aku melapor ke Pos Jaga dan aku diarahkan menuju ruangan. Didalam ruangan hanya nampak ada 2 orang polisi sedang duduk didepan meja kerjanya
“Selamat Siang, Ibu! Ada yang bisa kami bantu” Ujar Bapak Polisi yang didepanku, sejenak aku membaca papan namanya “WISNU DENI DRAJAT”
“Maaf Pak, perkenalkan saya Ibu Neta. Saya adalah Ibu dari anak yang diselamatkan tadi siang oleh Supir Pribadinya yang saat ini beliau sedang ditangani di Rumah Sakit 45” Jawabku
“Oh iyya Bu, kasus itu sudah kami tangani dan menunggu untuk pengembangan kasus selanjutnya” Jawabnya
“Terus bagaimana dengan keadaan anak saya Pak” Tanyaku
“Saat kejadian anak ibu berlari menyelamatkan diri atas perintah Supirnya, namun saat ini kami belum bisa mengambil tindakan pencarian karena kasus ini belum 24 Jam” Jawabnya
“Maaf Pak, perkenalkan saya Ibu Neta. Saya adalah Ibu dari anak yang diselamatkan tadi siang oleh Supir Pribadinya yang saat ini beliau sedang ditangani di Rumah Sakit 45” Jawabku
“Oh iyya Bu, kasus itu sudah kami tangani dan menunggu untuk pengembangan kasus selanjutnya” Jawabnya
“Terus bagaimana dengan keadaan anak saya Pak” Tanyaku
“Saat kejadian anak ibu berlari menyelamatkan diri atas perintah Supirnya, namun saat ini kami belum bisa mengambil tindakan pencarian karena kasus ini belum 24 Jam” Jawabnya
“Terus bagaimana dengan nasib anak saya Pak?” tayaku penuh kekhawatiran
“Ibu silahkan menunggu untuk besok membuat laporan kembali, tetapi pelakunya kami sudah tahan, jika ibu berkenan untuk bertemu dengannya, silahkan! kami akan memfasilitasi” Ujarnya
“Ibu silahkan menunggu untuk besok membuat laporan kembali, tetapi pelakunya kami sudah tahan, jika ibu berkenan untuk bertemu dengannya, silahkan! kami akan memfasilitasi” Ujarnya
“Baik Pak! saya mau bertemu dengan pelaku” Jawabku
***********************************
Aku segera mengikuti langkah polisi yang ditugaskan untuk mengantarku. Aku diantarkan pada sebuah ruangan yang cukup besar. Diruangan itu nampak beberapa polisi sedang berjaga. Nampak 2 orang laki-laki berperawakan tinggi besar duduk dan sedang tertunduk disebuah kursi panjang dan duduk berhadapan dengan seorang polisi dalam keadaan kedua tangan kebelakang yang sedang terborgol. Polisi yang duduk segera berdiri dan aku dipersilahkan duduk.
Sejenak aku melirik kiri kanan, meski beberapa Bapak Polisi sedang berjaga-jaga dengan senjata lengkap namun rasa gugup dan cemas tetap saja menghantuiku. Aku menghela nafas panjang dan berusaha untuk tenang.
Sejenak aku melirik kiri kanan, meski beberapa Bapak Polisi sedang berjaga-jaga dengan senjata lengkap namun rasa gugup dan cemas tetap saja menghantuiku. Aku menghela nafas panjang dan berusaha untuk tenang.
Segera aku duduk dan aku aku sulit mengenali wajahnya karena mereka sedang tertunduk, sejenak aku lirik Bapak Polisi yang disampingku. Rupaya Bapak Polisi sangat memahami tatapanku, dan dia segera berjalan kebelakang 2 pelaku penculikan putriku. Salah satu darinya dijambak rambutnya dan wajahnya diarahkan padaku
“Apa Ibu kenal dengan pelaku” Tanya Bapak Polisi
Aku tak segera menjawab. Kuperhatikan dengan baik, namun wajahnya sama sekali tidaklah familiar bagiku. Dan aku hanya menggelengkan kepala karena aku benar-benar tidak mengenali pelaku. Kemudian Bapak Polisi melakukan hal yang sama pada pelaku kedua, dan kembali mengulang pertanyaannya
“Apa Ibu kenal?” Tanyanya
“Apa Ibu kenal?” Tanyanya
Kuperhatikan wajahnya, dan nampaknya wajah itu sangatlah familiar bagiku, seketika aku tersentak kaget
“Kamuuuuuuuuuuuuu” ujarku setengah berteriak
“Iyya aku! Ternyata kau masih mengenaliku. Nampaknya ini kabar baik bagiku” Ujarnya
“Dimana Raisa? Apa mau kamu? Kalau kamu menginginkan uang katakan nominalnya, berapapun aku sanggup membayarmu asal jangan mengganggu hidupku dan Raisa” Ujarku sambil menahan amarah
“Aku tak menginginkan uang, yang kuinginkan adalah Raisa” Jawabnya
“Bukannya kamu sendiri yang lebih memilih perempuan itu daripada kami, hidupku sudah tenang bersama dengan putriku dan jangan pernah bermimpi untuk aku ikhlaskan Raisa ada ditanganmu” Ujarku
“Baik, silahkan cari sendiri anakmu jika kau mampu menemukannya. Dan jaga dia baik-baik, hidupku tidak selamanya ada dipenjara. Dan saat keluar nanti maka berhati-hatilah mimpi buruk dalam hidupmu akan terus menghantuimu” Ujarnya mengancamku
“Dimana Raisa? Apa mau kamu? Kalau kamu menginginkan uang katakan nominalnya, berapapun aku sanggup membayarmu asal jangan mengganggu hidupku dan Raisa” Ujarku sambil menahan amarah
“Aku tak menginginkan uang, yang kuinginkan adalah Raisa” Jawabnya
“Bukannya kamu sendiri yang lebih memilih perempuan itu daripada kami, hidupku sudah tenang bersama dengan putriku dan jangan pernah bermimpi untuk aku ikhlaskan Raisa ada ditanganmu” Ujarku
“Baik, silahkan cari sendiri anakmu jika kau mampu menemukannya. Dan jaga dia baik-baik, hidupku tidak selamanya ada dipenjara. Dan saat keluar nanti maka berhati-hatilah mimpi buruk dalam hidupmu akan terus menghantuimu” Ujarnya mengancamku
“Apa sih maumu?, Jangan coba-coba mengancamku, aku bisa membuatmu selamanya mendekam dalam penjara” Ujarku
“Oh iyya, silahkan” Jawabnya menantangku
Kekesalan memuncak didadaku, nampaknya jika aku bertahan disini emosiku akan semakin meledak. Aku tak ingin terlihat rapuh dihadapan para pelaku percobaan penculikan putriku. Segera berdiri dan berlalu, dari hadapan keduanya.
Pada akhirnya pengadilan hanya memvonis 2 tahun penjara kepada pelaku percobaan penculikan Raisa. Dan Raisa telah kembali kepelukanku, diantar oleh seseorang dari pihak kepolisian. Waktu terus berulir, rasa cemasku semakin terasa seiring dengan bergulirnya hari. Tidak bisa aku pungkiri, aku mulai dibayang-bayangi ketakutan tatkala pelaku percobaan penculikan Raisa sudah bebas nantinya.
Pada akhirnya pengadilan hanya memvonis 2 tahun penjara kepada pelaku percobaan penculikan Raisa. Dan Raisa telah kembali kepelukanku, diantar oleh seseorang dari pihak kepolisian. Waktu terus berulir, rasa cemasku semakin terasa seiring dengan bergulirnya hari. Tidak bisa aku pungkiri, aku mulai dibayang-bayangi ketakutan tatkala pelaku percobaan penculikan Raisa sudah bebas nantinya.
Setelah kejadian itu aku lebih protektiv lagi pada Raisa. Saat sekolah aku menugaskan orang kepercayaanku untuk menjaga dan mununggu Raisa hingga pulang. Hal itu kulakukan untuk keselamatan putriku, apapun kulakukan untuk menjaganya. Hingga pada suatu hari saat aku dan Raisa bersantai di ruang tengah tiba terdengar suara
“Assalamu’alaikum” Terdengar salam dari pintu utama
“Waalaikumussalam” Jawabku sambil menggandeng tangan Raisa menuju ruang tamu.
Dari balik pintu nampak Raina berdiri dengan wajah tertunduk bersama seorang wanita berperawakan tinggi besar
“Raina, masuk sayang” Ujarku sambil menariknya dan memeluk tubuh mungilnya
“Kamu kan yang membentak aku tempa hari?, masih ingat kan? kenapa bisa bersama Raina?” Tanyaku sambil menunjuk kearah perempuan yang bersama Raina. Bekas seperti luka bakar diwajahnya membuatku sangat mudah untuk mengenalinya.
“Iyya, maafkan aku Bu” Ujarnya masih dengan tertunduk
“Ada keperluan apa kesini” Ujarku, tanpa mempersilahkan masuk
“Itu mama aku Bund, maafkan mamaku karena telah menyakiti hatinya Bunda” Ujar Raina sambil mendongak memandangi wajahku. Nampak air matanya tergenang di pelupuk matanya
Kalimat Raina seketika meluluhkan hatiku, meski masih tersisa rasa sakit dengan bentakan perempuan itu tempo hari tapi tatapan bola mata Raina seketika mampu meluluhkan perasaanku.
“Demi Raina, aku memaafkanmu! Silahkan masuk dan segera ceritakan ada kepentingan apa datang kemari” Ujarku sambil menggandeng tangan Raisa dan Raina ke kekursi ruang tamu.
“Sebelumnya aku minta maaf Bu, jika aku pernah membentak Ibu tempo hari, semua kulakukan untuk menutupi identitasku yang sebenarnya. Maafkan aku karena telah merusak kebahagiaan Ibu” Ujarnya sambil tertunduk
Kalimat Raina seketika meluluhkan hatiku, meski masih tersisa rasa sakit dengan bentakan perempuan itu tempo hari tapi tatapan bola mata Raina seketika mampu meluluhkan perasaanku.
“Demi Raina, aku memaafkanmu! Silahkan masuk dan segera ceritakan ada kepentingan apa datang kemari” Ujarku sambil menggandeng tangan Raisa dan Raina ke kekursi ruang tamu.
“Sebelumnya aku minta maaf Bu, jika aku pernah membentak Ibu tempo hari, semua kulakukan untuk menutupi identitasku yang sebenarnya. Maafkan aku karena telah merusak kebahagiaan Ibu” Ujarnya sambil tertunduk
“Maksud kamu?” Tanyaku
“Maafkan aku jika kehadiranku kembali mengoyak luka dihatinya Ibu, Tapi semua ini terpaksa kulakukan demi masa depan Raina. Sebenarnya aku adalah perempuan yang membuat Papanya Raisa meninggalkan Ibu beberapa tahun lalu, kami pindah kekota ini karena usaha Papanya Raina bangkrut. Dan aku tak pernah menyangka kalau ternyata Ibu juga ada dikota ini. Sampai pada akhirnya aku mengetahui dari suamiku klo Ibu juga ternyata tinggal disini” Jelasnya panjang lebar
Penjelasannya seketika menghujam jantungku. Sejenak rasanya detak jantungku berhenti
“Jadi, Raina ini adalah anak kamu dari Papanya Raisa” Tanyaku sambil mencoba untuk menguatkan perasaanku.
“Iyya Bu, Raisa dan Raina itu memiliki Papa yang sama” Ujarnya
Sejenak aku merasa sangat pusing, aku memijit-mijit kepalaku. Nampak Raisa hanya bengong, sementara Raina hanya tertunduk, sesekali menyeka air matanya yang terjatuh.
“Jadi, kamu datang kesini dengan keperluan apa” Tanyaku
“Dua hari yang lalu Papanya Raina meninggal dipenjara dan kami sudah kuburkan di Pemakaman Umum dekat rumah kami, kematian Papanya Raina membuatku bingung aku tak pernah tau bagaimana esok untuk menghidupi Raina. Jika Ibu berkenan aku ingin menyerahkan Raina pada Ibu dan aku janji untuk tidak akan kembali mengusik kehidupan Ibu. Sebentar subuh aku akan meninggalkan kota ini. Semoga Ibu menerima kehadiran Raina”Ujarnya sambil terisak
Aku memandang Raisa, nampak binar kegembiraan diwajahnya, dan dia pun menganggukan kepalanya sebagai tanda Raisa menginginkan kehadiran Raina.
“Baik, saya akan menerima kehadiran Raina tapi dengan catatan jangan pernah kembali untuk mengambil Raina dari tanganku. Biarkan aku yang membesarkan dan mengantarkan mereka kelak kepada kesuksesan. Biarkan aku yang mendidik mereka dengan caraku sendiri”Ujarku
“Saya janji Bu” Jawabnya sambil berdiri dan berpamitan.
Raina beranjak dari tempat duduknya dan memeluk mamanya.
“Maafkan Raina, jika pernah salah sama mama, dan jaga diri baik-baik ya ma!” Ucap Raina sambil memeluk mamanya
Sejenak aku membiarkan Raina memeluk mamanya. Tak lama kemudian Mama Raina melepaskan pelukan Raina dan beranjak meninggalkan ruang tamu. Kami mengantarnya sampai ke pagar halaman rumah. Dengan berderai air mata dan lambaian tangan dia pun berlalu dan langkahnya semakin jauh akhirnya menghilang dari pandangan kami.
“Jadi anak-anak yang baik ya sayang!,Bunda sayang kalian” Ujarku sambil mendekap keduanya dalam pelukanku.
Sinjai , 22 Januari 2020
Penulis : ninaahmad
srusuut memberi reputasi
1