Berikut ini kita akan membahas pengembangan paling awal dari riwayat dan pengumpulan hadis seperti yang dilakukan di berbagai kota-kota besar yang menjadi "kota-kota pusat pengembangan hadits" (istilah ini saya gunakan untuk mengklasifikasi corak hadits di kota-kota para perawinya). Medio 700an-720an merupakan periode yang ditandai oleh meningkatnya minat terhadap hadits perlahan-lahan pusat-pusat administrasi Bani 'Umayyah. Satu karakteristik keseluruhan dari evolusi hadits pada tahap-tahap awal layak untuk ditekankan sebelum yang lainnya. Pada awalnya, hadits secara oral hanya beredar sedikit, tertutup (eksklusif), dan tidak ada kontak antar pusat-pusat kota tsb, terutama disebabkan karena lokasi kota-kota tsb berjauhan. Dengan kata lain, di setiap kota ada banyak hadits yang beredar milik kota tsb. Awalnya para perawi jarang melakukan perjalanan ke kota-kota lain untuk belajar dengan guru-guru baru, setidaknya selama ke-7. Dalam penyelidikan perkembangan awal ini, saya menyadari bahwa sebagian besar isnad, sejauh 3 (tiga) thabaqahdi atas mereka, dapat dianggap sebagai suatu hadits yang khusus hanya ada pada kota tsb. Pada tahap yang agak belakangan, katakanlah, selama beberapa dekade pertama tahun 720an-775an, kontak atau interaksi antar kota telah dibangun melalui para perawi setelahnya dan para mukharrijin (penulis-penulis hadits) dan kita dapat menemui isnad yang sama telah ditemui secara paralel di dua kota atau lebih. Bab ini juga membahas peranan thalabul-'ilm dalam memunculkan isnad-isnad yang berasal dari "campuran" kota-kota tsb. Tetapi, pertama-tama kita klasifikasikan dulu isnad awal secara eksklusif ke dalam 4 kategori:
1. Hijazi (di Makkah dan Madinah).
2. Mishri (di Mesir).
3. Syami (di Syria).
4. 'Iraqi (di Kufah dan Bashrah).

>> Kembali ke Asal-Usul Konsep Sunnah
>> Lanjut ke Isnad Hijazi: Madinah