- Beranda
- Stories from the Heart
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]
...
TS
dissymmon08
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]
SELAMAT DATANG AGAN SISTA
Halo! 
Selamat berjumpa kembali dengan gue dalam rangka melanjutkan JILID IV kemarin yang gue akhiri di tengah alias Mid-season Finale. Udah berasa kayak cerita series bule The Walking Dead, Nancy Drew, etcyak? Hahaha. Karena berbagai pertimbangan, gue memutuskan untuk menyelesaikan di sana. Hapunten ya agan sista! Semoga agan sista bisa memahaminya...
Ga pernah gue lupa untuk selalu ngucapin terima kasih atas dukungan dan apresiasi agan sista selama ini! Makin hari, makin bikin semangat gue aja untuk terus melanjutkan cerita gue ini yang (kayaknya) masih panjang. Hehehe.
Masih melanjutkan tema cerita di JILID IV gue sebelumnya, insya Alloh di JILID IV 2.0 ini gue akan menjawab bagaimana kondisi ibu gue, bagaimana hubungan gue dengan Bang Firzy, bagaimana pendidikan gue, bagaimana pekerjaan gue, dan banyak puzzle-puzzle lainnya yang belum terjawab. Dengan semangat 'tak boleh ada kentang di antara kita' yang tak hentinya diucapkan oleh agan sista, insya Alloh juga gue akan melanjutkan sampai selesai (semoga tanpa hambatan) di thread gue yang ini.
Kembali lagi gue ingatkan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue dan (kayaknya masih akan) beberapa kali nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita lanjutan gue kali ini. Gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!
Dengan segala kerendahan hati gue yang belajar dari thread sebelumnya, kali ini gue memohon agan sista untuk membaca juga peraturan mengenai thread ini yang kayaknya banyak di-skip (karena dinilai ga penting), terutama mengenai kepentingan privasi dan spoiler. Semoga dengan kerja sama semuanya, membuat thread ini semakin bikin nyaman dan betah untuk jadi tempat nongkrong agan sista semuanya

Selamat berjumpa kembali dengan gue dalam rangka melanjutkan JILID IV kemarin yang gue akhiri di tengah alias Mid-season Finale. Udah berasa kayak cerita series bule The Walking Dead, Nancy Drew, etcyak? Hahaha. Karena berbagai pertimbangan, gue memutuskan untuk menyelesaikan di sana. Hapunten ya agan sista! Semoga agan sista bisa memahaminya...
Ga pernah gue lupa untuk selalu ngucapin terima kasih atas dukungan dan apresiasi agan sista selama ini! Makin hari, makin bikin semangat gue aja untuk terus melanjutkan cerita gue ini yang (kayaknya) masih panjang. Hehehe.
Masih melanjutkan tema cerita di JILID IV gue sebelumnya, insya Alloh di JILID IV 2.0 ini gue akan menjawab bagaimana kondisi ibu gue, bagaimana hubungan gue dengan Bang Firzy, bagaimana pendidikan gue, bagaimana pekerjaan gue, dan banyak puzzle-puzzle lainnya yang belum terjawab. Dengan semangat 'tak boleh ada kentang di antara kita' yang tak hentinya diucapkan oleh agan sista, insya Alloh juga gue akan melanjutkan sampai selesai (semoga tanpa hambatan) di thread gue yang ini.
Kembali lagi gue ingatkan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue dan (kayaknya masih akan) beberapa kali nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita lanjutan gue kali ini. Gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!

Dengan segala kerendahan hati gue yang belajar dari thread sebelumnya, kali ini gue memohon agan sista untuk membaca juga peraturan mengenai thread ini yang kayaknya banyak di-skip (karena dinilai ga penting), terutama mengenai kepentingan privasi dan spoiler. Semoga dengan kerja sama semuanya, membuat thread ini semakin bikin nyaman dan betah untuk jadi tempat nongkrong agan sista semuanya

![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/12/26/10712020_20191226010201.jpg)
Spoiler for AKHIR PENANTIANKU (THE SERIES):
Spoiler for INDEX:
Spoiler for MULUSTRASI:
Spoiler for PERATURAN:
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 37 suara
Kepikiran untuk mulai post JILID I... Setuju kah?
Boleh juga Mi dicoba.
49%
Nanti aja, Mi.
51%
Diubah oleh dissymmon08 15-09-2020 12:11
padasw dan 90 lainnya memberi reputasi
85
170.7K
2.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dissymmon08
#226
KISAH TENTANG F: PERJUANGAN BERSAMA (PART 04)
Bang Firzy ini tipe cowok yang kalau weekendga dibangunin, kuat tidur dari malem sampe malem lagi. Tapi sejak ketemu gue dan gue ajak dia jalan-jalan kesana sini, dia jadi mau aja diajak bangun lebih pagi! Apalagi kalau lagi jalan-jalan jauh begini, dia pasti semangat untuk bangun pagi. Di luar dia ga mau diambekin sama gue yang ga suka wasting time untuk tidur sih. Hahaha.
Pagi-pagi banget kami langsung sarapan makanan yang disediakan hotel itu. Makan seadanya aja. Soalnya kami emang berniat untuk kulineran jajanan kaki lima yang ada di sekitaran Bandung ini. Kami keluar dari hotel dan jalan kaki ke Jalan Asia Afrika. Kami pun nikmatin Masjid Raya Bandung dan Pendopo Bandung. Biasa, foto-foto dan jajan di sekitaran situ aja. Ketika udah hampir jam 11 siang, kami balik ke hotel untuk siap-siap pulang. Kami mau muter-muter Kota Bandung dulu sampe puas baru pulang. Mumpung naik motor, bisa puas kesana sini. Kalau naik mobil pasti udah kena macet ye kan?
Jadi kebiasaan kami kalau ke suatu kota yang baru kami datengin barengan dan ada Perguruan Tinggi Negeri-nya, kami bakalan sempetin mampir untuk menikmati kampusnya. Jadi kami sempetin ke Unpad dan ITB. Waktu itu kami iseng makan siang di sekitaran ITB, kami nemuin bakso yang ukurannya gede banget! Jumbo! Tukang yang jualnya pun di gerobak pinggir jalan begitu. Menarik aja menurut kami. Kami pun makan di sana. Entah sekarang masih ada apa ga atau entah bakso ini terkenal apa ga.
Di warung bakso itu, cuman kami yang pesen bakso ukuran jumbo itu. Jadinya cukup menarik perhatian pengunjung bakso yang lainnya dan jadinya ikut motoin bakso yang kami pesen itu. Apalagi pas tau yang pesen cuman dua orang doang! Makin banyak yang motoin bakso pesenan kami! Hahaha. Tenang, gue itu generasi micin milenial. Indomie, mie ayam, bakso, dan micin is laifff! Hahaha. Bang Firzy cuman icip baksonya ga nyampe seperempatnya dan sisanya yang ngabisin gue sendirian! Hahaha. Beugah pisan! Entah gue bakalan makan lagi apa ga hari itu setelah berhasil ngabisin seluruh bakso jumbo yang kami pesen itu. HARUSNYA sih tetep makan lagi! Hihihi. Puas banget nyobain bakso di situ! Isinya daging semua dan gedenya segede mangkok cap ayam yang biasa dipake sama kang bakso. Kebayang kan?
Tapi sayang…
Pas kami mau bayar, kami kena Rp100.000,-. Padahal di awal katanya harga baksonya itu Rp70.000,- per porsinya. Kami cuman beli satu porsi bakso. Kami pun ga pesen mie-nya. Dan ada orang yang beli mie bakso, harganya cuman Rp10.000,- per porsinya. Tapi karena kami disuguhin mie-nya (yang awalnya kami pikir gratis dan termasuk ke dalam porsi baksonya karena sama sekali ga dikasih tau) eh jadinya kami kena charge juga mie-nya yang ternyata harga satu mangkok-nya Rp10.000,- tanpa bakso. Cuman mie dan sayuran lho! Belum lagi es teh tawar yang kami pesen pun dikenain Rp5.000,- per gelasnya. Sedangkan pengunjung lainnya gue perhatiin ga ada yang dikasih harga segitu. Kami habis Rp100.000,- sendiri di tempat makan bakso di pinggir jalan karena logat kami yang Jakarta banget dan plat motor Bang Firzy yang berplat B.
Kekecewaan kami masih belum usai, ketika kami mau pergi, kami masih ditagih parkir. Saat kami kasih parkir Rp2.000,-, motor kami MASIH ditahan sama tukang parkirnya. “Masa dua rebu atuh, Kang? Dapet apa dua rebu teh sekarang? Lima rebu kang!” Bang Firzy kayaknya udah berniat nampol itu tukang parkir yang mendadak dateng entah darimana ini. Tipikal tukang parkir pinggir jalan pokoknya mah. Daripada mood jalan-jalan kami mendadak rusak, gue langsung keluarin uang Rp5.000,- dari kantong celana gue dan langsung kasih ke kang parkirnya. Bang Firzy marah banget ngeliat gue kasih kang parkir segitu banyak padahal motor kami sama sekali ga dijagain sama dia. Akhirnya dia pun langsung ngebut ninggalin tempat itu. Ga lupa dia menggerung motornya dulu tepat di depan tukang parkirnya.
Ga nyangka aja bakalan ditembak begini makan di pinggir jalan dengan logat Jakarta dan plat nomor B begitu.
Untuk mengobati kekesalan gue, gue pun ngajak Bang Firzy untuk ke Toko Gonzo. Ya, dulu kalau ke event Komunitas Jejepangan, kami pasti nemuin Toko Gonzo buka booth souvenir ala jejepangan gitu. Yang pernah ke event Komunitas Jejepangan dan jalan-jalan di booth-nya pasti pernah nemuin booth dari Toko Gonzo ini. Nah toko utamanya sih katanya ada di Bandung. Kami berniat untuk nyari souvenir tentang band-band Visual Kei di Toko Gonzo ini, langsung di toko utamanya!
Di Jakarta sih se-happening itu dulunya. Dan ada juga banyak cabangnya di beberapa tempat di Jakarta. Cuman tokonya kurang lengkap. Nah kalau di toko utamanya, harusnya paling lengkap bukan? Hehehe. Kami kurang tau gimana antusias anak-anak Komunitas Jejepangan di Bandung kalau ke Toko Gonzo ini. Untuk memastikannya, kami memutuskan lanjut ke sana.
Setelah muter-muter, akhirnya kami sampe ke Toko Gonzo ini.
Kami langsung masuk ke dalem dan liat-liat barang-barang yang di jual di sana. Gue pribadi sih ga kaget saat kami sama sekali ga nemuin CD atau hal-hal berbau Visual Kei. Kebanyakan di sana barang-barang berbau anime dan game. Barang-barang yang menyangkut musik jepang cuman poster, pin, kipas, dan sebagainya. Mereka ga menjual CD atau DVD lagi sejak beberapa tahun lalu, sebelum gue vakum dari Komunitas Jejepangan karena alasan satu dan lain hal. Gue ga nyangka aja ternyata sampe sebegitunya.
“Udah jauh-jauh… Eh kesini ga ada yang bisa dibeli sama kita. Nyesek amat.” kata Bang Firzy sambil duduk di depan Toko Gonzo. Gue ga enak hati ga cerita sama dia dari awal tentang berentinya Toko Gonzo urusan CD dan DVD itu.
Kemudian gue punya ide. Ga ke Bandung kalau ga beli baju metal! Hahaha. “Yaudah, beli kaos metal aja yuk?” ajak gue. Bang Firzy mendadak berubah ekspresinya. Yang tadinya cemberut ga jelas gitu, mendadak jadi sumringah lagi.
Kami pun langsung googlingtempat yang jual kaos-kaos metal di Bandung. Kami diarahkan ke salah satu pertokoan di Kota Bandung yang menjual banyaaaak baju metal. SURGA DUNIA BANGET BUAT KAMI BERDUA! Gue pribadi lupa nama pertokoannya. Mungkin lu masih inget, Zy? Hehehe Kami menelusuri di tiap lantainya untuk memilih baju-baju metal yang kami suka.
Bang Firzy beli kaos dari band Chelsea Grin, Whitecapel, dan Parkway Drive. Saat itu gue belum punya baju metal yang gue incer. Gue belum tau banyak band metal. Lagian, band yang disukain Bang Firzy genre-nyaDeathcore. Sedangkan saat itu gue baru beberapa band yang masih belum gue apal namanya. Palingan baru Slipknot, Bloodbath, Cannibal Corpse, Torture Killer, Avenged Sevenfold, System of A Down, dan The Devil Wears Prada. Gue aja ga apal itu genre metalnya apaan. Hahaha. Sedangkan band-band itu ga banyak yang jual kaosnya setelah kami muter kesana sini. Jadi gue memutuskan untuk nyari band lokal.
Dari nanya sana sini, gue diarahkan untuk naik ke lantai paling atas pertokoan itu. Di sana ada satu tempat yang katanya khusus menjual kaos band lokal. Gue nyari sih Jasad pastinya. DAN ADA DOOONG! GUE SANGAT AMAT SENANG! AKHIRNYA PUNYA KAOS JASAD!!! Tapiiiiii sayang banget tapi, kaosnya ukurannya XL. Badan gue ini ngepasnya make baju ukuran S. Saya kayak Bang Firzy makanya kami suka ganti-gantian make kaos. Sedangkan ada yang ukurannya L tapi tangannya panjang. Gue kurang suka. Soalnya gue lebih suka make manset di dalem kaosnya daripada harus make kaos tangan panjang. Kalau mau, gue harus PO. Tapi gue kapan mau ke Bandung lagi kan? Gue ga suka beli baju online yang ga sempet dicoba dulu. Takut mengecewakan aja. Jadi gue mengurungkan diri dulu untuk beli kaos Jasad. Huhuhu. Gue coba nyari kaos lainnya sampai akhirnya gue nemu kaos band metal lain yang gue suka, NOXA! Hahaha.
Tanpa babibu lagi, gue langsung beli kaos Noxa yang ini karena ternyata ukurannya M. Gapapa kegedean dikit, ga sejauh gue make kaos ukuran XL bukan? Hehehe. Kaosnya keren banget! Sablonnya, gambarnya, dan band-nya lebih keren lagi pastinya! Hahaha.
Setelah puas belanja, tanpa terasa waktu udah mulai sore. Gue dan Bang Firzy ga berniat untuk nambah nginep di hotel lagi. Kami akhirnya memutuskan pulang. Tapi daripada kami kelaperan di jalan, kami pun mampir untuk cari makan dulu di daerah Jalan Cihampelas.
Gue mendadak kepengen makan mie kocok bandung. Gue coba googling mie kocok bandung yang terkenal, ternyata lokasinya lumayan jauh dari Jalan Cihampelas. Kondisinya udah sore banget saat itu, kami jadinya makan mie kocok seadanya yang ada di pinggir Jalan Cihampelas. Belajar dari pengalaman kami sebelumnya di sekitaran ITB, kali ini gue yang coba pesen dengan logat sunda gue. Gue pesen satu porsi aja mie kocok itu. Bang Firzy soalnya pengen jajan aja di Mall Cihampelas Walk katanya.
Tapi ternyata plat nomor kami MASIH TETEP jadi perhatian si penjualnya.
Mie kocok kami untuk satu porsinya dihargain Rp50.000,- untuk rasa yang BIASA AJA! Sumpah deh demi, rasa mie kocoknya biasa aja! Tapi harganya ampun sampe Rp50.000,- hanya karena kami naik motor plat B? Kenapa kami yakin kami ditembak? Karena pengunjung lokal yang lain bahkan beli dua porsi gue perhatiin bayarnya cuman Rp50.000,-. Lha gue kan pesen satu porsi, kenapa dihargain sama?
Kali ini gue ga mau dibegoin dan gue protes. Gue pastiin ke abangnya kalau gue beli SATU PORSI aja. Terus dia dengan santainya bilang “Da emang segitu atuh hargana, Neng…” dengan ekspresi ngeselin pengen gue tampol make kaki! Tapi daripada jadinya ribut, gue langsung iyain aja dan cabut. Untung gue ga beli minumnya sekalian! Soalnya pasti harga minumnya ditembak juga. Bangs*t! Di luar, Bang Firzy udah hampir konfrontasi LAGI dengan tukang parkir sekitar yang KEMBALI NAGIH PARKIR motor kami dengan harga Rp5.000,-!
“YA ALLOH, NGERUSAK MOOD TEROOOSSS JAJAN DI PINGGIR JALAN!” teriak Bang Firzy sambil melajukan motornya menuju Mall Cihampelas Walk.
Pelajaran buat kami, ga lagi-lagi nongkrong di pinggir jalan dengan plat nomor pendatang. Apalagi plat nomor B! Itu bakalan kami inget selalu. PASTI. Bangs*t.
Sesampainya di Mall Cihampelas Walk, gue dan Bang Firzy langsung milih tempat makan yang kami kenal. “Masih lebih ikhlas gue mesti bayar parkir lebih mahal tapi secure parking begini. Ga keujanan, motornya aman, helmnya juga ga perlu dibawa-bawa. Daripada mesti parkir di pinggir jalan, ga dibantuin cari parkir, ga dijagain, tapi MESTI BAYAR GOCENG ANJ*NG begitu!” kata Bang Firzy. “Dan gue masih lebih ikhlas bayar mahal kalau makan di mall! Masa gue beli fast food di mall MASIH LEBIH MURAH daripada makan seporsi mie kocok biasa aja di pinggir jalan??? MASIH MENDING kalau itu mie kocok terkenal dan enak banget! Lha ini? Di tenda pinggir jalan lho! Babik!”
“Udah ah sabar… Ayo puasin makan di sini, baru pulang. Biar ga rugi lagi harus makan di pinggir jalan. Hahaha.”
“Tae banget emang!”
Sebenernya kami males juga kalau udah jauh-jauh jalan ke luar kota tapi MASIH HARUS dateng ke mall juga. Tapi karena kami ‘ditembak’ dua kali begitu. Kami jadinya lebih memilih jalan-jalan di mall. Kami berusaha beli makanan yang ga ditemuin di Jakarta sih. Tapi ya walaupun ga nemu, jadinya kami beli jajanan yang tenant-nya belum pernah kami cobain aja. Hahaha.
Sambil makan, kami ngobrol tentang segala hal. Setelah perjalanan hubungan kami yang penuh drama dan bikin emosi memberontak penuh gairah jiwa muda. Jalan-jalan begini bener-bener refreshing banget buat kami berdua. Kami bahkan sampe ga sempet ngabarin siapapun selain kedua orang tua kami. Sisanya kami lebih sering airplane mode handphone kami untuk menghemat batre. Maklum, lebih mending kami numpang charge di SPBU atau masjid daripada kami harus make powerbank sepanjang jalan, di luar emergency ya. Hehehe. Jadi, kami memilih untuk menghemat batre aja. Toh kalau lagi berdua kan GA ADA SIAPAPUN LAGI yang akan dihubungin sama kami.
Ya. HARUSNYA GA ADA SIAPAPUN LAGI. Bang Firzy pun udah bener-bener nge-remove Kak Desty dari seluruh kontak dia. Mungkin kecuali nomornya yang masih disimpen sama dia. Tapi seluruh sosial media Kak Desty udah di-remove sama Bang Firzy. Dan untuk kali ini, gue lagi belajar percaya sama Bang Firzy kembali. Semoga ga ada yang aneh-aneh lagi antara mereka berdua. Semoga.
Tapi tiba-tiba ketika obrolan kami lagi random banget… Bang Firzy mendadak ngajak ngomong serius.
“Mi… Gue mau ngomong sesuatu. Entah lu setuju apa ga.”
“Apaan? Mau ijin selingkuh?”
“Selingkuh? KENAPA SELINGKUH sih? Lagian kalau selingkuh ngomong dulu, namanya bukan selingkuh. Study banding itu mah!”
“Setupit!”
“Ya makanya dengerin dulu… Gue mau ijin. Ini impian gue udah dari jaman sama mantan gue sih… Tapi belum kesampean sampe sekarang. Soalnya dia setuju tapi kok gue ngerasa kayaknya dia ga bakalan banyak membantu gue…”
“Apaan sih? Jangan bertele-tele. Gue kalau denger kata mantan jadi rada sensi nih… Berasa nyium bau sampah. Kayak bau kaki lu!”
“Katanya kaki gue bau b*rak orang! Kenapa jadi bau sampah juga???”
“Ya gue mirip-miripin lah. Hahaha. Buru, mau ngomong apaan?”
“Mi… Gue mau lanjut ambil S2.”
Pagi-pagi banget kami langsung sarapan makanan yang disediakan hotel itu. Makan seadanya aja. Soalnya kami emang berniat untuk kulineran jajanan kaki lima yang ada di sekitaran Bandung ini. Kami keluar dari hotel dan jalan kaki ke Jalan Asia Afrika. Kami pun nikmatin Masjid Raya Bandung dan Pendopo Bandung. Biasa, foto-foto dan jajan di sekitaran situ aja. Ketika udah hampir jam 11 siang, kami balik ke hotel untuk siap-siap pulang. Kami mau muter-muter Kota Bandung dulu sampe puas baru pulang. Mumpung naik motor, bisa puas kesana sini. Kalau naik mobil pasti udah kena macet ye kan?
Jadi kebiasaan kami kalau ke suatu kota yang baru kami datengin barengan dan ada Perguruan Tinggi Negeri-nya, kami bakalan sempetin mampir untuk menikmati kampusnya. Jadi kami sempetin ke Unpad dan ITB. Waktu itu kami iseng makan siang di sekitaran ITB, kami nemuin bakso yang ukurannya gede banget! Jumbo! Tukang yang jualnya pun di gerobak pinggir jalan begitu. Menarik aja menurut kami. Kami pun makan di sana. Entah sekarang masih ada apa ga atau entah bakso ini terkenal apa ga.
Di warung bakso itu, cuman kami yang pesen bakso ukuran jumbo itu. Jadinya cukup menarik perhatian pengunjung bakso yang lainnya dan jadinya ikut motoin bakso yang kami pesen itu. Apalagi pas tau yang pesen cuman dua orang doang! Makin banyak yang motoin bakso pesenan kami! Hahaha. Tenang, gue itu generasi micin milenial. Indomie, mie ayam, bakso, dan micin is laifff! Hahaha. Bang Firzy cuman icip baksonya ga nyampe seperempatnya dan sisanya yang ngabisin gue sendirian! Hahaha. Beugah pisan! Entah gue bakalan makan lagi apa ga hari itu setelah berhasil ngabisin seluruh bakso jumbo yang kami pesen itu. HARUSNYA sih tetep makan lagi! Hihihi. Puas banget nyobain bakso di situ! Isinya daging semua dan gedenya segede mangkok cap ayam yang biasa dipake sama kang bakso. Kebayang kan?
Tapi sayang…
Pas kami mau bayar, kami kena Rp100.000,-. Padahal di awal katanya harga baksonya itu Rp70.000,- per porsinya. Kami cuman beli satu porsi bakso. Kami pun ga pesen mie-nya. Dan ada orang yang beli mie bakso, harganya cuman Rp10.000,- per porsinya. Tapi karena kami disuguhin mie-nya (yang awalnya kami pikir gratis dan termasuk ke dalam porsi baksonya karena sama sekali ga dikasih tau) eh jadinya kami kena charge juga mie-nya yang ternyata harga satu mangkok-nya Rp10.000,- tanpa bakso. Cuman mie dan sayuran lho! Belum lagi es teh tawar yang kami pesen pun dikenain Rp5.000,- per gelasnya. Sedangkan pengunjung lainnya gue perhatiin ga ada yang dikasih harga segitu. Kami habis Rp100.000,- sendiri di tempat makan bakso di pinggir jalan karena logat kami yang Jakarta banget dan plat motor Bang Firzy yang berplat B.
Kekecewaan kami masih belum usai, ketika kami mau pergi, kami masih ditagih parkir. Saat kami kasih parkir Rp2.000,-, motor kami MASIH ditahan sama tukang parkirnya. “Masa dua rebu atuh, Kang? Dapet apa dua rebu teh sekarang? Lima rebu kang!” Bang Firzy kayaknya udah berniat nampol itu tukang parkir yang mendadak dateng entah darimana ini. Tipikal tukang parkir pinggir jalan pokoknya mah. Daripada mood jalan-jalan kami mendadak rusak, gue langsung keluarin uang Rp5.000,- dari kantong celana gue dan langsung kasih ke kang parkirnya. Bang Firzy marah banget ngeliat gue kasih kang parkir segitu banyak padahal motor kami sama sekali ga dijagain sama dia. Akhirnya dia pun langsung ngebut ninggalin tempat itu. Ga lupa dia menggerung motornya dulu tepat di depan tukang parkirnya.
Ga nyangka aja bakalan ditembak begini makan di pinggir jalan dengan logat Jakarta dan plat nomor B begitu.
Untuk mengobati kekesalan gue, gue pun ngajak Bang Firzy untuk ke Toko Gonzo. Ya, dulu kalau ke event Komunitas Jejepangan, kami pasti nemuin Toko Gonzo buka booth souvenir ala jejepangan gitu. Yang pernah ke event Komunitas Jejepangan dan jalan-jalan di booth-nya pasti pernah nemuin booth dari Toko Gonzo ini. Nah toko utamanya sih katanya ada di Bandung. Kami berniat untuk nyari souvenir tentang band-band Visual Kei di Toko Gonzo ini, langsung di toko utamanya!
Di Jakarta sih se-happening itu dulunya. Dan ada juga banyak cabangnya di beberapa tempat di Jakarta. Cuman tokonya kurang lengkap. Nah kalau di toko utamanya, harusnya paling lengkap bukan? Hehehe. Kami kurang tau gimana antusias anak-anak Komunitas Jejepangan di Bandung kalau ke Toko Gonzo ini. Untuk memastikannya, kami memutuskan lanjut ke sana.
Setelah muter-muter, akhirnya kami sampe ke Toko Gonzo ini.
Kami langsung masuk ke dalem dan liat-liat barang-barang yang di jual di sana. Gue pribadi sih ga kaget saat kami sama sekali ga nemuin CD atau hal-hal berbau Visual Kei. Kebanyakan di sana barang-barang berbau anime dan game. Barang-barang yang menyangkut musik jepang cuman poster, pin, kipas, dan sebagainya. Mereka ga menjual CD atau DVD lagi sejak beberapa tahun lalu, sebelum gue vakum dari Komunitas Jejepangan karena alasan satu dan lain hal. Gue ga nyangka aja ternyata sampe sebegitunya.
“Udah jauh-jauh… Eh kesini ga ada yang bisa dibeli sama kita. Nyesek amat.” kata Bang Firzy sambil duduk di depan Toko Gonzo. Gue ga enak hati ga cerita sama dia dari awal tentang berentinya Toko Gonzo urusan CD dan DVD itu.
Kemudian gue punya ide. Ga ke Bandung kalau ga beli baju metal! Hahaha. “Yaudah, beli kaos metal aja yuk?” ajak gue. Bang Firzy mendadak berubah ekspresinya. Yang tadinya cemberut ga jelas gitu, mendadak jadi sumringah lagi.
Kami pun langsung googlingtempat yang jual kaos-kaos metal di Bandung. Kami diarahkan ke salah satu pertokoan di Kota Bandung yang menjual banyaaaak baju metal. SURGA DUNIA BANGET BUAT KAMI BERDUA! Gue pribadi lupa nama pertokoannya. Mungkin lu masih inget, Zy? Hehehe Kami menelusuri di tiap lantainya untuk memilih baju-baju metal yang kami suka.
Bang Firzy beli kaos dari band Chelsea Grin, Whitecapel, dan Parkway Drive. Saat itu gue belum punya baju metal yang gue incer. Gue belum tau banyak band metal. Lagian, band yang disukain Bang Firzy genre-nyaDeathcore. Sedangkan saat itu gue baru beberapa band yang masih belum gue apal namanya. Palingan baru Slipknot, Bloodbath, Cannibal Corpse, Torture Killer, Avenged Sevenfold, System of A Down, dan The Devil Wears Prada. Gue aja ga apal itu genre metalnya apaan. Hahaha. Sedangkan band-band itu ga banyak yang jual kaosnya setelah kami muter kesana sini. Jadi gue memutuskan untuk nyari band lokal.
Dari nanya sana sini, gue diarahkan untuk naik ke lantai paling atas pertokoan itu. Di sana ada satu tempat yang katanya khusus menjual kaos band lokal. Gue nyari sih Jasad pastinya. DAN ADA DOOONG! GUE SANGAT AMAT SENANG! AKHIRNYA PUNYA KAOS JASAD!!! Tapiiiiii sayang banget tapi, kaosnya ukurannya XL. Badan gue ini ngepasnya make baju ukuran S. Saya kayak Bang Firzy makanya kami suka ganti-gantian make kaos. Sedangkan ada yang ukurannya L tapi tangannya panjang. Gue kurang suka. Soalnya gue lebih suka make manset di dalem kaosnya daripada harus make kaos tangan panjang. Kalau mau, gue harus PO. Tapi gue kapan mau ke Bandung lagi kan? Gue ga suka beli baju online yang ga sempet dicoba dulu. Takut mengecewakan aja. Jadi gue mengurungkan diri dulu untuk beli kaos Jasad. Huhuhu. Gue coba nyari kaos lainnya sampai akhirnya gue nemu kaos band metal lain yang gue suka, NOXA! Hahaha.
Tanpa babibu lagi, gue langsung beli kaos Noxa yang ini karena ternyata ukurannya M. Gapapa kegedean dikit, ga sejauh gue make kaos ukuran XL bukan? Hehehe. Kaosnya keren banget! Sablonnya, gambarnya, dan band-nya lebih keren lagi pastinya! Hahaha.
Setelah puas belanja, tanpa terasa waktu udah mulai sore. Gue dan Bang Firzy ga berniat untuk nambah nginep di hotel lagi. Kami akhirnya memutuskan pulang. Tapi daripada kami kelaperan di jalan, kami pun mampir untuk cari makan dulu di daerah Jalan Cihampelas.
Gue mendadak kepengen makan mie kocok bandung. Gue coba googling mie kocok bandung yang terkenal, ternyata lokasinya lumayan jauh dari Jalan Cihampelas. Kondisinya udah sore banget saat itu, kami jadinya makan mie kocok seadanya yang ada di pinggir Jalan Cihampelas. Belajar dari pengalaman kami sebelumnya di sekitaran ITB, kali ini gue yang coba pesen dengan logat sunda gue. Gue pesen satu porsi aja mie kocok itu. Bang Firzy soalnya pengen jajan aja di Mall Cihampelas Walk katanya.
Tapi ternyata plat nomor kami MASIH TETEP jadi perhatian si penjualnya.
Mie kocok kami untuk satu porsinya dihargain Rp50.000,- untuk rasa yang BIASA AJA! Sumpah deh demi, rasa mie kocoknya biasa aja! Tapi harganya ampun sampe Rp50.000,- hanya karena kami naik motor plat B? Kenapa kami yakin kami ditembak? Karena pengunjung lokal yang lain bahkan beli dua porsi gue perhatiin bayarnya cuman Rp50.000,-. Lha gue kan pesen satu porsi, kenapa dihargain sama?
Kali ini gue ga mau dibegoin dan gue protes. Gue pastiin ke abangnya kalau gue beli SATU PORSI aja. Terus dia dengan santainya bilang “Da emang segitu atuh hargana, Neng…” dengan ekspresi ngeselin pengen gue tampol make kaki! Tapi daripada jadinya ribut, gue langsung iyain aja dan cabut. Untung gue ga beli minumnya sekalian! Soalnya pasti harga minumnya ditembak juga. Bangs*t! Di luar, Bang Firzy udah hampir konfrontasi LAGI dengan tukang parkir sekitar yang KEMBALI NAGIH PARKIR motor kami dengan harga Rp5.000,-!
“YA ALLOH, NGERUSAK MOOD TEROOOSSS JAJAN DI PINGGIR JALAN!” teriak Bang Firzy sambil melajukan motornya menuju Mall Cihampelas Walk.
Pelajaran buat kami, ga lagi-lagi nongkrong di pinggir jalan dengan plat nomor pendatang. Apalagi plat nomor B! Itu bakalan kami inget selalu. PASTI. Bangs*t.
Sesampainya di Mall Cihampelas Walk, gue dan Bang Firzy langsung milih tempat makan yang kami kenal. “Masih lebih ikhlas gue mesti bayar parkir lebih mahal tapi secure parking begini. Ga keujanan, motornya aman, helmnya juga ga perlu dibawa-bawa. Daripada mesti parkir di pinggir jalan, ga dibantuin cari parkir, ga dijagain, tapi MESTI BAYAR GOCENG ANJ*NG begitu!” kata Bang Firzy. “Dan gue masih lebih ikhlas bayar mahal kalau makan di mall! Masa gue beli fast food di mall MASIH LEBIH MURAH daripada makan seporsi mie kocok biasa aja di pinggir jalan??? MASIH MENDING kalau itu mie kocok terkenal dan enak banget! Lha ini? Di tenda pinggir jalan lho! Babik!”
“Udah ah sabar… Ayo puasin makan di sini, baru pulang. Biar ga rugi lagi harus makan di pinggir jalan. Hahaha.”
“Tae banget emang!”
Sebenernya kami males juga kalau udah jauh-jauh jalan ke luar kota tapi MASIH HARUS dateng ke mall juga. Tapi karena kami ‘ditembak’ dua kali begitu. Kami jadinya lebih memilih jalan-jalan di mall. Kami berusaha beli makanan yang ga ditemuin di Jakarta sih. Tapi ya walaupun ga nemu, jadinya kami beli jajanan yang tenant-nya belum pernah kami cobain aja. Hahaha.
Sambil makan, kami ngobrol tentang segala hal. Setelah perjalanan hubungan kami yang penuh drama dan bikin emosi memberontak penuh gairah jiwa muda. Jalan-jalan begini bener-bener refreshing banget buat kami berdua. Kami bahkan sampe ga sempet ngabarin siapapun selain kedua orang tua kami. Sisanya kami lebih sering airplane mode handphone kami untuk menghemat batre. Maklum, lebih mending kami numpang charge di SPBU atau masjid daripada kami harus make powerbank sepanjang jalan, di luar emergency ya. Hehehe. Jadi, kami memilih untuk menghemat batre aja. Toh kalau lagi berdua kan GA ADA SIAPAPUN LAGI yang akan dihubungin sama kami.
Ya. HARUSNYA GA ADA SIAPAPUN LAGI. Bang Firzy pun udah bener-bener nge-remove Kak Desty dari seluruh kontak dia. Mungkin kecuali nomornya yang masih disimpen sama dia. Tapi seluruh sosial media Kak Desty udah di-remove sama Bang Firzy. Dan untuk kali ini, gue lagi belajar percaya sama Bang Firzy kembali. Semoga ga ada yang aneh-aneh lagi antara mereka berdua. Semoga.
Tapi tiba-tiba ketika obrolan kami lagi random banget… Bang Firzy mendadak ngajak ngomong serius.
“Mi… Gue mau ngomong sesuatu. Entah lu setuju apa ga.”
“Apaan? Mau ijin selingkuh?”
“Selingkuh? KENAPA SELINGKUH sih? Lagian kalau selingkuh ngomong dulu, namanya bukan selingkuh. Study banding itu mah!”
“Setupit!”
“Ya makanya dengerin dulu… Gue mau ijin. Ini impian gue udah dari jaman sama mantan gue sih… Tapi belum kesampean sampe sekarang. Soalnya dia setuju tapi kok gue ngerasa kayaknya dia ga bakalan banyak membantu gue…”
“Apaan sih? Jangan bertele-tele. Gue kalau denger kata mantan jadi rada sensi nih… Berasa nyium bau sampah. Kayak bau kaki lu!”
“Katanya kaki gue bau b*rak orang! Kenapa jadi bau sampah juga???”
“Ya gue mirip-miripin lah. Hahaha. Buru, mau ngomong apaan?”
“Mi… Gue mau lanjut ambil S2.”
itkgid dan 30 lainnya memberi reputasi
31
Tutup
![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/10/10/10712020_20191010014133.jpg)

dan 


