Kaskus

Story

dissymmon08Avatar border
TS
dissymmon08
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]
SELAMAT DATANG AGAN SISTA


Halo! emoticon-Kiss

Selamat berjumpa kembali dengan gue dalam rangka melanjutkan JILID IV kemarin yang gue akhiri di tengah alias Mid-season Finale. Udah berasa kayak cerita series bule The Walking Dead, Nancy Drew, etcyak? Hahaha. Karena berbagai pertimbangan, gue memutuskan untuk menyelesaikan di sana. Hapunten ya agan sista! Semoga agan sista bisa memahaminya...

Ga pernah gue lupa untuk selalu ngucapin terima kasih atas dukungan dan apresiasi agan sista selama ini! Makin hari, makin bikin semangat gue aja untuk terus melanjutkan cerita gue ini yang (kayaknya) masih panjang. Hehehe.

Masih melanjutkan tema cerita di JILID IV gue sebelumnya, insya Alloh di JILID IV 2.0 ini gue akan menjawab bagaimana kondisi ibu gue, bagaimana hubungan gue dengan Bang Firzy, bagaimana pendidikan gue, bagaimana pekerjaan gue, dan banyak puzzle-puzzle lainnya yang belum terjawab. Dengan semangat 'tak boleh ada kentang di antara kita' yang tak hentinya diucapkan oleh agan sista, insya Alloh juga gue akan melanjutkan sampai selesai (semoga tanpa hambatan) di thread gue yang ini.

Kembali lagi gue ingatkan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue dan (kayaknya masih akan) beberapa kali nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita lanjutan gue kali ini. Gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai! emoticon-Peluk

Dengan segala kerendahan hati gue yang belajar dari thread sebelumnya, kali ini gue memohon agan sista untuk membaca juga peraturan mengenai thread ini yang kayaknya banyak di-skip (karena dinilai ga penting), terutama mengenai kepentingan privasi dan spoiler. Semoga dengan kerja sama semuanya, membuat thread ini semakin bikin nyaman dan betah untuk jadi tempat nongkrong agan sista semuanyaemoticon-Malu


AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]


Spoiler for AKHIR PENANTIANKU (THE SERIES):


Spoiler for INDEX:


Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for PERATURAN:




Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 37 suara
Kepikiran untuk mulai post JILID I... Setuju kah?
Boleh juga Mi dicoba.
49%
Nanti aja, Mi.
51%
Diubah oleh dissymmon08 15-09-2020 12:11
MentariberseriAvatar border
irvansadiAvatar border
padaswAvatar border
padasw dan 90 lainnya memberi reputasi
85
170.7K
2.1K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
dissymmon08Avatar border
TS
dissymmon08
#220
KISAH TENTANG F: PERJUANGAN BERSAMA (PART 02)


“Udah siap?” tanya Bang Firzy ke gue yang lagi iket tali sepatu.

Gue dan Bang Firzy udah ada di teras rumah orang tua gue. Kami lagi siap-siap untuk ngerayain tahun baru di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Kami sengaja mulai berangkat dari rumah orang tua gue, karena rumah orang tua gue letaknya searah dengan perjalanan kami menuju Cianjur. Kalau kami berangkat dari Jakarta, takutnya jadi lebih lama nyampenya nanti.

Wait, kalian pasti bingung kenapa gue kembali ngebolang dengan Bang Firzy ya?

Ya. Bang Firzy akhirnya memutuskan untuk memilih gue daripada Kak Desty. Waktu itu, saat dia kembali ke gue, dia menjelaskan semuanya. Dia menjelaskan segala hal yang selama ini ga gue tau di belakang gue. Dia mengakui kesalahan dia dan dia ingin kami melupakan semuanya. Dia ingin kami memulai semuanya dari awal lagi.

“Pasti dimaafinlah. Jadi kebiasaan dan udah ketebak begitu!”

Kalau kalian berpikir demikian, ya gue ga bisa mengelak lagi karena gue emang akhirnya maafin seorang Firzy Widzviantra Andreano ini. Rasa sakit dan segala yang ga mengenakan yang gue rasain dulu masih kalah daripada keinginan gue untuk menyayangi seorang Firzy. Entah kenapa, gue emang udah menemukan sosok yang selama ini gue cari. Logika gue mengajak gue berpikir "Yakin di luar sana masih ada cowok lain yang ternyata bisa senyaman dan sefrekuensi begini sama lu?". Terlalu preciouskalau gue langsung ninggalin dia saat itu. Maaf.

Entah kenapa juga ada pemikiran lain ‘Setiap kesuksesan pasti butuh perjuangan, walaupun harus bersakit-sakit dan berdarah-darah dahulu. Percaya, di masa depan nanti kita bakalan mendapatkan hasil berupa berlian yang tak ternilai harganya…’. Mungkin jalannya harus begini, gue mesti ngerasain sakit yang teramat sangat ketika gue dengan seorang Firzy agar gue bisa belajar. Selain itu gue juga melatih mental gue agar semakin keasah untuk mempersiapkan diri gue nantinya yang akan bersanding dengan sosok Bang Firzy yang lebih baik atau sosok lain yang lebih baik dari Bang Firzy? Entahlah. Gue belum kepikiran kesana, mungkin bahkan gue ga kepikiran kesana. Gue cuman ikutin kata hati (budak cinta) gue ini.

Gue sayang Bang Firzy, banget.

Well, pernah denger kan istilah ‘Dibalik pria sukses, ada wanita hebat di belakangnya’? Dan gue ngerasa kalau mungkin gue bisa membuat seorang Firzy menjadi lebih baik dengan kesabaran yang gue punya. Insya Alloh jadi simbiosis mutualisme dimana Bang Firzy menjadi pribadi yang berubah dan gue pun jadi wanita hebat yang mendampinginya nanti? Entahlah. Terlalu jauh kalau gue mikirnya kesana. Gue mau coba jalanin dulu apa adanya.

Kesabaran gue belum habis untuk dia. Sebenernya kesabaran itu bahkan ga ada batasnya, tinggal seberapa kuat aja masing-masing pribadi untuk melakukannya. Dan gue lagi belajar mengatur kesabaran gue itu. Harapan gue cuman : Bang Firzy mau menghargai perjuangan gue untuk terus bertahan dan dia mau berubah untuk gue. Semoga dia paham keinginan gue saat itu.

Saat itu udah tanggal 1 Januari di tahun yang baru.

Gue dan Bang Firzy memutuskan untuk merayakan hari pertama di tahun baru ini dengan ngebolang ke luar kota. Kami memutuskan untuk pergi ke Gunung Padang karena ini tempat wisata impian Bang Firzy dari dulu yang belum sempet dia datengin dengan siapapun. Soalnya perjalanan ke sana cukup jauh dan dia males kalau temen ngebolangnya ngebosenin di jalan. Jadi emang belum ada yang nemenin dia untuk ngewujudin impian dia ini.

Di sisi lain, Bang Firzy ngajak gue jalan-jalan juga dalam rangka merayakan rangkaian seminar dan sidang gue yang udah selesai gue laksanain. Sekarang gue tinggal nunggu wisuda gue yang bakalan dilaksanain di Bulan Februari nanti. Dia bilang "Kalau bisa bikin pacar seneng, insya Alloh nanti rejekinya dilancarin…" Hahaha. Dikata gue bininya kali mikir begitu. Gue aminin aja, semoga niat ikhlas dia ini dikasih jalan sama Tuhan ya.

“Yuk berangkat!” kata gue.

Gue dan Bang Firzy pun pamitan sama kedua orang tua gue. Kami pergi ke Gunung Padang ini naik motor berdua, gendong satu tas carrier, tas Eiger kecil Bang Firzy, dan satu tas backpack gue yang isinya cemilan. Ini jadi kelengkapan biasa buat kami berdua kalau kami mau ngebolang.

“Kok orang tuanya ijinin sih anaknya diajak pergi sama pacarnya berduaan begitu?”

Karena kami ga bilang pergi berdua doang dan karena kami juga bilangnya mau nginep di rumah kerabat kami. Hahaha. Nakal banget ga sih gue dan Bang Firzy saat itu? Jangan ngebahas dosa ah. Kan tiap-tiap orang pasti punya kenakalan remaja-nya masing-masing. Dan dosa itu urusan masing-masing pribadi dengan Tuhan. Jadi, ga perlu ngebahas dosa ya! Hahaha.

Kami sama-sama belum tau gimana rute perjalanannya, apa aja yang bakalan kami lewatin, dan gimana kondisi jalanannya. Kami cuman ngandelin internet dan Google Maps aja sepanjang perjalanan. Untungnya Bang Firzy agak familiar dengan perjalanan menuju daerah Cianjur. Cuman, Gunung Padang itu BUKAN di Kota Cianjurnya. Tapi di Kabupaten Cianjur. Masih jauh lagi bahkan dari Kota Cianjur. Jadi ya kami bener-bener ngerasain pengalaman baru di perjalanan kali ini.

Setelah dari pusat keramaian yang terakhir kami lewatin, kami isi bensin motor Bang Firzy dulu sebelum melanjutkan perjalanan lagi. Kenapa? Soalnya Bang Firzy ngeliat di Google Maps kalau perjalanan menuju lokasinya ini agak berkelok dan khawatirnya bakalan keabisan bensin kalau dijabanin dengan bensin seadanya.

“Coba ada jalan alternatif lain ga?” tanya Bang Firzy sambil make helmnya lagi. Dia baru dari kamar mandi umum di SPBU yang lagi kami datengin ini.

“Ada sih kalau gue pilih avoid high way, kayaknya jalannya jadi ga muter dan motong gunung gitu…” kata gue sambil nunjukin Google Maps yang lagi gue liat. Untung banget sampe di sini sinyal internetnya masih ada. Biasanya soalnya kalau udah masuk ke daerah-daerah agak jauh dari pusat kota pasti deh langsung ilang sinyal si provider warna kuning ini. Kami sampe punya nomor cadangan berdua dengan provider lain saking khawatir ilang sinyal di jalan.

Avoid high way ya?” gumam Bang Firzy sambil zoom in dan zoom out wilayah sekitar jalan yang bakalan kami lewatin nanti. “Ini sih kayaknya emang motong gunung dan daerah hutan gitu. Tapi ada jalan, walaupun ga gede. Ada rumah warga juga. Harusnya sih ga serem lewat sini. Toh masih pagi juga.”

“Hmm. Aman ga, Su?”

“Emang gue kang ramal, bisa tau jalannya aman apa kagak? Mudah-mudahan sih aman.”

“Yakin ga, Su?”

“Mudah-mudahan aman.”

“Seriusan ga, Su?”

Bang Firzy nurunin kacamatanya sampe idungnya dia dan ngelirik gue tajam dari balik kacamatanya. “Pernah denger kan ada cewek yang dipake sama pacarnya di tengah hutan?” bisik Bang Firzy ke kuping gue.

Gue balik ngebisikin Bang Firzy. “Pernah nonton malah.”

“BANGS*T! Hahaha. Kalau misalnya sepi, ya gue tinggal diem-diem aja pake lu di tengah hutan entar! Aman ga menurut lu itu hutannya?”

“Aman berarti!” Bang Firzy keliatan ngakak sama jawaban gue. “Ayo pake aku Bang Ija! Pake aku di hutaaaan~~~”

“Sikontikeritingdasar.” gumam dia sambil elus-elus kepala gue.

Gue kangen banget kita bisa bercandaan (apalagi urusan selangkangan) begini. Cukup lama dia berubah jadi diri yang lain. Bikin gue kangen banget sama dia yang begini... Semoga abis perjalanan ini kita ga ada ribut-ribut gede lagi berdua. Amiin…

Kami akhirnya memutuskan untuk ikut rute yang diarahkan Google Maps lewat jalan tercepatnya dengan avoid high way. Kami saat itu belum terlalu paham definisi sebenernya dari avoid high way. Yang kami tau ya ini rute tercepat dan bisa kok dilewatin motor. Jadi kami percaya aja. Toh selama ini kami ngebolang ngandelin Google Maps doang alhamdulillah bisa sampe kemana-mana kok. Harusnya ga ada masalah ya kan?

Ternyata kami dibelokin ke arah perkampungan warga yang lokasinya agak menanjak dari jalan. Selama beberapa puluh meter kami ngikutin rute yang diarahin sama Google Maps sih masih aman. Emang sih sekitar kami itu hutan, tapi kanan kiri kami masih banyak rumah.

Semua berubah ketika kami udah hampir jalan 5 menit di perkampungan itu. Jalan betonnya abis. Di depan kami yang kira-kira tersisa kurang lebih 1km lagi yang harus dilewati itu jalanan berbatu dan tanah, tanpa rumah warga dan tanpa jalanan beton. Bener-bener hutan di kanan dan kirinya!

Awalnya kami ragu. Apalagi ga ada warga lain di depan kami saat itu. Bener-bener sepi, cuman kami berdua yang ada di jalan itu. Kalau diperjalanan kami ketemu setan mah masih mending dah, dikasih Ayat Kursi juga palingan pergi setannya. Lha kalau orang bawa golok gimana? Mending juga kalau yang diambil barang-barang kami doangan. Kalau nyawa gimana?

Kami diem agak lama di ujung jalan beton itu.

“Yakin ga mau jalan lewat sini?”

“Nanggung banget, Mi. Cuman dikit lagi, palingan 10 menitan. Itu udah motong jalan jauh banget. Kalau lewat jalan raya mesti balik lagi terus muter pulak jalannya. Jadinya malah jadi 30 menit lebih…”

“Kalau urusan sempak gue ga aman sama lu mah gapapa. Cuman ini nyawa gue aman ga kalau gue lewat sini?”

“Bismillah aja dah. Ayo lanjut dulu!” kata Bang Firzy. Dia kembali melaju motornya melewati hutan yang ada di depan kami.

Dan ternyata, ngelewatin jalan yang kanan kirinya hutan itu ga seserem itu sih. Apalagi masih jam 11 siang begini. Walaupun jalannya sepi banget, cuman kita berdua. Tapi ga begitu serem juga soalnya masih terang banget. Entah kalau malem, nyali kita masih seberani saat itu apa ga sih. Hahahasyuuu!

“Biasanya sih, kalau di daerah perkampungan begini dan deket sama hutan, warga sekitar yang tinggal di perkampungan yang kita lewatin harusnya kerjanya juga di hutan ini. Entah ambil getah pohon karet, batang pohon kering untuk kayu bakar, atau rerumputan buat makan ternak mereka. Biasanya sih begitu. Dulu waktu gue PKL begitu soalnya…” jelas gue.

“Gue mah terakhir pernah ke hutan begini pas survey di Kalimantan… Gue pernah lagi ambil dokumentasi kerjaan gue di hutan yang deket perkampungan ditemenin klien tuh. Eh pas lagi enak-enak foto, mendadak leher gue ditodong golok sama masyarakat sekitar yang lagi kerja di hutannya!”

“Serem banget, Zy!”

“Kalau serem peluk yang kenceng dong. Lumayan kan ada yang membel-membel di punggung gue gini. Jadinya gue nya lebih fokus dan ga ikutan takut!”

“Gue remes juga nih tytyd lu!”

“Ah enak yank, ah enak! Yank ah enak!” kata Bang Firzy ngeledek gue. Padahal mah gue belom remes apapun. Ngehe emang!

“Taeee!”

Kami pun ketawa barengan sambil kembali nikmatin kesunyian hutan yang ada di sekitar kami.

Sampai Bang Firzy mendadak mengurangi lagu motor dia. “Kenapa, Zy? Tinggal dikit lagi udah jalan raya lho.”

“Depan kita, Mi. Ada bapak-bapak dua orang jalan di tengah jalan. Dia bawa clurit!”

“Hmm. Mungkin abis ngambil rumput di hutan?”

“Terus kenapa mereka ngeliatin kita begitu dan berdiri di tengah jalan?”

“Hmm. Mungkin emang kebetulan lagi jalan aja di tengah?”

“Kan jelas ada motor di depan mereka bukan? Seenggaknya mereka minggir gitu?”

“Zy, jangan mendadak ciut begitu dong nyali lu! Gue jadi ikutan takut nih!”

“Kalau gue berangkat sendiri gapapa dah, tapi gue bawa anak orang nih! Jadi takut gue nya!”

“Hmm. Yaudah gini deh… Kita coba tetep jalan aja pelan-pelan, kalau mereka sama sekali ga mundur atau malah ngalangin jalan kita, langsung aja lempar tas kita ke arah mereka terus langsung gas motornya. Gue lempar tas yang isinya makanan aja. Gimana?”

“Yaudah boleh deh. Kalau misalnya ga make it, langsung lari ke arah jalan raya oke? Handphone lu masukin ke tas kecilnya. Biar aman. Semua harta ada di dalem situ aja!”

“Oke. Bismillah!”

Kami pun mempercepat laju motor Bang Firzy lagi ke arah bapak-bapak yang lagi ngeliatin kita tepat di hadapan kita ini. Well, mungkin bisa dibilang ‘lagi menghalangi jalan kita’. Dan yang perlu kembali diingat MEREKA BERDUA NENTENG CLURIT!

O-EM-JI!

Sumpah! Makin deket ke mereka, gue makin takut! Tangan gue dingin. Gue ga bisa mikirin apa-apa lagi selain bersiap buat lari ke arah jalan raya yang tinggal beberapa meter lagi. Gue siap-siap teriak minta tolong misalnya mereka mendadak narik tas gue. Udah mana gue ga punya ilmu beladiri apapun! Ampun dah!

Tepat dihadapan mereka, mendadak kami diberentiin sama mereka. Mereka ngomong make Bahasa Sunda! Bahasa Sunda coy! Saat Bang Firzy bisa Bahasa Jawa dan gue Bahasa Betawi, mereka ngomong make Bahasa Sunda!

Sumpah! Roaming pisan euy!

Lalu kemudian…

Rombongan kambing keluar dari hutan dan melintas jalan yang ada di depan kami!

Ternyata mereka minta motornya berenti dulu, soalnya kambing-kambing mereka mau melintas jalanan buat crossing hutan. Clurit yang mereka bawa itu buat ambil dedaunan sama rumput yang ada di hutan untuk makan kambing-kambing mereka itu! Kami ngeliat ada setumpuk rumput yang udah dipangkas ada di pinggir jalan!

Sumpah ya, bikin takut aja bangs*t!

Setelah kami pamitan sama mereka sambil bilang “Hapunten, Pak…”, Bang Firzy langsung ngebut ke arah jalan raya. Bodo amat jalanannya ga bener juga dan beberapa kali kepeleset karena tanah licin. Akhirnya kami bisa sampe di jalan raya!

Dan ternyata... jalan raya yang ada di depan kami itu jalan gede! Jalan gede banget!

TOOOT!

Suara klakson bus mendadak kedengeran kenceng banget di depan congor kami! “Bangs*t! Ini mah jalan gede! Bus aja lewat anj*ng! Kenapa kita susah payah lewat hutan begitu coba???”

“Lu yang minta tadi disuruh cari jalan yang ga muter, suruh avoid high way biar mempersingkat waktu! Kenapa sekarang jadi nanya ke gue kenapa lewat hutan hah???”

“Besok-besok jangan pernah avoid high way lagi kalau make Google Maps! Kita lewat jalan biasa aja, palingan kalau mau make avoid toll aja. Jangan pernah avoid high way! Sampe lemes bangs*t gue saking tegangnya lewat situ! Eh yang lewat malah kambing a*u itu!”

“Kambing apa asu?”

“Kambing a*u!”

“Ya kambing apa asu? Beda lho artinya.”

“Bodo amat! Anj*ng!”

“Kambing, asu, apa anjing?”

Bang Firzy nengok, berentiin motornya, dan ngelirik gue lewat spion. “Gue pake asal-asalan juga lu di hutan sonoh!”

“Mau dooong~”

“Ngehe!”

“Hahaha. Ayo ah lanjut, udah mau jam 12 nih…”


XOXOXO


Sesampainya di Gunung Padang, kami langsung diarahkan ke parkiran motor sama warga setempat. Saat itu, parkiran di Gunung Padang masih sangat berantakan menurut kami. Entah karena emang pengunjungnya mendadak rame banget karena lagi liburan atau karena parkiran aja yang emang kecil. Jadinya orang-orang banyak parkir asal-asalan. Bahkan kami parkir jauh di pinggir jalan yang bukan tempat seharusnya saking kami ga dapet tempat parkir. Kami ikutin aja rombongan orang yang parkir.

Dan karena penuh banget, jadi banyak tukang parkir liar yang langsung nagih uang parkir ke kami Rp10.000,- di awal pas kami baru aja parkirin motor kami. Jadinya gue dan Bang Firzy bawa helm kami dan simpen di penitipan motor resmi yang disediain. Incasenanti helmnya jatoh dan ilang. Bahaya kami ga bisa pulang tanpa helm kan.

Kami langsung jalan ke loket dan naik ke Gunung Padang yang lokasinya masih di atas. Kami harus naik tangga yang cukup tinggi dari loket tempat membeli tiket. Yang bikin kami takjub, tangga yang disusun untuk menuju lokasi utamanya itu tersusun dari bebatuan yang disusun rapih banget. Walaupun jadinya agak tinggi-tinggi tapi bener-bener rapih lho! Takjub banget kami.

Karena pengunjungnya rame, jadinya kami pun harus mengantri naik tangga ini. Kecepatan dan kekuatan masing-masing orang kan beda-beda. Apalagi naik anak tangga yang jumlahnya banyak ini. Jadinya ngantri banget naik tangga untuk sampe ke atas. Belum lagi banyak orang yang salah kostum, mau ke tempat kayak begini malah make heels, pantofel, atau make rok mini yang gampang terbang. Nyusahin diri mereka sendiri dan nyusahin banyak orang juga pas lagi ngantri begini. Niatnya mau hepi-hepi eh malah bete-betean satu sama lainnya padahal baru juga nyampe.

Tapiiii... Pas kalian sampe di atas puncak anak tangga nanti, kalian akan melihat pemandangan ini :

Kalian akan disuguhkan hamparan bebatuan yang tersusun sebagaimana mestinya, nan sarat makna. Sayang banget, saat kami kesana kami ga bisa sewa pemandu wisata untuk kami sendiri karena semua pemandu wisata yang ada saat itu udah di-booking. Jadi, kami ikut sama rombongan turis yang udah bookingduluan aja. Toh mereka ga keberatan dan malah seneng jadi makin rame rombongan mereka. Hehehe. Sayang kan kalau ke tempat sekeren ini tapi kita ga dapet pengetahuan atau informasi apapun?

Sambil mendengarkan penjelasan tentang Gunung Padang (menurut warga sekitar yang tinggal di sini dari dulu), kami pun sekalian memperhatikan tingkah laku pengunjung yang dateng ke Gunung Padang ini. Banyak di antara mereka malah sibuk pacaran, nongkrong ngerokok, dan makan di tempat wisata ini. Makan dan nongkrong gapapa sih, ASAL buang sampah pada tempatnya atau minimal dibawa aja sampe nemu tempat sampah nanti. Tapi ini, yang ada malah sampahnya diumpetin dibalik bebatuan yang ada.

Kalau urusan ngerokok juga gapapa, ASAL ga ngerokok sembarangan dimana-mana. Gue agak kurang setuju aja sih di tempat wisata umum begini ngerokok sembarangan. Agak mengganggu pengunjung lainnya karena asepnya kan kemana-mana. Udah mana banyak anak kecil juga di sekitar sini. Kecuali kalau mau ngerokok agak ke pinggir dan jauh dari keramaian gapapa lah. Lha ini? Di tengah-tengah tempat wisata banyak yang ngerokok karena banyak batu buat dipake duduk. Bahkan ada yang ngerokok sambil jalan kesana sini. Hmm. Sayang banget, banyak yang ga nyaman jadinya saat itu.

Setelah ikutin penjelasan dari pemandu wisata, gue dan Bang Firzy coba eksplorasi Gunung Padang ini sendiri. Ternyata banyak juga yang Bang Firzy tau dari buku-buku yang Bang Firzy pernah baca. Gue jadi ada banyak tambahan ilmu pengetahuan hari itu.

Sambil kami eksplorasi, ga lupa kami juga menikmati keindahan alam di sekitar Gunung Padang ini. Seriusan, indah banget! Kalian kalau ada libur panjang dan bingung mau kemana, sempetin deh ke tempat wisata ini. Buat kalian penikmat wisata alam, dijamin puas banget sama pemandangan yang disuguhkan di tempat wisata ini.
kaskus-image

Gunung Padang ini tuh dikelilingi sama pepohonan di sekitarnya. Indah banget seriusan! Tapi kalian juga harus tetep mematuhi peraturan yang ada di Gunung Padang ini ya. Banyak batu yang diminta untuk jangan diinjek, ada beberapa batu yang dikasih pager rantai untuk jangan dilewati, dan ada juga batu yang diminta untuk jangan dipukul-pukul. Mohon banget dipatuhi. Soalnya kemarin saat kami kesana, banyak orang yang sampe berulang kali diingetin sama pemandu wisata dan penjaga di sana untuk mematuhi peraturannya. Mereka pasti punya alasan untuk semua aturan yang ada. Jangan karena kalian ga percaya mitos atau takhayul terus main dilanggar gitu aja. Hehehe.

Bang Firzy dan pemandu wisata saling melengkapi ketika menjelaskan sejarah di masing-masing undakan ini. Gue bener-bener puas deh jalan-jalan ke Gunung Padang ini. Tanpa terasa, hari udah mulai sore dan pengunjung mulai makin rame. Banyak yang mau nikmatin sunsetdi Gunung Padang ini soalnya. Gue dan Bang Firzy sih memutuskan untuk udahan. Soalnya kalau terlalu rame juga susah juga nikmatin sunset-nya kan? Yakin aja, suatu saat nanti kami bakalan bisa kesini lagi. Amiiin.
Tika1909
singgihwahyu
itkgid
itkgid dan 29 lainnya memberi reputasi
30
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.