Kesultanan Aceh dan Pengakuan Kedaulatan Belanda dari Spanyol
TS
dellesology
Kesultanan Aceh dan Pengakuan Kedaulatan Belanda dari Spanyol
Hello GanSis balik lagi di thread kreator yang masih newbie ini.
Kali ini izinkan kreator membagikan info sejarah yang mungkin bisa menambah khazanah ilmu kita ya GanSis.
Thread kali ini ane akan bahas mengenai Kesultanan Aceh Darussalam yang ternyata fakta sejarah mencatat bahwa Kesultanan Aceh Darussalam merupakan negara berdaulat yang pertama kali mengakui kedaulatan dari Kerjaan Belanda.
Loh!!! Mungkin GanSis berfikir negara berdaulat kok bisa setelahnya dijajah oleh Belanda. Nah mungkin ini seperti kata pepatah yakni air susu dibalas dengan air tuba.
Sebelum kita lihat versi lengkapnya jangan lupa GanSis untuk lihat sejarah awal dari berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam.
Spoiler for Sejarah Awal Kesultanan Aceh:
Bendera Kesultanan Aceh (Sumber: Google.com)
Kesultanan Aceh Darussalam pertama kali didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah ditahun 1496 atau diabad ke-15. Awalnya Kesultanan Aceh berdiri dibawah naungan Kerajaan Lamuri sebelum akhirnya memisahkan diri dan merdeka,Wilayah dari Kesultanan Aceh terdiri dari daerah Daya, Pedir, Lidie, dan Nakur.Yang selanjutnya ditahun1524 wilayah Pasai sudah masuk kedalam kedaulatan Kesultanan Aceh dan wilayah Aru.
Dimasa Kejayaan Kesultanan Aceh mengalami ekspansi dan pengaruh cukup besar dimasa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda(1607-1636) hingga tahun 1629 Kesultanan Aceh berusaha melawan Portugis di Malaka terdiri dari 500 buah kapal dan 60000 tentara laut,namun usaha ini gagal.Walaupun ditahun yang sama Kesultanan Aceh berhasil menduduki wilayah Kedah di Malaysia.
Bangunan awal dari Masjid Baitul Rahman (Sumber: Google.com)
Sebelum Sultan Iskandar Muda menjabat sang kakek yakni Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed Al-Mukammil mengirim utusan khusus ke Eropa sebagai tanda kedaulatan Kesultanan Aceh Darussalam dan memperkuat kekuatan diplomasi dari Kesultanan Aceh.
Nah sekilas tadi mengenai sejarah awal dan kejayaan dari Kesultanan Aceh selanjutnya sejarah awal pengakuan kedaultanan dari Kerajaan Belanda yang dilakukan oleh Kesultanan Aceh.
Spoiler for Pengakuan Kesultanan Aceh atas Kedaulatan Belanda:
Surat kabar Provinciealse Zeeuwse Courantyang terbit di Middleburg(Belanda) pada tanggal 25 Oktober 1978 menceritakan peristiwa upacara sebuah monumen yang didirikan di kota Middelburg, sebagai kenangan Duta Kesultanan Aceh Darussalam, Tengku Abdul Hamid, yang meninggal di Belanda pada tanggal 10 Agustus 1602. Tengku Abdul Hamid merupakan salah satu Diplomat yang diutus oleh Sultan Aceh saat itu yakni Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed Al-Muzammil atau kakek dari Sultan Iskandar Muda.
Gambar Pangeran Maurice Van Orange (Sumber: google.com)
Pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 Belanda berusaha melepaskan diri dari cengkraman Spanyol yang di inisiasi oleh Pangeran Maurice Van Orange yang memproklamirkan berdirinya Kerajaan Belanda. Akibat dari pernyataan Pangeran Maurice rakyat Belanda mengalami perang besar dengan Spanyol. Di karenakan alasan takut dengan kekuasaan Spanyol Pangeran Maurice akhirnya mencari dukungan ke negara di belahan bumi bagian Asia untuk mencari dukungan dan sekutu untuk mengalahkan dominasi Spanyol di Belanda.
Hingga akhirnya Republik Belanda mengambil keputusan mengadakan hubungan diplomatik dengan Kesultanan Aceh Darussalam. Untuk melaksanakan keputusan tersebut Pangeran Maurice mengirimkan sebuah delegasi yang dipimpin oleh Komisaris Negara Gerard de Roy dan Laksamana Laurens Bicker, dengan empat buah kapal, yaitu Zeelandia, Middelburg, Langhe Bracke dan de Sonne. Mereka berangkat menuju Aceh 29 Januari 1601 dan tiba 23 Agustus 1601.
Saat delegasi Aceh yang dipimpin Laksamana Sri Muhammad bertemu pangeran Maurice (Sumber: Tengkuputeh Blog)
Namun sayang belum sampai kepada Pangeran Maurice Tengku Abdul Hamid yakni utusan dari Sultan Aceh meninggal di Zeeland salah satu wilayah belanda yang akhirnya dimakamkan di Gereja Saint Peter di Middleburg provinsi Zeeland Belanda, yang kemudian digantikan oleh Laksamana Sri Muhammad sebagai ketua delegasi Kesultanan Aceh menggantikan Tengku Abdul Hamid.
Tepat pada tanggal 1 September 1602 delegasi Aceh dibawah pimpinan Laksamana Sri Muhammad menghadap Pengeran Maurice di markasnya. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Delegasi Aceh menyerahkan surat kepada Pangeran Maurice Surat Kepercayaan dan Surat Pengakuan dari Kesultanan Aceh terhadap Republik Belanda, yang disampaikan dengan khidmat bingkisan-bingkisan dari Sultan Alaiddin Riayat Syah Saidil Mukammil sebagai satu bentuk tanda dimulainya persahabatan antar dua negara tersebut.
Penyerahan Surat Kepercayaan dan pengakuan kedaulatan Belanda oleh Delegasi Aceh kepada Pangeran Maurice (Sumber: Tengkuputeh)
Upacara penerimaan Delegasi Aceh diadakan dengan khidmat dan meriah. Selesai pembicaraan resmi dengan Pangeran Maurice, kepada Delegasi Aceh diperlihatkan hasil-hasil perang menghadapi Spanyol, juga meninjau kota-kota dan kampung-kampung di Belanda. Menurut catatan sejarah, Aceh merupakan Negara berdaulat pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Belanda yang baru lahir secara de facto dan de jure. Namun sayang hubungan ini rusak setelah ambisi Belanda menguasai Indonesia dan khususnya Aceh dengan menggunakan teknik Spionase dengan mengutus Snouck Hungronje untuk memperdalam islam hingga menghancurkan Aceh dari dalam.
Adapun GanSis isi surat dari Pangeran Maurice kepada Sultan Aceh yang dikirimkan melalui delegasi Belanda yakni Gerald de roy sebagai berikut:
Quote:
"Pada tahun yang baru lewat, 1598 Masehi, atas perintah telahpun bertolak dua buah kapal dagang dari negeri ini, dengan tujuan mengadakan perniagaan di Hindia Timur, kapal mana sudah tiba di sana pada tanggal 15 Agustus tahun itu juga.
Quote:
Telah dikabarkan kepada beta betapa baiknya sambutan yang diberikan kepada mereka oleh Yang Mulia dan betapa cermatnya pelayanan yang diberikan mereka ketika mereka tiba di kerajaan Yang Mulia, disamping itu betapun mendapat kabar juga bahwa dengan memenuhi peraturan yang berlaku dan dengan segala kejujuran mereka telah melaksanakan maksud-maksud perdagangan tersebut.
Tapi tatkala orang-orang Portugis yang menjadi warga dari Kerajaan Spanyol, musuh kami, mendapat kabar bahwa mereka sedang mendapat perlindungan dan bantuan yang dijanjikan oleh Yang Mulia, merekapun lalu menceritakan hal-hal yang dusta, untuk menyesatkan Yang Mulia, diantaranya dikatakanlah oleh mereka bahwa para saudagar Belanda itu adalah bajak laut, dan bahwa kedatangan mereka adalah untuk merampas kerajaan Yang Mulia.
Hasil pendustaan itu, Yang Mulia telah menitahkan menangkap Frederick de Houtman, nahkoda salah satu dari kapal itu, bersama beberapa awak kapal, serta menahan mereka, hal mana berakibat penderitaan mereka.
Dengan keyakinan akan belas kasihan Yang Mulia terhadap mereka, inginlah beta menyampaikan harapan agar kiranya Yang Mulia menitahkan mereka dipelihara dengan baik, sebagai juga dilakukan terhadap setiap warga yang berkunjung ke kerajaan Yang Mulia, yang bebas telah kembali, semoga para tawanan yang sekarang berada di negeri Yang Mulia dapat pula mengecap kebebasannya kembali.
Kepada beta dikabarkan pula bahwa orang-orang Portugis telah mengadakan peperangan terhadap kerajaan Yang Mulia atas perintah Raja Spanyol, dengan tujuan untuk merampas negeri itu dan menjadikan warganya hamba sahaya, sebagaimana yang demikian telah dilakukannya selama lebih dari 30 tahun di negeri kami.
Tapi Tuhan Yang Maha Kuasa tidaklah sekali-kali ingin demikian, dan sebaliknya kami telah mengangkat senjata menentang penjajahan itu dan akan melakukannya sampai berhasil.
Oleh sebab-sebab itulah beta bermohon kepada Yang Mulia agar kiranya tidak mempercayai orang-orang Portugis tersebut, dan supaya Yang Mulia tidak perlu mencurigai lagi kepada warga yang datang dari negeri beta dan untuk mendapat kesempatan berniaga, maka inilah beta menugaskan perutusan beberapa wakil beta membawa surat ini, terdiri dari para delegasi berkuasa penuh sejumlah empat orang, yaitu nahkoda-nahkoda Cornelis Bastiaanse, Jan Tonneman, Matthys Antonisse dan Cornelis Adriaanse, bersama beberapa komisaris (zaakgelastigden), yaitu Geradl de Roy, Laurens Begger, Jan Jacobs dan Nicolas van der Lee, kesemuanya berangkat dengan empat kapal untuk, atas nama beta, mengadakan perundingan dengan Yang Mulia, untuk membicarakan bantuan-bantuan apakah yang dikehendaki untuk menumpas musuh-musuh.
Demikian pula kepada mereka telah beta beri izin tugas untuk memberikan bingkisan-bingkisan yang lazim kepada Yang Mulia sebagai bukti dari idam-idaman beta mengadakan pesahabatan dengan Yang Mulia.
Beta mohon agar bingkisan yang dikirim itu mendapat sambutan. Dan dengan ini beta mendoakan kepada Tuhan agar Yang Mulia dan kerajaannya bertambah luas sesuai dengan keinginannya.
Quote:
Termaktub di Den Haag, Belanda, pada tanggal 11 Desember 1600
Quote:
Tangan yang dicium oleh hambanya
Quote:
Tertanda Maurice de Nassau
Selain itu bukti lainnya adalah pembuatan prasasti dan peresmian prasasti untuk mengenang Tengku Abdu Hamid atas jasanya sebagai utusan Aceh untuk pengakuan kedaulatan Belanda. Peresmian prasasti dari Tengku Abdul Hamid dilakukan oleh Pangeran Bernhard suami dari Ratu Juliana tahun 1978
Quote:
Pangeran Benhard atas nama Kerajaan Belanda meresmikan Monumen Kenangan kapada Duta Kesultanan Aceh Darussalam Abdul Hamid. Gambar di atas Pangeran Benhard baru selesai membuka tirai yang menutupi sarakata di atas marmer pada monumen ; di belakang Drs. Garnawan Dharmaputera Kuasa Usaha yang mewakili Duta Besar Republik Indonesia di Negeri Belanda (Sumber: Tengkuputeh)
Prasasti mengenang Tengku Abdul Hamid (Sumber: Tengkuputeh)
arti dari prasasti tersebut adalah sebagai berikut:
Kenangan kepada Abdulhamid Ketua Perutusan Aceh yang diutus Oleh Sultan Alauddin Riayat Syah Lillahi Fil Alam Kepada Pangeran Maurits yang berangkat dengan kapal-kapal Zeeland de Zeelandia dan Langhe Barcke Beliau meninggal dalam usia 71 tahun Dimakamkan dalam gereja tua di Middelburg Yayasan Dana Peucut yang membuat monumen ini Pada tanggal 24 Oktober 1978.
Nah GanSis itu dia sejarah singkat dan peranan Kesultanan Aceh kepada Belanda namun sayang tak lama kedaulatan Belanda didapatkan malah Belanda melakukan penjajahan sama seperti yang dilakukan Portugis dengan dalih perdagangan rempah justru melakukan eksploitasi dan penjajahan atas nama kekayaan warga negara Belanda bukan murni untuk berdagang seperti yang di ucapkan saat awal meminta pengakuan atas kedaulatan mereka.
OK GANSIS cukup sekian thread kali ini jangan lupa kasih dan dari kisah ini kreator mau kasih sedikit statement bahwa kita tidak perlu merasa minder sebagai negara berkembang, kareba sejarah telah mencatat peranan Indonesia cukup kuat bagi Belanda melalui Aceh bahkan mungkin Indonesia tidak pernah ada jika tidak ada Aceh karena banyak sekali sumbangan dari Aceh untuk Indonesia di awal Kemerdekaan
Semoga kita menjadi generasi yang tidak lupa akan sejarah bangsanya sendiri ya GanSis.
Sekali lagi kreator pamit dan sampai jumpa di thread berikutnya