sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#60
Bab 22: Persembahan Terakhir
REVAN

Hati Revan masih sangat galau pasca ditolak oleh ayah Mega. Ia bingung hendak curhat ke siapa karena ia masih malas untuk bercerita. Semakin lama ia memendam masalahnya, hati Revan kian sesak. Ia butuh teman bercerita untuk saat ini. Alhasil, ia pun mengundang Jojo ke rumahnya.

“Tumben kau hanya mengundang aku kali ini?” ujar Jojo blak-blakan.
“Aku baru putus sama Mega. Ayahnya enggak setuju dengan hubungan kami,” balas Revan dengan ekspresi kecut.
“Ah, aku juga baru putus dengan Zulfa, Van. Orang tua kami sepertinya tidak merestui kami berdua. Tapi, aku sekarang sudah mulai bisa menerima kenyataan itu, meski pahit,” timpal Jojo balik sembari tersenyum yang tak kalah kecut dari Revan.
“Aku stress ini. Aku merencakan sesuatu malam ini, makanya aku mengundang kau, Jo,”

Mendengar kata sesuatu, Jojo menjadi penasaran bukan main.

“Apaan?”
Revan membisikkan sesuatu ke telinga Jojo.
“Ah, gila kau. Kau mau ngajak aku minum anggur?” ujar Jojo spontan.
“Jangan kencang-kencang, nanti ibuku dengar. Kita kan lagi sama-sama galau, marilah sesekali kita minum anggur untuk melupakan masalah kita,”

Mendadak, Jojo jadi mengerti mengapa Revan tidak mengundang Arman dan Ipul. Iman mereka berdua masih terbilang lurus sehingga tidak mungkin mereka mau diajak meminum anggur yang haram.

Setelah bepikir sejenak, Jojo akhirnya menyetujui rencana gila Revan. Mereka berdua pun bersama-sama menuju sebuah warung kecil yang menjual anggur merah. Lalu, mereka diam-diam sembunyi di dalam kamar Revan sembari memutar lagu melow Betaria Sonata agar orang tua Revan tidak curiga.

Mereka pun menata gelas di depan mereka lalu membuka tutup botol anggur yang sudah mereka pesan tadi.
“Kau yang minum duluan, Jo,” sahut Revan.
“Ogah, kau duluan. Ini pengalaman pertamaku. Takut khilaf aku, Van,” balas Jojo.
“Ini juga pertama kalinya buatku, Jo,”
Mereka saling berdebat, siapa yang akan pertama kali menegak minuman haram tersebut.
“Ya sudah, sini aku aja yang mulai. Bismillah,”

Jojo menuangkan botol anggur itu ke dalam gelas. Ia sendiri deg-degan dan tidak bisa membayangkan bagaimana rasa minuman haram tersebut. Sementara itu, Revan mengamati Jojo yang tengah bersiap-siap menikmati tegukan pertama minuman haram itu dengan seksama.

Deg. Tangan Jojo tiba-tiba berhenti.
“Kau kenapa berhenti, Jo?”
“Astagfirullah hal adzim, aku jadi ingat Zulfa, Van. Dia sudah hijrah. Masa aku berubah jadi nakal kayak gini. Sayang, nanti salatku nggak diterima selama empat puluh hari kalau aku minum anggur ini,”

Mendadak, Revan juga terdiam.

Tiba-tiba, Revan teringat kembali nasihat kakeknya yang masih kental dengan nilai-nilai Islam. Ia merasa bego sendiri karena hendak berbuat bodoh dengan meminum barang haram itu hanya gara-gara stress putus cinta.
Malam ini, mereka mengurungkan niat mereka untuk minum. Alhasil, isi botol anggur yang masih penuh itu mereka buang di kamar mandi dan bekas botol itu langsung mereka asingkan ke tempat sampah yang agak jauh dari rumah Revan agar ibunya tidak curiga.
“Jo, aku mau minta tolong satu lagi sama kau,”

Jojo mendengar rencana terakhir Revan. Tentu, ini bukan rencana bodoh lagi, melainkan sebuah rencana perpisahan yang belum sempat Revan berikan kepada Mega.

***

Suasana kafe ini tak banyak berubah. Masih tampak sama seperti pertama kali Revan menembak Mega. Hanya saja, cerita mereka berdua di kafe kali ini sudah bukan tentang sepasang kekasih yang bersama-sama merajut harapan, melainkan sepasang manusia yang sama-sama melepas harapan pelan-pelan karena takdir tidak sejalan dengan kenyataan.

Kemarin, Revan mengundang Mega untuk datang ke kafe ini. Ia berjanji, malam ini akan menjadi malam perpisahan yang tak akan Mega lupakan. Anggap saja, ini adalah hadiah terakhir dari Revan untuk semua cerita yang telah mereka lalui bersama.

Mega duduk di tempat biasa. Ia heran karena sedari tadi tak melihat Revan. Yang ada, dia hanya menemukan sebuket bunga mawar yang tergeletak di atas meja dan selembar kartu kecil yang tertera nama Revan di dalamnya.
Lalu, kedua mata Mega tiba-tiba tergerak menatap panggung ketika seseorang mengucapkan sesuatu melalui microphone di panggung tersebut.

“Selamat malam, teman-teman! Malam ini, saya ingin membawakan sebuah lagu yang saya dedikasikan untuk perempuan yang saya cintai,”

Semua pengunjung tertuju ke arah panggung, tak terkecuali Mega. Ia sendiri tidak percaya jika pria yang saat ini duduk di atas panggung sambil memegang microphone adalah Revan. Dia tampil dengan sangat elegan lengkap dengan para pemain band yang berada di sampingnya.

Rencana inilah yang dibicarakan oleh Revan malam kemarin. Ia mengajak Jojo dan salah satu kenalannya untuk manggung di kafe malam ini. Jojo membawa sebuah gitar akustik dan kenalan Revan yang lain memainkan kajon. Sementara itu, Revan yang menjadi vokalis kali ini.

Sesaat kemudian, sebuah lagu dari Judika yang berjudul “Mama Papa Larang” pun mereka bawakan dengan penuh penghayatan. Suara Revan yang agak serak-serak terdengar enak di telinga para pengunjung. Cukup banyak dari mereka yang terpukau dengan penampilan Revan, apalagi Mega yang takjub dan tak banyak bersuara. Malah, ia meneteskan air mata ketika mengingat semua hal yang telah terjadi di antara mereka berdua.

Lagu tersebut berakhir dan tepuk tangan para pengunjung yang terharu dengan penampilan Revan terdengar memenuhi ruangan kafe.

Selesai manggung, Revan menemui Mega di depan kafe yang agak remang. Tak banyak orang yang memperhatikan keberadaan mereka berdua. Sementara itu, Jojo mengamati dari kejauhan dan membiarkan mereka berdua berbicara untuk yang terakhir kalinya.

“Semoga kamu bahagia, ya, Mega,”
“Kamu juga, Van,”

Selepas percakapan mereka usai, Mega memeluk Revan untuk yang terakhir kalinya. Tak lupa juga, Mega meninggalkan sebuah bekas ciuman di pipi kanan Revan.

Melihat hal itu, Jojo pun merasa aneh. Ia bergumam sendiri dalam hati, kenapa aku kemarin nggak minta ciuman dari Zulfa ya? Bego banget. Namun, pemikiran konyol itu segera Jojo tepis dengan cepat.

Revan dan Mega sempurna berpisah dan menjalani kehidupan masing-masing. Ketika bertemu di kampus, mereka bersikap seolah tak ada hal yang pernah terjadi di antara mereka berdua. Meski awalnya sulit, lambat laun mereka mulai terbiasa dengan keadaan tersebut.
Diubah oleh sandriaflow 12-01-2020 13:10
coxi98
fransjabrik
fransjabrik dan coxi98 memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.