Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1262
Proyekan? Serius NIh?
“Yaudah, ikutin kata Pak Sudrajat dulu aja. Ngapain kamu malah sibuk nungguin Pak Adam terus? Nanti kalau kamu udah bikin Pembahasan, baru deh diajuin lagi ke Pak Adam. Kan enak tuh, jadinya bisa nguatin teori kamu ke Pak Adam.” Ujar gue.

“Tapi penelitian aku kan proyeknya Pak Adam.” Kata Emi.

“Sebentar, apaan? Proyek?” gue agak kaget dengan kenyataan yang barusan gue dengar.

“Iya, Zy. Penelitian aku itu proyek dosen.”

“Aku paling nggak setuju sama mahasiswa yang penelitiannya ikut proyek dosen. Proyek-proyek yang menurut aku hanya mengeksploitasi mahasiswa demi kepentingan segelintir orang.”

“Kamu yang sibuk kerjain,” gue melanjutkan, “Kamu yang susah payah lapang ngejalanin penelitian yang dibiayai sama mereka. Kamu yang sibuk nyusun skripsi kamu. Nanti skripsi kamu dibikin di jurnal sama dosen. TAPI dosen nggak akan bisa cantumin nama kamu karena kamu belum lulus S1. Coba aja, pasti begitu nanti ujungnya.”

“Aslinya aku udah ajuin proposal penelitian yang aku susun sendiri ke Akademik, tapi Akademik minta Bu Ratna buat ingetin aku kalau aku harus ambil satu mata kuliah di Fakultas B sebelum bisa mulai penelitian. Dan itu juga baru bisa diambil semester delapan ini. Aku ngerasa berat di beasiswa aku. Aku nggak mau bebanin orang tua aku kalo misalnya nanti aku nyelesein kuliah lebih dari 4 tahun.”

Gue kaget juga sebentar karena harus mendengar fakultas B. kenapa mesti kesana ya? disana kan banyak berkecimpung orang-orang yang bermain di bidang genetika. Termasuk salah satu lulusannya itu Anin.

“Kan bisa cari tema yang lai.” kata gue menyarankan.

“Gampang bilang gitu, nggak gampang buat yang ngejalanin, Zy. Akhirnya Bu Ratna sendiri yang nyaranin aku buat ikut proyek dosen aja. Proyek Bu Ratna dan Pak Adam. Mereka ada dua tema dengan masing-masing empat judul. Di lokasi yang sama. Dan jadi lah penelitian aku begini.”

“Aku masih berpikir HARUSNYA kamu bisa cari tema yang lain. Tapi yaudah mau gimana? Udah terlanjur jalan bukan? Mau aku kecewa atau gimana juga udah nggak bisa diapa-apain lagi. Kamu yang jalanin ini. Jadi harus kamu terima. Sekarang aku minta, kamu improvisasi di penelitian kamu itu. Biar penelitian kamu nggak jadi penelitian ecek-ecek yang nantinya cuma menuhin perpustakan tanpa ada manfaat berarti. Ikutin kata Pak Sudrajat kalo perlu, perjuangin ke Pak Adam. Mudah-mudahan dia mau ngerti. Biar kamu keliatan beda walaupun kamu proyek dosen. Aku yakin kamu pasti bisa.”

“Iya, Zy. Aku usahain ya. Maafin aku.”

“Maaf buat apaan?”

“Karena kamu kecewa kalau aku begini ternyata.”

“Kamu nggak pernah ngecewain aku sedikitpun, Mi. At least hingga saat ini. Masa iya, cewek NIM ketiga dari atas bisa ngecewain cowok yang NIM-nya ketiga dari bawah? Hahaha.” Gue mencoba mencairkan suasana.

“Ada-ada aja lu, Upil Gajah!”

“Yee, Sedot WC! Kenapa jadi ngehina gue sih?”

“Bangs*t! Bau dong gue?”

“Nggak kok, wangi. Kan sampe ke pantat-pantat kemaren aku ciumin! Hahaha.”

“Dih bangk*k malah dibahas lagi!”

“Bobo yuk?”

“Ayo. Udah teleponan hampir 3 jam nih.”

“Dadah.”

“Aishiteiru, Erika.”

Gue menutup perbincangan hangat yang bikin kuping juga hangat saking lamanya. Haha. Gue nggak nyangka ternyata orang sepintar dan secerdas Emi hanya melaksanakan penelitian hasil dari proyek dosen. Ini mah ujung-ujungnya udah jelas nggak ada manfaat berarti untuk orang banyak. Hanya bermanfaat untuk menambah pundi-pundi dosen doang.

Tapi gue juga berpikir, ini juga yang membuat anak yang mendapatkan beasiswa jadi mentok sana sini. Mau idealis dengan pemikirannya, malah terbentur masalah waktu beasiswanya. Jadinya nggak maksimal. Ini yang belum banyak dipikirkan solusinya.

Soalnya sayang aja, ternyata orang dengan pemikiran brilian macem Emi cuma ngelaksanain penelitian yang berdasarkan proyek dosen, yang hasilnya sangat bisa diutak atik sesuai request. Disisi lain, dia nggak berdaya karena dia anak beasiswa.

Coba bayangin, sebegitu banyak anak-anak yang berotak brilian tapi berakhir nggak bisa menghasilkan karya yang sangat baik yang harusnya bisa digunakan untuk kesejahteraan banyak orang. Kemampuan dan bakat alam mereka nguap gitu aja buat kepentingan segelintir orang yang memikirkan sisi kapitalis dari sebuah industri. Ya, lingkungan yang diindustrialisasi dan dikomersilkan.

Nggak usah banyak menyalahkan pemerintah atau siapapun kalau para ahli lingkungan atau siapapun yang mengerti tentang seluk beluk sains, menggadaikan idealismenya untuk materi-materi belaka yang memperkaya dirinya sendiri. Wajar jadinya banyak bencana dimana-mana. Salah satu fungsi mempelajari sains itu kan sebagai upaya pelestarian bumi kita agar bisa dinikmati lebih lama untuk anak cucu kita.

Apa daya kalau saintis-saintisnya udah pada gila dan lost their mind sampai akhirnya mau menuruti keinginan para kapitalis? Rusaknya lingkungan dan berakhir dengan adanya bencana itu kan karena ada keseimbangan alam yang dirusak oleh manusia, dan saintis yang seharusnya melindungi malah ikut jadi penjahat yang andil dalam merekayasa sesuatu yang seharusnya dilestarikan oleh mereka.

Mungkin Emi atau calon sarjana lainnya nggak berpikir jauh sampai disana, karena sepertinya yang mereka butuhkan cuma lulus dengan nilai baik biar nanti gampang cari kerja. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang cupu tapi otaknya super brilian yang pada akhirnya malah jadi penjahat?

Seperti banyak film superhero dunia yang terkenal, banyak penjahat besar mereka itu lahir dari orang-orang yang brilian tapi frustasi dengan keadaan dunia yang seolah nggak pernah adil sama mereka. Entah nggak pernah punya teman sejati, entah penelitiannya ditolak mentah-mentah dan segala macamnya, sampai datanglah orang-orang jahat berduit yang memanfaatkan kemampuan brilian otak mereka.

Ya, fenomena ini kurang lebihnya hampir sama yang terjadi didunia nyata bukan? Proyek dosen itu di dunia nyata itu sebenernya kayak cerminan inspirasi para pengarang komik superhero untuk menciptakan great villain bagi para superhero. Ini baru dikaitkan dengan teknikalnya. Belum kalau urusan perpolitikannya juga dimasukkan. Jadinya kayak negara kita sekarang ini. Ada musibah bukannya saling bantu malah dipolitisir nggak karuan kan.

Perang teori tanpa ada solusi pasti. Itu yang selalu terjadi dinegara ini bahkan dinegara-negara lain dibelahan bumi manapun. Ketika sains diracuni oleh urusan politik, maka akan hancur sebuah negara. Karena semuanya untuk kepentingan segelintir orang. Merelakan lingkungan penunjang kehidupannya rusak demi memperkaya diri itu parah banget menurut gue.

Itu menjadi wajar fenomenanya. Diakar rumputnya sendiri secara nggak sadar kita dibuat untuk menjadi seperti itu. Ya karena salah satunya mengerjakan proyek-proyek dosen ini. Kita dipaksa untuk menurut sama keinginan kapitalis demi sebuah nilai A dalam karya ilmiah kita. Selebihnya? Tulisan ilmiah kita dibuat sesuai keinginan para investor lah. Bermanfaat untuk orang banyak? Big no lah pastinya.

Ntar kalau udah ada akibat seperti bencana dari kesalahan manusia brilian yang memilih untuk menjual integritasnya, tinggal nunggu perang saling menyalahkan aja nanti yang nggak pernah berakhir bakalan terjadi. Bahkan sampai orang-orang yang nggak kompeten dibidangnya pun bisa bersuara yang kalau gue melihatnya lebih kepada sok tau. Udah sok tau, ketemu orang sok tau lainnya, jadi berantem. Kan gobl*k.

Orang-orang sok tau ini juga muncul karena orang-orang yang benar-benar tau malah dipertanyakan integritasnya. Lebih baik jadi orang oportunis aja, diem aja yang penting dapet untung besar, daripada harus susah-susah meladeni orang-orang yang nggak kompeten ini. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini yang mestinya dihilangkan. Tapi sepertinya fenomena seperti ini udah lumrah apalagi didunia yang terdigitalisasi seperti sekarang ini.

Lihat bagaimana hal kecil seperti proyek dosen itu bisa berimbas sangat besar ke masa depan lingkungan dan dunia itu sendiri. Ini baru dari satu jurusan. Belum satu fakultas, belum satu kampus. Belum lagi kalau udah berurusan sama pihak-pihak terkait. Lingkungan kita dirusak secara sistemik dan berkesinambungan. Baik lingkungan hidup, lingkungan sosial, sampai ke urusan geopolitik, rusak semuanya karena keegoisan segelintir orang oportunis.

Dimulai dari dirusaknya mindset para intelektual muda yang seharusnya jadi penggerak perubahan, malah dicetak sebagai penerus kerusakan. Lalu mereka dimasukkan ke pos-pos terkait. Tapi karena udah rusak mindsetnya, mereka alih-alih mau mengubah keadaan, malah jadi villain selanjutnya yang bahkan bisa lebih jahat karena fasilitas makin canggih dan tingkat kecerdasannya lebih baik dari para pendahulunya.

Itu yang akhirnya juga ceritakan ke Emi. Alur seperti ini yang menurut logika gue sangat masuk akal, harus diceritakan. Biar dia juga bisa mikir bagaimana kedepannya. Harus diliat juga bagaimana dia mendapatkan data yang jelek sekali dan nggak sesuai dengan data yang disediakan oleh pihak terkait. Kok bisa data yang harusnya sinkron menjadi nggak sinkron padahal pengambilan sampelnya didapat dari tempat yang sama? nggak logis kan? Tapi ya jadi logis, kan datanya diminta untuk ‘disesuaikan’. Haha. T*i. lagu lama banget.

Emi sangat memaklumi perhatian gue yang sangat besar terhadap ketidakbenaran sistem ini. Tapi ya itu tadi, semua dilakukan secara terpaksa. Nah bagi gue, keterpaksaan ini yang harus dihilangkan. Gimana caranya? Ya ngubah sistem. Gimana ngubah sistem? Pucuk kepemimpinannya dulu dicari yang benar-benar kompeten dibidangnya.

Ada pepatah yang bilang, kalau sesuatu hal ditangani sama yang bukan ahlinya, tinggal tunggu aja kehancurannya. Makanya gue selalu berusaha untuk mendalami berbagai ilmu pengetahuan baru, agar gue bisa dan mampu. Bukan hanya sekedar melengkapi keinginan pribadi gue aja.

Gue capek juga mikirin kayak gitu terus. Jadinya gue mendingan main game aja dikostan. Entah kenapa waktu main itu gue nggak konsen dan malah keingetan pas main sama Emi buat pertama kalinya. Emi sempat menuduh gue kalau tujuan akhir gue macarin Emi ya karena urusan tidur menidurkan ini. Padahal nggak kayak gitu.

Emi sempat ragu sampai akhirnya gue berhasil meyakinkan Emi. Ya wajar sih, namanya juga baru pertama kali kan. Dulu kan gagal karena Emi lagi halangan. Sekarang, karena Emi udah tau secara teori, ya tinggal praktekin aja.

Gue mengingat setiap momen tersebut. Entah kenapa sensasinya sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya. Gue yang sudah merasa beruntung ketemu Emi, ternyata bisa dapat kesempatan juga main sama Emi. Emi nggak secupu itu kok. apalagi ditambah dengan koleksi pemersatu bangsanya itu membuatnya jadi seperti terbiasa. Mana ada kejadian uniknya juga kan. Haha.

Pada percobaan pertama, gue meminta perlahan-lahan Emi untuk membuka seluruh pakaiannya. Tadinya ragu, tapi lama-lama jadi biasa aja. keadaan sudah semakin panas ketika gue melihat Emi hanya mengenakan bra aja. gue mendekatkan badan ke Emi dan mulai menciuminya. Ciuman kami terus berlanjut sampai sesi french kiss.

French kiss ini kami lakukan sampai pegal. Satu persatu pakaian yang kami pakai terlucuti dengan sempurna. Posisi kami saat itu adalah, Emi gue naikkan ke washtafel. Gue membiarkan kaki dan tangannya melingkar dibadan gue. Gue nggak melepas ciuman gue. Begitu juga dengan Emi. Emi sungguh sangat luar biasa performanya malam itu. Performa ciumannya begitu lugas dan selalu membuat enak.

Setelahnya, kami berpindah ke kasur yang berwarna putih itu. Kami sempat ngobrol sebentar. Di titik inilah Emi merasa ragu. Tapi setelah gue yakinkan, kami melanjutkan sesi foreplay ini. Posisi Emi ada dibawah sementara gue diatasnya. Gue nggak berhenti menciuminya.

Sesuai kebiasaan gue, gue memulai ciuman gue dari bawah dulu. Dari mulai kaki, ke paha dan ke pangkal pahanya. Emi terlihat sangat menikmati dan sesekali merasa geli. Tandanya adalah, Emi menjambak lembut rambut gue. Gue seperti melihat anak SMP yang baru puber saat itu. Mungkin dia udah feeling kali ya bakal ada sesi iya iya ini, jadinya dia memangkas semua kebun teh yang ada dibawah sana. Bersih banget. plus wangi pulak. Hahaha.

Lalu sesi berlanjut dengan menjilati seluruh pangkal pahanya. Emi menikmati sambil sesekali merapatkan pahanya dikepala gue yang membuat gue agak tertekan, tapi ya nggak apa-apa namanya juga orang lagi keeanakan kan. Haha. Setelahnya gue naik keatas, ke perut, kemudian bagian dada. Dibagian ini sebelumnya sudah pernah gue liat.

Gue agak sedikit ketawa karena Emi badannya kecil dan mukanya masih bocah, tapi bodinya oke banget. dengan proporsi dada mendekati milik Keket tapi bentuk badan mirip Ara dan warna kulit mirip Feni, gue jadi seru aja melihatnya. Tentunya sangat tertarik untuk mengeksplorasi tubuh ‘bocah’ ini.

“Lain kali kamu pake seragam SMP dong yank. Kayaknya seru.” Bisik gue ditelinga Emi.

“Akuu…boleeh…ah..pelan-pelan dong.” Kata Emi setengah nggak konsen.

Iyalah dia nggak konsen, jari kiri gue bermain di pangkal paha, sementara tangan kanan terus bekerja didada kiri dia. Plintir sana plintir sini. Gimana dia mau konsen. Hehe.

“Mi. boleh ya masuk?” tanya gue pelan.

Emi agak ragu untuk mengangguk. Tangannya berada didepan mulutnya. Tapi akhirnya dia mengangguk. Gue pun tersenyum simpul dan perlahan tapi pasti memasukkan si rocky yang udah kekar banget ke lubang surga si Emi yang udah basah banget.

Sesi blow blow? Haha nggak pake. Karena udah kepalang tanggung. Lagian tadi gue dan Emi menikmati yang seperti itu kok. dari kamar mandi pindah ke kasur. Itu udah kepalang enak jadi susah dapet enaknya lagi kalau berubah gayanya.

Perlahan dengan gerakan maju mundur, gue memasukkan si rocky. Biar dia akrab dirumah baru. Terasa sangat sulit masuknya. Mungkin karena baru pertama kali ya. gue terus berusaha, dan pada akhirnya ada momen dimana si rocky sakit banget karena pertahanan Emi yang sangat kuat.

“Kamu nggak kerasa sakit Mi?” kata gue.

“Sakit banget Zy. Tapi nggak apa-apa. Coba lagi yah. Biar sakit ternyata ada rasa enaknya loh. Dan aku suka.” Ujar Emi.

“Pelan-pelan aja ya.” gue meyakinkan lagi.

Emi hanya mengangguk.

Gue memasukkan kembali dan kali ini bisa dapat lebih dalam. Nggak butuh waktu lama, semuanya berjalan dengan lancar. Proses maju mundur ini kami nikmati sekitar 5 – 10 menitan.

“Aku udah mau keluar. Nanti kamu telen ya, biar sehat. Hehehe.”

“Iyaaa…ah ayo…”

Gue sukses mengeluarkan dimulut Emi. Suatu perjuangan buat gue, karena beralih dari bawah terus langsung diangkat keatas ke arah mulut itu perjuangan. Takut waktunya nggak nyampe malah udah keburu keluar. Hahaha. Untungnya semua bisa tertelan dengan baik oleh Emi.

“Gimana, asik kan?” tanya gue.

“hummmmm…” kata Emi sambil mengangguk.

Gue kemudian baru sadar ketika mau mulai ronde kedua. Kok nggak ada darah yang keluar ya? Gue jadi meragukan pengakuan Emi kalau dia belum pernah melakukan kayak gini sebelum sama gue. Gue sih kalau emang dia udah pernah juga nggak apa-apa. Toh gue juga bukan orang suci.

“Mi. Jujur sama aku. Kamu beneran belom pernah kayak gini sama mantan?” tanya gue pelan.

“Belum pernah. Kok kamu nggak percaya sama aku? Aku harus buktiin gimana?”

“Ya nggak gimana. Tapi aku bingung ini. Kok nggak berdarah sama sekali. apa aku kurang maksimal ya?”

“Hah? Masa sih yank?”

Gue dan Emi sedikit kebingungan. Ini adalah kali pertama gue bermain dengan cewek, baru pertama katanya, tapi nggak berdarah sama sekali. Gue sempat suudzon dan kecewa awalnya, bukan karena jebol duluan, tapi Emi nggak jujur soal dia udah pernah atau belumnya itu.

“Aku beneran berani sumpah sama kamu Zy. Aku belum pernah kayak gini sebelumnya. Aku aja ragu mau sama kamu. Aku takut kamu ninggalin aku nantinya.”

“Aku udah bilang nggak akan pernah kamu aku tinggalin yank. Aku udah mau serius. Aku capek sama keadaan yang nggak jelas. Aku udah dapet paket lengkap kayak kamu, masa aku tinggalin gitu aja?”

“Iya. Aku nggak mau main-main juga Zy. Aku percaya sama kamu. Aku yakin sama kamu. Makanya aku mau sama kamu buat kayak gini.”

“Hmmm. Yaudah deh kalau gitu. Gimana kalau kita coba main lagi. Siapa tau sekarang malah berdarah. Hehe.”

“Yee. Kamu ngajak kayak gini berasa kayak mau ngajak main game aja. hhahaha. Ayo deh.” Ujar Emi bersemangat kembali.

“Aku sayang banget sama kamu Mi.”

“Aku juga Zy.”

Sesi foreplay diulang lagi. Kali ini malah lebih hot. Semua pergerakan gue ulang. Padahal Emi udah ngerasain enak tadi, tapi pas diulang, tetep aja dia keenakan. Hahaha. Suseh emang, disenggol dikit gampang bener sang*nya. Hahaha.

Untuk kali kedua ini, gue berjuang lebih keras lagi. Emi juga lebih rileks dan menikmati alur pertarungan yang cukup seimbang ini. Gue sangat menyukai bagian gunung kembar Emi ini entah kenapa. Seru aja buat dimainkan berulang kali. Hehe. Gue banyak berkonsentrasi disana. Posisi yang enak itu adalah ketika gue memangku Emi sambil duduk. Kan jadinya muka gue pas di belahan gunung kembarnya itu.

Gue membuat banyak tanda pada malam itu. Dari mulai didada atas, dibelakang bahu kiri dan kanan, dan disekitaran gunung kembarnya. Udah kayak abis dikerokin aja ini. Pegal juga guenya yang berjuang membuat tanda ini.

Sekitar 15 menitan bertarung, posisi yang saat itu adalah dari belakang alias doggy style, akhirnya gue mengeluarkannya dipunggung dan pantat Emi. Disana pula gue melihat rocky berlumuran darah yang sangat banyak. Gue sempat panik karena darahnya mengalir terus-terusan nggak berhenti selama beberapa saat.

Kepanikan gue berujung dengan gue mengambil beberapa macam barang untuk mengelap darah Emi. Konsekuensinya adalah, hampir semua bercak darah ada dimana-mana. Gue baru sekali ini melihat cewek yang berdarahnya nge-pur dulu. Setelah percobaan pertama nggak berhasil, sekalinya nyoba lagi malah kayak ditusuk benda tajam, darahnya mengucur deras nggak berhenti. Haha.

“Akhirnya…..” kata Emi.

“Iya Mi aku selalu percaya kamu kok.”

“Sekarang urusannya gimana?”

“Hmm yaaa. Di bersihin Mi. hehehe.”

“Tapi ini belepotan dimana-mana Zy.” Kata Emi terdengar panik.

“Yaudah mau gimana….”

“Aku malu yank. Hahaha.”

“Yaudah Mi, sok cool aja ntar pas check out. Kayaknya yang bersih-bersih juga pasti udah terbiasa ngeliat kayak gini.”

“Beneran nggak apa-apa?”

“Beneran. Udah santai aja.”

Siangnya ketika check out, gue harus membayar sejumlah uang karena noda yang kami buat semalaman. Hahaha. Tapi yaudah nggak apa-apa lah, toh nggak ditanya macam-macam. Gue ketika mengingat momen itu, dan ketika gue mengingatnya juga bareng Emi disela obrolan kami, pasti itu langsung bikin ketawa-tawa nggak berhenti. Hahaha.

singgihwahyu
khodzimzz
itkgid
itkgid dan 22 lainnya memberi reputasi
23
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.