- Beranda
- Stories from the Heart
Under The Influence
...
TS
AresTheGodOfWar
Under The Influence
UNDER THE INFLUENCE
Genre : Romance, Drama, Crime, Mature, Voyeur.
Terjemahan dari judul, dibawah pengaruh. Multi tafsir, bisa dibawah pengaruh zat tertentu, dibawah pengaruh pikiran, dibawah pengaruh perasaan dsb.
Agar supaya bisa tetap menikmati cerita, anggap saja gw hanya seorang tukang cilok yang halu tingkat tinggi. Kalian tak perlu repot autentikasi maupun investigasi. Terima kasih.
Terjemahan dari judul, dibawah pengaruh. Multi tafsir, bisa dibawah pengaruh zat tertentu, dibawah pengaruh pikiran, dibawah pengaruh perasaan dsb.
Agar supaya bisa tetap menikmati cerita, anggap saja gw hanya seorang tukang cilok yang halu tingkat tinggi. Kalian tak perlu repot autentikasi maupun investigasi. Terima kasih.
《《《《《《《《《 ❖ 》》》》》》》》》》
PREAMBULE
Quote:
Bonus mulustrasi.
Gw pake vectorizer online untuk menggambarkan karakter dalam cerita. Bukan asli pastinya.
Jika ada tokoh baru, nanti menyusul.
Gw pake vectorizer online untuk menggambarkan karakter dalam cerita. Bukan asli pastinya.
Jika ada tokoh baru, nanti menyusul.
Spoiler for Playlist:
Spoiler for mulus:
Quote:
Diubah oleh AresTheGodOfWar 10-01-2020 20:14
nona212 dan 23 lainnya memberi reputasi
24
11.7K
76
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
AresTheGodOfWar
#59
19
"Siapa Kak? Pacar ya?" Tanya Laura setelah gw menutup telpon.
Gw hanya mengangguk pelan tetap fokus mengemudi. Baru saja gw kembalikan ke habitatnya di saku celana, Hp gw kembali bergetar.
"Angkat lagi gih Kak, berenti dulu aja gak apa2" Ujar Laura melihat hp gw berkedip2 di saku celana.
"Biarin aja deh, ini nih rumahnya" Gw pun menunjuk dengan menggunakan mulut, kebetulan pas lewat di depan rumah Sandra.
"Seriusan Kak? Tetangga aku dong hahaha..."
Tiba di depan gerbang rumah Om Suryo, gw segera turun dari mobil lalu memencet bel. Agak lama gw menunggu. Tanpa gw sadari Laura turun dari mobil, ternyata gerbangnya gak digembok. Setelah membuka gerbang, Laura masuk ke dalam mobil, tapi lewat pintu sebelah kanan.
"Tenang aja Kak, kalo cuma dari gerbang masuk ke garasi aku udah jago" Ujar Laura menepuk2 dadanya membanggakan diri.
Maksudnya Laura mau pamer, gw yang jadi gak enak sendiri. Keliatan banget Laura bukan tipikal anak yang manja, hanya saja, mungkin Om Suryo sebagai orang tua yang memanjakan. Melihat dan mendengar laju mobil dan suara tekanan gas mobil yang dikemudikan Laura, nampak dia memang belum cukup mahir. Ketika mobil sampai tepat di depan garasi, Laura membunyikan klakson mobilnya.
Pintu garasi rumah Om Suryo itu berbahan kayu, ada relnya gitu, untuk membukanya digeser kesamping. Tak lama setelah lampu di dalam garasi menyala, terdengar suara langkah kaki, tak lama pintunya pun tergeser kesamping.
"Ayah belum tidur?" Tanya Laura kepada Om Suryo yang baru saja membukakan pintu garasi dengan mengenakan singlet dan sarung. Laura menghampiri Om Suryo untuk cium tangan.
"Kok malem banget?" Om Suryo balik bertanya dengan Laura. Gw takut dianggap salah nganterin pulangnya kemaleman, hampir jam 11 malem gini.
"Tadi mampir dulu, sekali2 menikmati hidup" Jawab Laura kemudian masuk kedalam mobil untuk memasukkannya ke garasi.
Mendengar jawaban Laura, Om Suryo sepertinya tidak mempermasalahkan. Sama sekali tak ada tanda2 berpikiran negatif tentang gw.
"Om maaf, saya langsung pulang ya..." Gw meminta ijin untuk segera pulang, hp gw gak berhenti bergetar di dalam saku celana.
"Ya, besok pagi jam 6 ya... STNK kamu pegang saja."
Tanpa membuang waktu gw pun mengeluarkan motor dari dalam garasi, menutup gerbang depan lalu segera meluncur kerumah Sandra sebelum dia merajuk.
--------------------
Gw : "Aku udah di depan, kamu turun gih"
Di depan gerbang rumah Sandra gw menelpon Sandra. Malem2 gini di depan rumah orang, udah kayak maling aja gw. Tengok kanan kiri sepi banget gak ada tanda2 kehidupan.
Sandra : "Gak mau! Kamu gitu... Seharian gak ada kabar, jalan sama siapa barusan?"
Gw : "Makanya turun dulu... Seriusan horor banget ini di depan rumah kamu, kamu gak turun aku pulang nih"
Sandra : "Ah, katanya gak takut hantu..."
Gw : "Bukan takut hantu, ini aku udah kayak mau ngegarong rumah orang tau gak?"
Sandra : "Hahahaha... Iya2 bentar, jangan ditutup!"
Dari seberang telpon terdengar suara plastik kresek. Entah Sandra lagi ngapain.
Sandra : "Masuk aja, motornya gak usah, nanti mamah kebangun, aku tutup ya telponnya"
Sandra terlihat sudah berada pintu depan rumah. Mengikuti instruksi Sandra gw pun pelan2 membuka gerbang agar tidak menimbulkan suara yang terlalu gaduh. Dari kejauhan Sandra menenteng beberapa kantong kresek yang entah apa isinya.
Gw duduk di kursi rotan teras depan, gw masih fokus meneliti kresek ditangan Sandra.
"Nih buat kamu, nanti dicobain" Ujar Sandra menghampiri gw dan menyodorkan 2 buah kantong kresek. Setelah gw lihat, ternyata isinya kotak sepatu, kresek satunya lagi setelan celana dasar dan kemeja. Dalem hati gw, tumben banget, baru kali ini gw dibeliin Sandra gini.
"Aku belinya pulang kerja tadi, muter2. Minggu besok temenin aku kondangan, gantiin duitnya sini!" Sandra menadahkan tangannya ke arah gw. Baru aja gw merasa terharu dibeliin sesuatu, mau bilang "makasih sayang...". Eh gak taunya...
"Aku kan gak minta beliin, aku ada kok kalo cuma buat kondangan doang" Ujar gw ngotot
"Mana notanya coba aku liat abis berapa?" Lanjut gw masih ngotot
"Itu liat sendiri" Sandra menunjuk ke nota yang ternyata memang masih menempel di kresek belanjaan. Mahal juga total 800 ribuan.
"Kamu gak ikhlas dong berarti beliinnya, masa' minta gantiin aku duitnya?"
Sebenernya ribut2 kek gini gw berdua gak pernah dianggep serius. Malah kadang gw yang sengaja bikin Sandra sebel, abisnya kalo lagi ngomel gemesin.
"Ya udah, sekalian aja gak ikhlasnya, nambah 100 rb sini, pegel tau muter2, Itung2 ongkos capek!"
Di nego bukannya dikurangin, malah makin dipalak gw. Gak bisa nahan tawa lagi gw kali ini.
"Ketawa lagi kamu, sekalian tambahin bayar listrik ya Lex, biasanya itu sekitar 1,5. Ini kan total 900 rb nih ya... berarti kurang 600 rb lagi hehe..." Ujar Sandra nyengir.
Gw menghela nafas. Gw berusaha untuk tidak merasa keberatan sama sekali. Itung2 bentuk tanggung jawab gw sebagai cowok. Realitanya nanti setelah nikah mungkin kurang lebih seperti ini. Gw mengeluarkan dompet dari saku belakang celana. Gw hitung2 di dalam dompet hanya 300 ribuan.
"Nih 300 ribu dulu, sisanya nanti ya..." Ujar gw menyodorkan 6 lembar uang pecahan 50 ribu ke Sandra.
"Kamunya ada pegangan gak?" Tanya Sandra.
Walaupun Sandra kadang tukang malak, sebenernya dia pengertian juga kok orangnya. Dari raut wajahnya aja keliatan gak enak mau mengambil uang dari tangan gw.
"Gampang lah nanti. Buat kamu apa aja aku usahain. Aku mulai hari ini kerja dengan Om Suryo, tadi itu waktu kamu nelpon, aku lagi jemput anak perempuannya Om Suryo"
Tensi sudah menurun, gw pun menceritakan kegiatan gw seharian penuh ini. Sedangkan Sandra menyimak cerita gw dengan penuh hikmat. Sama sekali gak berusaha memotong. Hembusan angin malam membuat Sandra sesekali menggigil, tangannya memeluk dirinya sendiri. Melihat dihadapan gw seorang cewek mengenakan tanktop dan hotpan sedang kedinginan, naluri lelaki gw muncul. Perdebatan hati pun tak terelakkan.
"Nginep disini saja... Besok pagi kan deket berangkat kerjanya... Lumayan kan bisa menghangatkan..." bisik setan menggoda.
"Jangan... Kamu kan mau menjauhi larangan-Nya, mematuhi perintah-Nya... Yang konsisten dong..." tak mau kalah bisikan malaikat pun mencoba mengingatkan gw.
Menyadari ada sesuatu yang berontak, gw mengkamuflasekannya dengan menyilangkan kaki. Tapi ini posisinya 'salah parkir', bikin gelisah lah pokoknya. Istilah salah parkir itu gw dapet dari Jason. Seharusnya kan tegak itu keatas, ini ketekuk kebawah, menyalahi kodrat anatomi hahaha... Nah itu yang disebut salah parkir. Mau benerin parkir, gw jaim depan Sandra hahaha...
"Udah sana pulang kamu! Nanti kesiangan..." Usir Sandra sambil menguap.
"Aku nginep sini aja ya, kan besok sekalian, deket ke tempat Om Suryo" Ujar gw yang sudah terbujuk setan.
Sandra terlihat berpikir. Setiap Sandra melirik ke arah bawah, gw berusaha stay cool.
"Ya udah, masukin motornya didorong aja ya..."
Gw itu mau bangkit dari duduk tapi nanti keliatan menonjol, mau tetap duduk buang2 waktu, mau nyuruh Sandra duluan keatas lalu gw nyusul, nanti beneran keliatan kayak maling yang lagi ngendep2.
"Nungguin apa? Mau aku pukul dulu itu dongkrak kamu biar turun? Jaim2 segala..." Ceplos Sandra yang membuat gw terbahak.
Tanpa pikir panjang, dengan bersemangat gw pun memasukkan motor lalu menuju kelantai atas.
---------------------------
"Lex kalo kamu tidur nanti kelabasan gimana?" Tanya Sandra yang berbaring tepat disebelah gw.
Cowok memang kalo abis 'buang energi' bawaannya ngantuk berat. Mata gw rasanya berat banget.
"Gak kok, aku cuma tidur2an." Jawab gw sambil merem.
"Jangan kamu pukul ya biar melek, ajak ngobrol aja" Sambung gw memastikan Sandra untuk gak melakukan kebiasaan dia.
"Hahaha... Aku juga mau kerja, aku yang tidur, kamu melek, nanti pagi bangunin aku"
Perdebatan tak penting meributkan siapa yang tidur siapa yang bangunin pun terjadi.
"Main truth or truth aja sampe pagi deh biar adil, gimana?" Ujar gw menyarankan yang menurut gw adil.
"Oh yang jawab trus ditanya jujur gitu ya? Ok ok... Aku duluan yang tanya ya..." Sandra pun setuju, dia terlihat antusias.
Ok lah ladies first. Mendapat kesempatan bertanya pertama, pandangan Sandra lurus ke Gypsum, jari telunjuknya mengelus2 dagu.
"Kamu naksir gak dengan anaknya Om Suryo?" Tiba2 pandangan Sandra beralih ke gw, lalu melontarkan sebuah pertanyaan yang bikin gw nyesel ngajak main beginian.
Bingung gw harus gimana jawabnya. Kalo dengan Laura, gw lebih cenderung ke rasa kagum sih, tapi kalo gw jelasin pasti tetap cowok dianggap salah. Mau ngeles, gak sportif kayaknya. Gw juga kan nanti mengharapkan Sandra jawabnya jujur apa adanya.
"Naksir iya, kagum iya. Realistis aja sih, kamu kira kayak di sinetron gitu, sopir naksir majikan, lalu cinta2an, ya gak gitu lah. Masalah perasaan kamu tak tergantikan lah pokoknya. Kamu itu ibaratnya cahaya, tapi kamu butuh daya energi, misalkan senter, tanpa batre kan gak bisa nyala tuh, bintang itu juga ada bahan bakarnya, nah aku jadi bahan bakarnya... Misalkan lagi nih..."
"Udah udah gak usah panjang2 juga kali, aku paling males kalo kamu udah pake perumpamaan, jawab aja iya ribet amat jelasinnya."
Gw terkekeh ketika Sandra memotong penjelasan gw.
"Ya udah giliran aku yang tanya ya?" Sandra hanya manggut sambil menyandarkan kepalanya dilengan gw.
"Diantara sekian cowok di hidup kamu, siapa yang bikin kamu paling merasa bersalah seumur hidup?"
Sandra menghela nafas panjang yang hembusannya terasa hangat dilengan gw. Dia merubah posisi tidurnya menjadi telentang dan menatap lurus ke gypsum.
"Waktu pacaran dengan dia, aku masih kuliah. Semuanya berubah, aku terjerumus, aku mulai bohong sana sini. Yang bikin aku merasa bersalah seumur hidup. Aku melakukan yang pertama kali malah bukan dengan dia. Walaupun dia gak pernah tau, aku sadar diri, aku perlahan menjauh. Yang bisa aku inget, sebelum aku ganti nomer, dia bilang 'jangan lupa bahagia'. Minggu besok kamu ketemu orangnya kok. Aku mau nunjukkin ke dia, aku sekarang sudah berbahagia."
Salah pertanyaan kayaknya gw. Rasa bersalah Sandra itu sangat nampak dimatanya yang menatap nanar.
"Oh kondangan nikah mantan kamu yang itu minggu besok?" Ujar gw menyimpulkan.
"Iya, kamu cukur dong biar rapih dikit, trus aku pengen nyumbang lagu bareng kamu. Mau ya?" Sandra kembali memiringkan tubuhnya lalu menyandarkan dagunya di lengan gw.
"Nanti kalo tamunya pada bubar gimana?" Canda gw.
"Kalo jelek, aku pura2 gak kenal sama kamu aja hahaha..."
Menunggu pagi, gw berdua kembali bermain truth or truth. Tapi gw memilih untuk mengajukan pertanyaan yang tak terlalu serius. Sandra pun nampaknya mengimbangi pertanyaan gw. Ada satu pertanyaan dari Sandra yang bikin gw berdua terpingkal. "Pernah kecepirit apa gak?". Absurb banget. Menurut gw, hampir semua orang pernah kecepirit tanpa sadar. Terkadang angin mau keluar dengan toka* mau keluar itu feelnya sama.
Gw hanya mengangguk pelan tetap fokus mengemudi. Baru saja gw kembalikan ke habitatnya di saku celana, Hp gw kembali bergetar.
"Angkat lagi gih Kak, berenti dulu aja gak apa2" Ujar Laura melihat hp gw berkedip2 di saku celana.
"Biarin aja deh, ini nih rumahnya" Gw pun menunjuk dengan menggunakan mulut, kebetulan pas lewat di depan rumah Sandra.
"Seriusan Kak? Tetangga aku dong hahaha..."
Tiba di depan gerbang rumah Om Suryo, gw segera turun dari mobil lalu memencet bel. Agak lama gw menunggu. Tanpa gw sadari Laura turun dari mobil, ternyata gerbangnya gak digembok. Setelah membuka gerbang, Laura masuk ke dalam mobil, tapi lewat pintu sebelah kanan.
"Tenang aja Kak, kalo cuma dari gerbang masuk ke garasi aku udah jago" Ujar Laura menepuk2 dadanya membanggakan diri.
Maksudnya Laura mau pamer, gw yang jadi gak enak sendiri. Keliatan banget Laura bukan tipikal anak yang manja, hanya saja, mungkin Om Suryo sebagai orang tua yang memanjakan. Melihat dan mendengar laju mobil dan suara tekanan gas mobil yang dikemudikan Laura, nampak dia memang belum cukup mahir. Ketika mobil sampai tepat di depan garasi, Laura membunyikan klakson mobilnya.
Pintu garasi rumah Om Suryo itu berbahan kayu, ada relnya gitu, untuk membukanya digeser kesamping. Tak lama setelah lampu di dalam garasi menyala, terdengar suara langkah kaki, tak lama pintunya pun tergeser kesamping.
"Ayah belum tidur?" Tanya Laura kepada Om Suryo yang baru saja membukakan pintu garasi dengan mengenakan singlet dan sarung. Laura menghampiri Om Suryo untuk cium tangan.
"Kok malem banget?" Om Suryo balik bertanya dengan Laura. Gw takut dianggap salah nganterin pulangnya kemaleman, hampir jam 11 malem gini.
"Tadi mampir dulu, sekali2 menikmati hidup" Jawab Laura kemudian masuk kedalam mobil untuk memasukkannya ke garasi.
Mendengar jawaban Laura, Om Suryo sepertinya tidak mempermasalahkan. Sama sekali tak ada tanda2 berpikiran negatif tentang gw.
"Om maaf, saya langsung pulang ya..." Gw meminta ijin untuk segera pulang, hp gw gak berhenti bergetar di dalam saku celana.
"Ya, besok pagi jam 6 ya... STNK kamu pegang saja."
Tanpa membuang waktu gw pun mengeluarkan motor dari dalam garasi, menutup gerbang depan lalu segera meluncur kerumah Sandra sebelum dia merajuk.
--------------------
Gw : "Aku udah di depan, kamu turun gih"
Di depan gerbang rumah Sandra gw menelpon Sandra. Malem2 gini di depan rumah orang, udah kayak maling aja gw. Tengok kanan kiri sepi banget gak ada tanda2 kehidupan.
Sandra : "Gak mau! Kamu gitu... Seharian gak ada kabar, jalan sama siapa barusan?"
Gw : "Makanya turun dulu... Seriusan horor banget ini di depan rumah kamu, kamu gak turun aku pulang nih"
Sandra : "Ah, katanya gak takut hantu..."
Gw : "Bukan takut hantu, ini aku udah kayak mau ngegarong rumah orang tau gak?"
Sandra : "Hahahaha... Iya2 bentar, jangan ditutup!"
Dari seberang telpon terdengar suara plastik kresek. Entah Sandra lagi ngapain.
Sandra : "Masuk aja, motornya gak usah, nanti mamah kebangun, aku tutup ya telponnya"
Sandra terlihat sudah berada pintu depan rumah. Mengikuti instruksi Sandra gw pun pelan2 membuka gerbang agar tidak menimbulkan suara yang terlalu gaduh. Dari kejauhan Sandra menenteng beberapa kantong kresek yang entah apa isinya.
Gw duduk di kursi rotan teras depan, gw masih fokus meneliti kresek ditangan Sandra.
"Nih buat kamu, nanti dicobain" Ujar Sandra menghampiri gw dan menyodorkan 2 buah kantong kresek. Setelah gw lihat, ternyata isinya kotak sepatu, kresek satunya lagi setelan celana dasar dan kemeja. Dalem hati gw, tumben banget, baru kali ini gw dibeliin Sandra gini.
"Aku belinya pulang kerja tadi, muter2. Minggu besok temenin aku kondangan, gantiin duitnya sini!" Sandra menadahkan tangannya ke arah gw. Baru aja gw merasa terharu dibeliin sesuatu, mau bilang "makasih sayang...". Eh gak taunya...
"Aku kan gak minta beliin, aku ada kok kalo cuma buat kondangan doang" Ujar gw ngotot
"Mana notanya coba aku liat abis berapa?" Lanjut gw masih ngotot
"Itu liat sendiri" Sandra menunjuk ke nota yang ternyata memang masih menempel di kresek belanjaan. Mahal juga total 800 ribuan.
"Kamu gak ikhlas dong berarti beliinnya, masa' minta gantiin aku duitnya?"
Sebenernya ribut2 kek gini gw berdua gak pernah dianggep serius. Malah kadang gw yang sengaja bikin Sandra sebel, abisnya kalo lagi ngomel gemesin.
"Ya udah, sekalian aja gak ikhlasnya, nambah 100 rb sini, pegel tau muter2, Itung2 ongkos capek!"
Di nego bukannya dikurangin, malah makin dipalak gw. Gak bisa nahan tawa lagi gw kali ini.
"Ketawa lagi kamu, sekalian tambahin bayar listrik ya Lex, biasanya itu sekitar 1,5. Ini kan total 900 rb nih ya... berarti kurang 600 rb lagi hehe..." Ujar Sandra nyengir.
Gw menghela nafas. Gw berusaha untuk tidak merasa keberatan sama sekali. Itung2 bentuk tanggung jawab gw sebagai cowok. Realitanya nanti setelah nikah mungkin kurang lebih seperti ini. Gw mengeluarkan dompet dari saku belakang celana. Gw hitung2 di dalam dompet hanya 300 ribuan.
"Nih 300 ribu dulu, sisanya nanti ya..." Ujar gw menyodorkan 6 lembar uang pecahan 50 ribu ke Sandra.
"Kamunya ada pegangan gak?" Tanya Sandra.
Walaupun Sandra kadang tukang malak, sebenernya dia pengertian juga kok orangnya. Dari raut wajahnya aja keliatan gak enak mau mengambil uang dari tangan gw.
"Gampang lah nanti. Buat kamu apa aja aku usahain. Aku mulai hari ini kerja dengan Om Suryo, tadi itu waktu kamu nelpon, aku lagi jemput anak perempuannya Om Suryo"
Tensi sudah menurun, gw pun menceritakan kegiatan gw seharian penuh ini. Sedangkan Sandra menyimak cerita gw dengan penuh hikmat. Sama sekali gak berusaha memotong. Hembusan angin malam membuat Sandra sesekali menggigil, tangannya memeluk dirinya sendiri. Melihat dihadapan gw seorang cewek mengenakan tanktop dan hotpan sedang kedinginan, naluri lelaki gw muncul. Perdebatan hati pun tak terelakkan.
"Nginep disini saja... Besok pagi kan deket berangkat kerjanya... Lumayan kan bisa menghangatkan..." bisik setan menggoda.
"Jangan... Kamu kan mau menjauhi larangan-Nya, mematuhi perintah-Nya... Yang konsisten dong..." tak mau kalah bisikan malaikat pun mencoba mengingatkan gw.
Menyadari ada sesuatu yang berontak, gw mengkamuflasekannya dengan menyilangkan kaki. Tapi ini posisinya 'salah parkir', bikin gelisah lah pokoknya. Istilah salah parkir itu gw dapet dari Jason. Seharusnya kan tegak itu keatas, ini ketekuk kebawah, menyalahi kodrat anatomi hahaha... Nah itu yang disebut salah parkir. Mau benerin parkir, gw jaim depan Sandra hahaha...
"Udah sana pulang kamu! Nanti kesiangan..." Usir Sandra sambil menguap.
"Aku nginep sini aja ya, kan besok sekalian, deket ke tempat Om Suryo" Ujar gw yang sudah terbujuk setan.
Sandra terlihat berpikir. Setiap Sandra melirik ke arah bawah, gw berusaha stay cool.
"Ya udah, masukin motornya didorong aja ya..."
Gw itu mau bangkit dari duduk tapi nanti keliatan menonjol, mau tetap duduk buang2 waktu, mau nyuruh Sandra duluan keatas lalu gw nyusul, nanti beneran keliatan kayak maling yang lagi ngendep2.
"Nungguin apa? Mau aku pukul dulu itu dongkrak kamu biar turun? Jaim2 segala..." Ceplos Sandra yang membuat gw terbahak.
Tanpa pikir panjang, dengan bersemangat gw pun memasukkan motor lalu menuju kelantai atas.
---------------------------
"Lex kalo kamu tidur nanti kelabasan gimana?" Tanya Sandra yang berbaring tepat disebelah gw.
Cowok memang kalo abis 'buang energi' bawaannya ngantuk berat. Mata gw rasanya berat banget.
"Gak kok, aku cuma tidur2an." Jawab gw sambil merem.
"Jangan kamu pukul ya biar melek, ajak ngobrol aja" Sambung gw memastikan Sandra untuk gak melakukan kebiasaan dia.
"Hahaha... Aku juga mau kerja, aku yang tidur, kamu melek, nanti pagi bangunin aku"
Perdebatan tak penting meributkan siapa yang tidur siapa yang bangunin pun terjadi.
"Main truth or truth aja sampe pagi deh biar adil, gimana?" Ujar gw menyarankan yang menurut gw adil.
"Oh yang jawab trus ditanya jujur gitu ya? Ok ok... Aku duluan yang tanya ya..." Sandra pun setuju, dia terlihat antusias.
Ok lah ladies first. Mendapat kesempatan bertanya pertama, pandangan Sandra lurus ke Gypsum, jari telunjuknya mengelus2 dagu.
"Kamu naksir gak dengan anaknya Om Suryo?" Tiba2 pandangan Sandra beralih ke gw, lalu melontarkan sebuah pertanyaan yang bikin gw nyesel ngajak main beginian.
Bingung gw harus gimana jawabnya. Kalo dengan Laura, gw lebih cenderung ke rasa kagum sih, tapi kalo gw jelasin pasti tetap cowok dianggap salah. Mau ngeles, gak sportif kayaknya. Gw juga kan nanti mengharapkan Sandra jawabnya jujur apa adanya.
"Naksir iya, kagum iya. Realistis aja sih, kamu kira kayak di sinetron gitu, sopir naksir majikan, lalu cinta2an, ya gak gitu lah. Masalah perasaan kamu tak tergantikan lah pokoknya. Kamu itu ibaratnya cahaya, tapi kamu butuh daya energi, misalkan senter, tanpa batre kan gak bisa nyala tuh, bintang itu juga ada bahan bakarnya, nah aku jadi bahan bakarnya... Misalkan lagi nih..."
"Udah udah gak usah panjang2 juga kali, aku paling males kalo kamu udah pake perumpamaan, jawab aja iya ribet amat jelasinnya."
Gw terkekeh ketika Sandra memotong penjelasan gw.
"Ya udah giliran aku yang tanya ya?" Sandra hanya manggut sambil menyandarkan kepalanya dilengan gw.
"Diantara sekian cowok di hidup kamu, siapa yang bikin kamu paling merasa bersalah seumur hidup?"
Sandra menghela nafas panjang yang hembusannya terasa hangat dilengan gw. Dia merubah posisi tidurnya menjadi telentang dan menatap lurus ke gypsum.
"Waktu pacaran dengan dia, aku masih kuliah. Semuanya berubah, aku terjerumus, aku mulai bohong sana sini. Yang bikin aku merasa bersalah seumur hidup. Aku melakukan yang pertama kali malah bukan dengan dia. Walaupun dia gak pernah tau, aku sadar diri, aku perlahan menjauh. Yang bisa aku inget, sebelum aku ganti nomer, dia bilang 'jangan lupa bahagia'. Minggu besok kamu ketemu orangnya kok. Aku mau nunjukkin ke dia, aku sekarang sudah berbahagia."
Salah pertanyaan kayaknya gw. Rasa bersalah Sandra itu sangat nampak dimatanya yang menatap nanar.
"Oh kondangan nikah mantan kamu yang itu minggu besok?" Ujar gw menyimpulkan.
"Iya, kamu cukur dong biar rapih dikit, trus aku pengen nyumbang lagu bareng kamu. Mau ya?" Sandra kembali memiringkan tubuhnya lalu menyandarkan dagunya di lengan gw.
"Nanti kalo tamunya pada bubar gimana?" Canda gw.
"Kalo jelek, aku pura2 gak kenal sama kamu aja hahaha..."
Menunggu pagi, gw berdua kembali bermain truth or truth. Tapi gw memilih untuk mengajukan pertanyaan yang tak terlalu serius. Sandra pun nampaknya mengimbangi pertanyaan gw. Ada satu pertanyaan dari Sandra yang bikin gw berdua terpingkal. "Pernah kecepirit apa gak?". Absurb banget. Menurut gw, hampir semua orang pernah kecepirit tanpa sadar. Terkadang angin mau keluar dengan toka* mau keluar itu feelnya sama.
NoMaLz dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup



