Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

NegaraKITAAvatar border
TS
NegaraKITA
Demi Perdamaian, Lindungi Babi Papua dari Virus Afrika
Spoiler for Babi dan Anak-anak Papua:


Spoiler for Video:


Masih ingat dengan kisah ribuan ekor babi yang mati di Sumatera Utara? Sebanyak 30.000 ekor babi mati akibat virus hog cholera atau disebut juga dengan wabah demam babi Afrika / African Swine Fever (ASF).

Virus yang mulai merebak sejak 25 September 2019 itu menyebabkan kematian babi yang sangat cepat. Dalam satu hari, angka kematian yang terlapor rata-rata 1000 – 2000 ekor per hari.

Guna mencegah penyebaran virus babi, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melakukan beberapa upaya. Seperti melalui biosecurity, memberikan disinfektan dan melarang pemindahan ternak dari satu tempat ke tempat lain. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara Azhar Harahap pada 20 Desember 2019 lalu.

Kompas [30.000 Babi Mati di Sumut karena Virus, Lalu Lintas Ternak Dilarang]

Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali I Ketut Hari Suyasa mengatakan, kemungkinan penyebaran wabah bisa saja melalui transportasi logistik dari Sumut. Kendaraan dianggap bisa menjadi media penularan, meski babi yang diangkut diyakini bebas dari ASF. "Transportasi babi di wilayah terdampak ke wilayah lain harus diantisipasi karena itu bisa menjadi media penular," kata Hari pada 27 Desember 2019.

Hari mengaku wabah ASF sampai saat ini belum ditemukan di Provinsi Bali.

Diketahui, peternak Babi Sumut biasa mengirim daging babi ke Jakarta dan juga mengekspornya ke negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pemerintah Malaysia sendiri telah melarang impor babi masuk ke negaranya.

CNBC Indonesia [Flu Babi Kepung Sumut, Jutaan Babi di RI Harus Diselamatkan]

Adanya potensi ASF bisa menyebar ke Bali telah menyebabkan negara tetangga lainnya, yakni Australia was was. Telah dikatakan sebelumnya bahwa ASF bisa saja menyebar melalui transportasi logistik. Hal ini pula yang menyebabkan penerbangan dari Bali ke Australia diawasi ketat oleh pihak otoritas negeri kangguru itu.

Bukan tanpa alasan, Menteri Pertanian Australia Bridget McKenzie mengatakan wabah ASF sangat mengkhawatirkan mengingat Indonesia terutama Bali merupakan destinasi wisata populer warga Australia.

Departemen Pertanian Australia telah menaikkan status risiko penerbangan dari Indonesia, meningkatakan penyaringan, pencegahan, dan pengawasan terhadap penumpang sesuai dengan prosedur yang biasa mereka lakukan terhadap penerbangan dari negara lain yang terkena wabah ASF. Prosedur ini penting karena dalam kurang dari setahun mereka telah menyita 32 ton produk babi dari penumpang pesawat. Sebanyak 50% nya telah terkontaminasi ASF.

Nationalhogfarmer [Indonesia confirms first outbreak of African swine fever]

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak) Provinsi Bali, Wayan Mardiana mengatakan bahwa pihak yang berwenang sedang bekerja keras mencegah ASF menyerang ternak Babi di Bali.

Ia juga mengatakan ASF dapat ditularkan dari sisa makanan yang terjangkiti virus dan diberikan ke ternak babi. Apalagi masih banyak peternak di Bali yang menggunakan sisa makanan dari hotel, restoran, dan catering sebagai pakan babi. Pemerintah Bali juga telah melarang para peternak babi menggunakan sisa makanan, terutama dari pesawat yang datang dari negara atau daerah daerah terinfeksi ASF.

7news [Bali authorities move to quell fears deadly African Swine Fever on the island]

Namun yang juga perlu diperhatikan adalah dampak ASF apabila menyebar hingga ke Papua dan Papua Barat. Apalagi menurut data Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 yang digagas Badan Pusat Statistik (BPS), Papua adalah wilayah pengonsumsi daging babi tertinggi di Indonesia.

Hal ini mengingat babi adalah bagian dari budaya di Papua. Selain jadi santapan, babi-babi yang diternak merupakan bakal mas kimpoi. Banyaknya babi menunjukkan status sosial seseorang. "Babi digunakan dalam acara tukar daging babi dan dagingnya selalu menjadi menu utama dalam setiap acara pesta jamuan yang mereka adakan," jelas arkeolog dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto.

Lokadata [Babi, simbol kemapanan di Papua]

Selain jadi mas kimpoi dan berbagai pesta jamuan, babi juga digunakan dalam barapen atau bakar batu, sebuah ritual khusus bagi masyarakat pegunungan tengah Papua untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di tengah masyarakat.

Liputan 6 [Barapen, Ritual Perdamaian dan Seruan Bersaudara di Papua]

Oleh karena itu, jika ASF sampai masuk dan mengancam peternakan babi di Papua, maka kondisi Papua yang hingga kini terus bergejolak akan semakin parah, dan bisa jadi menjadi salah satu faktor genting pemicu gejolak Papua. Terlebih lagi budaya bakar batu dan penggunaan babi telah menjadi simbol perdamaian Papua.

Ancaman ASF pada peternakan babi di Papua serta sulitnya budaya bakar batu dilakukan karena kelangkaan babi, dapat menjadi momentum bagi kelompok Papua Merdeka, khususnya OPM / TPNPB / KKB untuk menyerukan bahwa itu adalah tanda alam menolak perdamaian dan memilih mengambil jalan perang melawan Indonesia.
Diubah oleh NegaraKITA 06-01-2020 13:46
nomorelies
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.7K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Tampilkan semua post
jokoariyantoAvatar border
jokoariyanto
#1
Pantas mati, hewan haram kok dipelihara
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.