- Beranda
- Stories from the Heart
Under The Influence
...
TS
AresTheGodOfWar
Under The Influence
UNDER THE INFLUENCE
Genre : Romance, Drama, Crime, Mature, Voyeur.
Terjemahan dari judul, dibawah pengaruh. Multi tafsir, bisa dibawah pengaruh zat tertentu, dibawah pengaruh pikiran, dibawah pengaruh perasaan dsb.
Agar supaya bisa tetap menikmati cerita, anggap saja gw hanya seorang tukang cilok yang halu tingkat tinggi. Kalian tak perlu repot autentikasi maupun investigasi. Terima kasih.
Terjemahan dari judul, dibawah pengaruh. Multi tafsir, bisa dibawah pengaruh zat tertentu, dibawah pengaruh pikiran, dibawah pengaruh perasaan dsb.
Agar supaya bisa tetap menikmati cerita, anggap saja gw hanya seorang tukang cilok yang halu tingkat tinggi. Kalian tak perlu repot autentikasi maupun investigasi. Terima kasih.
《《《《《《《《《 ❖ 》》》》》》》》》》
PREAMBULE
Quote:
Bonus mulustrasi.
Gw pake vectorizer online untuk menggambarkan karakter dalam cerita. Bukan asli pastinya.
Jika ada tokoh baru, nanti menyusul.
Gw pake vectorizer online untuk menggambarkan karakter dalam cerita. Bukan asli pastinya.
Jika ada tokoh baru, nanti menyusul.
Spoiler for Playlist:
Spoiler for mulus:
Quote:
Diubah oleh AresTheGodOfWar 10-01-2020 20:14
nona212 dan 23 lainnya memberi reputasi
24
11.7K
76
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
AresTheGodOfWar
#56
17
Sore harinya, gw kerumah Om Suryo yang masih satu komplek dengan rumah Sandra. Setelah melintas didepan rumah Sandra, gw memperlambat laju motor gw, menurut keterangan Om Suryo kemarin pagi, rumahnya berjarak 5 rumah dari rumah Sandra. Gw hitung satu persatu rumah yang gw lewati, dan akhirnya gw menepikan motor gw tepat di depan rumah yang ke-5. Rumah dengan halaman yg cukup luas, 2 lantai, tepat ditengah2 halaman rumahnya, terdapat tiang bendera, lengkap dengan bendera merah putih berkibar dipucuknya.
Di depan gerbang rumah, gw mencari-cari bel, dengan jarak gerbang yang cukup jauh dari rumah, pasti ada belnya, gak mungkin setiap tamu yang datang harus berteriak-teriak. Beberapa menit mencari2, akhirnya gw menemukan sebuah tombol yang kemungkinan besar adalah bel rumah, tanpa pikir panjang gw pencet aja beberapa kali.
Tak lama setelah gw memencet bel, ada seorang wanita paruh baya keluar dari ruangan sebelah kiri rumah, kayaknya sih garasi. Wanita itu tergopoh2 berlari kecil menuju ke gerbang. Dari penampilannya, bisa dipastikan wanita ini bekerja sebagai asisten rumah tangga dirumah ini.
"Cari siapa ya Mas?" Tanya wanita itu dari dalam gerbang.
"Om Suryo ada?" Gw pun menjawab wanita itu dengan pertanyaan yang sudah cukup menjelaskan maksud dan tujuan gw.
"Bapak belum pulang Mas, biasanya jam segini udah dirumah, mau nunggu dulu apa gimana Mas?"
Sebelum menjawab pertanyaan wanita itu, gw merogoh saku celana gw untuk melihat jam di hp. Masih jam 4 lewat dikit. Sandra biasanya pulang kerja jam 5 an, itu juga kalau gak mampir sana sini dulu.
"Nunggu dulu gak apa-apa deh" Setelah menimbang2, akhirnya gw memutuskan untuk menunggu Om Suryo hingga jam 5 sore.
Wanita itu membukakan pintu gerbang, lalu menyuruh gw untuk memasukkan motor. Wanita itu mempersilahkan gw masuk dan duduk di ruang tamu. Di ruang tamu, gw melihat2 pajangan2, foto2 di dinding. Ada sebuah foto dengan bingkai ukuran lumayan besar, foto keluarga bertiga, Om Suryo, istrinya, dan ada satu anak perempuan. Gw gak melihat foto Ryo disana, mungkin saat itu Ryo belum lahir, atau foto itu kebetulan pada sebuah momen.
"Tunggu sebentar ya Mas, Ayah udah dijalan pulang kok"
Saat gw lagi serius mengamati foto keluarga yang terpajang diruang tamu, tiba2 ada suara wanita yang mengagetkan gw. Gw menoleh ke arah suara itu. Gw jadi makin bingung, dia memanggil Om Suryo dengan Ayah, sedangkan fotonya gak ada di foto keluarga. Dari wajahnya yang terlihat dewasa, mungkin umurnya masih 30-an. Gw kembali menengok foto keluarga yang berukuran besar, iya beneran bukan yang difoto. Gak mirip sama sekali.
"Itu almarhumah istri Suami saya, yang itu Laura, anak suami saya"
Tanpa harus gw tanya, wanita itu menjelaskan tentang foto keluarga yang terpajang itu. Gw manggut2. Pikiran gw mencoba menganalisa. Jika umur wanita ini masih 30-an, dan anggap saja Ryo umurnya 8 tahun, berarti nikah dengan Om Suryo masih muda banget dulu. Sekarang aja masih keliatan cakep, putih, mulus. Tak mau lancang terlalu lama memandang bini orang. Gw banyak2 mengalihkan pandangan.
"Ryo mana?" Tanya gw melihat suasana rumah yang sunyi. Hanya terdengar suara gemericik air, entah akuarium atau kolam, gw gak bisa memastikan karena tak melihat visualnya.
"Ryo lagi dijemput Ayahnya, Kalau Laura biasanya agak malem, lagi koas di rumah sakit. Suami saya itu susah percaya dengan orang, jadi ya begitu, tiap hari anter jemput anak2nya sendiri."
Gw mendengarkan dengan seksama penjelasan istri Om Suryo yang menurut gw lebih pantes jadi anaknya. Gw serba salah, mau mendengarkan sambil menatap, tau sendiri lah gimana pesona mahmud binor, bikin nelen ludah haha. Mau mengalihkan pandangan, kayaknya gak sopan.
Topik berlanjut ke masalah kecelakaan tadi pagi. Menurut istrinya Om Suryo, dia sudah diberitahu kalau gw sore mau kerumah. Pantesan daritadi gak nanya2 gw siapa ada perlu apa dsb.
Jam 5 kurang sedikit, Om Suryo pulang menggunakan mobil yang sama dengan yang tadi pagi ditabrak. Ryo baru keluar dari mobil udah heboh sendiri, padahal pagi sampe sore beraktifitas, sore begini masih semangat aja ngajakin gw main. Dia agak kecewa ketika Om Suryo menyuruhnya untuk pergi mandi.
"Gimana tadi pagi kelanjutannya Om?" Tanya gw saat diruang tamu tersisa hanya gw dan Om Suryo
"Ya begitulah, mungkin besok dibawa kebengkel. To the point saja, saya itu tipe orang yang... Jangankan memberi kepercayaan, memberi kesempatan saja sulit. Di dunia itu tidak ada yang kebetulan, kemarin pagi, tadi pagi itu bukan kebetulan. Saya percaya ada rencana dibalik setiap pertemuan dan perkenalan"
Waduh berat bahasanya. Kurang lebih gw setuju sih dengan apa kata Om Suryo.
"Jadi gini Lex, saya itu butuh driver yang bukan sekedar driver. Saya punya 2 anak, selama ini saya selalu anter jemput sendiri. Bukan tanpa alasan, momen diperjalanan itu bisa bikin saya banyak berkomunikasi dengan anak saya. Dulu saya beberapa kali punya sopir, gak ada yang bener semua. "
To the point aja panjang lebar banget Om Suryo ngomongnya. Gimana kalau gak to the point? Intinya Om Suryo itu mau menawarkan gw untuk jadi sopir pribadi keluarga dia.
"Jujur, bukan memaksakan, tapi saya kecewa kalau kamu nolak. Yang saya maksud bukan sekedar driver itu, kalau dengan Ryo bisa mengajarkan sesuatu yang bermanfaat, kalau dengan anak saya Laura, dia itu beban di pendidikannya berat banget, saya ngeliatnya kamu bisa jadi temen ngobrol berbagai topik yang menyenangkan."
Gw salut dengan Om Suryo. Keliatan banget sangat sayang dan peduli dengan anak2nya. Gw menimbang2 penawaran Om Suryo, posisi gw sekarang bisa dikatakan pengangguran, diluar sana mungkin banyak yang mendambakan bisa punya pekerjaan. Jam kerja kayaknya sih gak terlalu kerja rodi. Segala pertimbangan gw akhirnya sirna ketika gw teringat apa kata Om Suryo tadi, ada rencana dibalik setiap pertemuan dan perkenalan.
"Ok Om, saya siap. Mulai kapan nih Om?" Tanya gw dengan bersemangat.
"Malem ini, anak saya itu biasanya sekitar jam 8 malem pulang, kamu gak tanya gaji?"
Pertanyaan Om Suryo membuat gw terbahak. Sebenernya ada alasan lain kenapa gw terima penawaran Om Suryo. Yang pertama, gw butuh penghasilan yang bener2 halal, gak peduli berapa pun itu, yang kedua, gw butuh kesibukan yang bisa bikin pikiran gw gak memikirkan hal2 yang cenderung membuat gw depresi ringan.
"Saya jalani dulu aja Om, masalah gaji saya gak terlalu mikirin"
Raut wajah Om Suryo menunjukkan bahwa dia kurang setuju dengan apa yang baru saja gw katakan.
"Walaupun ini informal, tetap harus profesional dong. Wanita saja butuh kepastian dalam hubungan, kata jalani dulu saja itu menandakan ketidakseriusan."
Aduh kena deh gw. Dengan orang seperti Om Suryo ini memang gak bisa main2. Gak bisa asal berkata2.
"Bener sih kata Om, dapet ilmu baru nih, mulai hari ini saya buang kata jalani dulu dalam kamus hidup saya hahaha..." Ujar gw membenarkan perkataaan Om Suryo lalu terbahak. Om Suryo pun ikut terbahak mendengar perkataan gw.
"Jadi kamu mau berapa? Saya buka 5 juta, itu bersih. Job desc tambahan diluar driver yang saya bahas tadi, jam kerja tidak masalah kan? Masih muda harus kerja keras dong."
Om Suryo buka di angka yang diluar ekspektasi gw. Jujur gw bingung, ini ngetes atau gimana? Sopir pribadi keluarga rata2 kan mentok di 3 jutaan. Kalau gw bilang terlalu tinggi, nanti dianggap munafik, mau bilang kurang, kok kayaknya lancang banget. Gw fokus ke kata2 'job desc tambahan diluar driver'. Mungkin itu yang membuat Om Suryo memberikan gaji yang diatas rata2.
Tatapan Om Suryo yang menanti jawaban gw penuh dengan intimidasi. Gw gak mau kedua kalinya kena jebak.
"Lebih dari cukup menurut saya Om" Jawab gw singkat dengan yakin. Harap2 cemas juga sih.
"Deal ya?" Om Suryo mengulurkan tangannya, gw pun tanpa ragu menjabat tangan Om Suryo.
Tak terasa, obrolan sore hari ini tepat ditutup dengan suara adzan magrib. Mau pamit pulang pun pasti terlambat mau jamaah dirumah. Gw sungkan mau minta ijin sholat dirumah Om Suryo. Bukan hanya sungkan, kualitas ibadah tiap orang kan beda2, gw gak enak seandainya tuan rumah nantinya merasa malu dengan dirinya sendiri, satu lagi, gw gak mau dipandang pencitraan, sok alim dsb.
"Ryo, siap2 ya... "
Om Suryo setengah berteriak. Gw paham, maksud Om Suryo itu adalah siap2 untuk sholat. Dari situ gw bisa menilai, bahwa Om Suryo gak melupakan pendidikan agama untuk anaknya.
"Kamu sudah pernah jadi imam Lex?" Tanya Om Suryo. Kali ini tatapannya penuh dengan keraguan. Penampilan gw ya memang kayak gini sehari2. Banyak pake aksesoris gelang. Celana jeans robek2. Maklumlah rocker wanna be. Gw pun jujur hanya menjawab dengan menggelengkan kepala.
"Berarti hari ini spesial, dicoba ya?"
Gw garuk2 kepala. Gw gak suka diremehin. Gw akan membuktikan, bahwa istilah 'dont judge a book by its cover' itu berlaku buat diri gw.
Di depan gerbang rumah, gw mencari-cari bel, dengan jarak gerbang yang cukup jauh dari rumah, pasti ada belnya, gak mungkin setiap tamu yang datang harus berteriak-teriak. Beberapa menit mencari2, akhirnya gw menemukan sebuah tombol yang kemungkinan besar adalah bel rumah, tanpa pikir panjang gw pencet aja beberapa kali.
Tak lama setelah gw memencet bel, ada seorang wanita paruh baya keluar dari ruangan sebelah kiri rumah, kayaknya sih garasi. Wanita itu tergopoh2 berlari kecil menuju ke gerbang. Dari penampilannya, bisa dipastikan wanita ini bekerja sebagai asisten rumah tangga dirumah ini.
"Cari siapa ya Mas?" Tanya wanita itu dari dalam gerbang.
"Om Suryo ada?" Gw pun menjawab wanita itu dengan pertanyaan yang sudah cukup menjelaskan maksud dan tujuan gw.
"Bapak belum pulang Mas, biasanya jam segini udah dirumah, mau nunggu dulu apa gimana Mas?"
Sebelum menjawab pertanyaan wanita itu, gw merogoh saku celana gw untuk melihat jam di hp. Masih jam 4 lewat dikit. Sandra biasanya pulang kerja jam 5 an, itu juga kalau gak mampir sana sini dulu.
"Nunggu dulu gak apa-apa deh" Setelah menimbang2, akhirnya gw memutuskan untuk menunggu Om Suryo hingga jam 5 sore.
Wanita itu membukakan pintu gerbang, lalu menyuruh gw untuk memasukkan motor. Wanita itu mempersilahkan gw masuk dan duduk di ruang tamu. Di ruang tamu, gw melihat2 pajangan2, foto2 di dinding. Ada sebuah foto dengan bingkai ukuran lumayan besar, foto keluarga bertiga, Om Suryo, istrinya, dan ada satu anak perempuan. Gw gak melihat foto Ryo disana, mungkin saat itu Ryo belum lahir, atau foto itu kebetulan pada sebuah momen.
"Tunggu sebentar ya Mas, Ayah udah dijalan pulang kok"
Saat gw lagi serius mengamati foto keluarga yang terpajang diruang tamu, tiba2 ada suara wanita yang mengagetkan gw. Gw menoleh ke arah suara itu. Gw jadi makin bingung, dia memanggil Om Suryo dengan Ayah, sedangkan fotonya gak ada di foto keluarga. Dari wajahnya yang terlihat dewasa, mungkin umurnya masih 30-an. Gw kembali menengok foto keluarga yang berukuran besar, iya beneran bukan yang difoto. Gak mirip sama sekali.
"Itu almarhumah istri Suami saya, yang itu Laura, anak suami saya"
Tanpa harus gw tanya, wanita itu menjelaskan tentang foto keluarga yang terpajang itu. Gw manggut2. Pikiran gw mencoba menganalisa. Jika umur wanita ini masih 30-an, dan anggap saja Ryo umurnya 8 tahun, berarti nikah dengan Om Suryo masih muda banget dulu. Sekarang aja masih keliatan cakep, putih, mulus. Tak mau lancang terlalu lama memandang bini orang. Gw banyak2 mengalihkan pandangan.
"Ryo mana?" Tanya gw melihat suasana rumah yang sunyi. Hanya terdengar suara gemericik air, entah akuarium atau kolam, gw gak bisa memastikan karena tak melihat visualnya.
"Ryo lagi dijemput Ayahnya, Kalau Laura biasanya agak malem, lagi koas di rumah sakit. Suami saya itu susah percaya dengan orang, jadi ya begitu, tiap hari anter jemput anak2nya sendiri."
Gw mendengarkan dengan seksama penjelasan istri Om Suryo yang menurut gw lebih pantes jadi anaknya. Gw serba salah, mau mendengarkan sambil menatap, tau sendiri lah gimana pesona mahmud binor, bikin nelen ludah haha. Mau mengalihkan pandangan, kayaknya gak sopan.
Topik berlanjut ke masalah kecelakaan tadi pagi. Menurut istrinya Om Suryo, dia sudah diberitahu kalau gw sore mau kerumah. Pantesan daritadi gak nanya2 gw siapa ada perlu apa dsb.
Jam 5 kurang sedikit, Om Suryo pulang menggunakan mobil yang sama dengan yang tadi pagi ditabrak. Ryo baru keluar dari mobil udah heboh sendiri, padahal pagi sampe sore beraktifitas, sore begini masih semangat aja ngajakin gw main. Dia agak kecewa ketika Om Suryo menyuruhnya untuk pergi mandi.
"Gimana tadi pagi kelanjutannya Om?" Tanya gw saat diruang tamu tersisa hanya gw dan Om Suryo
"Ya begitulah, mungkin besok dibawa kebengkel. To the point saja, saya itu tipe orang yang... Jangankan memberi kepercayaan, memberi kesempatan saja sulit. Di dunia itu tidak ada yang kebetulan, kemarin pagi, tadi pagi itu bukan kebetulan. Saya percaya ada rencana dibalik setiap pertemuan dan perkenalan"
Waduh berat bahasanya. Kurang lebih gw setuju sih dengan apa kata Om Suryo.
"Jadi gini Lex, saya itu butuh driver yang bukan sekedar driver. Saya punya 2 anak, selama ini saya selalu anter jemput sendiri. Bukan tanpa alasan, momen diperjalanan itu bisa bikin saya banyak berkomunikasi dengan anak saya. Dulu saya beberapa kali punya sopir, gak ada yang bener semua. "
To the point aja panjang lebar banget Om Suryo ngomongnya. Gimana kalau gak to the point? Intinya Om Suryo itu mau menawarkan gw untuk jadi sopir pribadi keluarga dia.
"Jujur, bukan memaksakan, tapi saya kecewa kalau kamu nolak. Yang saya maksud bukan sekedar driver itu, kalau dengan Ryo bisa mengajarkan sesuatu yang bermanfaat, kalau dengan anak saya Laura, dia itu beban di pendidikannya berat banget, saya ngeliatnya kamu bisa jadi temen ngobrol berbagai topik yang menyenangkan."
Gw salut dengan Om Suryo. Keliatan banget sangat sayang dan peduli dengan anak2nya. Gw menimbang2 penawaran Om Suryo, posisi gw sekarang bisa dikatakan pengangguran, diluar sana mungkin banyak yang mendambakan bisa punya pekerjaan. Jam kerja kayaknya sih gak terlalu kerja rodi. Segala pertimbangan gw akhirnya sirna ketika gw teringat apa kata Om Suryo tadi, ada rencana dibalik setiap pertemuan dan perkenalan.
"Ok Om, saya siap. Mulai kapan nih Om?" Tanya gw dengan bersemangat.
"Malem ini, anak saya itu biasanya sekitar jam 8 malem pulang, kamu gak tanya gaji?"
Pertanyaan Om Suryo membuat gw terbahak. Sebenernya ada alasan lain kenapa gw terima penawaran Om Suryo. Yang pertama, gw butuh penghasilan yang bener2 halal, gak peduli berapa pun itu, yang kedua, gw butuh kesibukan yang bisa bikin pikiran gw gak memikirkan hal2 yang cenderung membuat gw depresi ringan.
"Saya jalani dulu aja Om, masalah gaji saya gak terlalu mikirin"
Raut wajah Om Suryo menunjukkan bahwa dia kurang setuju dengan apa yang baru saja gw katakan.
"Walaupun ini informal, tetap harus profesional dong. Wanita saja butuh kepastian dalam hubungan, kata jalani dulu saja itu menandakan ketidakseriusan."
Aduh kena deh gw. Dengan orang seperti Om Suryo ini memang gak bisa main2. Gak bisa asal berkata2.
"Bener sih kata Om, dapet ilmu baru nih, mulai hari ini saya buang kata jalani dulu dalam kamus hidup saya hahaha..." Ujar gw membenarkan perkataaan Om Suryo lalu terbahak. Om Suryo pun ikut terbahak mendengar perkataan gw.
"Jadi kamu mau berapa? Saya buka 5 juta, itu bersih. Job desc tambahan diluar driver yang saya bahas tadi, jam kerja tidak masalah kan? Masih muda harus kerja keras dong."
Om Suryo buka di angka yang diluar ekspektasi gw. Jujur gw bingung, ini ngetes atau gimana? Sopir pribadi keluarga rata2 kan mentok di 3 jutaan. Kalau gw bilang terlalu tinggi, nanti dianggap munafik, mau bilang kurang, kok kayaknya lancang banget. Gw fokus ke kata2 'job desc tambahan diluar driver'. Mungkin itu yang membuat Om Suryo memberikan gaji yang diatas rata2.
Tatapan Om Suryo yang menanti jawaban gw penuh dengan intimidasi. Gw gak mau kedua kalinya kena jebak.
"Lebih dari cukup menurut saya Om" Jawab gw singkat dengan yakin. Harap2 cemas juga sih.
"Deal ya?" Om Suryo mengulurkan tangannya, gw pun tanpa ragu menjabat tangan Om Suryo.
Tak terasa, obrolan sore hari ini tepat ditutup dengan suara adzan magrib. Mau pamit pulang pun pasti terlambat mau jamaah dirumah. Gw sungkan mau minta ijin sholat dirumah Om Suryo. Bukan hanya sungkan, kualitas ibadah tiap orang kan beda2, gw gak enak seandainya tuan rumah nantinya merasa malu dengan dirinya sendiri, satu lagi, gw gak mau dipandang pencitraan, sok alim dsb.
"Ryo, siap2 ya... "
Om Suryo setengah berteriak. Gw paham, maksud Om Suryo itu adalah siap2 untuk sholat. Dari situ gw bisa menilai, bahwa Om Suryo gak melupakan pendidikan agama untuk anaknya.
"Kamu sudah pernah jadi imam Lex?" Tanya Om Suryo. Kali ini tatapannya penuh dengan keraguan. Penampilan gw ya memang kayak gini sehari2. Banyak pake aksesoris gelang. Celana jeans robek2. Maklumlah rocker wanna be. Gw pun jujur hanya menjawab dengan menggelengkan kepala.
"Berarti hari ini spesial, dicoba ya?"
Gw garuk2 kepala. Gw gak suka diremehin. Gw akan membuktikan, bahwa istilah 'dont judge a book by its cover' itu berlaku buat diri gw.
Diubah oleh AresTheGodOfWar 05-01-2020 03:02
littlebboy memberi reputasi
1



