Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1041
Kami Berpikir Tak Umum
Gue dan Emi jalan-jalan sekalian berencana menambah pengetahuan kami di pameran teknologi Jepang yang berlangsung di JIEXPO Kemayoran. Disini gue dan Emi banyak sekali berdiskusi tentang kemajuan teknologi yang gokil dari negeri sakura ini. Mulai dari teknologi di bidang multimedia sampai transportasi. Semuanya kebetulan ada di pameran tersebut. Nggak lupa juga, ada hiburannya juga yaitu ada cosplay-cosplayan juga. Hahaha.

Sempet-sempetnya ini panitia pameran serius kayak gini nyelipin cosplay. Mungkin biar seimbang kali ya, jadi nggak selalu harus serius. Sayang aja nggak ada band-band jepangan yang manggung disini. Adanya malah JKT48 yang sebenernya gue sendiri nggak terlalu tertarik untuk nonton. Kenapa sih gue nggak terlalu tertarik? Menurut gue kalau grup yang salah satu jualannya itu nyanyi, ya nyanyi aja tanpa lipsync. Kalau udah lipsync, ya jadi males gue.

Beberapa band papan atas tanah air pun pernah dipaksa lipsync oleh pihak panitia dengan alasan untuk mengamankan jalannya pertunjukan. Tapi seharusnya nggak ada alasan sih buat ngamanin kayak gitu. Band-band tersebut sangat profesional dan sudah teruji kapasitasnya. Jam terbangnya juga kan udah banyak. Ini mah parnonya panitia aja mungkin ya karena menyediakan sound system yang kurang maksimal.

“Disini aku banyak banget ilmu barunya deh.” Kata gue.

“Iya sama. Aku suka banget Zy jalan ke pameran-pameran kayak gini. Banyak ilmu pengetahuan baru yang kita bisa dapetin disini.” Sahut Emi.

“kayaknya juga banyak investor deh disini.”

“Tau darimana kamu?”

“Ya keliatan aja banyak bapak-bapak yang antusias untuk mendengarkan penjelasan dari staf yang ada di stand-stand teknologinya Mi.”

“Hoo gitu ya. kok kamu bisa tau itu investor?”

“Udah lumayan banyak kan aku kenal dan berhubungan sama orang dari mulai kalangan bawah sampai kalangan atas. Dan keliatan aja bedanya kalau mereka itu orang yang cuma pingin dateng karena penasaran, sama mereka yang dateng untuk menaruh sebagian uang mereka diteknologi terbaru yang ditawarkan disini.”

“Oh gitu ya, Zy.”

“Iya, jadi mereka biasanya punya perusahaan yang memproduksi sesuatu. Advanced tech akan memangkas pengeluaran mereka pasti. Mereka bisa ngeganti manusia ke mesin. Kan jadinya ada pengurangan karyawan dan itu tandanya bisa efisiensi biaya.”

“Bener juga ya. tapi kadang aku suka kasian kalau semuanya nanti diganti sama robot atau alat. Mereka-mereka yang butuh kerjaan mesti gimana?”

“Itu isu lama sih menurut aku Mi. emang sekarang tenaga terdidik dan tenaga tak terdidik itu jumlahnya masih jomplang banget. itu terkait sama kesempatan memperoleh pendidikan yang layak dan kemampuan orang tua mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya. Disamping itu, kita harus mikir juga kesempatan kerja yang dimiliki oleh orang yang mempunyai koneksi itu jauh lebih besar daripada orang yang berpendidikan tinggi tapi minim koneksi.”

“Contohnya?”

“Lulusan kampus kita aja Mi. haha. Mereka kurang pinter apa? Kurang tinggi apa pendidikannya? Bahkan banyak yang melanjutkan pendidikannya dari S1 langsung ke S2 tanpa mencari pengalaman kerja terlebih dahulu. Tapi ujung-ujungnya apa? Mereka jadi nggak bisa keterima kerja karena standar tinggi pendidikan mereka tapi nggak didukung pengalaman yang cukup disatu bidang tertentu. Dan mereka biasanya kalah saing sama orang-orang yang memiliki koneksi entah darimana itu. Udah jadi rahasia umum itu Mi, mau di swasta ataupun instansi pemerintah, BUMN atau bidang kerja lainnya. Itu udah jadi hal yang lumrah. Itu yang punya kesempatan sekolah, bayangin kan kalau yang nggak bisa sekolah karena faktor ekonomi?”

“Oh, jadi nggak perlu pinter-pinter ya. asal semuanya ada koneksi, maka kerja akan lancar. Hahaha.”

“Haha ya nggak gitu juga. Banyak juga yang memperoleh kesuksesan dari nol tanpa bantuan siapapun kok. intinya di perjalanan membangun karir, kenalan dengan orang lain itu penting banget. itu yang nggak dipunyai lulusan-lulusan cupu kampus kita. Haha. Biasanya, makin pinter orang, makin sedikit temennya. Bener nggak? Hahaha.”

“Hahaha bener kamu Zy. Tapi aku gini-gini banyak temennya loh.”

“Iya, salah satu faktornya karena kamu punya bahan konten pemersatu bangsa. Itu ampuh untuk menjaga pertemanan loh sebenernya. Hahaha.”

“Hahaha. T*i! Nggak gitu juga kali.”

“Ya tapi emang personality kamu yang easy going, suka becanda, dan kalau ngomong suka ngeluarin kata-kata mutiara itu yang bikin kamu disukai banyak orang, cewek maupun cowok. Plus kamu itu kan orangnya sangat peduli sama kepentingan orang lain. Bahkan nggak jarang kamu itu malah mentingin urusan orang lain daripada urusan diri sendiri.”

“Udah deh..nggak usah ngomongin masalah kayak gitu terus.”

“Aku harus omongin Mi. karena kalau nggak diomongin, kamu bakalan terus-terusan dimanfaatin sama temen-temen toxic kamu itu.”

“Kok jadi bawa-bawa temen aku sih?”

“Iya. Semua orang jadi ikutan ngurus kehidupan kamu kan gara-gara mereka udah ngerasa terbantu dengan adanya kamu. Entah apa aja yang udah kamu lakuin selama ini untuk mereka. Yang jelas, aku yakin mereka ngerasain kenyamanan yang selalu aku rasain juga. Kamu selalu nyediain semua kebutuhan dan tau apa yang diperluin sama orang lain. Tapi gilanya, untuk urusan kecil masalah ulang tahun aja mereka nggak inget.”

“Lah, nggak usah ngait-ngaitin masalah ulang tahun juga.”

“Oh ya harus. Itu kan contoh kecil aja. Gimana kepedulian kamu dibales gitu doang. Tapi giliran kamu sedang nyari kebahagiaan kamu sendiri, mereka malah bersikap seolah paling tau yang terbaik buat Emi. Ujungnya malah ngebikin kamu jadi nggak bahagia sama sekali. Apa nggak anj*ng banget itu namanya?”

“Haha. Udahlah nggak usah dipikirin masalah itu.”

“Ya dipikirin lah. Sekarang gini. Ketika kamu nanti bertemu jodoh kamu, entah siapapun itu dimasa depan, apa mereka selamanya bakal ngurusin kamu? Emang kalau setelah mereka juga menemukan jodoh mereka masing-masing, mereka bakal tetep ngurusin kamu? Kan nggak. Nah mereka enak bisa bahagia. Sementara kamu? Karena terus terhasut sama mulut-mulut sampah itu, malah merana sendirian nggak ada yang mau bantu lagi. Karena apa? Ya karena mereka udah nemuin kebahagiaan mereka masing-masing. Kalau udah kayak gitu, siapa yang bisa disalahin? Ya kamu sendiri. Percaya sama sampah-sampah kayak mereka.”

“Waduh kamu kok kayaknya tau banget sama teman-teman aku? Udah deh. Yang penting sekarang aku udah memilih kamu dan kita akan tetep perjuangin hubungan kita ini ya Zy.”

“Haha. Otak cetek kayak mereka itu gampang ketebak kali arahnya. Tapi bener nggak logika aku? Aku sih percaya kok hubungan ini bakal tetap langgeng.”

“Iya bener sih logika kamu Zy. Ntar kalau udah punya urusan pribadi masing-masing, kan semua akan meninggalkan kita.”

“Nah, kamu kan cerdas. Harusnya bisa lah ngebaca.”

“Aku itu cuma mau bertemen sama mereka. Karena menurut aku, semua orang berhak punya temen.”

“Balik lagi ke omongan aku tadi. kan tadi aku bilang, lulusan kampus kita itu banyak yang cupu dan nggak pandai berteman. Nah, untuk urusan teman-teman kamu, wajar mereka nggak banyak teman. Kelakuannya aja begitu. Padahal mereka termasuk pinter-pinter juga kan dikelas kamu?”

“Iya mereka rata-rata berprestasi kok.”

“Nah itu. Karena mereka pintar, berprestasi dan segala macamnya, mereka jadi mikir semua bisa mereka selesaikan sendiri. Nggak butuh banyak bantuan orang lain. Tapi nyatanya nggak gitu. Kemudian mereka ditinggalin karena ngerasa sok paling pinter, plus kelakuannya rese, dan berakhir kamu datang sebagai malaikat penyelamat. Mereka ketemu kamu yang nggak kompromi untuk berteman dengan siapapun dan dari latar belakang serta sifat yang ajaib-ajaib kayak gitu.”

“Hmmm. Iya sih.”

“Yaudahlah. Ketebak itu semua. Makanya aku minta kamu jauhin mereka, supaya kamu nggak ketularan punya otak sampah yang pikirannya suudzon mulu sama orang. Hahaha.”

“Iya aku ngerti kok Zy.”

“Yaudah yuk kita lanjut lagi kesana.” Gue menunjuk ke salah satu stand penyulingan air yang cukup menyita perhatian gue.

Gue dan Emi sepakat budaya kerja dan etos kerja dari orang-orang dinegeri sakura ini luar biasa. Walaupun memang bisa menyebabkan stres tingkat tinggi. Nggak heran tingkat bunuh diri disana juga besar sekali. Efek lainnya, hiburan malam disana tumbuh subur dan legal.

Siapa sih yang nggak tau kalau urusan hiburan malam di Jepang sana itu salah satu yang paling oke dimuka bumi? Sebut aja distrik Kabukicho yang menawarkan aneka macam hiburan malam. Mulai dari strip club, Cabaret Club (host club) yang isinya itu banyak cewek cantik yang menemani bapak-bapak atau mas-mas yang stres lalu ingin ditemani ngobrol, penyewaan DVD JAV, jasa nonton DVD JAV di bilik-bilik kecil kamar sewaan, panti pijat (tentunya banyak yang plus-plus juga), bar yang menjual aneka ragam minuman keras yang langka, atau sekedar bermain game di sebuah arcade game.

Jepang sangat terkenal dengan industri seperti itu. Tapi itu nggak menjadikan orang-orangnya menjadi terlena. Ya karena memang dari kecil mereka dididik untuk jadi orang yang memiliki etos kerja yang sangat baik dan juga mandiri.

Disana juga kan biaya hidup tinggi. Kalau mau easy money, ya paling gampang terlibat di industri malam kayak gini. Tapi harus diingat juga, budaya ketimuran mereka juga masih kuat kok. jadi kalau mau terlibat di industri kayak gini, misalnya suatu saat ketauan sama keluarga, siap-siap aja di kucilin atau bahkan dicoret dari daftar anggota keluarga.

Gue dan Emi mau banget selalu menerapkan hal positif dari orang-orang Jepang ini disini. Biar kami kedepannya juga bisa selalu mendapatkan tempat terbaik ditempat kerja. Sebenarnya gue juga berusaha selalu seperti itu. Tapi kadang ada aja godaannya. Masalah konsistensi dan kedisiplinan ini yang seringkali jadi sandungan di kehidupan maupun pekerjaan gue.

Mungkin karena kemudahan gue waktu awal-awal karir di dunia kerja gue saat itu yang membuat gue sedikit terlena. Kesempurnaan yang dulu selalu gue cari itu selalu aja ada cacatnya saat itu. Jadi nggak sepenuhnya oke juga sebenernya pekerjaan gue.

Walaupun begitu, atasan gue selalu memberi kepercayaan ke gue. Itu yang kadang menjadi beban tersendiri buat gue apakah gue bisa menjalankan kepercayaan tersebut dengan baik atau tidak. Ini juga yang menjadi pertanyaan gue, apakah gue mampu mengemban tugas ketika gue kelak menjadi pemimpin dipekerjaan gue dengan kebiasaan gue yang seperti ini?

Emi selalu menyediakan jawaban yang pas untuk gue. Gue selalu bisa disemangatin oleh dia. Dia selalu sukses membuat kepercayaan diri gue kembali seperti semula. Nggak ada yang nggak mungkin dan nggak bisa dilakuin, asal niat.

Hari udah mulai malam, sebelum pulang, setelah Emi mengajak gue untuk nonton JKT48, kamipun menonton sebentar. Itu adalah kali pertama kami nonton konser live sejak kami berpacaran. Tapi ya gue nggak ada tertariknya sama sekali. Entah kenapa gue selalu menyalahkan JKT48 yang membuat lapak band di acara jepang-jepangan itu menjadi sangat terbatas, dan digantikan oleh dance cover-dance cover yang terinspirasi dari keberadaan JKT48 ini.

Setelah dua lagu, gue meminta untuk pulang. Gue males ngeliat orang kalau manggung lipsync. Bukannya berpikir JKT48 itu jelek ya, tapi mestinya sih nggak usah lipsync. Toh gemblengan mereka pas didalam rangkaian pelatihannya kan juga keras dan beneran sesuai standarnya 48 family yang dari Jepangnya sana. Jadi harusnya nggak perlu takut kalau hasilnya nggak maksimal.

Perjalanan kami pulang dari pameran itu terhalang oleh hujan. Karena kami naik angkutan umum, jadinya nggak bisa maksain juga. Akhirnya gue memutuskan untuk ke kostan gue aja. daripada nanti kalau dipaksain dan kehujanan malah sakit. Emi juga besoknya kan mau ada bimbingan skripsi.

“Besok aku bimbingan loh.” kata Emi.

“Yaudah besok aku anterin. Besok aku cuman full review aja. Bisa aku kerjain di kampus abis nganterin kamu atau aku susul pas aku udah balik di kostan.” Kata gue.

“Kamu nggak apa-apa nggak ke kantor?”

“Lagi jatuh cinta soalnya. Jadi males ke kantor. Hahaha.” Gue jawab sekenanya.

“Dih apaan sih? Bloon. Hahaha. Untung tadi aku langsung bawa semua barang-barang aku, jadi ga perlu balik ke rumah orang tua kamu dulu.”

“Iya, feeling kamu bener banget emang yank. Sini biar anget. Di luar kan ujan.” Gue menarik Emi memeluk bahu gue sebelah kiri.

“Aku suka dielus-elus rambutnya sampai ketiduran.”

“Oh iya? Yaudah, aku bakalan inget terus. Biar jadi rutinitas kita tiap kali tidur bareng.”

“Nah gitu dong, rutinitas itu yang kayak begini, bukan ew* terooos! Hahaha.” Emi meledek.

“Sampah banget mulut lo malem-malem yank.”

“Hahaha. Yaudah bacot, diem, tidur dah.”

“Eh tapi yank. Kalo satu dua ronde sekarang juga boleh sih.” Kata gue tiba-tiba mengagetkan Emi.

“BODO AMAT!”
singgihwahyu
khodzimzz
itkgid
itkgid dan 28 lainnya memberi reputasi
29
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.