- Beranda
- Stories from the Heart
Keris Telutas Jaja Laknat
...
TS
amriakhsan
Keris Telutas Jaja Laknat
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
PROLOG
i.
Kalau aku masih memiliki jiwa yang memang harus diteruskan maka ini adalah saatnya aku memiliki arti dimana aku kira diriku ini sebenarnya merasa sangatlah tidak berguna dan akan menjadi pengangguran terbesar sepanjang sejarah negara ini. Namun kali ini sesuatu hal yang selama ini ditutupi telah dibuka dan menjadikan diriku sangatlah bingung, kesal, dan juga mungkin sedikit rasa lega karena tidak lain dan tidak bukan adalah karena aku tidak hidup hanya untuk diriku. Namun diriku ada untuk hidup dengan membawa jiwa, kenangan, dan kisah masa lalu dan akan melanjutkannya untuk jiwa di masa mendatang.
Kali ini aku mendapatkan tugas yang harus dan memang ini akan menjadi peran utama pada perjalanan hidup baruku. Tugas yang sebenarnya tidak pernah kusangka dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan diriku di masa kecil.
Tugas yang menurutku sangat penting untuk keberlangsungan umat manusia, yang menjadikannya sebagai pembelajaran untuk masa depan. Tugas itu disebut dengan menulis.
ii.
Dito adalah saudaraku, pamannya membantuku dan membiayaiku dari masa aku kehilangan orang tuaku sejak SMP. Aku jarang sekali berbicara padanya dan mungkin kami bertemu baru kali ini sejak 4 tahun lalu,paling sering kami berinteraksi pada masa kecil. Itupun aku ingat waktu itu kami bertengkar hanya karena masalah sepele. Perbedaan yang sangat kulihat ketika saat aku masih bocah saat itu.
Wujud dirinya sekarang sudah layaknya menjadi gumpalan daging yang keras, dimana otot yang besar terlihat sangat tegas berada ada kedua tangannya yang mungkin agak terlalu besar dibanding badannya yang kekar, namun otot di dadanya tidak terlalu muncul dari kemejanya melebihi lengannya sendiri, seperti gorila tapi tidak gemuk. Hal yang biasa aku lihat saat menonton tinju. Ya, dia lebih terlihat seperti atlet tinju orang dengan pakaian kantoran biasa. Sulit bagiku untuk menggambarkan bagian fisik ototnya karena aku sendiri tidak memilikinya dan untuk bagian yang ini aku iri dengannya.
Dengan tubuh yang seperti itu ditambah lagi dengan wajahnya yang aku yakin tidak ada wanita yang menolaknya. Dengan wajah tampan berbentuk bulat agak lonjong, rambut 3 cm terpotong rapi tersisir ke belakang dengan pinggiran tipis, bagian rahang yang tegas dan tipis serta matanya yang bulat berbinar yang menampilkan dirinya sangat berenergi, menampilkan api pada dirinya. Bibir yang agak tipis membuatnya terlihat menjadi penarik wanita paling cepat jika melihat kesempurnaan yang ada pada tubuhnya dan wajahnya. Namun aku melihat sedikit detail noda sayatan yang cukup dalam pada wajahnya dari bagian pangkal hidung mancungnya lalu turun ke bagian bawah mata kanannya. Kalau yang satu ini aku sulit untuk memasukkannya sebagai bagian yang keren atau malah merusak wajahnya, atau malah menyempurnakannya.
Aku juga ingat bagian yang paling tidak bisa ditolak dari kesempurnaan semuanya adalah jumlah uang yang dimilikinya. Dengan pakaian yang tidak mewah dan sederhana namun rapi, sangat menipu jika hanya sekedar melihatnya berjalan di antara banyak orang orang kaya yang biasa kulihat. Permasalahannya adalah sifat aslinya yang menyebalkan, lebih tepatnya kesombongannya itu yang tidak bisa dihentikan. Hal juga menjadi alasan mengapa wajahnya selalu terlihat menampilkan kebanggaan namun disisi lain menampakan keseriusannya dalam banyak hal.
Salah satu kebanggannya yang nyata adalah bisa meneruskan perusahaan ayahnya yang sebenarnya aku sendiri tidak paham secara detail perusahaan apa ini. Namun yang pasti kuketahui adalah ini seperti perusahaan peralatan elektronik untuk medis. Disamping itu aku pernah mencuri dengar saat ayahnya menceritakan sebaran sahamnya pada banyak perusahaan besar di seluruh dunia. Benar benar akalku tidak akan masuk jika memiliki uang dan tanggung jawab sebanyak itu. Dari yang sudah kubilang sejak awal bahwa aku ini merasa masa depanku sudah habis, pasti aku tidak tahu harus berbuat apa dengan uang sebanyak itu.
Rumah dengan model layaknya keraton di kota luas ini kurasa sangatlah pas, ditambah halaman yang ia miliki sangatlah luas baik dari bagian halamannya yang hijau dan rindang ditumbuhi banyak pepohonan buah buahan hingga bagian belakang rumah yang dipenuhi tumbuh tumbuhan hias seperti bunga dan juga pohon beringin besar. Namun yang parah adalah bagian dalam rumahnya yang memiliki banyak cabang dan lorong dengan bentukan dan terlihat yang sama yaitu perempatan dengan kayu jati besar menghadap secara vertikal di bagian bawah dan anyaman rotan tebal di atasnya dengan ornamen elang berjambul kecil di sudut sudut rumah. Terburuknya yaitu yang tidak diberi tanda untuk masing masing ruangan sehingga banyak orang pasti bisa kebingungan dan tersasar di dalam sebuah rumah ini serta banyak ruangan kosong di dalamnya yang aku sendiri tidak paham kenapa banyak ruangan kosong padahal ia hanya tinggal dengan adik serta ayahnya.
Setelah perjalanan membingungkan dan berputar putar, tubuhku menyerah dan berakhir di sebuah balkon rumah, menghadap langsung ke depan pohon rindang dengan daun hijau panjang dan lurus namun ujungnya berkelok kelok, pasti ini daun pohon mangga, mataku berusaha mencari dan akhirnya terfokus dengan mangga kecil yang tumbuh di bagian dahan lain. Setelah menghirup beberapa udara yang tercampur baunya dari daun daun serta getah pohon, diriku sedang duduk di kursi panjang dari baja ringan yang dibentuk menyerupai batang kayu, sambil melihat dan memperhatikan pepohonan yang hijau yang membuat seluruh pandanganku menjadi kabur saat melihat, hal hal yang kurasa ini pernah aku membacanya di suatu buku, namun … satu satunya yang kuingat adalah … ingatanku buruk soal mengingat. Lalu disaat seluruh pandanganku sudah buyar dengan seluruh benda benda hijau di depanku, tubuhku bersandar dan melempar kedua lenganku ke bagian atas kursi, sekarang keduanya tingginya sejajar dengan kepalaku. Kemudian suara geser bergulir masuk ke telingaku, mengganggu relaksasiku.
Langkah sepatu dari kayu yang berhentakan dengan kayu menghasilkan bunyi ketukan yang khas. Sosok itu berdiri disampingku melihatku sudah tidak berdaya tergeletak diatas kursi tanpa bisa berbuat apa apa, kemudian sejenak mataku mencoba meraih seluruh tenaga yang ada untuk memfokuskan pandanganku kepada sosok besar yang seharusnya kusadari dari awal itu adalah Dito. Dia datang kepadaku dengan dagu sedikit dinaikan ke atas, serta kedua tangan besarnya masuk ke kantong celananya.
“Hey kenapa kau di sini tanpa bilang bilang,” kata Dito dengan suara yang sedikit bergemuruh.
“Aku awalnya ingin pergi menemuimu namun aku tidak tahu dimana ruangan kau, setelah itu aku mencoba untuk mencarinya sendiri dan akhirnya aku tersesat disini,” balasku sambil menyindir rumah sialannya ini.
Dito terkekeh, “Memangnya apa yang ingin kau tanyakan hah?” Ditambah gerakan melipat kedua tangannya.
“Toilet,” balasku singkat.
“Kau sekarang sedang menatap toilet yang luas, kenapa kau tidak kencing saja sekarang di rumput,” sahutnya.
“Iya ... iya terserahlah,” balasku tanpa memerdulikan perkataannya barusan dengan memalingkan wajahku ke arah dedaunan di pohon.
“Karena kau sudah ada dan datang kemari, aku memiliki satu tugas untuk dirimu,” katanya namun kali ini dia telah menurunkan dagunya dan melembutkan sedikit pandangannya.
“Sebenarnya aku lebih suka nganggur seperti ini. Tapi … baiklah, asalkan jangan ambigu.”
“Tidak tentu saja karena tugas ini akan melekat pada dirimu untuk selamanya mulai dari sekarang, lagi pula tugas ini hanya kau yang bisa melakukannya,” jawab Dito dengan nada pelan layaknya orang tua menceramahi anaknya.
“Tugas seperti apa itu sampai kau tidak bisa melakukannya sendiri,” balasku dengan heran sambil kembali menaruh wajahku kearahnya
“Aku menyuruhmu untuk menuliskan cerita tentang perjalanan hidupmu dari sekarang.”
“Untuk melamar kerja?”
“Bukan, tapi untuk menjadi penyambung kisah generasi kita bersaudara,” jawab Dito kali ini dengan nada cukup berat.
“Apa maksudmu dengan kita?”
“Diriku tidak ingin bercerita panjang lebar sekarang, kau akan paham nanti.”
“Eleh … sekarang kau seperti orang tua saja.”
Dito mulai memicingkan matanya dengan tatapan tidak menyenangkan.
“Aku masih tidak paham sama sekali maksud tugas ini,” balasku dengan heran.
“Aku tidak bisa memberi detailnya sekarang, namun kali ini kau cukup ceritakan perjalanan hidupmu dari waktu yang kau inginkan. Seperti sejak kau lulus SMA ataupun kuliahmu,” jelas Dito.
Mataku memalihkan pandangannya kesebuah pohon selama beberapa saat sambil memikirkan semua kata katanya barusan. “Oke, aku mulai sedikit paham dengan apa yang kau mau, cukup cerita saja kan?”
“Tentu, ini seharusnya menjadi tugas anak anak namun seperti yang kubilang tadi. Hanya kau yang bisa melakukannya,” jawab Dito kali ini dengan nada yang puas.
“Apa semua orang yang datang kesini harus menulis cerita mereka semua?” tanyaku lagi, dengan nada agak serius.
“Tidak … ini spesial khusus kau saja,” jawab Dito dengan memejamkan matanya dan menurunkan sedikit dagunya, seperti sedang menahan rasa kesal.
“Baiklah, jadi dimana aku bisa mulai tugas ini?”
Dito merogoh isi sakunya dan mengambil sebuah kartu. ”Ini kunci kamarmu, kau tinggal lurus saja dari pintu ini lalu belok kanan hingga ke pokok lorong. Disanalah kau bisa mulai kerjamu,” jelas Dito sambil tangan besarnya kembali masuk ke kantongnya memperbaiki isi saku kosongnya yang keluar.
Aku menarik nafas dalam dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan. ”Hanya ini saja kan? Tidak ada batas waktu?” tiba tiba aku terhenti dan berfikir sejenak seperti layaknya membuat kesalahan tidak sengaja dengan menanyakan hal tersebut.
“Tenang saja ini bukan tugas kuliah, namun aku sarankan kau untuk cepat,” balas Dito dengan santai.
“Oke ... setelah kulihat tugas ini tidak terlalu menjengkelkan seperti perkiraanku,” balasku dengan senyum kecil muncul di samping bibirku.
Dito sejenak bergumam. “Mungkin kau belum tahu saja bocah betapa beratnya tugas ini,” Balas Dito kali ini dengan santai dan tidak seserius diawal.
“Sialan kau mengerjaiku.”
“Ini belum apa apa.” Ia lalu mengeluarkan tangannya dari sakunya sambil membalikan badannya dan berjalan perlahan pergi dengan suara hentakan sepatu yang cukup keras.
Aku sama sekali tidak paham apa tujuannya namun aku memang tidak tahu harus ngapain lagi. Aku menarik badanku ke posisi tegap dan mendorong tubuhku dengan memasang pondasi kedua lengan ke kursi dan mengambil tenaga berusaha naik, kemudian mencoba mengambil konsentrasi, berdiri tegak sambil membusungkan sedikit dadaku. Kakiku aku mengambil langkah dan berputar, masuk ke arah lorong yang tadi diberitahunya dan menuju kamarku untuk melakukan perintahnya tadi.
Diubah oleh amriakhsan 28-09-2020 00:15
aripinastiko612 dan 12 lainnya memberi reputasi
11
9K
67
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
amriakhsan
#11
BAB III Part 1 - Gemerlap Gugup
i.
Dua setengah tahun telah berselang lama, terhitung sejak aku pertama kali masuk dan tinggal di rumah ini. Banyak sekali hal-hal dan kejadian yang telah terjadi, namun aku tidak bisa mengetik dan menceritakan semua itu dikarenakan latihanku yang benar benar membuat jari jariku menjadi sangat keras dan kaku hingga aku sendiri sangat kesulitan menggunakan handphone bahkan tanganku sangat sakit untung mengangkat secangkir teh. Namun untungnya aku hampir bisa mengingat semua kejadian itu, semuanya seperti baru saja terlintas di hadapanku.
Bulan pertama saat aku menjalani latihan, aku diberitahu oleh Dito bahwa ia telah sukses menjalankan program kerjasama perusahaannya dengan PT Sampurna dan katanya bersiap untuk revolusi dalam dunia kedokteran, aku tidak paham apa yang ia maksud namun aku yakin sepertinya itu akan menjadi hal yang baik dimana katanya penyakit akan dapat dengan mudah disingkirkan, kecacatan tubuh dapat diperbaiki, tidak ada lagi rasa takut saat kau patah tulang dan kita tidak akan terfokus dengan robotisasi manusia seperti yang media lain beritakan. Aneh sekali mendengar cerita darinya yang berambisius sekali tapi pada akhirnya aku tidak peduli, mungkin butuh waktu puluhan tahun untuk projek itu kelar.
Selama aku menjalani latihan bersama Ardi, dia memang sangat ramah dan tidak banyak berkata kata dan semuanya berinti seperti kata kata yang biasa dia ucapkan, tapi perlakuannya sangat latihan sangat berbeda dari kata katanya, dia sangat keras melatihku dan hampir tidak memberiku ampun saat melakukan latihan, dia menyuruhku untuk melakukan push up, sit up, pull up, squat seratus kali tiap harinya bahkan di hari pertama latihan dan saat pagi dan sore kami berlari memutari komplek dan pada malam harinya kami istirahat, tidak jarang juga Dito dan Nadya kut latihan bersama kami, mereka sepertinya sudah sangat terbiasa dengan hal ini dan dari itu aku mengerti dan tidak heran saat melihat jumlah makanan yang sangat banyak itu bisa habis dengan cepat.
Setelah setahun Ardi melatih fisikku, kemudian kali ini dia melatihku dalam hal bela diri. Ardi memberitahuku bahwa dia menguasai Taekwondo dan Silat lalu dia menyuruhku memilih salah satu yang harus difokuskan dan aku memilih silat karena dulu saat di pondok pesantren aku pernah belajar silat.
Awalnya aku mengira bahwa silat yang diajarkan Ardi sangat aneh gerakannya dan aku sangat tidak familiar dengan gerak gerik dari pukulan dan tendangannya, namun dia mengatakan bahwa silat ini telah diajarkan oleh ayahnya saat dia kecil dan ayahnya bilang bahwa ini adalah gerakan yang memang tidak pernah diajarkan kecuali keluarga ini, dan ayahnya menyebutnya sebagai Silat Getih Bumi.
Silat ini sangat berbeda dari yang ku pelajari dulu dimana gerakannya kali ini sangat lah halus dan seperti sedang menari. Akan tetapi semakin dalam Ardi mengajariku, gerakannya semakin lama semakin seperti binatang buas yang mengeluarkan aura membunuhnya namun diendapkan diam diam tanpa membuat mangsa curiga dan sekejap menerkam mangsa dan langsung membunuhnya dengan sekali serang, tidak heran mengapa aliran ini tidak diajarkan kepada orang lain, ini bukan teknik bela diri lagi namanya, ini teknik membunuh.
Aku bisa mengambil kesimpulan ini karena saat pertama kali Ardi mulai serius mengajarkanku materi ini lebih dalam, dia menunjukan hasil latihannya padaku dengan berdiri di depanku dan terdiam selama beberapa detik kemudian aku merasakan dalam sekejap tubuhku terasa menciut dan ingin sekali bertekuk lutut dihadapan Ardi, padahal dia sama sekali tidak bergerak dan hanya berdiri tegak di hadapanku. Benar benar aura yang sangat menekan yang tak pernah terbayangkan, aku bahkan sampai kesulitan bernafas dan rasanya ingin sekali melarikan diri sekarang juga namun kakiku lemas, dan sampai akhirnya aku terjatuh, ingin muntah dan hampir pingsan karena tidak bisa bernafas lalu Ardi berhenti dan membantuku bangun. Rasa itu masih aku bisa bayangkan sekarang dan aku yakin itu sepertinya bukan lagi teknik silat.
Dalam waktu satu tahun kemudian aku hampir bisa menguasai semua teknik yang diajarkan Ardi kecuali bagian auranya itu dan katanya aku hanya tinggal perlu mengasah kegesitan dan reflekku saja. Dan setelah semua pelajaran ia berikan selama 2 tahun lamanya, Ardi memutuskan untuk pergi kembali ke tempat ia bertapa dan berguru, Dito pun tidak melarang ia pergi dan setelah itu dia pamit dan katanya satu tahun lagi ia akan kembali.
Dan kali ini aku menghabiskan waktuku dengan kembali melatih semua yang diajarkan Ardi dan mempelajari beberapa teknik baru yang diajarkan sebelum ia pergi, dan karena Ardi sudah pergi … waktunya kali ini aku kembali menikmati secangkir teh setiap paginya dengan santai karena kali ini diriku sudah bebas, bebas dari latihan itu sangat menyiksaku dan menghabiskan banyak sekali keringat di tubuhku dan sangat letih tiap hari awal awal aku latihan sampai sampai badanku yang sudah jarang mandi ini untuk pertama kalinya selama 5 tahun terakhir ini aku melakukan mandi saat sore hari karena kegerahan.
Pada tahun kedua, sekarang negri ini dan dunia telah dikejutkan dengan hal yang baru dalam dunia medis, hal yang dua tahun lalu Dito katakan padaku bukan sekedar becandaan ia saja. Kali ini perusahaan yang Dito pegang yaitu PT Hanggatra dan PT Sampurna telah berhasil membuat bagian tubuh manusia buatan atau yang mereka sebut dengan Organic Artificial Body (O.A.B), terdengar aneh namun aku tidak menyangka mereka akan melakukannya hanya dalam waktu dua tahun. Dito mengatakan kepadaku bahwa ini akan menjadi masa depan yang cerah bagi dunia juga sekaligus menjalankan perannya sebagai Wiro Keris. Kali ini dia benar benar sangat bahagia dan yang paling penting katanya adalah omset penjualan perusahaannya menjadi naik dan yang seperti kupahami, tujuan aslinya memang dari awal adalah uang.
Setengah tahun berlalu dan kegiatanku berjalan dengan normal dengan mulai kembali menulis dan membaca buku lagi. Walaupun aku terlihat sangat sibuk dan tidak punya waktu luang, aku masih terus berhubungan dengan Dewi, kami setiap harinya selalu chattingan namun sedihnya sebagai teman. Aku juga menerima kabar dari Dewi bahwa tahun ini ia akan mendapatkan gelar S.Trnya dan aku sangat senang saat ia mengabari itu kepadaku, mungkin dia menganggapku penting. Aku tidak tahu ini halusinasiku saja atau memang sebenarnya Dewi memiliki perasaan kepadaku, tapi aku benar benar tidak bisa karena aku ini sebenarnya orangnya pemalu apalagi dengan perempuan. Apalagi setelah latihan panjang ini yang aku yakin dia pasti kaget sekali melihatku sekarang karena tubuh kekarku dan atletis ini, aku tidak begitu yakin Dewi akan menyukainya.
Dan hari dimana hari yang kutakutkan terjadi, saat Dewi mengajakku untuk pergi makan malam di suatu restoran. Aku malu sekali bahkan aku tidak percaya bahwa ini chat dari Dewi, aku awalnya yakin Nadya yang melakukan prank ini dan memberitahunya pada kakaknya, karena tidak mungkin Dewi mengajakku makan malam. Aku sangat ragu, tapi ini nomor yang kuhubungi asli, aku gugup sekali. Namun karena tidak mungkin ada kesempatan lain dan hanya kali ini saja, maka tidak ada waktu untuk menjadi seorang pengecut, malam ini aku akan jalan dengan Dewi, walau sepertinya dia yang akan mentraktirku.
i.
Dua setengah tahun telah berselang lama, terhitung sejak aku pertama kali masuk dan tinggal di rumah ini. Banyak sekali hal-hal dan kejadian yang telah terjadi, namun aku tidak bisa mengetik dan menceritakan semua itu dikarenakan latihanku yang benar benar membuat jari jariku menjadi sangat keras dan kaku hingga aku sendiri sangat kesulitan menggunakan handphone bahkan tanganku sangat sakit untung mengangkat secangkir teh. Namun untungnya aku hampir bisa mengingat semua kejadian itu, semuanya seperti baru saja terlintas di hadapanku.
Bulan pertama saat aku menjalani latihan, aku diberitahu oleh Dito bahwa ia telah sukses menjalankan program kerjasama perusahaannya dengan PT Sampurna dan katanya bersiap untuk revolusi dalam dunia kedokteran, aku tidak paham apa yang ia maksud namun aku yakin sepertinya itu akan menjadi hal yang baik dimana katanya penyakit akan dapat dengan mudah disingkirkan, kecacatan tubuh dapat diperbaiki, tidak ada lagi rasa takut saat kau patah tulang dan kita tidak akan terfokus dengan robotisasi manusia seperti yang media lain beritakan. Aneh sekali mendengar cerita darinya yang berambisius sekali tapi pada akhirnya aku tidak peduli, mungkin butuh waktu puluhan tahun untuk projek itu kelar.
Selama aku menjalani latihan bersama Ardi, dia memang sangat ramah dan tidak banyak berkata kata dan semuanya berinti seperti kata kata yang biasa dia ucapkan, tapi perlakuannya sangat latihan sangat berbeda dari kata katanya, dia sangat keras melatihku dan hampir tidak memberiku ampun saat melakukan latihan, dia menyuruhku untuk melakukan push up, sit up, pull up, squat seratus kali tiap harinya bahkan di hari pertama latihan dan saat pagi dan sore kami berlari memutari komplek dan pada malam harinya kami istirahat, tidak jarang juga Dito dan Nadya kut latihan bersama kami, mereka sepertinya sudah sangat terbiasa dengan hal ini dan dari itu aku mengerti dan tidak heran saat melihat jumlah makanan yang sangat banyak itu bisa habis dengan cepat.
Setelah setahun Ardi melatih fisikku, kemudian kali ini dia melatihku dalam hal bela diri. Ardi memberitahuku bahwa dia menguasai Taekwondo dan Silat lalu dia menyuruhku memilih salah satu yang harus difokuskan dan aku memilih silat karena dulu saat di pondok pesantren aku pernah belajar silat.
Awalnya aku mengira bahwa silat yang diajarkan Ardi sangat aneh gerakannya dan aku sangat tidak familiar dengan gerak gerik dari pukulan dan tendangannya, namun dia mengatakan bahwa silat ini telah diajarkan oleh ayahnya saat dia kecil dan ayahnya bilang bahwa ini adalah gerakan yang memang tidak pernah diajarkan kecuali keluarga ini, dan ayahnya menyebutnya sebagai Silat Getih Bumi.
Silat ini sangat berbeda dari yang ku pelajari dulu dimana gerakannya kali ini sangat lah halus dan seperti sedang menari. Akan tetapi semakin dalam Ardi mengajariku, gerakannya semakin lama semakin seperti binatang buas yang mengeluarkan aura membunuhnya namun diendapkan diam diam tanpa membuat mangsa curiga dan sekejap menerkam mangsa dan langsung membunuhnya dengan sekali serang, tidak heran mengapa aliran ini tidak diajarkan kepada orang lain, ini bukan teknik bela diri lagi namanya, ini teknik membunuh.
Aku bisa mengambil kesimpulan ini karena saat pertama kali Ardi mulai serius mengajarkanku materi ini lebih dalam, dia menunjukan hasil latihannya padaku dengan berdiri di depanku dan terdiam selama beberapa detik kemudian aku merasakan dalam sekejap tubuhku terasa menciut dan ingin sekali bertekuk lutut dihadapan Ardi, padahal dia sama sekali tidak bergerak dan hanya berdiri tegak di hadapanku. Benar benar aura yang sangat menekan yang tak pernah terbayangkan, aku bahkan sampai kesulitan bernafas dan rasanya ingin sekali melarikan diri sekarang juga namun kakiku lemas, dan sampai akhirnya aku terjatuh, ingin muntah dan hampir pingsan karena tidak bisa bernafas lalu Ardi berhenti dan membantuku bangun. Rasa itu masih aku bisa bayangkan sekarang dan aku yakin itu sepertinya bukan lagi teknik silat.
Dalam waktu satu tahun kemudian aku hampir bisa menguasai semua teknik yang diajarkan Ardi kecuali bagian auranya itu dan katanya aku hanya tinggal perlu mengasah kegesitan dan reflekku saja. Dan setelah semua pelajaran ia berikan selama 2 tahun lamanya, Ardi memutuskan untuk pergi kembali ke tempat ia bertapa dan berguru, Dito pun tidak melarang ia pergi dan setelah itu dia pamit dan katanya satu tahun lagi ia akan kembali.
Dan kali ini aku menghabiskan waktuku dengan kembali melatih semua yang diajarkan Ardi dan mempelajari beberapa teknik baru yang diajarkan sebelum ia pergi, dan karena Ardi sudah pergi … waktunya kali ini aku kembali menikmati secangkir teh setiap paginya dengan santai karena kali ini diriku sudah bebas, bebas dari latihan itu sangat menyiksaku dan menghabiskan banyak sekali keringat di tubuhku dan sangat letih tiap hari awal awal aku latihan sampai sampai badanku yang sudah jarang mandi ini untuk pertama kalinya selama 5 tahun terakhir ini aku melakukan mandi saat sore hari karena kegerahan.
Pada tahun kedua, sekarang negri ini dan dunia telah dikejutkan dengan hal yang baru dalam dunia medis, hal yang dua tahun lalu Dito katakan padaku bukan sekedar becandaan ia saja. Kali ini perusahaan yang Dito pegang yaitu PT Hanggatra dan PT Sampurna telah berhasil membuat bagian tubuh manusia buatan atau yang mereka sebut dengan Organic Artificial Body (O.A.B), terdengar aneh namun aku tidak menyangka mereka akan melakukannya hanya dalam waktu dua tahun. Dito mengatakan kepadaku bahwa ini akan menjadi masa depan yang cerah bagi dunia juga sekaligus menjalankan perannya sebagai Wiro Keris. Kali ini dia benar benar sangat bahagia dan yang paling penting katanya adalah omset penjualan perusahaannya menjadi naik dan yang seperti kupahami, tujuan aslinya memang dari awal adalah uang.
Setengah tahun berlalu dan kegiatanku berjalan dengan normal dengan mulai kembali menulis dan membaca buku lagi. Walaupun aku terlihat sangat sibuk dan tidak punya waktu luang, aku masih terus berhubungan dengan Dewi, kami setiap harinya selalu chattingan namun sedihnya sebagai teman. Aku juga menerima kabar dari Dewi bahwa tahun ini ia akan mendapatkan gelar S.Trnya dan aku sangat senang saat ia mengabari itu kepadaku, mungkin dia menganggapku penting. Aku tidak tahu ini halusinasiku saja atau memang sebenarnya Dewi memiliki perasaan kepadaku, tapi aku benar benar tidak bisa karena aku ini sebenarnya orangnya pemalu apalagi dengan perempuan. Apalagi setelah latihan panjang ini yang aku yakin dia pasti kaget sekali melihatku sekarang karena tubuh kekarku dan atletis ini, aku tidak begitu yakin Dewi akan menyukainya.
Dan hari dimana hari yang kutakutkan terjadi, saat Dewi mengajakku untuk pergi makan malam di suatu restoran. Aku malu sekali bahkan aku tidak percaya bahwa ini chat dari Dewi, aku awalnya yakin Nadya yang melakukan prank ini dan memberitahunya pada kakaknya, karena tidak mungkin Dewi mengajakku makan malam. Aku sangat ragu, tapi ini nomor yang kuhubungi asli, aku gugup sekali. Namun karena tidak mungkin ada kesempatan lain dan hanya kali ini saja, maka tidak ada waktu untuk menjadi seorang pengecut, malam ini aku akan jalan dengan Dewi, walau sepertinya dia yang akan mentraktirku.
Diubah oleh amriakhsan 18-01-2020 23:58
aripinastiko612 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
