Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wiwin.idtAvatar border
TS
wiwin.idt
Mengenal Elang Hitam, drone buatan anak bangsa yang akan menjaga kedaulatan NKRI
Mengenal Elang Hitam, drone buatan anak bangsa yang akan menjaga kedaulatan NKRIKepala BPPT Hammam Riza
 
BANDUNG (IndoTelko) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah mengembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) alias Drone, tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang biasa disebut PUNA MALE.

Wahana yang diyakini mampu terbang tanpa henti selama 24 jam ini memiliki pengendalian multiple UAV secara bersamaan (simultan).

Konsep operasi MALE ini tentu saja memungkinkan untuk melakukan pengawasan dalam menjaga kedaulatan NKRI, baik di wilayah darat maupun laut melalui pantauan udara.

Baca juga :
Lion Air resmi hadirkan wifi entertainment

Lion Air tengah siapkan hiburan berbasis wifi entertainment

Begini cara yang tepat membeli tiket pesawat di OTA

Penjagaan ini diyakini pula sangat efisien dan mampu meminimalisir risiko kehilangan jiwa karena dioperasikan tanpa pilot.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa PUNA MALE merupakan inovasi karya anak bangsa. "Pesawat Tanpa Awak MALE ini hasil rancang bangun, rekayasa, dan produksi anak bangsa," ujar Hammam dalam rilisnya, kemarin.    

Dalam acara roll out yang dilaksanakan di Hanggar PT Dirgantara Indonesia ini, Hammam pun memberitahukan kepada para peserta yang hadir, bahwa Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang P.S. Brodjonegoro menamai PUNA MALE ini dengan nama Elang Hitam (Black Hawk).

"Bapak Menteri sangat mendukung hilirisasi teknologi PUNA MALE ini, bahkan saking antusiasnya, beliau sampai memberikan nama Elang Hitam. Kebutuhan pengawasan dari udara yang efisien dan kemampuan muatan (payload) yang lebih besar dan jangkauan radius terbang yang jauh secara continue menjadi kebutuhan yang harus diantisipasi," kata Hammam.

Inisiasi pengembangan PUNA MALE ini telah dimulai sejak 2015 silam oleh Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemhan).

Hal itu ditandai melalui kesepakatan rancangan, kebutuhan dan tujuan (DR&O) PUNA MALE yang akan dioperasikan oleh TNI, khususnya TNI Angkatan Udara (AU).

"Proses perancangan dimulai dengan kegiatan preliminary design, basic design dengan pembuatan dua kali model terowongan angin dan hasil ujinya di tahun 2016 dan tahun 2018," jelas Hammam.

Setelah itu, dilanjutkan dengan pembuatan engineering document and drawing tahun 2017 melalui anggaran dari Balitbang Kemhan dan BPPT.

Kemudian pada 2017, perjanjian bersama pun dibentuk dengab adanya Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA MALE).

Anggotanya pun terdiri dari Kemhan RI yaitu Ditjen Pothan dan Balitbang, BPPT, TNI AU (Dislitbangau), Institut Teknologi Bandung/ITB (FTMD), BUMN melalui PT Dirgantara Indonesia (DI) serta PT Len Industri.

Selanjutnya tahun 2019 ini, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pun masuk sebagai anggota konsorsium tersebut.

Rencananya FCS ini akan diintegrasikan di awal 2020, pada prototype PUNA MALE pertama (PM1) yang telah dibuat oleh engineer BPPT dan PT Dirgantara Indonesia yang telah mendapatkan pelatihan untuk mengintegrasikan dan mengoperasikan sistem kendali tersebut pada prototype yang dibuat di PT Dirgantara Indonesia.

Sebanyak 2 unit prototype pun akan dibuat pada 2020 yang direncanakan untuk diterbangkan dan uji kekuatan struktur di BPPT.

"Diharapkan dengan kemandirian ini maka PUNA MALE buatan Indonesia dapat mengisi kebutuhan squadron TNI AU untuk dapat mengawasi wilayah NKRI melalui wahana udara," pungkas Hammam.

PUNA tipe MALE ini rencananya akan dipersenjatai rudal dan mampu terbang selama 24 jam nonstop dengan ketinggian jelajah hingga 23.000 ft.

Untuk merealisasikannya, pemerintah pun membentuk konsorsium yang beranggotakan BPPT, Kemhan dan TNI AU sebagai pengguna, ITB sebagai mitra perguruan tinggi, PT Dirgantara Indonesia sebagai mitra industri pembuatan pesawat, serta PT LEN Persero yang mengembangkan sistem kendali dan muatan.

Program flagship MALE Kombatan sengaja dirancang untuk memperkuat terjadinya transfer teknologi kunci serta menghidupkan industri nasional pendukung Tier 2, Tier 3 dan seterusnya.

Program MALE Kombatan ini disinergikan dengan proses pengadaan yang tengah berlangsung di Kemhan, tentunya untuk dapat memaksimalkan manfaat dari proses tersebut.

Muaranya adalah pembangunan industri pertahanan baru yang akan berdampak pada peningkatan pergerakan roda perekonomian nasional.

Yang menjadi catatan penting dalam semua proses ini adalah terkait kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang harus diposisikan sebagai kebijakan strategis.
 
Tentunya kebijakan ini harus dijalankan secara konsisten untuk menghasilkan teknologi kunci pendukung MALE seperti teknologi-teknologi Flight Control System yang mampu Auto Take-Off Auto Landing (ATOL), Mission System, Weapon-platform integration dan Teknologi Komposit, Radar SAR, Inertial Navigation System (INS), Electro-Optics Targeting System (EOTS) dan Guidance System.

Teknologi kunci itu tidak diberikan oleh negara maju, sehingga penguasaan di industri pendukung tentunya harus diupayakan sendiri.

Jika teknologi kunci tersebut sudah dikuasai, maka akan dapat di Spin Off untuk penerapan pada alutsista/alat peralatan pertahanan dan keamanan (Alpalhankam) lainnya yang strategis.(ak)


Sumber : https://www.indotelko.com/read/15777...64/elang-hitam
muhamad.hanif.2
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.9K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.3KThread41.9KAnggota
Tampilkan semua post
uzisuicideAvatar border
uzisuicide
#4
Elang hitam, suatu kebanggaan tapi sayang...prakteknya yang dipake TNI itu produk China....CH-4B

Itulah bedanya diatas kertas dengan kenyataan emoticon-Ngakak
Methadone1000mg
ahmad.c
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 3 lainnya memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.