- Beranda
- Stories from the Heart
PANGGILAN TENGAH MALAM
...
TS
agusmulyanti
PANGGILAN TENGAH MALAM
Spoiler for prolog:
***********
RULES :
- Ikuti perarturan SFTH
- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.
- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.
- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis
Index
Diubah oleh agusmulyanti 08-02-2020 17:25
bonita71 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
12.7K
247
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
agusmulyanti
#91
Part - 27
Dika masih tertidur di sofa, ketika dering telpon membangunkannya.
"Hallo..," ujarnya malas.
"Dika..ini bapak. Kamu ndak ke kampus ?."
"Ndak pak, kepalaku pusing, semalam habis kumpul sama temen-temen."
"Pasti kamu mabuk-mabukkan lagi, iya ?."
"Nggak pak, aku habis ngerjain skripsi."
"Skripsi koq ndak kelar-kelar," gerutu pak Ganjar.
"Ada apa toh pak, pagi-pagi dah telpon ?."
Pak Ganjar lalu menceritakan masalahnya, kenapa ia menelpon sepagi ini.
"Ya wes pak, aku faham. Tapi besok aku memang harus balik, karena ada yang harus aku ambil."
"Sementara ndak usah, sampai situasinya aman."
"Tapi pak..."
Tiba-tiba telpon terputus.
"Ah..orang tua itu, selalu bikin gua kesel," umpatnya sambil melanjutkan tidur.
******
Dika adalah anak laki- laki pak Ganjar satu satunya, dari empat bersaudara. Dia anak bungsu, yang teramat sangat dimanja oleh ayahnya. Semua keinginannya selalu terpenuhi, hingga akhirnya dia tumbuh jadi pemuda yang malas, suka mabuk-mabukkan dan bergaul dengan anak-anak nakal di kampungnya. Pendidikkannya selalu telat, karena sering tinggal kelas, begitupun dengan kuliahnya yang gak kelar-kelar.
********
Pak Ganjar mondar mandir sambil menghisap rokok, entah sudah rokok ke berapa yang ia hisap saat ini.
Puntung rokok terlihat memenuhi asbak. Wajahnya terlihat resah dan tegang. Sebentar-sebentar ia menarik nafas sambil memaki..
"Cuk !!, kenapa pemuda itu harus datang ?," umpatnya.
Istrinya yang melihat kelakuan pak Ganjar, hanya geleng-geleng kepala. Disaat seperti ini, tak ingin ia berdebat dengan suaminya, karena ia tau pasti suaminya akan marah dan bisa-bisa semua benda akan hancur karenanya.
Ditinggalkan suaminya dengan langkah cepat.
"Mbok, ibu mau arisan, kalau bapak tanya bilang saja begitu. Ibu jalan dulu ya mbok."
"Iya bu, hati-hati," ujar mbok Darti, sambil menutup gerbang.
Istri pak Ganjar, ibunya Dika, adalah wanita sosialita, dengan segudang acara gak penting. Sementara ke tiga anak perempuannya, setali tiga uang dengan ibunya, suka pergi dengan teman-temannya, hura-hura dengan harta orang tuanya.
Keluarga pak Ganjar, adalah keluarga terpandang di kota itu. Semua orang kenal, karena ia memang sangat kaya dan sedikit kikir. Kalau menyumbang, berapapun itu, harus di umumkan di TOA masjid, agar semua orang tau...oalahh rek 😁, dan ia bisa menepuk dada karenanya.
Sebulan ini, semenjak kedatangan anak muda yang bernama Linggar, kehidupannya sangat terganggu, fikirannya kacau. Dan ia sangat berharap pemuda itu cepat hilang dari kampungnya.
********
Ba'da Ashar terlihat warga sudah berkumpul di rumah yang ditempati Linggar. Kyai Amin belum terlihat hanya beberapa santrinya yang sudah datang.
"Le !, Kyai dimana ?, koq belum datang ?."
"Kyai masih ada tamu pak, mungkin sebentar lagi."
Akhirnya warga menunggu, sambil menikmati hidangan yang telah disajikkan oleh bi Narti dan bi Inah. Kira-kira setengah jam kemudian, Kyai Amin muncul dibonceng oleh Parjo.
"Maaf ya bapak-bapak, saya agak telat."
"Iya Kyai, gak apa-apa, kami juga masih ngopi nih."
"Wah..enak kelihatannya nih," ujar kyai Amin sambil duduk berbaur dengan yang lain.
Setelah menikmati hidangan yang disajikkan, kyai Amin memberikan sedikit pengarahan dan hal-hal apa saja yang akan dibawa selepas maghrib.
Warga mengangguk-angguk dan mulai bersiap-siap untuk shalat maghrib berjamaah.
Usai shalat berjamaah, tiba-tiba hujan turun dengan deras disertai petir.
"Waduh..!!, gimana nih Kyai, hujan."
"Iya...petir lagi," timpal warga yang lain.
Kyai Amin diam sambil berdoa.
"Kita tunggu saja bapak-bapak, sampai hujannya agak reda. Karena kalau tidak malam ini, saya khawatir nyawa nak Linggar tidak tertolong."
Kyai Amin terus berdoa dengan khusuk, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang, hingga pohon-pohon seperti hendak tercabut dari akarnya.
"Ya Allah, ada apa ini sebenarnya," gumam Kyai Amin perlahan.
"Kyai, sepertinya ada yang ikut nimbrung."
Kyai Amin manggut-manggut sambil merapikan kopiahnya.
Lalu terlihat, beliau berbicara serius dengan santri-santrinya. Tak lama berselang terlihat mereka khusuk berdzikir.
Dengan ijin Allah, cuaca yang semula sangat extrem, berubah menjadi tenang, dan hujanpun berhenti seketika.
"Hallo..," ujarnya malas.
"Dika..ini bapak. Kamu ndak ke kampus ?."
"Ndak pak, kepalaku pusing, semalam habis kumpul sama temen-temen."
"Pasti kamu mabuk-mabukkan lagi, iya ?."
"Nggak pak, aku habis ngerjain skripsi."
"Skripsi koq ndak kelar-kelar," gerutu pak Ganjar.
"Ada apa toh pak, pagi-pagi dah telpon ?."
Pak Ganjar lalu menceritakan masalahnya, kenapa ia menelpon sepagi ini.
"Ya wes pak, aku faham. Tapi besok aku memang harus balik, karena ada yang harus aku ambil."
"Sementara ndak usah, sampai situasinya aman."
"Tapi pak..."
Tiba-tiba telpon terputus.
"Ah..orang tua itu, selalu bikin gua kesel," umpatnya sambil melanjutkan tidur.
******
Dika adalah anak laki- laki pak Ganjar satu satunya, dari empat bersaudara. Dia anak bungsu, yang teramat sangat dimanja oleh ayahnya. Semua keinginannya selalu terpenuhi, hingga akhirnya dia tumbuh jadi pemuda yang malas, suka mabuk-mabukkan dan bergaul dengan anak-anak nakal di kampungnya. Pendidikkannya selalu telat, karena sering tinggal kelas, begitupun dengan kuliahnya yang gak kelar-kelar.
********
Pak Ganjar mondar mandir sambil menghisap rokok, entah sudah rokok ke berapa yang ia hisap saat ini.
Puntung rokok terlihat memenuhi asbak. Wajahnya terlihat resah dan tegang. Sebentar-sebentar ia menarik nafas sambil memaki..
"Cuk !!, kenapa pemuda itu harus datang ?," umpatnya.
Istrinya yang melihat kelakuan pak Ganjar, hanya geleng-geleng kepala. Disaat seperti ini, tak ingin ia berdebat dengan suaminya, karena ia tau pasti suaminya akan marah dan bisa-bisa semua benda akan hancur karenanya.
Ditinggalkan suaminya dengan langkah cepat.
"Mbok, ibu mau arisan, kalau bapak tanya bilang saja begitu. Ibu jalan dulu ya mbok."
"Iya bu, hati-hati," ujar mbok Darti, sambil menutup gerbang.
Istri pak Ganjar, ibunya Dika, adalah wanita sosialita, dengan segudang acara gak penting. Sementara ke tiga anak perempuannya, setali tiga uang dengan ibunya, suka pergi dengan teman-temannya, hura-hura dengan harta orang tuanya.
Keluarga pak Ganjar, adalah keluarga terpandang di kota itu. Semua orang kenal, karena ia memang sangat kaya dan sedikit kikir. Kalau menyumbang, berapapun itu, harus di umumkan di TOA masjid, agar semua orang tau...oalahh rek 😁, dan ia bisa menepuk dada karenanya.
Sebulan ini, semenjak kedatangan anak muda yang bernama Linggar, kehidupannya sangat terganggu, fikirannya kacau. Dan ia sangat berharap pemuda itu cepat hilang dari kampungnya.
********
Ba'da Ashar terlihat warga sudah berkumpul di rumah yang ditempati Linggar. Kyai Amin belum terlihat hanya beberapa santrinya yang sudah datang.
"Le !, Kyai dimana ?, koq belum datang ?."
"Kyai masih ada tamu pak, mungkin sebentar lagi."
Akhirnya warga menunggu, sambil menikmati hidangan yang telah disajikkan oleh bi Narti dan bi Inah. Kira-kira setengah jam kemudian, Kyai Amin muncul dibonceng oleh Parjo.
"Maaf ya bapak-bapak, saya agak telat."
"Iya Kyai, gak apa-apa, kami juga masih ngopi nih."
"Wah..enak kelihatannya nih," ujar kyai Amin sambil duduk berbaur dengan yang lain.
Setelah menikmati hidangan yang disajikkan, kyai Amin memberikan sedikit pengarahan dan hal-hal apa saja yang akan dibawa selepas maghrib.
Warga mengangguk-angguk dan mulai bersiap-siap untuk shalat maghrib berjamaah.
Usai shalat berjamaah, tiba-tiba hujan turun dengan deras disertai petir.
"Waduh..!!, gimana nih Kyai, hujan."
"Iya...petir lagi," timpal warga yang lain.
Kyai Amin diam sambil berdoa.
"Kita tunggu saja bapak-bapak, sampai hujannya agak reda. Karena kalau tidak malam ini, saya khawatir nyawa nak Linggar tidak tertolong."
Kyai Amin terus berdoa dengan khusuk, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang, hingga pohon-pohon seperti hendak tercabut dari akarnya.
"Ya Allah, ada apa ini sebenarnya," gumam Kyai Amin perlahan.
"Kyai, sepertinya ada yang ikut nimbrung."
Kyai Amin manggut-manggut sambil merapikan kopiahnya.
Lalu terlihat, beliau berbicara serius dengan santri-santrinya. Tak lama berselang terlihat mereka khusuk berdzikir.
Dengan ijin Allah, cuaca yang semula sangat extrem, berubah menjadi tenang, dan hujanpun berhenti seketika.
Diubah oleh agusmulyanti 31-12-2019 08:38
disya1628 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup