Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#953
Teman Bodoh Bukan?
“Zy…”

“Kenapa lagi? Nggak enak sama temen-temen lo? INI TANGGAL BERAPA HAH? BECANDA APA GOBL*K BENERAN? TELAT NGUCAPIN KOK 9 HARI! TOL*L!” kata gue emosi.

“Bukan, Zy.” Kata Emi lirih.

“Kenapa? Marah gara-gara Debby nyapa gue?”

“Bukan.”

“Gue mau putus, Zy.”

“HAH? APAAN?!”

Ini gue kayak kesambar petir disore bolong. Gue selalu bingung diawal hubungan kami ini selalu aja kayak gini. Gue tinggal dikit atau kami agak kendor untuk saling berkomunikasi, pasti selalu ada aja kejadian nggak enaknya. Gue mulai berasumsi kalau teman-temannya ini kemakan sama gosip usang yang turun temurun dan entah mereka dapatkan dari mana.

Pastinya, otak berisi sampah kayak teman-teman dekat Emi ini nggak akan crosscheck kebenarannya. Karena mereka cari kesalahan dan celah. Bukan cari kebenaran tentang gue.

Entah kenapa mereka sebegitu nggak sukanya sahabat mereka ini gue tarik dari mereka. Gue jadiin Emi sebagai pendamping yang gue pilih itu jadi kayak sesuatu yang haram terjadi dikehidupan mereka. Masalahnya, gue punya salah apa sama mereka? Kenapa gue doang? Kenapa kakak kelas yang lain nggak digituin?

Soal jodoh yang akhirnya bertemu karena berasal dari jurusan yang sama di kampus gue itu adalah hal yang sangat lazim terjadi. Banyaknya kumpulan orang culun yang susah bergaul dan mempunyai relasi baik dengan orang lain menyebabkan sempitnya ruang gerak mereka.

Ketemunya sama orang itu lagi itu lagi. Akhirnya, seperti kata pepatah jawa kuno, witing trisno jalaran soko kulino, hal mengenakkan diantara orang-orang culun ini pun terjadi. Mereka banyak yang bertemu dengan jodohnya, karena banyaknya kesamaan diantara mereka. Mungkin karena sama-sama culun kali. Hahaha.

“Mi… Gue itu ngelepas dia karena emang udah nggak bisa ditolong lagi hubungannya. Gue nyari kesana sini, nyoba kesana sini biar gue nemu sosok yang selama ini gue cari. Gue bahkan bikin kriteria gue apa sih yang gue cari selama ini? Dan gue akhirnya nemuin lo. Terus karena masa lalu gue, sekarang gue harus keilangan sosok yang selama ini gue cari? Kok gue berasa gobl*k banget jadi manusia?”

“Hubungan ini bakalan selalu se-menyiksakan begini kalo lo terus berusaha bareng sama gue, Zy. Kenapa? Karena gue bukan Dee. Gue bukan deretan cewek-cewek pecinta lo atau deretan cewek-cewek cantik lainnya yang mungkin pernah mendampingi lo. Gue cuman cewek biasa yang nggak sempurna, nggak kayak mereka. Hubungan ini nggak akan pernah direstuin oleh siapapun. Zy, gue mohon dengan sangat. Kembali ke Dee. Tolong, Zy.”

“DEE MULU, ANJ*NG! GUE CUMAN MAU SAMA LO KENAPA EMANG HAH? SIAPA YANG NGGAK NGERESTUIN? GUE NGGAK BUTUH RESTU SIAPAPUN LAGIAN, BANGS*T! KALO GUE MAU SAMA LO, KENAPA? ADA YANG BERANI NGELARANG GUE?”

Secara reflek gue membanting helm yang gue pegang. Gue lebih baik banting barang atau lempar barang daripada memukul orang ketika meluapkan emosi gue. Gue paling pantang mukul cewek.

“FIRZY! APAAN SIH? KENAPA MALAH JADI LO YANG NGAMUK?” Emi nggak kalah kencang suaranya.

“BEGINI! SELALU BEGINI! GUE PERGI TIGA HARI, GUE DIPUTUSIN! BAHKAN KITA PISAH SEBENTAR AJA, ABIS ITU ADA AJA YANG NGERUSAK HUBUNGAN GUE! GUE MAU LO HARUS SELALU DI SAMPING GUE! GUE GA MAU LO DIDEKETIN SAMA MEREKA-MEREKA YANG NGERUSAK PIKIRAN DAN HIDUP LO ITU! Gue berbicara dengan sangat lantang di halaman parkir motor.

“FIRZY!”

“NGGAK! GUE NGGAK MAU PUTUS! INGAT, GUE NGGAK. AKAN. PERNAH. MAU. PUTUS! KALO ADA LAGI YANG MAKSA MAU KITA PUTUS, SURUH SAMPERIN GUE! GUE OBRAK ABRIK IDUPNYA NTAR! ANJ*NG! PULANG SEKARANG! IKUT GUE!”

“GUE NGGAK MAU!”

“KALO LO NGGAK MAU IKUT GUE PULANG SEKARANG, GUE OBRAK ABRIK INI KAMPUS! MAU LO?”

“APAAN SIH LO, ANJ*NG! NORAK BANGET KELAKUAN LO!”

“BODO AMAT BANGS*T! GUE MAU BEGINI, SUKA-SUKA GUE! BURU PULANG! LEBIH NORAK MANA LAGIAN SAMA ORANG-ORANG KEK ANJ*NG YANG SOK IKUT CAMPUR URUSAN PRIBADI LO, HAH? BANGS*T!”

“NGGAK MAU!”

“BALIK NGGAK, GUE BILANG! BENERAN NIH GUE OBRAK-ABRIK INI KAMPUS! GUE GAMPARIN ORANG-ORANG YANG NGOMONGIN GUE!”

Gue yang penuh dengan emosi yang tertahan cukup lama dan udah siap dikeluarkan, turun lagi dari motor gue dan berjalan dengan langkah yang cukup lebar menuju ke gedung kampus. Gue mau nyamperin anak-anak nggak tau diuntung yang ngucapin ulang tahun Emi telat sembilan hari. Tapi tangan gue berhasil ditarik dan ditahan oleh Emi sebelum gue berhasil mencapai gedung fakultas.

“HEH BANGS*T! APAAN SIH ZY! IYA GUE BALIK! GUE IKUT LO! NGGAK USAH MASUK! APAAN SIH? LO NGGAK USAH PERNAH LAGI KE KAMPUS KALO LO MAU NGAMUK-NGAMUK SEKARANG!”

“OH LO SEKARANG MAU NGELARANG GUE KE KAMPUS? GUE BAKALAN PINDAH KOSAN KE DAERAH SINI KALO GITU! BIAR LO SETIAP HARI BAKALAN BARENG SAMA GUE SEKALIAN!”

“ZY, AYO PULANG! GUE IKUT SAMA LO! SUMPAH, ZY! GUE IKUT SAMA LO!”

“Ayo pulang!”

Gue mengarahkan motor gue yang tadinya mau ke kostan Emi, tapi gue pilih di tempat netral aja. Gue arahkan ke GMRD Regency, ke tempat Teguh cs ngekost. Disana ternyata ada Teguh, Ari dan Doni. Gue izin untuk singgah sesaat di kostan mereka. Toh juga mereka kan kenal sama Emi.

“Mi, gue harus gimana lagi biar lo puas dan mau percaya sama gue kalo gue sayang banget sama lo? Gue harus apa lagi? Gue nggak mungkin kan bawa Dee kesini buat buktiin kalo gue udah nggak sama dia lagi.”

“Sori Bang, lo udah nggak sama dia lagi?” kata Teguh tiba-tiba menyela omongan gue.

“Iya, Guh, Don. Udah lama gue pisah sama Dee.”

“Tapi kemaren….” kata Doni, tapi udah keburu dipotong sama Teguh.

“Oh gitu, Bang. Yaudah kalo gitu. Alhamdulillah kalo udah nemu penggantinya, ya si Emi ini Bang. Semoga lo sama Dee sama-sama pisah baik-baik ya, Bang.”

“Iya, Guh. Kita pisah baik-baik kok. Ga ada aneh-aneh. Santai aja.”

Gue pun berusaha meyakinkan Emi bahwa hubungan ini akan baik-baik aja. gue juga bilang akan membatasi hubungan Emi dengan teman-teman toxicnya. Itu semua demi keamanan Emi. Sama halnya gue membatasi akses Dee untuk tau siapa Emi.

Gue nggak mau gangguan datang lagi dari arah yang nggak terduga. Dari teman-teman Emi udah anteng, eh ntar malah taunya dari Dee atau Anis yang rese. Atau bahkan dari Dewi, Uun dan Nindy. Entahlah, yang penting intinya adalah gue membatasi akses Emi untuk berinteraksi intens dengan semuanya.

Kesannya jadi seperti egois di gue, tapi gue cuma mau melakukan ini demi kelancaran hubungan gue dengan Emi. Nggak lebih. Gue mulai tau sifat Emi yang gampang baper itu. Dia emang nggak gampang percaya orang, tapi empatinya terhadap orang lain itu yang kadang jadi celah buat orang lain manfaatin dia. Empati yang harusnya jadi kekuatan, malah jadi kelemahan Emi dimata orang lain yang mau manfaatin situasi dan ngambil keuntungan dari dia.

“Gue nggak akan maafin temen-temen lo yang lupa tanggal ulang tahun lo sampe lewat 9 hari begitu.”

“Kenapa mendadak ngebahas ulang tahun gue sih?” kata Emi.

“9 hari Bang?” tiba-tiba Teguh ikut ngomong.

“Iya. Itung aja 9 hari yang lalu itu tanggal berapa, ya itu tanggal ulang tahun Emi yang sebenernya.”

“Kok ya bisa lupa.” kata Doni.

“Sengaja ngerjain mungkin?”Ari berusaha nebak.

“Ngerjain masa sampe 9 hari banget? Bilang aja lupa. Nggak usah lagi lo susah-susah ngurusin ulang tahun mereka atau siapapun lagi. Oke? Urus aja diri lo sendiri.” Kata gue sambil nunjuk Emi.

“Berarti lo juga nggak usah gue urus?” tanya Emi.

“SAMA GUE JUGA LAH! KALO LO GA NGURUSIN GUE TERUS SIAPA LAGI?”

“Dih ngotot si anj*ng.” kata Emi sedikit ketawa.

“Yang penting cinta kan lo?”

“Naj*s lo bangkek.”

“Nanti gue bilang ke mereka dah.” kata Teguh.

“Bilang aja, Guh. Palingan juga taun depan lupa lagi sama ulang tahun Emi.”

“Emang lo tahun depan bakalan inget? Emang kita tahun depan masih bakalan bareng?” tanya Emi.

“Insyallah kalo umur gue panjang, gue akan selalu ada di tiap ulang tahun lo kedepannya. Karena kita nggak akan pernah pisah, Mi.” kata gue sambil menatap tajam mata Emi.

“Firzy, Kok so sweet kayak bangs*t begini sih?” bisik Emi ditelinga kiri gue.

“Soalnya kan gue ganteng.”

“Nj*ng.”

“Hahaha. Udah mau sore nih. Laper nih gue. Makan yuk?” kata gue.

Gue mau langsung cabut sekalian, jadi gue sekalian angkat tas gue.

“Yaudah yok.” Kata Emi.

“Kalian nggak makan di sini aja? Gue barusan udah goreng telor dadar, Bang.” kata Ari yang muncul dari arah dapur.

“Gue tau, kalian anak kostan. Udah nggak usah sok nawarin ke gue dah. Emi makannya banyak, nanti stok makanan kalian kurang bahkan keabisan kalo ngasih makan ini anak. Hahaha. Biar gue sama dia makan di luar aja nggak apa apa. Kasian ini anak orang sampe kecil begini saking jarang makan enak. Hahaha.”

“Ngehe!” kata Emi sambil mencubit pinggang gue.

“Gue pamit. Thanks berat yak!” gue pamit ke semua anak dan Emi mengikuti gue dari belakang.

Gue lega akhirnya Emi mau dengerin gue waktu itu. Karena emang konyol aja sih, masa kami yang berhubungan, tapi kalah sama orang lain dari luar yang sama sekali nggak tau keadaan kami yang sebenarnya. Emi hampir aja kalah sama keadaan. Ya kalah karena titik lemah Emi berhasil kepegang sama teman-temannya. Empati dan nggak enakan plus suka bawa perasaan itu benar-benar dimainin habis-habisan buat mengalihkan pikiran Emi. Jahat sih menurut gue.

Logikanya begini, jika misal bukan gue yang datang dikehidupan Emi, apakah mereka akan memperlakukan yang sama dengan apa yang ditimpakan ke gue? diomongin macam-macam, kena gosip aneh-aneh yang nggak ketauan kebenarannya seperti apa, dan omongan-omongan lain yang negatif?

Kalau iya, fix berarti emang lingkungan pertemanan Emi ini kurang baik. Atau bisa dikatakan sangat toksik. Kalau nggak, ya berarti ada sentimen tersendiri terhadap gue. Masa ngaku sahaabat tapi menghalangi sahabatnya sendiri mencari kebahagiaannya dengan caranya sendiri? Bagi gue itu rada aneh.

Bahkan ada satu teman Emi yang bernama Ratu, itu pacaran juga sama kakak kelas satu jurusan dan nggak ada yang mempermasalahkan hal tersebut. Terlepas dari atribut apapun yang dilekatkan di gue, gue harusnya juga punya hak yang sama dong dengan pacarnya Ratu, si Yudha, yang notabene juga adik kelas gue?

Tapi kenapa gue beda? Kan berarti ini ada omongan yang negatif beredar dikampus yang entah bagaimana meracuni pikiran teman-teman Emi sehingga mereka say no banget kalau Emi yang mereka akui sebagai sahabat ini jatuh kepelukan gue. T*i amat gue dibeda-bedain begini kan. Bahkan gue itu nggak pernah ngusik kehidupan mereka loh. Kenal juga nggak.

Diubah oleh yanagi92055 26-12-2019 11:50
trikarna
sampeuk
itkgid
itkgid dan 36 lainnya memberi reputasi
37
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.