- Beranda
- Stories from the Heart
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
...
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue
(私のスレッドへようこそ)
(私のスレッドへようこそ)
TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR
Spoiler for Season 1 dan Season 2:
Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:
INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH
Spoiler for INDEX SEASON 3:
Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#796
Kejutan Ulang Tahun
“Boleh minta satu permintaan?” tanya Emi
“Apaan?”
“Tolong yakinin gue dan bikin gue percaya kalo gue emang satu-satunya cewek yang lo pilih dan satu-satunya yang lo sayang saat ini, apa bisa?” tanya Emi lagi.
“Gue akan terus berusaha untuk itu semua.”
“Janji?”
“Gue nggak akan pernah berenti untuk itu.”
“Makasih Zy.”
Gue merasakan Emi memeluk gue dengan lebih erat kali ini. Kondisi jalan yang sudah malam dan makin dingin tentunya membuat badan ingin dihangatkan. Dia juga menyandarkan kepalanya dibahu gue.
“Iya. Makasih buat kesempatan yang udah lo kasih buat gue Mi. Gue bisa dapetin lo, udah bersyukur banget gue. Gue nggak akan sia-siain kesempatan ini biar gue nggak kehilangan orang yang gue sayang lagi.”
Gue melajukan motor gue dengan kecepatan sedang menuju ke arah kostan Emi yang berada dekat kampus. tadinya gue mau nginap tapi nggak jadi. Setelah sampai dikostan Emi, gue sempat minum kopi terlebih dahulu dan ngobrol-ngobrol ringan dengan dia. Mood dia udah kembali seperti semula. Tapi gue tau masih ada yang mengganjal. Terbukti dengan dia bilang akan cerita urusan dia dikampus nanti lain waktu. Berarti ini adalah sesuatu yang penting. Dan gue yakin ini ada urusannya dengan hubungan kami.
Hampir tengah malam ketika gue pulang menuju ke rumah orangtua gue. Gue agak ngantuk untuk melanjutkan perjalanan gue menuju ke kostan gue diibukota. Gue pun memacu motor gue dikeheningan malam yang dingin dengan kecepatan sedang.
--
Seminggu setelahnya, itu adalah satu hari menjelang hari H Emi ulang tahun. Gue udah merencanakan cuti dari kantor. Kebetulan juga dengan kecepatan ekspedisi yang gue pilih plus bantuan dari saudara gue yang emang menetap disana, kado yang datang dari negeri sakura pun sudah tiba. Gue awalnya bingung bagaimana membungkusnya. Akhirnya gue biarkan untuk tidak terbungkus dengan kado. Biar lain aja. haha.
Gue membawa sebuah boneka karakter kepala Hello Kitty yang lucu banget kalau kata Dania, menuju ke rumah Emi. Gue datang dengan motor gue. sehari sebelumnya, gue sudah bilang ke Emi kalau gue akan survey keluar kota. Padahal mah gue mau datang kerumahnya. Itung-itung kejutan kan.
Awalnya gue mau ucapkan ulangtahun dia tepat di jam 00.00 dini hari. Itu menurut gue termasuk kejutan karena gue nggak pernah nanya ulang tahun dia kapan. Gue nyari sendiri dan usaha sendiri kepo sosmednya Emi. Gue juga sempat menanyakan kepastian ulangtahun Emi sesuai tebakan gue ke Debby, jauh sebelum gue jadian sama Emi. Karena menurut gue, yang paling dekat dengan Emi dan juga gue kenal orangnya hanya Debby. Terlepas dari kebrengsekan karakter Debby, gue ya perlu juga konfirmasi kebenaran tebakan gue. Dia bilang benar tanggalnya.
Okelah dari situ gue yakin untuk kasih kejutan ini ke Emi. Sesuatu yang hampir nggak pernah gue lakukan ke siapapun termasuk ke mantan-mantan gue. Gue dan keluarga itu nggak biasa merayakan ulang tahun. Cukup dengan makan-makan kecil dengan keluarga aja. nggak perlu dirayakan, apalagi sampai beli-beli kado.
Gue berangkat dari rumah orang tua gue siang hari dan sampai dirumah Emi udah sore. Entah kenapa ketika gue datang didepan rumahnya, gue merasa sangat deg-degan. Oh iya, gue nggak menghubungi Emi sama sekali dari kemarin setelah gue bilang mau survey dan gue nggak bertanya juga Emi ada dirumah atau di kostan. Gue hanya mengandalkan feeling gue. Feeling gue mengatakan Emi sedang ada dirumah, padahal waktu itu hari kerja kan.
Sesampainya didepan rumah Emi, ketika gue deg-degan, gue juga sempat agak konyol mendengar lantunan lagu selamat ulang tahun instrumental yang sepertinya berasal dari dalam rumah Emi. Udah segede gini masih ngundang orang-orang buat ngerayain ulang tahun gitu? Hahaha. Konyol banget.
Gue masuk melewati pagar rumahnya yang nggak terlalu tinggi, lalu menaiki tangga menuju kedepan pintu rumahnya. Gue mengetuk pintu rumahnya. Dari dalam gue mendengar suara Emi.
“Firzy?” Emi terkejut liat gue.
“Happy birthday sayang. Ini hadiah buat kamu.” Kata gue sambil tersenyum.
“Waalaikumsalam, Bang Firzy. Salam dulu kek kalo ke rumah orang. Kalo tadi yang buka nyokap gimana? Masa lo panggil sayang? Si rocky mau disate sama bokap gue hah?”
“Ya tinggal bilang ‘Emi ada tante?’ doang. Aku nggak sebodoh itu kali buat langsung bilang sayang dan nyodor-nyodorin kado gitu aja. Hahaha. Nih, kamu nggak mau kadonya? Udah cape-cape juga dibawain, malah nggak diterima.”
“Bangs*t, baru juga dateng belom sempet dipegang udah ngamuk aje! Hahaha. Sini kadonya.”
“Buka kadonya.” Kata gue sambil kembali tersenyum.
Emi mulai membuka kadonya. Awalnya dia keliatan curiga. Mungkin karena gue dan dia itu sering becanda kali ya, jadinya hal-hal yang mengejutkan kayak gini takutnya cuma buat ngerjain doang. Haha. Tapi begitu dia buka isi kadonya, dia sangat senang dan langsung memeluk hadiah boneka kepala Hello Kitty dari gue. walaupun dia senang dengar lagu-lagu metal, tapi dia tetaplah anak cewek. Dia senang dengan Hello kitty juga kok.
“Dari kemaren nunggu paketan ini langsung dari sodara gue yang lagi di Jepang. Ini gue beli langsung di Sanrio Jepang sana. Khusus buat lo. Gue tau, lo suka banget kan sama Hello Kitty? Lo akhirnya nggak mau ngakuin suka sama Hello Kitty cuma karena si Hanna juga suka banget sama Hello Kitty bukan? Lo nggak mau dikata kembaran dia? Hahaha. Jahat banget asli lo!” kata gue.
“Iya, inget aje cerita gue. Ya maaf, abis dia kelakuannya suka aneh sih. Idup gue udah cukup banyak drama deh kalo masih harus gue yang kembali dibully karena mirip dia. Hahaha. Eh bentar. Tau dari siapa gue ulang tahun hari ini?”
“Feeling. Gue mikirin nentuin hari antara dua tanggal yang gue tebakin kemaren dan feeling gue ya hari ini lo ulang tahun. Makanya gue bilang mau ke luar kota, padahal mah gue nungguin paketan ini dateng. Gue sengaja nggak ngantor hari ini buat ngerayain ulang tahun lo. Maaf ya lama, abis paketannya juga lama datengnya.”
“Makasih. Pingin nabok lo rasanya sekarang. So sweet banget soalnya, bangs*t dah. Hahaha.”
“Tabok pake bibir bisa kok!”
“Ndasmu!”
Gue merasakan kesenangan dan keceriaan yang Emi rasakan. Seperti dapat kado yang nggak pernah dia dapatkan dari siapapun sebelumnya. Gue sempat mau nanya udah berapa banyak orang yang ngucapin. Tapi nggak jadi, karena ya sebenarnya ini hal kecil aja sih.
Buat gue memang hal mengucap ulang tahun itu sebagai hal sepele. Tapi makna dari sekedar mengucapkan ulang tahun ini bisa jadi besar ketika lo berhubungan dengan orang lain dalam bentuk pertemana dan persahabatan.
Salah satu tolok ukur gue melihat persahabatan dekat antara satu orang dengan orang lain ya dengan mereka bisa mengingat dengan baik nggak ulang tahun orang-orang yang katanya teman dekat atau sahabatnya itu.
Memang sih sekarang sudah ada sosial media yang akan membantu mengingatkan, tapi kalau dasarnya emang sahabat sejati, tentunya nggak akan pernah lupa ulang tahun sahabatnya. Harusnya teorinya begitu. Tapi dengan berbagai macam alasan, dan tentunya menganggap ini sepele, hal ini seringkali abai bagi sebagian orang.
Gue pribadi juga nggak diucapin siapapun sebenernya nggak apa-apa, tapi ya itu tadi, gue akan bisa tau seberapa besar kadar pertemanan atau persahabatan gue dengan orang-orang dekat gue yang mengaku sebagai teman dekat atau bahkan sahabat.
Nggak lama Ibunya Emi datang dan menyambut gue dengan ramah. Gue ngobrol sebentar dengan Ibunya ini. Sementara Emi turun ke lantai bawah, entah mau nyiapin apaan. Palingan minum sama cemilan buat gue. atau siap-siap kali. Soalnya Emi sepertinya udah rapi pakaiannya kayak orang mau cabut dari rumah.
“Nanti Emi biarin aja suruh kerja dulu ya. Biar ada pengalaman dulu dia kerja, jangan buru-buru.” Kata ibunya.
“Buru-buru mau kemana ya tante?” tanya gue bingung.
“Ya maksudnya jangan buru-buru diajak menikah.”
“hahaha. Maaf tante. Kalau soal itu sih belum kayaknya. Kita aja kan belum lama kenalnya. Dan saya juga maunya emang begitu, biar Emi ngerasain hasil kerja kerasnya selama dikampus dulu. Biarin dia bekerja dan cari pengalaman dulu tante.”
“Emi itu kan anaknya pendiem, pemalu, kuper. Terus Emi itu ambekan. Jangan suka janji sama dia, nanti dia kalo ngambek susah dibujuknya. Diem terus. Kamu mesti sabar ya kalo misalnya temenan sama Emi.” Lanjut ibunya.
“Oh iya ya tante?”
Gue sangat nggak percaya dengan hal ini. Dia banyak omong, pengetahuannya luas, dan kalau lagi ledek-ledekan juga biasa aja, nggak ada itu yang namanya ngambek. Terus kuper? Mana ada Emi kuper. Pergaulannya aja dimana-mana. Saking dia disayang sama teman-temannya aja, sampai mereka ikut campur urusan pribadi Emi kan. Hahaha.
“Selain sekolah, dulu Emi saya lesin piano. Makanya itu jadinya masih bisa dipakai pianonya.” Kata ibunya lagi.
Emi kembali dari bawah dan duduk bergabung dengan gue dan ibunya.
“Jadi kamu bisa main keyboard juga Mi?” tanya gue.
“Bisa. Dulu waktu SD ikut les musik. Pas aku SMP, aku punya band dan belajar main bass di studio.” Kata Emi.
“Emi dulu waktu SD mah Tante les-in banyak hal. Les Bahasa Inggris, les melukis dan menggambar, les musik, ikut PMR, ikut Pramuka, ikut TPA sampe TQA juga. Dia bahkan dari SD udah ngajar tetangga-tetangga yang ada di sini juga, Pirji.” kata ibunya.
Anj*ng. nama gue kok jadi jelek gitu kedengarannya. Gue juga tau Emi barusan nahan ketawa mendengar ibunya memanggil nama gue dengan sebutan kayak gitu.
“Hebat banget, Emi. Dia nggak pernah cerita kalo lesnya dia sebanyak itu waktu SD dulu. Pantesan cerdas banget sekarang. Kapan-kapan main di band bareng aku ya, Mi.” kata gue basa basi sambil melirik Emi.
Obrolan ini terus berlanjut sampai akhirnya muncul Papanya Emi yang mau izin ke masjid dulu karena sudah kumandang azan magrib.
“Aku anterin deh abis Magrib ke Kampus, baru nanti lanjut ke kostan.” Kata gue ke Emi.
“Loh emangnya kosan Pirji masih di Kampus?” kata Papanya. Memanggil gue dengan sebutan yang sama dengan ibunya.
“Oh nggak kok Om. Saya di Jakarta. Nggak masalah saya anterin Emi ke Kampus dulu. Biar mastiin aman sampe kosan.”
“Oh makasih banyak ya, Pirji. Om ke masjid dulu. Nanti ati-ati di jalan ya.”
Gue dan Emi berangkat sehabis gue menunaikan ibadah dulu. Nggak lupa gue dan Emi mampir dulu buat makan. Gue menjelaskan akan pulang kerumah orang tua gue aja. karena nggak mungkin dipaksain juga ke ibukota kalau udah larut malam gitu. Rawan ngantuk banget kan.
Setelah sampai di kostan Emi, gue pun menemani dia sampai dia berganti baju. Lalu kemudian gue pamit. Ada sedikit kecupan mesra di bibir Emi sebelum gue pulang. Setelah gue bersiap dengan seluruh atribut perjalanan gue dengan motor, tiba-tiba ada yang menghubungi gue, nyari tengah malam gini. Dewi nama yang tertera disana.
Gue sempat bingung, ngapain ni anak nelpon malam-malam. Toh aslinya bahkan gue udah nggak pernah berhubungan dengan dia lagi, baik itu chat maupun telpon. Tapi ini sangatlah mendadak. Gue pun memilih untuk nggak mengangkat. Gue tau Emi agak sedikit curiga, tapi ya karena gue nggak ngapa-ngapain jadinya nggak akan kenapa-kenapa juga si Emi.
“Apaan?”
“Tolong yakinin gue dan bikin gue percaya kalo gue emang satu-satunya cewek yang lo pilih dan satu-satunya yang lo sayang saat ini, apa bisa?” tanya Emi lagi.
“Gue akan terus berusaha untuk itu semua.”
“Janji?”
“Gue nggak akan pernah berenti untuk itu.”
“Makasih Zy.”
Gue merasakan Emi memeluk gue dengan lebih erat kali ini. Kondisi jalan yang sudah malam dan makin dingin tentunya membuat badan ingin dihangatkan. Dia juga menyandarkan kepalanya dibahu gue.
“Iya. Makasih buat kesempatan yang udah lo kasih buat gue Mi. Gue bisa dapetin lo, udah bersyukur banget gue. Gue nggak akan sia-siain kesempatan ini biar gue nggak kehilangan orang yang gue sayang lagi.”
Gue melajukan motor gue dengan kecepatan sedang menuju ke arah kostan Emi yang berada dekat kampus. tadinya gue mau nginap tapi nggak jadi. Setelah sampai dikostan Emi, gue sempat minum kopi terlebih dahulu dan ngobrol-ngobrol ringan dengan dia. Mood dia udah kembali seperti semula. Tapi gue tau masih ada yang mengganjal. Terbukti dengan dia bilang akan cerita urusan dia dikampus nanti lain waktu. Berarti ini adalah sesuatu yang penting. Dan gue yakin ini ada urusannya dengan hubungan kami.
Hampir tengah malam ketika gue pulang menuju ke rumah orangtua gue. Gue agak ngantuk untuk melanjutkan perjalanan gue menuju ke kostan gue diibukota. Gue pun memacu motor gue dikeheningan malam yang dingin dengan kecepatan sedang.
--
Seminggu setelahnya, itu adalah satu hari menjelang hari H Emi ulang tahun. Gue udah merencanakan cuti dari kantor. Kebetulan juga dengan kecepatan ekspedisi yang gue pilih plus bantuan dari saudara gue yang emang menetap disana, kado yang datang dari negeri sakura pun sudah tiba. Gue awalnya bingung bagaimana membungkusnya. Akhirnya gue biarkan untuk tidak terbungkus dengan kado. Biar lain aja. haha.
Gue membawa sebuah boneka karakter kepala Hello Kitty yang lucu banget kalau kata Dania, menuju ke rumah Emi. Gue datang dengan motor gue. sehari sebelumnya, gue sudah bilang ke Emi kalau gue akan survey keluar kota. Padahal mah gue mau datang kerumahnya. Itung-itung kejutan kan.
Awalnya gue mau ucapkan ulangtahun dia tepat di jam 00.00 dini hari. Itu menurut gue termasuk kejutan karena gue nggak pernah nanya ulang tahun dia kapan. Gue nyari sendiri dan usaha sendiri kepo sosmednya Emi. Gue juga sempat menanyakan kepastian ulangtahun Emi sesuai tebakan gue ke Debby, jauh sebelum gue jadian sama Emi. Karena menurut gue, yang paling dekat dengan Emi dan juga gue kenal orangnya hanya Debby. Terlepas dari kebrengsekan karakter Debby, gue ya perlu juga konfirmasi kebenaran tebakan gue. Dia bilang benar tanggalnya.
Okelah dari situ gue yakin untuk kasih kejutan ini ke Emi. Sesuatu yang hampir nggak pernah gue lakukan ke siapapun termasuk ke mantan-mantan gue. Gue dan keluarga itu nggak biasa merayakan ulang tahun. Cukup dengan makan-makan kecil dengan keluarga aja. nggak perlu dirayakan, apalagi sampai beli-beli kado.
Gue berangkat dari rumah orang tua gue siang hari dan sampai dirumah Emi udah sore. Entah kenapa ketika gue datang didepan rumahnya, gue merasa sangat deg-degan. Oh iya, gue nggak menghubungi Emi sama sekali dari kemarin setelah gue bilang mau survey dan gue nggak bertanya juga Emi ada dirumah atau di kostan. Gue hanya mengandalkan feeling gue. Feeling gue mengatakan Emi sedang ada dirumah, padahal waktu itu hari kerja kan.
Sesampainya didepan rumah Emi, ketika gue deg-degan, gue juga sempat agak konyol mendengar lantunan lagu selamat ulang tahun instrumental yang sepertinya berasal dari dalam rumah Emi. Udah segede gini masih ngundang orang-orang buat ngerayain ulang tahun gitu? Hahaha. Konyol banget.
Gue masuk melewati pagar rumahnya yang nggak terlalu tinggi, lalu menaiki tangga menuju kedepan pintu rumahnya. Gue mengetuk pintu rumahnya. Dari dalam gue mendengar suara Emi.
“Firzy?” Emi terkejut liat gue.
“Happy birthday sayang. Ini hadiah buat kamu.” Kata gue sambil tersenyum.
“Waalaikumsalam, Bang Firzy. Salam dulu kek kalo ke rumah orang. Kalo tadi yang buka nyokap gimana? Masa lo panggil sayang? Si rocky mau disate sama bokap gue hah?”
“Ya tinggal bilang ‘Emi ada tante?’ doang. Aku nggak sebodoh itu kali buat langsung bilang sayang dan nyodor-nyodorin kado gitu aja. Hahaha. Nih, kamu nggak mau kadonya? Udah cape-cape juga dibawain, malah nggak diterima.”
“Bangs*t, baru juga dateng belom sempet dipegang udah ngamuk aje! Hahaha. Sini kadonya.”
“Buka kadonya.” Kata gue sambil kembali tersenyum.
Emi mulai membuka kadonya. Awalnya dia keliatan curiga. Mungkin karena gue dan dia itu sering becanda kali ya, jadinya hal-hal yang mengejutkan kayak gini takutnya cuma buat ngerjain doang. Haha. Tapi begitu dia buka isi kadonya, dia sangat senang dan langsung memeluk hadiah boneka kepala Hello Kitty dari gue. walaupun dia senang dengar lagu-lagu metal, tapi dia tetaplah anak cewek. Dia senang dengan Hello kitty juga kok.
“Dari kemaren nunggu paketan ini langsung dari sodara gue yang lagi di Jepang. Ini gue beli langsung di Sanrio Jepang sana. Khusus buat lo. Gue tau, lo suka banget kan sama Hello Kitty? Lo akhirnya nggak mau ngakuin suka sama Hello Kitty cuma karena si Hanna juga suka banget sama Hello Kitty bukan? Lo nggak mau dikata kembaran dia? Hahaha. Jahat banget asli lo!” kata gue.
“Iya, inget aje cerita gue. Ya maaf, abis dia kelakuannya suka aneh sih. Idup gue udah cukup banyak drama deh kalo masih harus gue yang kembali dibully karena mirip dia. Hahaha. Eh bentar. Tau dari siapa gue ulang tahun hari ini?”
“Feeling. Gue mikirin nentuin hari antara dua tanggal yang gue tebakin kemaren dan feeling gue ya hari ini lo ulang tahun. Makanya gue bilang mau ke luar kota, padahal mah gue nungguin paketan ini dateng. Gue sengaja nggak ngantor hari ini buat ngerayain ulang tahun lo. Maaf ya lama, abis paketannya juga lama datengnya.”
“Makasih. Pingin nabok lo rasanya sekarang. So sweet banget soalnya, bangs*t dah. Hahaha.”
“Tabok pake bibir bisa kok!”
“Ndasmu!”
Gue merasakan kesenangan dan keceriaan yang Emi rasakan. Seperti dapat kado yang nggak pernah dia dapatkan dari siapapun sebelumnya. Gue sempat mau nanya udah berapa banyak orang yang ngucapin. Tapi nggak jadi, karena ya sebenarnya ini hal kecil aja sih.
Buat gue memang hal mengucap ulang tahun itu sebagai hal sepele. Tapi makna dari sekedar mengucapkan ulang tahun ini bisa jadi besar ketika lo berhubungan dengan orang lain dalam bentuk pertemana dan persahabatan.
Salah satu tolok ukur gue melihat persahabatan dekat antara satu orang dengan orang lain ya dengan mereka bisa mengingat dengan baik nggak ulang tahun orang-orang yang katanya teman dekat atau sahabatnya itu.
Memang sih sekarang sudah ada sosial media yang akan membantu mengingatkan, tapi kalau dasarnya emang sahabat sejati, tentunya nggak akan pernah lupa ulang tahun sahabatnya. Harusnya teorinya begitu. Tapi dengan berbagai macam alasan, dan tentunya menganggap ini sepele, hal ini seringkali abai bagi sebagian orang.
Gue pribadi juga nggak diucapin siapapun sebenernya nggak apa-apa, tapi ya itu tadi, gue akan bisa tau seberapa besar kadar pertemanan atau persahabatan gue dengan orang-orang dekat gue yang mengaku sebagai teman dekat atau bahkan sahabat.
Nggak lama Ibunya Emi datang dan menyambut gue dengan ramah. Gue ngobrol sebentar dengan Ibunya ini. Sementara Emi turun ke lantai bawah, entah mau nyiapin apaan. Palingan minum sama cemilan buat gue. atau siap-siap kali. Soalnya Emi sepertinya udah rapi pakaiannya kayak orang mau cabut dari rumah.
“Nanti Emi biarin aja suruh kerja dulu ya. Biar ada pengalaman dulu dia kerja, jangan buru-buru.” Kata ibunya.
“Buru-buru mau kemana ya tante?” tanya gue bingung.
“Ya maksudnya jangan buru-buru diajak menikah.”
“hahaha. Maaf tante. Kalau soal itu sih belum kayaknya. Kita aja kan belum lama kenalnya. Dan saya juga maunya emang begitu, biar Emi ngerasain hasil kerja kerasnya selama dikampus dulu. Biarin dia bekerja dan cari pengalaman dulu tante.”
“Emi itu kan anaknya pendiem, pemalu, kuper. Terus Emi itu ambekan. Jangan suka janji sama dia, nanti dia kalo ngambek susah dibujuknya. Diem terus. Kamu mesti sabar ya kalo misalnya temenan sama Emi.” Lanjut ibunya.
“Oh iya ya tante?”
Gue sangat nggak percaya dengan hal ini. Dia banyak omong, pengetahuannya luas, dan kalau lagi ledek-ledekan juga biasa aja, nggak ada itu yang namanya ngambek. Terus kuper? Mana ada Emi kuper. Pergaulannya aja dimana-mana. Saking dia disayang sama teman-temannya aja, sampai mereka ikut campur urusan pribadi Emi kan. Hahaha.
“Selain sekolah, dulu Emi saya lesin piano. Makanya itu jadinya masih bisa dipakai pianonya.” Kata ibunya lagi.
Emi kembali dari bawah dan duduk bergabung dengan gue dan ibunya.
“Jadi kamu bisa main keyboard juga Mi?” tanya gue.
“Bisa. Dulu waktu SD ikut les musik. Pas aku SMP, aku punya band dan belajar main bass di studio.” Kata Emi.
“Emi dulu waktu SD mah Tante les-in banyak hal. Les Bahasa Inggris, les melukis dan menggambar, les musik, ikut PMR, ikut Pramuka, ikut TPA sampe TQA juga. Dia bahkan dari SD udah ngajar tetangga-tetangga yang ada di sini juga, Pirji.” kata ibunya.
Anj*ng. nama gue kok jadi jelek gitu kedengarannya. Gue juga tau Emi barusan nahan ketawa mendengar ibunya memanggil nama gue dengan sebutan kayak gitu.
“Hebat banget, Emi. Dia nggak pernah cerita kalo lesnya dia sebanyak itu waktu SD dulu. Pantesan cerdas banget sekarang. Kapan-kapan main di band bareng aku ya, Mi.” kata gue basa basi sambil melirik Emi.
Obrolan ini terus berlanjut sampai akhirnya muncul Papanya Emi yang mau izin ke masjid dulu karena sudah kumandang azan magrib.
“Aku anterin deh abis Magrib ke Kampus, baru nanti lanjut ke kostan.” Kata gue ke Emi.
“Loh emangnya kosan Pirji masih di Kampus?” kata Papanya. Memanggil gue dengan sebutan yang sama dengan ibunya.
“Oh nggak kok Om. Saya di Jakarta. Nggak masalah saya anterin Emi ke Kampus dulu. Biar mastiin aman sampe kosan.”
“Oh makasih banyak ya, Pirji. Om ke masjid dulu. Nanti ati-ati di jalan ya.”
Gue dan Emi berangkat sehabis gue menunaikan ibadah dulu. Nggak lupa gue dan Emi mampir dulu buat makan. Gue menjelaskan akan pulang kerumah orang tua gue aja. karena nggak mungkin dipaksain juga ke ibukota kalau udah larut malam gitu. Rawan ngantuk banget kan.
Setelah sampai di kostan Emi, gue pun menemani dia sampai dia berganti baju. Lalu kemudian gue pamit. Ada sedikit kecupan mesra di bibir Emi sebelum gue pulang. Setelah gue bersiap dengan seluruh atribut perjalanan gue dengan motor, tiba-tiba ada yang menghubungi gue, nyari tengah malam gini. Dewi nama yang tertera disana.
Gue sempat bingung, ngapain ni anak nelpon malam-malam. Toh aslinya bahkan gue udah nggak pernah berhubungan dengan dia lagi, baik itu chat maupun telpon. Tapi ini sangatlah mendadak. Gue pun memilih untuk nggak mengangkat. Gue tau Emi agak sedikit curiga, tapi ya karena gue nggak ngapa-ngapain jadinya nggak akan kenapa-kenapa juga si Emi.
itkgid dan 33 lainnya memberi reputasi
34
Tutup