Kaskus

Story

agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
PANGGILAN TENGAH MALAM
Spoiler for prolog:

***********

RULES :

- Ikuti perarturan SFTH

- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.

- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.

- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis


Index


















Diubah oleh agusmulyanti 08-02-2020 17:25
nona212Avatar border
theoscusAvatar border
bonita71Avatar border
bonita71 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
12.7K
247
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
#10
Part - 7
Linggar menghirup kopi buatan bi Narti, yang ditemani dengan setangkup roti.
Pagi ini, ia belum akan berangkat kerja, karena masih hari Minggu, jadi dimanfaatkan waktunya untuk berjalan jalan, menyusuri tempat tinggalnya yang baru, dengan bersepeda. Sepeda milik pak Tono suami bi Narti, adalah sepeda Onthel jaman dulu, sedikit rikuh Linggar memakainya.

Disepanjang perjalanan Linggar menyapa orang yang dilihatnya, yang juga membalas sapaannya dengan ramah. Lelah bersepeda, Linggar duduk di pematang sawah, sambil memandang padi-padi yang sudah mulai menguning.
Sungguh pemandangan yang tidak akan ia dapatkan di Jakarta. Ditatapnya padi-padi itu dengan penuh takjub.

"MasyaAllah...sungguh besar kuasaMu." gumam Linggar, penuh rasa syukur.

Linggar bangkit dari duduknya, hawa pegunungan yang dingin mulai mengusiknya, Linggar bergegas memacu sepedanya. Menjelang adzan maghrib, ia sampai di rumah.

"Ternyata, aku jauh juga bersepeda tadi", gumamnya.

Bi Narti dan Mas Tono, sudah menunggu dengan rasa cemas.

"Dari mana toh Mas ?, saya sampe cemas," ujar mas Tono dengan logat jawanya yang kental.
"Keliling-keliling mas, gak kerasa aku sepedahan jauh banget..hehehe."
"Gimana mas Linggar, bagus ndak pemandangan di sini ?."
"Bukan bagus lagi mas, bagus banget, kereen pokoknya," ujar Linggar sambil mengacungkan ibu jarinya.

Suara adzan lamat-lamat terdengar dari masjid. Linggar merapikan baju kokonya dan berjalan menuju masjid, yang letaknya tidak jauh dari rumah. Shalat berjamaah dengan warga terasa damai bagi Linggar, karena mereka begitu ramah dan menyambut Linggar dengan hangat.

Selepas Isya, Linggar meninggalkan masjid, dan berjalan seorang diri, karena bapak2 yang tadi bersamanya berpisah dipersimpangan.

Linggar melihat seorang gadis melintas disebelahnya, tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Linggar tersentak, ternyata gadis yang ia jumpai di kereta, ada dihadapannya

"Loh mbak, bukannya mbak yang bersama saya di kereta?, mbak Ratih kan?"
"Iya mas", jawabnya pendek.
"Mbak Ratih, tinggal disini juga?, kenapa tadi tidak sama sama saja.  Maaf ya, tadi pagi saya tidak bisa nunggu, soalnya supir saya sudah datang", lanjut Linggar
"Ndak apa apa mas, saya tidak kuat terkena sinar matahari", jawabnya pendek.
"Mbak Lidia tinggal dimana?, biar saya antar", ujar Linggar.
"Saya gak punya rumah mas, masih luntang lantung, belum jelas".
"Ah...masa gadis secantik mbak, gak punya rumah".
"Ya begitulah mas, tragis kan?", ujarnya parau.
"Kalau gitu, ikut dengan saya saja mbak, di tempat saya masih ada kamar kosong."
"Ndak usah mas. Maaf saya permisi dulu ya." ujar Ratih.

Ditempat yang dipenuhi bunga bunga, Ratih pamit, meninggalkan Linggar yang terus memandanginya, hingga hilang dikegelapan.

Linggar duduk didepan perapian, karena malam ini begitu dingin.
Bi Narti membawakan secangkir jahe hangat untuk Linggar yang tengah asik membaca buku.
Wangi bunga melati tiba tiba memenuhi ruangan.

"Aneh...koq wangi melati ya."
"Bi..bi Narti !, bibi nyium bau bunga melati gak?,"
"Iya mas, kata orang tua dulu, kalau tercium bau bunga kayak gini, itu ada mahluk halus mas."
"Ah..bi Narti ada-ada aja, bikin aku takut nih," ujar Linggar yang bulu kuduknya mulai meremang.
"Iya mas, itu kata orang tua. Bibi juga takut mas," timpal bi Narti.
"Udah ah bi, aku mau masuk dulu."

Linggar bangkit dari kursinya dan bergegas masuk kedalam kamar.

Malam itu terasa begitu mencekam, suara lolongan anjing terdengar dikejauhan.  Linggar benar-benar merasakan ketakutan luar biasa, ia menarik selimutnya, hingga seluruh tubuhnya tak terlihat. Malam semakin larut, hanya derik serangga malam yang masih terdengar. Linggar mencoba memejamkan mata dan tidur, meski rasa takut masih menyelimutinya.
Diubah oleh agusmulyanti 21-12-2019 19:02
MontanaRivera
forlano
disya1628
disya1628 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.