- Beranda
- Stories from the Heart
TEROR HANTU DEWI
...
TS
mahadev4
TEROR HANTU DEWI
Cerita ini adalah murni fiksi dan imajinasi saya semata, ini adalah Cerita Horor pertama yang saya buat, maka jika banyak kekurangan disana sini saya mohon maaf dan sangat berharap kritik dan sarannya. Dan Kisah ini saya persembahkan Untuk Novia Evadewi, yang novel horornya sederhana namun begitu mencekam nuansa horornya.
Cerita ini saya beri judul "Teror Hantu Dewi", selamat membaca.
=====================================
Daftar Lengkap serinya :
Prolog
Part 1 Malam Jahanam
Part 2 Penantian Mencekam
Part 3 Geger Mayat Dewi
Part 4 Penguburan Mayat Dewi
Part 5 Teror di Tumah Tua
Part 6 Teror yang Berlanjut
Part 7 Pembalasan Dewi
Part 8 A Hantu Dewi Meneror Lagi
Part 8 B Hantu Dewi Meneror Lagi
Part 9 A Geger di Makam Dewi
Part 9 B Geger di Makam Dewi
Part 9 C Geger di Makam Dewi
Part 9 D Geger di Makam Dewi
Part 10 Menguak Tirai Gelap
Part 11 Keris Kiayi Pancasona
Part 12 Pertarungan Terakhir (Tamat)
=============================

Cerita ini saya beri judul "Teror Hantu Dewi", selamat membaca.
=====================================
Daftar Lengkap serinya :
Prolog
Part 1 Malam Jahanam
Part 2 Penantian Mencekam
Part 3 Geger Mayat Dewi
Part 4 Penguburan Mayat Dewi
Part 5 Teror di Tumah Tua
Part 6 Teror yang Berlanjut
Part 7 Pembalasan Dewi
Part 8 A Hantu Dewi Meneror Lagi
Part 8 B Hantu Dewi Meneror Lagi
Part 9 A Geger di Makam Dewi
Part 9 B Geger di Makam Dewi
Part 9 C Geger di Makam Dewi
Part 9 D Geger di Makam Dewi
Part 10 Menguak Tirai Gelap
Part 11 Keris Kiayi Pancasona
Part 12 Pertarungan Terakhir (Tamat)
=============================

Diubah oleh mahadev4 31-05-2022 17:52
sampeuk dan 38 lainnya memberi reputasi
35
27K
192
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
mahadev4
#98
TEROR HANTU DEWI - Part 9 B
-Geger di Makam Dewi
========
Sebuah motor yang dinaiki dua orang lelaki berhenti di depan rumah Pak Hendarto, sosok lelaki yang di bonceng tadi tak lain adalah Sukirman, yang lebih akrab di panggil Kang Sukir oleh Pak Hendarto, sedang yang membawa motor tentulah temannya yang pada malam sebelumnya di janjikannya pada Pak Hendarto akan di bawa untuk membantunya menghentikan dua Kuntilanak yang menjadi satu.
"Saya kira tak jadi datang, Kang. Saya maklum kok, soalnya pasien-pasien Kakang itu banyak," kata Pak Hendarto yang sore itu sengaja menunggu kedatangan bekas anak buahnya.
"Kalau untuk pasien lain, mau dia Pejabat sekalipun masih bisa kutangguhkan, tapi buat sampeyan, adalah prioritas utama. Aku gak bisa mampir walau sekedar ngopi, karena sebentar lagi senja akan berakhir, dan saat itulah Makhluk itu akan keluar dari kuburnya. Aku dan kawanku ini, Yudistira, akan langsung ke kuburan sekarang. Oh ya, kuminta jangan ada yang keluar rumah malam ini, khusus hanya untuk malam ini sampai aku kembali nanti, dan itu tandanya dua Makhluk laknat itu sudah berhasil kami musnahkan, kalian semua seisi rumah akan aman karena rumah ini di jaga puluhan pasukan jin tangguh."
"Tapi Kang Sukir.... ." panggil Pak Hendarto.
"Kenapa lagi?"
"Anakku Nella baru saja keluar, bagaimana ini, Kang?"
"Celaka kamu, Hendar!!. Ceroboh sekali! Jin-jin itu hanya menjaga yang ada di dalam rumah, kalau sudah keluar rumah sudah bukan dalam batasan penjagaan mereka lagi. Kemana anak gadismu pergi?" tanya Kang Sukir, ekspresi wajahnya tampak mengeras menahan marah.
"Ke Kota, Kang. Ke rumah temannya."
"Mampus aku!, anak itu kosong pula badannya, cepat kamu telpon dia dan suruh kembali sekarang juga!"
Pak Hendarto buru-buru menelpon Nella, wajahnya tampak diliputi kecemasan yang teramat sangat, telpon sudah terpanggil namun tak di angkat.
"Sudahlah, kami bisa kehabisan waktu kalau masih disini, pokoknya kamu usahakan anak gadismu secepatnya kembali, kalau perlu suruh Agung menyusulnya."
"Lha katanya tak boleh ada yang keluar rumah?, gimana sih, Kang?" tanya Pak Hendarto heran.
"Kamu lupa?, aku sudah berikan dia kalung yang akan memagari dia, sehingga takkan ada Demit manapun yang akan mendekati, apalagi melukai, selama kalung itu di pakainya."
Pak Hendarto lalu ingat pada kalung yang semalam di buat oleh Kang Sukir, di buat khusus untuk Agung dan sudah di berikan pada Agung semalam.
Kang Sukir dan temannya sudah berlalu pergi.
Pak Hendarto masih terus mencoba menghubungi Nella, dan setiap kali pula telponnya tak di angkat.
Nella memang tak mungkin mengangkat telpon dari Bapaknya, karena terburu-buru ia lupa pada smartphonenya yang saat itu sedang di cas di kamar.
Dan yang di sayangkan pula bahwa smartphone Nella dalam keadaan mode silent.
Rintik-rintik hujan pun mulai turun.
=====
========
Sebuah motor yang dinaiki dua orang lelaki berhenti di depan rumah Pak Hendarto, sosok lelaki yang di bonceng tadi tak lain adalah Sukirman, yang lebih akrab di panggil Kang Sukir oleh Pak Hendarto, sedang yang membawa motor tentulah temannya yang pada malam sebelumnya di janjikannya pada Pak Hendarto akan di bawa untuk membantunya menghentikan dua Kuntilanak yang menjadi satu.
"Saya kira tak jadi datang, Kang. Saya maklum kok, soalnya pasien-pasien Kakang itu banyak," kata Pak Hendarto yang sore itu sengaja menunggu kedatangan bekas anak buahnya.
"Kalau untuk pasien lain, mau dia Pejabat sekalipun masih bisa kutangguhkan, tapi buat sampeyan, adalah prioritas utama. Aku gak bisa mampir walau sekedar ngopi, karena sebentar lagi senja akan berakhir, dan saat itulah Makhluk itu akan keluar dari kuburnya. Aku dan kawanku ini, Yudistira, akan langsung ke kuburan sekarang. Oh ya, kuminta jangan ada yang keluar rumah malam ini, khusus hanya untuk malam ini sampai aku kembali nanti, dan itu tandanya dua Makhluk laknat itu sudah berhasil kami musnahkan, kalian semua seisi rumah akan aman karena rumah ini di jaga puluhan pasukan jin tangguh."
"Tapi Kang Sukir.... ." panggil Pak Hendarto.
"Kenapa lagi?"
"Anakku Nella baru saja keluar, bagaimana ini, Kang?"
"Celaka kamu, Hendar!!. Ceroboh sekali! Jin-jin itu hanya menjaga yang ada di dalam rumah, kalau sudah keluar rumah sudah bukan dalam batasan penjagaan mereka lagi. Kemana anak gadismu pergi?" tanya Kang Sukir, ekspresi wajahnya tampak mengeras menahan marah.
"Ke Kota, Kang. Ke rumah temannya."
"Mampus aku!, anak itu kosong pula badannya, cepat kamu telpon dia dan suruh kembali sekarang juga!"
Pak Hendarto buru-buru menelpon Nella, wajahnya tampak diliputi kecemasan yang teramat sangat, telpon sudah terpanggil namun tak di angkat.
"Sudahlah, kami bisa kehabisan waktu kalau masih disini, pokoknya kamu usahakan anak gadismu secepatnya kembali, kalau perlu suruh Agung menyusulnya."
"Lha katanya tak boleh ada yang keluar rumah?, gimana sih, Kang?" tanya Pak Hendarto heran.
"Kamu lupa?, aku sudah berikan dia kalung yang akan memagari dia, sehingga takkan ada Demit manapun yang akan mendekati, apalagi melukai, selama kalung itu di pakainya."
Pak Hendarto lalu ingat pada kalung yang semalam di buat oleh Kang Sukir, di buat khusus untuk Agung dan sudah di berikan pada Agung semalam.
Kang Sukir dan temannya sudah berlalu pergi.
Pak Hendarto masih terus mencoba menghubungi Nella, dan setiap kali pula telponnya tak di angkat.
Nella memang tak mungkin mengangkat telpon dari Bapaknya, karena terburu-buru ia lupa pada smartphonenya yang saat itu sedang di cas di kamar.
Dan yang di sayangkan pula bahwa smartphone Nella dalam keadaan mode silent.
Rintik-rintik hujan pun mulai turun.
=====
sampeuk dan 16 lainnya memberi reputasi
17