- Beranda
- Stories from the Heart
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]
...
TS
dissymmon08
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]
SELAMAT DATANG AGAN SISTA
Halo! 
Gue ucapkan terima kasih yang teramat sangat terhadap dukungan dan apresiasi agan sista untuk tulisan gue di JILID IIIsebelumnya. Setelah merenung dan mencoba membuka kembali memori lama gue, akhirnya gue mendapatkan khilal gue. Sekarang gue udah siap untuk menulis kelanjutannya, yaitu JILID IV!
Kali ini gue masih menceritakan tentang kisah cinta gue, yang pada cerita sebelumnya masih berkutat di Kampus. Gue yang di kisah kali ini sedang mendekati akhir perjuangan di Kampus pun akan menjalani tahap baru, dimana gue akan bertemu dengan dunia kerja dan dunia nyata. Bakalan banyak konflik di diri gue ini, ketika gue yang tengah mencari jati diri ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup itu benar-benar penuh lika liku. Saat kita salah memilih jalan, ga ada putar balik, kita harus terus menjalani dan menghadapinya seraya mencari solusi terbaik atas pilihan kita itu. Dan kesabaran menjadi kunci utama segalanya, buat gue.
Masih dengan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue, kebodohan gue dalam memilih keputusan, pengalaman hidup lain, dan beberapa kali akan nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita gue kali ini. Mungkin akan ada beberapa penyesuaian penggunaan bahasa atau panggilan yang gue lakuin di sini, demi kenyamanan bersama. Semoga ga merusak ciri khas gue dalam menulis! Amiiin.
Dan gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!
Oh iya, kalau misalnya agan sista belum baca cerita di JILID III atau mau refresh kembali cerita saat itu, monggo mampir ke LINK INI.
Gue ucapkan terima kasih yang teramat sangat terhadap dukungan dan apresiasi agan sista untuk tulisan gue di JILID IIIsebelumnya. Setelah merenung dan mencoba membuka kembali memori lama gue, akhirnya gue mendapatkan khilal gue. Sekarang gue udah siap untuk menulis kelanjutannya, yaitu JILID IV!
Kali ini gue masih menceritakan tentang kisah cinta gue, yang pada cerita sebelumnya masih berkutat di Kampus. Gue yang di kisah kali ini sedang mendekati akhir perjuangan di Kampus pun akan menjalani tahap baru, dimana gue akan bertemu dengan dunia kerja dan dunia nyata. Bakalan banyak konflik di diri gue ini, ketika gue yang tengah mencari jati diri ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup itu benar-benar penuh lika liku. Saat kita salah memilih jalan, ga ada putar balik, kita harus terus menjalani dan menghadapinya seraya mencari solusi terbaik atas pilihan kita itu. Dan kesabaran menjadi kunci utama segalanya, buat gue.
Masih dengan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue, kebodohan gue dalam memilih keputusan, pengalaman hidup lain, dan beberapa kali akan nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita gue kali ini. Mungkin akan ada beberapa penyesuaian penggunaan bahasa atau panggilan yang gue lakuin di sini, demi kenyamanan bersama. Semoga ga merusak ciri khas gue dalam menulis! Amiiin.
Dan gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!
Oh iya, kalau misalnya agan sista belum baca cerita di JILID III atau mau refresh kembali cerita saat itu, monggo mampir ke LINK INI.
![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/11/15/10712020_20191115112915.jpg)
Spoiler for INDEX:
Spoiler for MULUSTRASI:
![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/10/10/10712020_20191010014133.jpg)
HT @ STORY
![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/11/30/10712020_20191130084155.JPG)
Alhamdulillah berkat supportdari agan sista, thread ane ini jadi HT!
Terima kasih banyak ane ucapin buat agan sista yang udah setia nunggu update-an cerita-cerita ane.
Semoga tulisan ane bisa terus lebih baik dan bisa menyajikan cerita lebih seru buat dibaca agan sista!
Spoiler for PERATURAN:
1. Cerita ini adalah kisah nyata yang terjadi di hidup gue, tapi gue tulisnya ga full100% sama persis dengan kejadian aslinya demi kepentingan privasi.
2. Ikuti peraturan standar H2H ya
3. Agan sista bebas memberikan komentar baik berupa masukan atau kritikan buat gue, tapi hapunten mohon untuk tidak memberikan komentar yang mengandung kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA)
4. Semua nama dan tempat kejadian akan disamarkan untuk kepentingan privasi.
5. Jika agan sista mengetahui nama atau tempat kejadian yang gue ceritain di thread ini, mohon untuk disimpan untuk agan sista aja ya.
6. Thread ini mengandung konten 18+ (dan tidak selalu berasiosiasi dengan dunia lendir ya), mohon agar jadi perhatian agan sista disini untuk lebih bijak ya dalam menyikapinya.
7. Kalau agan sista puas dengan cerita ini, mohon keikhlasannya untuk memberikan
dan 
8. Selamat membaca dan mohon maaf apabila ada salah-salah kata!
2. Ikuti peraturan standar H2H ya
3. Agan sista bebas memberikan komentar baik berupa masukan atau kritikan buat gue, tapi hapunten mohon untuk tidak memberikan komentar yang mengandung kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA)
4. Semua nama dan tempat kejadian akan disamarkan untuk kepentingan privasi.
5. Jika agan sista mengetahui nama atau tempat kejadian yang gue ceritain di thread ini, mohon untuk disimpan untuk agan sista aja ya.
6. Thread ini mengandung konten 18+ (dan tidak selalu berasiosiasi dengan dunia lendir ya), mohon agar jadi perhatian agan sista disini untuk lebih bijak ya dalam menyikapinya.
7. Kalau agan sista puas dengan cerita ini, mohon keikhlasannya untuk memberikan
dan 8. Selamat membaca dan mohon maaf apabila ada salah-salah kata!
Quote:
Original Posted By dissymmon08►
SELAMAT SIANG AGAN SISTA SEMUANYA!
Dengan bangga (ediyaaan) gue mengajak agan sista untuk kembali melanjutkan membaca cerita gue di trit terbaru gue, kelanjutan dari trit ini. Mohon maaf, karena satu dan lain hal gue mesti pindah lapak kesana. Insya Alloh JILID IVini akan ditamatkan di sana dan menjawab segala macam puzzle-puzzle cerita di dalamnya. Semoga agan sista berkenan untuk mampirin kesana ya
Monggo bisa klik link INI atau bisa dicari di 'AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0)'
Mumpung gue masih ngegarap update untuk di sana, bisa deh agan sista disempetin bentar buat baca-baca Prologue yang udah sempet gue tulis di sana. Sunah sih hukumnya, dibaca ga dosa tapi dibaca insya Alloh bisa nambah gambaran atau pengetahuan
Sebagai penutup, mumpung gue udah sedikit refreshing beberapa hari kemarin, gue kasih lagu yang gue selalu sukaaa banget biar agan sista bisa ikut refreshing abis dengerin lagu ini. Tenang kok, bukan lagu Metal atau Visual Kei. Kali aja agan sista jadi ikutan suka... Lagu dari BRADIO feat. MICRO (from HOME MADE KAZOKU), judulnya SUNDAY. Mumpung hawa-nya udah hawa-hawa liburan, mesti tetep semangat walopun mager melanda!
Monggo bisa klik link INI atau bisa dicari di 'AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0)'
Mumpung gue masih ngegarap update untuk di sana, bisa deh agan sista disempetin bentar buat baca-baca Prologue yang udah sempet gue tulis di sana. Sunah sih hukumnya, dibaca ga dosa tapi dibaca insya Alloh bisa nambah gambaran atau pengetahuan
Sebagai penutup, mumpung gue udah sedikit refreshing beberapa hari kemarin, gue kasih lagu yang gue selalu sukaaa banget biar agan sista bisa ikut refreshing abis dengerin lagu ini. Tenang kok, bukan lagu Metal atau Visual Kei. Kali aja agan sista jadi ikutan suka... Lagu dari BRADIO feat. MICRO (from HOME MADE KAZOKU), judulnya SUNDAY. Mumpung hawa-nya udah hawa-hawa liburan, mesti tetep semangat walopun mager melanda!
JANGAN LUPA BAHAGIA!
Diubah oleh dissymmon08 30-12-2019 07:57
bukhorigan dan 48 lainnya memberi reputasi
49
134.2K
1.6K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dissymmon08
#1033
KISAH TENTANG F: INIKAH 'CINTA TERBAIK'? (PART 10)
Bang Firzy jelasin gimana kondisi kantornya ke gue. Gue ga nyangka kalau dunia kerja bisa sekejam ini. Kesalahan sedikit aja di pekerjaan, akibatnya bisa fatal. Kesalahan temennya satu orang doangan, bisa ngefek ke satu kantor. Itu yang terjadi di kantor dia. Efeknya, kantor dia di-blacklistsama salah satu bank BUMN yang malah menjadi pemasok terbesar pekerjaan ke kantor dia. Akhirnya, kantornya pun diputuskan dibubarkan dan seluruh karyawannya diminta untuk pindah ke perusahaan konsultan lainnya. Dan Bang Firzy akhirnya harus pindah menjadi freelance di perusahaan rekanan dari atasannya.
Bang Firzy jadi diem aja dan terus menerus nyalahin diri dia sendiri karena ngerasa ga becus kerja. Di umur dia yang segitu saat itu dan pengalaman kerja dia yang sangat spesifik, rada susah buat dia untuk dapet pekerjaan baru. Dia harus nyari perusahaan konsultan lain yang sesuai bidang dia. Kalau dia harus nyari posisi lain, mungkin bakalan sulit banget.
“Mungkin jalan aku mesti begini…” Bang Firzy tiduran di kasurnya sambil nutupin mukanya make guling.
Gue duduk di samping dia. “Sayang… Namanya keidupan itu kadang ada di atas, dan kadang ada di bawah. Kemaren emang kamu masih ada di atas dan saat ini kamu dikasih kesempatan sama Tuhan buat ngerasain perjuangannya mereka yang ada di bawah. Itu buktinya apa? Tuhan sayang sama kamu… Tuhan ingetin kamu buat bersyukur dan jangan pernah berenti buat improvisasi di diri kamu.”
Bang Firzy simpen gulingnya di samping dia. Gue rebahin badan gue di samping dia sambil peluk dia. “Kalau kamu ngerasa di atas mulu, lama-lama kamu bakalan lupa sama segalanya. Cobaan saat kita berada di atas itu jauh lebih sulit daripada saat kita berada di bawah… Bawannya enak mulu bikin kita lupa segalanya, bahkan lupa bersyukur. Kita udah ngerasa superior, ga inget buat ngebantu orang, bahkan ngerasa diri udah paling hebat aja. Nanti, kalo suatu saat kita ga siap, si roda kehidupan berputar, dan kita berada di bawah, kita bakalan kelabakan… Kita ga tau harus gimana, kita bingung mau ngapain, kita malah nyalahin keadaan tanpa usaha apapun lagi untuk menggaet hati Tuhan kembali biar mau memutar si roda kehidupan agar kita kembali ke atas.”
“Ya, aku orang yang gagal itu.”
Gue pukul bibir Bang Firzy. “Kamu bukan orang gagal. Aku ga pernah liat kamu sebagai orang yang gagal. Ga pernah. Emang aku ga pernah ngerasain mendampingin kamu pas dulu kamu awal mulai kerja, soalnya dulu kamu masih sama Kak Dee. Aku udah enak banget, dapetin kamu pas kamu lagi jaya-jayanya. Tapi bukan berarti aku mau terus nuntut kamu buat ngebahagiain aku dengan harta terus. Mending kamu nyewa perek aja daripada pacaran sama aku… Enak, ga ada drama. Tinggal crat crot bae. Tapi aku ngerasa ini kesempatan aku buat ngedampingin kamu kembalil, dari nol…”
Gue cium kening Bang Firzy agak lama. “Zy… Semangat ya. Jangan pernah nyerah. Aku yakin, kamu pasti bisa kok ngejalanin cobaan ini… Kamu pasti bisa kembali bangkit. Jangan takut. Kamu ga akan sendiri, insya Alloh aku bakalan ada di samping kamu buat nemenin kamu saat kamu lelah. Aku bakalan ada di belakang kamu buat ngedorong kamu saat kamu berpikir buat berenti. Aku bakalan ada di depan kamu saat kamu butuh tarikan. Oke?”
“Tapi aku freelancer doangan, Mi. Aku cuman kesisa uang di tabungan doangan. Entah kapan lagi aku dapet uang…” Bang Firzy memalingkan mukanya dari gue. Dia natap tembok yang ada di sampingnya.
“Ya gapapa… Emang tugas kamu doangan nyari uang? Aku juga bisa kok nyari uang. Aku kan ga segitu pengeretannya sampe harus terus dibiayain sama kamu…”
“Aku ga pernah maksa kamu buat buru-buru kerja kali. Santai aja. Kamu bisa sambil fokus buat ngejar urusan di Kampus kampret itu. Nyusahin kamu doangan buat lulus. Bikin susah cari kerja…”
Gue ambil handphone dia. “Baca nih Whatsapp aku ke kamu… Jangan bacot mulu!”
“Kenapa emang?” Bang Firzy ngebuka handphone dia dan baca Whatsapp yang masuk. “KAMU DAPET PANGGILAN KERJA???”
Gue senyum ke dia. “Doain aku biar dilancarin semua urusannya ya, Zy… Insya Alloh aku bantu kita buat keuangan. Insya Alloh aku cepet lulus biar ga nyusahin keluarga aku juga. Insya Alloh aku bantu kita buat menggaet hati Tuhan untuk kembali memutar roda kehidupan kita…”
Akhirnya gue bisa liat Bang Firzy kembali tersenyum dengan mata berkaca-kaca. “Maafin aku…”
“Jangan pernah minta maaf karena keadaan begini bukan salah kamu. Emang jalannya harus begini biar kita makin kuat dan jadi pribadi lebih baik… Inget, Tuhan ga akan pernah kasih cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya… Kalau Tuhan kasih cobaan begini, berarti Dia yakin kalo kamu pasti bisa ngelewatin semua ini… Oke?”
“Iya… Semangat ya buat kita. Kita pasti bisa, iya kan?”
“Pasti, Zy… Pasti.”
Gue akhirnya bisa dapetin tandatangan Kemahasiswaan gue. Gue melanjutkan ngurus skripsi gue ini sampai selesai pencetakan. Gue jadi lebih sering bolak balik ke Kampus selama seminggu itu, mumpung gue masih nunggu waktu wawancara gue dengan perusahaan yang manggil gue wawancara itu.
Bang Firzy bisa lebih bebas lagi untuk ga masuk ke kantornya setiap hari. Dia jadi banyak waktu luang untuk nemenin gue kemanapun, walaupun gue kurang nyaman sih dibegituin. Kesannya gue kayak ga bisa ngurus ini itu sendiri. Dan juga kesannya kayak emang gue yang malah ga ngertiin keadaan Bang Firzy. Udah tau dia lagi dikasih cobaan, eh gue malah manfaatin dia buat nemenin gue kesana kesini.
Sebisa mungkin, kami ga cerita ke seluruh pertemanan kita tentang status freelanceBang Firzy ini. Biar aja mereka tau dengan apa yang mereka tau. Buat ngurangin drama yang udah ada selama ini. Biarin aja kita jalanin kehidupan kita kayak begini adanya. Kecuali sama kedua orangtua kami, Bang Firzy mutusin buat ceritain semuanya.
Nyokap Bang Firzy bener-bener kaget sama berita yang Bang Firzy bawa saat itu. Nyokapnya minta Bang Firzy pulang aja ke rumah buat ngehemat biaya idup Bang Firzy. Tapi dia masih mau tinggal di kosannya, katanya buat lebih ngehemat ongkos juga kalau sewaktu-waktu ada kerjaan dadakan. Dia jadi bisa lebih standby. Padahal mah utamanya karena ada gue di kosan dia pasti.
Dan hal ini yang bikin gue makin semangat buat kerja, biar bisa bantu ngebayarin biaya hidup kami. Walopun pasti nanti gaji gue ga akan seberapa dibandingin gajinya Bang Firzy dulu, ya namanya juga masih fresh graduation. Tapi gue yakin gue bisa kok bantu dia. Gue yakin.
“Mama gue jadi over banget nih mikirin gue nya… Jadi berasa anak gagal banget gue. Elah!” kata Bang Firzy ketus. Gue baru aja masuk ke kamar dari ambil jemuran di loteng kosannya. Dia sambil ngerjain kerjaan dia dari kantor barunya. Dia kadang ngerjain di kantor, atau kadang di kosannya ini.
“Nyokap lu ya khawatir sama anaknya… Makanya jadinya dia perhatian sama lu. Jangan begitu ah sama nyokap sendiri. Nyokap itu sayang sama lu kali.” Gue simpen cucian bersih kami. Gue siapin kopi sachet buat dia. “Nih… Minum dulu. Biar seger badan… Minggu-minggu begini mesti ngejarin kerjaan ya?”
“Semakin cepet selesai kerjaan gue, semakin cepet ada kerjaan baru lagi nantinya.” jelas Bang Firzy sambil nyeruput kopi yang gue bikin.
“Besok gue wawancara di Anomali Coffee. Lu ga usah nganterin.”
“Kenapa? Lu tau ga tempatnya dimana?”
“Santai aja, gue bisa naik busway kok…”
“Beneran bisa?”
“Santai aja. Gue udah dikasih ancang-ancang kok di email nih…”
“Yaudah, nanti kalo urusan gue di kantor udah beres, gue jemput ya…” kata Bang Firzy.
“Siiip, gampang!”
Saat itu gue melamar ke salah satu perusahaan start-upyang baru dirintis taun 2014 lalu. Perusahaannya masih belum punya nama. Bahkan gue ga tau ada nama perusahaan itu. Perusahaan makelar jasa. Saat itu yang gue dapet cuman informasi tentang CEO-nya aja. Tanpa ada berita tentang nama perusahaannya. Awalnya gue khawatir sampe gue dapet informasi kalau CEO-nya ini adalah orang berprestasi. Bahkan temen sekelas gue ada yang idola-in CEO-nya itu. Gue aja saat itu ga tau sama si CEO. Tapi kekhawatiran gue agak berkurang. Gue jadi yakin kalau perusahaan ini bukan tipu-tipu.
Gue dateng kesana 30 menit lebih cepet. Seperti biasa, biar gue ga jiper dan bisa lebih memantau suasana sekeliling gue. Sampai akhirnya waktu wawancara gue tiba. Gue masuk ke dalam dan langsung nemuin beliau. Ternyata dia yang email gue, dia yang ngehubungin gue, dan yang wawancara gue saat itu ya si CEO-nya itu sendiri. Entah kemana HRD-nya atau apa mereka udah punya HRD saat itu? Entahlah.
Gue udah mulai terbiasa dengan start-up kayak begini. Di awal, si CEO kadang emang harus kerja ekstra mulai dari perekrutan, penjualan, bahkan sampai ke finance juga mereka. Gue paham karena ini perusahaan start-up ketiga gue yang akhirnya manggil gue.
Sebenernya saat gue dapet kabar dari barengan antara Kemahasiswaan dan panggilan kerja, gue dapet dua panggilan kerja. Panggilan kerja pertama dari IN*GAME dan kedua dari perusahaan ini, sebut aja PT GG. Gue lamar jadi Social Media Officer di INIGAME dan jadi Customer Support di PT GG.
Sebenernya hati gue saat itu lebih cocok ke IN*GAME karena lingkungan kerjanya yang nyaman dan posisinya udah gue kuasain. Tapi karena lokasinya jauh banget di Serpong (saat gue ngelamar dulu, kantor IN*GAME masih di Kampus Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan gue ga punya kendaraan, makanya gue ngelepas IN*GAME dan fokus sama PT GG ini.
Wawancara berjalan lancar dan ga lama. Gue lebih lama nungguin Bang Firzy dateng dibandingin ngejalanin wawancara-nya itu sendiri. Hahaha. Kayaknya tipe si CEO itu lebih simpel dan ga mau ribet.
“Mudah-mudahan kali ini gue bisa keterima kerja deh di start-up ini. Entahlah. Gue ngerasa ini start-up bakalan punya potensi besar di masa depan…” kata gue dalem hati.
Hampir 2 jam gue nunggu Bang Firzy ga kunjung dateng, padahal harusnya ga jauh dari kantornya ke Anomali Coffee ini. Paling lama mungkin 1,5 jam udah termasuk macet itu juga. Gue udah ngehubungin dia buat ga usah jemput gue. Soalnya kalo tau gue nunggu selama ini, mendingan gue yang nyamperin dia daripada gue yang mesti nunggu se-lama ini.
Ga lama, gue liat Bang Firzy jalan ke arah gue. Dia udah ganti kaos biasa. Mungkin yang bikin lama itu dia pulang dulu ke kosan, bukan langsung dari kantor. “Kalo tau lu bakalan se-lama ini, mending gue aja yang nyamperin lu, Zy…”
“Macet banget sumpah! Ga ngerti lagi gue kenapa jalanan bisa semacet itu! Bangs*t emang!”
“Lu ga bawa mobil kan?”
“Sok kaya banget segala bawa mobil. Orang lagi miskin aja, naek motor aja.”
“Emang gue minta lu bawa mobil? Gue nanya ‘Lu ga bawa mobil kan?’, kenapa lu jadi sewot begitu sih anj*ng amat!”
“Lho? Lu kenapa malah jadi ngambek begitu sih? Jalanan yang macet, kenapa gue yang jadi disalahin?”
“Siapa yang nyalahin lu, Nyet??? Gue--- AH UDAHLAH! BANGS*T, BEGINIAN JADI PERKARA BANGET. ANJ*NG!” Gue ngebalikin badan gue dan berniat jalan ke arah parkiran motor.
Tapi gue kaget ketika ngeliat di sekeliling gue saat itu…
Semua orang yang ada di koridor mall itu nengok ke arah kami. Mungkin karena kata-kata parental advisory yang kami ucapin sepanjang ribut kami tadi. Mungkin kalau mereka lagi nonton film, percakapan kami kebanyakan sensornya daripada ngomong benernya! Hahaha. Padahal kami ribut ini bukan ribut gede lho! Ya murni cuman LAGI DEBAT aja.. Biasa, anak setan kalau abis kena macet, pasti ada aja dikeluhinnya. Hahaha.
“KAMU GA NGERTIIN AKU EMANG! KAMU JAHAT YANK! KAMU JAHAT!” teriak seseorang ga jauh dari tempat kami berdiri saat itu.
“SAYANG TUNGGU! AYO DONG SAYANGKU... AKU MOHON JANGAN BEGINI. MALU DILIATIN ORANG!” kata si cowok sambil mohon-mohon ke si cewek.
Gue dan Bang Firzy terdiam ngeliat adegan itu. “Pantesan cecunguk ini pada ngeliatin kita. Wong kita ribut, disonoh juga ribut.” bisik Bang Firzy ke kuping gue.
“Iya, kita tapi ngeluarin kebun binatang, itu disonoh kayak udah maen FTV aje ribut segala masih sayang-sayangan… Babi aeeeerrr~”
Tadinya kami mau lanjut nontonin mereka saat perhatian orang-orang udah berpindah dari kami ke arah mereka. Tapi ini adalah kesempatan kami buat kabur, daripada nanti kembali jadi bahan perhatian karena mulut sampah kami. Hahaha.
“Kamu ada uang cashgocap ga?” tanya Bang Firzy mendadak saat baru pulang dari kantor.
“Bukannya salam dulu kek, malah langsung nanyain begitu. Kenapa sih emangnya?” Gue yang lagi ngurusin persiapan buat penjilid-an skripsi gue pun nengok ke arah dia.
“Samlekum. Buru, ada cash-nya ga? Kalo ga, gue nyari ATM dulu.”
“Kenapa sih kamu begitu amat???”
“BURU, ADA GA SIH? SUSAH BANGET NGEJAWAB GITU DOANG HAH?” Mendadak Bang Firzy ngebentak gue. Keras. Banget. Entah kenapa dia segitu buru-burunya nanyain uang Rp50.000,- doangan.
Tanpa basa basi, gue langsung kasih cash gue ke dia. “Nih. Ga usah make bentak. Emang buat apa sih?”
“Bukan urusan lu.” Bang Firzy langsung ngelempar tasnya dan jalan keluar kosan.
Gue langsung ngunci pintu kamar kosan dan ngejar dia. “Hah? Kenapa jadi ada lagi bukan urusan gue? Kenapa lagi sih ini?”
“Ga usah banyak nanya, kalo mau ikut yaudah ayo!” Bang Firzy nyalain motornya dan gue naik ke motornya.
Dia datengin counter handphone yang ada ga jauh dari kosan kami. “Kamu mau isi pulsa?”
“I-iya. Mau isi pulsa.”
“Kemaren kan baru isi pulsa bareng aku… Kita kan abisnya barengan, di akhir bulan. Masa baru pertengahan bulan udah abis lagi?”
“Ini buat temen aku.”
“Temen kamu? Siapa? Urgent banget dia?”
“Banget, dia butuh banget diisiin. Dia lagi mau take off soalnya.”
“Take off? Dia mau berangkat kemana?”
Bang Firzy nengok ke arah gue sinis. “Suka-suka dia mau berangkat kemana. Kenapa jadi lu ngurusin banget sih urusan dia? Heran.” Bang Firzy jalan masuk ke arah counter handphone.
“Penting banget kayaknya temen dia ini… Sampe dia segitu marahnya sama gue?” tanya gue dalem hati. Gue udah terlanjur bete sama dia.
Bang Firzy keluar dari counter handphone dengan muka kesel. “Anj*ng! Udah lama-lama nunggu, taunya malah ga bisa masuk pulsanya. Ayo cari Alfamart aja.”
Satu, dua, tiga Alfamart kami datengin dan semuanya gagal. Mood Bang Firzy udah bete banget. Apalagi saat itu udah malem dan udah ada bau-bau air ujan.
“Kayaknya udah mau ujan nih.”
“AYO DOOONG BANGS*T! GUE CUMAN MAU ISI PULSA DOANG INI!!!”
“Bilang aja ke temen kamu itu, suruh minta tolong ke yang lain.”
“Ga bisa masalahnya. HARUS gue yang ngisiin.”
“Kenapaa HARUS LU yang ngisiin? Dia ga punya temen laen?” Gue agak kesel dengan pernyataan dia itu. Kenapa harus seorang Firzy ngisiin pulsa temennya ini. Emang temennya ini siapa sih sampe maksa Bang Firzy ngisiin pulsa. Bang Firzy punya utang apa gimana?
Bang Firzy terdiam. “Ya pokoknya harus gue! Udah jangan banyak tanya!” Bang Firzy kembali nengok ke kanan dan kiri, sampe akhirnya kami nemu Alfamidi saat itu. “Ah itu. Gue mau ke Alfamidi dulu.”
“Gue ikut ya?”
“Ngapain sih? Jagain aja motor di depan. Ribet banget lu ikutan masuk ke dalem segala!” kata Bang Firzy sambil turun dari motor dan lari masuk ke dalem Alfamidi.
Bang Firzy jadi diem aja dan terus menerus nyalahin diri dia sendiri karena ngerasa ga becus kerja. Di umur dia yang segitu saat itu dan pengalaman kerja dia yang sangat spesifik, rada susah buat dia untuk dapet pekerjaan baru. Dia harus nyari perusahaan konsultan lain yang sesuai bidang dia. Kalau dia harus nyari posisi lain, mungkin bakalan sulit banget.
“Mungkin jalan aku mesti begini…” Bang Firzy tiduran di kasurnya sambil nutupin mukanya make guling.
Gue duduk di samping dia. “Sayang… Namanya keidupan itu kadang ada di atas, dan kadang ada di bawah. Kemaren emang kamu masih ada di atas dan saat ini kamu dikasih kesempatan sama Tuhan buat ngerasain perjuangannya mereka yang ada di bawah. Itu buktinya apa? Tuhan sayang sama kamu… Tuhan ingetin kamu buat bersyukur dan jangan pernah berenti buat improvisasi di diri kamu.”
Bang Firzy simpen gulingnya di samping dia. Gue rebahin badan gue di samping dia sambil peluk dia. “Kalau kamu ngerasa di atas mulu, lama-lama kamu bakalan lupa sama segalanya. Cobaan saat kita berada di atas itu jauh lebih sulit daripada saat kita berada di bawah… Bawannya enak mulu bikin kita lupa segalanya, bahkan lupa bersyukur. Kita udah ngerasa superior, ga inget buat ngebantu orang, bahkan ngerasa diri udah paling hebat aja. Nanti, kalo suatu saat kita ga siap, si roda kehidupan berputar, dan kita berada di bawah, kita bakalan kelabakan… Kita ga tau harus gimana, kita bingung mau ngapain, kita malah nyalahin keadaan tanpa usaha apapun lagi untuk menggaet hati Tuhan kembali biar mau memutar si roda kehidupan agar kita kembali ke atas.”
“Ya, aku orang yang gagal itu.”
Gue pukul bibir Bang Firzy. “Kamu bukan orang gagal. Aku ga pernah liat kamu sebagai orang yang gagal. Ga pernah. Emang aku ga pernah ngerasain mendampingin kamu pas dulu kamu awal mulai kerja, soalnya dulu kamu masih sama Kak Dee. Aku udah enak banget, dapetin kamu pas kamu lagi jaya-jayanya. Tapi bukan berarti aku mau terus nuntut kamu buat ngebahagiain aku dengan harta terus. Mending kamu nyewa perek aja daripada pacaran sama aku… Enak, ga ada drama. Tinggal crat crot bae. Tapi aku ngerasa ini kesempatan aku buat ngedampingin kamu kembalil, dari nol…”
Gue cium kening Bang Firzy agak lama. “Zy… Semangat ya. Jangan pernah nyerah. Aku yakin, kamu pasti bisa kok ngejalanin cobaan ini… Kamu pasti bisa kembali bangkit. Jangan takut. Kamu ga akan sendiri, insya Alloh aku bakalan ada di samping kamu buat nemenin kamu saat kamu lelah. Aku bakalan ada di belakang kamu buat ngedorong kamu saat kamu berpikir buat berenti. Aku bakalan ada di depan kamu saat kamu butuh tarikan. Oke?”
“Tapi aku freelancer doangan, Mi. Aku cuman kesisa uang di tabungan doangan. Entah kapan lagi aku dapet uang…” Bang Firzy memalingkan mukanya dari gue. Dia natap tembok yang ada di sampingnya.
“Ya gapapa… Emang tugas kamu doangan nyari uang? Aku juga bisa kok nyari uang. Aku kan ga segitu pengeretannya sampe harus terus dibiayain sama kamu…”
“Aku ga pernah maksa kamu buat buru-buru kerja kali. Santai aja. Kamu bisa sambil fokus buat ngejar urusan di Kampus kampret itu. Nyusahin kamu doangan buat lulus. Bikin susah cari kerja…”
Gue ambil handphone dia. “Baca nih Whatsapp aku ke kamu… Jangan bacot mulu!”
“Kenapa emang?” Bang Firzy ngebuka handphone dia dan baca Whatsapp yang masuk. “KAMU DAPET PANGGILAN KERJA???”
Gue senyum ke dia. “Doain aku biar dilancarin semua urusannya ya, Zy… Insya Alloh aku bantu kita buat keuangan. Insya Alloh aku cepet lulus biar ga nyusahin keluarga aku juga. Insya Alloh aku bantu kita buat menggaet hati Tuhan untuk kembali memutar roda kehidupan kita…”
Akhirnya gue bisa liat Bang Firzy kembali tersenyum dengan mata berkaca-kaca. “Maafin aku…”
“Jangan pernah minta maaf karena keadaan begini bukan salah kamu. Emang jalannya harus begini biar kita makin kuat dan jadi pribadi lebih baik… Inget, Tuhan ga akan pernah kasih cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya… Kalau Tuhan kasih cobaan begini, berarti Dia yakin kalo kamu pasti bisa ngelewatin semua ini… Oke?”
“Iya… Semangat ya buat kita. Kita pasti bisa, iya kan?”
“Pasti, Zy… Pasti.”
XOXOXO
Gue akhirnya bisa dapetin tandatangan Kemahasiswaan gue. Gue melanjutkan ngurus skripsi gue ini sampai selesai pencetakan. Gue jadi lebih sering bolak balik ke Kampus selama seminggu itu, mumpung gue masih nunggu waktu wawancara gue dengan perusahaan yang manggil gue wawancara itu.
Bang Firzy bisa lebih bebas lagi untuk ga masuk ke kantornya setiap hari. Dia jadi banyak waktu luang untuk nemenin gue kemanapun, walaupun gue kurang nyaman sih dibegituin. Kesannya gue kayak ga bisa ngurus ini itu sendiri. Dan juga kesannya kayak emang gue yang malah ga ngertiin keadaan Bang Firzy. Udah tau dia lagi dikasih cobaan, eh gue malah manfaatin dia buat nemenin gue kesana kesini.
Sebisa mungkin, kami ga cerita ke seluruh pertemanan kita tentang status freelanceBang Firzy ini. Biar aja mereka tau dengan apa yang mereka tau. Buat ngurangin drama yang udah ada selama ini. Biarin aja kita jalanin kehidupan kita kayak begini adanya. Kecuali sama kedua orangtua kami, Bang Firzy mutusin buat ceritain semuanya.
Nyokap Bang Firzy bener-bener kaget sama berita yang Bang Firzy bawa saat itu. Nyokapnya minta Bang Firzy pulang aja ke rumah buat ngehemat biaya idup Bang Firzy. Tapi dia masih mau tinggal di kosannya, katanya buat lebih ngehemat ongkos juga kalau sewaktu-waktu ada kerjaan dadakan. Dia jadi bisa lebih standby. Padahal mah utamanya karena ada gue di kosan dia pasti.
Dan hal ini yang bikin gue makin semangat buat kerja, biar bisa bantu ngebayarin biaya hidup kami. Walopun pasti nanti gaji gue ga akan seberapa dibandingin gajinya Bang Firzy dulu, ya namanya juga masih fresh graduation. Tapi gue yakin gue bisa kok bantu dia. Gue yakin.
“Mama gue jadi over banget nih mikirin gue nya… Jadi berasa anak gagal banget gue. Elah!” kata Bang Firzy ketus. Gue baru aja masuk ke kamar dari ambil jemuran di loteng kosannya. Dia sambil ngerjain kerjaan dia dari kantor barunya. Dia kadang ngerjain di kantor, atau kadang di kosannya ini.
“Nyokap lu ya khawatir sama anaknya… Makanya jadinya dia perhatian sama lu. Jangan begitu ah sama nyokap sendiri. Nyokap itu sayang sama lu kali.” Gue simpen cucian bersih kami. Gue siapin kopi sachet buat dia. “Nih… Minum dulu. Biar seger badan… Minggu-minggu begini mesti ngejarin kerjaan ya?”
“Semakin cepet selesai kerjaan gue, semakin cepet ada kerjaan baru lagi nantinya.” jelas Bang Firzy sambil nyeruput kopi yang gue bikin.
“Besok gue wawancara di Anomali Coffee. Lu ga usah nganterin.”
“Kenapa? Lu tau ga tempatnya dimana?”
“Santai aja, gue bisa naik busway kok…”
“Beneran bisa?”
“Santai aja. Gue udah dikasih ancang-ancang kok di email nih…”
“Yaudah, nanti kalo urusan gue di kantor udah beres, gue jemput ya…” kata Bang Firzy.
“Siiip, gampang!”
XOXOXO
Saat itu gue melamar ke salah satu perusahaan start-upyang baru dirintis taun 2014 lalu. Perusahaannya masih belum punya nama. Bahkan gue ga tau ada nama perusahaan itu. Perusahaan makelar jasa. Saat itu yang gue dapet cuman informasi tentang CEO-nya aja. Tanpa ada berita tentang nama perusahaannya. Awalnya gue khawatir sampe gue dapet informasi kalau CEO-nya ini adalah orang berprestasi. Bahkan temen sekelas gue ada yang idola-in CEO-nya itu. Gue aja saat itu ga tau sama si CEO. Tapi kekhawatiran gue agak berkurang. Gue jadi yakin kalau perusahaan ini bukan tipu-tipu.
Gue dateng kesana 30 menit lebih cepet. Seperti biasa, biar gue ga jiper dan bisa lebih memantau suasana sekeliling gue. Sampai akhirnya waktu wawancara gue tiba. Gue masuk ke dalam dan langsung nemuin beliau. Ternyata dia yang email gue, dia yang ngehubungin gue, dan yang wawancara gue saat itu ya si CEO-nya itu sendiri. Entah kemana HRD-nya atau apa mereka udah punya HRD saat itu? Entahlah.
Gue udah mulai terbiasa dengan start-up kayak begini. Di awal, si CEO kadang emang harus kerja ekstra mulai dari perekrutan, penjualan, bahkan sampai ke finance juga mereka. Gue paham karena ini perusahaan start-up ketiga gue yang akhirnya manggil gue.
Sebenernya saat gue dapet kabar dari barengan antara Kemahasiswaan dan panggilan kerja, gue dapet dua panggilan kerja. Panggilan kerja pertama dari IN*GAME dan kedua dari perusahaan ini, sebut aja PT GG. Gue lamar jadi Social Media Officer di INIGAME dan jadi Customer Support di PT GG.
Sebenernya hati gue saat itu lebih cocok ke IN*GAME karena lingkungan kerjanya yang nyaman dan posisinya udah gue kuasain. Tapi karena lokasinya jauh banget di Serpong (saat gue ngelamar dulu, kantor IN*GAME masih di Kampus Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan gue ga punya kendaraan, makanya gue ngelepas IN*GAME dan fokus sama PT GG ini.
Wawancara berjalan lancar dan ga lama. Gue lebih lama nungguin Bang Firzy dateng dibandingin ngejalanin wawancara-nya itu sendiri. Hahaha. Kayaknya tipe si CEO itu lebih simpel dan ga mau ribet.
“Mudah-mudahan kali ini gue bisa keterima kerja deh di start-up ini. Entahlah. Gue ngerasa ini start-up bakalan punya potensi besar di masa depan…” kata gue dalem hati.
Hampir 2 jam gue nunggu Bang Firzy ga kunjung dateng, padahal harusnya ga jauh dari kantornya ke Anomali Coffee ini. Paling lama mungkin 1,5 jam udah termasuk macet itu juga. Gue udah ngehubungin dia buat ga usah jemput gue. Soalnya kalo tau gue nunggu selama ini, mendingan gue yang nyamperin dia daripada gue yang mesti nunggu se-lama ini.
Ga lama, gue liat Bang Firzy jalan ke arah gue. Dia udah ganti kaos biasa. Mungkin yang bikin lama itu dia pulang dulu ke kosan, bukan langsung dari kantor. “Kalo tau lu bakalan se-lama ini, mending gue aja yang nyamperin lu, Zy…”
“Macet banget sumpah! Ga ngerti lagi gue kenapa jalanan bisa semacet itu! Bangs*t emang!”
“Lu ga bawa mobil kan?”
“Sok kaya banget segala bawa mobil. Orang lagi miskin aja, naek motor aja.”
“Emang gue minta lu bawa mobil? Gue nanya ‘Lu ga bawa mobil kan?’, kenapa lu jadi sewot begitu sih anj*ng amat!”
“Lho? Lu kenapa malah jadi ngambek begitu sih? Jalanan yang macet, kenapa gue yang jadi disalahin?”
“Siapa yang nyalahin lu, Nyet??? Gue--- AH UDAHLAH! BANGS*T, BEGINIAN JADI PERKARA BANGET. ANJ*NG!” Gue ngebalikin badan gue dan berniat jalan ke arah parkiran motor.
Tapi gue kaget ketika ngeliat di sekeliling gue saat itu…
Semua orang yang ada di koridor mall itu nengok ke arah kami. Mungkin karena kata-kata parental advisory yang kami ucapin sepanjang ribut kami tadi. Mungkin kalau mereka lagi nonton film, percakapan kami kebanyakan sensornya daripada ngomong benernya! Hahaha. Padahal kami ribut ini bukan ribut gede lho! Ya murni cuman LAGI DEBAT aja.. Biasa, anak setan kalau abis kena macet, pasti ada aja dikeluhinnya. Hahaha.
“KAMU GA NGERTIIN AKU EMANG! KAMU JAHAT YANK! KAMU JAHAT!” teriak seseorang ga jauh dari tempat kami berdiri saat itu.
“SAYANG TUNGGU! AYO DONG SAYANGKU... AKU MOHON JANGAN BEGINI. MALU DILIATIN ORANG!” kata si cowok sambil mohon-mohon ke si cewek.
Gue dan Bang Firzy terdiam ngeliat adegan itu. “Pantesan cecunguk ini pada ngeliatin kita. Wong kita ribut, disonoh juga ribut.” bisik Bang Firzy ke kuping gue.
“Iya, kita tapi ngeluarin kebun binatang, itu disonoh kayak udah maen FTV aje ribut segala masih sayang-sayangan… Babi aeeeerrr~”
Tadinya kami mau lanjut nontonin mereka saat perhatian orang-orang udah berpindah dari kami ke arah mereka. Tapi ini adalah kesempatan kami buat kabur, daripada nanti kembali jadi bahan perhatian karena mulut sampah kami. Hahaha.
XOXOXO
“Kamu ada uang cashgocap ga?” tanya Bang Firzy mendadak saat baru pulang dari kantor.
“Bukannya salam dulu kek, malah langsung nanyain begitu. Kenapa sih emangnya?” Gue yang lagi ngurusin persiapan buat penjilid-an skripsi gue pun nengok ke arah dia.
“Samlekum. Buru, ada cash-nya ga? Kalo ga, gue nyari ATM dulu.”
“Kenapa sih kamu begitu amat???”
“BURU, ADA GA SIH? SUSAH BANGET NGEJAWAB GITU DOANG HAH?” Mendadak Bang Firzy ngebentak gue. Keras. Banget. Entah kenapa dia segitu buru-burunya nanyain uang Rp50.000,- doangan.
Tanpa basa basi, gue langsung kasih cash gue ke dia. “Nih. Ga usah make bentak. Emang buat apa sih?”
“Bukan urusan lu.” Bang Firzy langsung ngelempar tasnya dan jalan keluar kosan.
Gue langsung ngunci pintu kamar kosan dan ngejar dia. “Hah? Kenapa jadi ada lagi bukan urusan gue? Kenapa lagi sih ini?”
“Ga usah banyak nanya, kalo mau ikut yaudah ayo!” Bang Firzy nyalain motornya dan gue naik ke motornya.
Dia datengin counter handphone yang ada ga jauh dari kosan kami. “Kamu mau isi pulsa?”
“I-iya. Mau isi pulsa.”
“Kemaren kan baru isi pulsa bareng aku… Kita kan abisnya barengan, di akhir bulan. Masa baru pertengahan bulan udah abis lagi?”
“Ini buat temen aku.”
“Temen kamu? Siapa? Urgent banget dia?”
“Banget, dia butuh banget diisiin. Dia lagi mau take off soalnya.”
“Take off? Dia mau berangkat kemana?”
Bang Firzy nengok ke arah gue sinis. “Suka-suka dia mau berangkat kemana. Kenapa jadi lu ngurusin banget sih urusan dia? Heran.” Bang Firzy jalan masuk ke arah counter handphone.
“Penting banget kayaknya temen dia ini… Sampe dia segitu marahnya sama gue?” tanya gue dalem hati. Gue udah terlanjur bete sama dia.
Bang Firzy keluar dari counter handphone dengan muka kesel. “Anj*ng! Udah lama-lama nunggu, taunya malah ga bisa masuk pulsanya. Ayo cari Alfamart aja.”
Satu, dua, tiga Alfamart kami datengin dan semuanya gagal. Mood Bang Firzy udah bete banget. Apalagi saat itu udah malem dan udah ada bau-bau air ujan.
“Kayaknya udah mau ujan nih.”
“AYO DOOONG BANGS*T! GUE CUMAN MAU ISI PULSA DOANG INI!!!”
“Bilang aja ke temen kamu itu, suruh minta tolong ke yang lain.”
“Ga bisa masalahnya. HARUS gue yang ngisiin.”
“Kenapaa HARUS LU yang ngisiin? Dia ga punya temen laen?” Gue agak kesel dengan pernyataan dia itu. Kenapa harus seorang Firzy ngisiin pulsa temennya ini. Emang temennya ini siapa sih sampe maksa Bang Firzy ngisiin pulsa. Bang Firzy punya utang apa gimana?
Bang Firzy terdiam. “Ya pokoknya harus gue! Udah jangan banyak tanya!” Bang Firzy kembali nengok ke kanan dan kiri, sampe akhirnya kami nemu Alfamidi saat itu. “Ah itu. Gue mau ke Alfamidi dulu.”
“Gue ikut ya?”
“Ngapain sih? Jagain aja motor di depan. Ribet banget lu ikutan masuk ke dalem segala!” kata Bang Firzy sambil turun dari motor dan lari masuk ke dalem Alfamidi.
itkgid dan 25 lainnya memberi reputasi
26
Tutup