- Beranda
- Stories from the Heart
Under The Influence
...
TS
AresTheGodOfWar
Under The Influence
UNDER THE INFLUENCE
Genre : Romance, Drama, Crime, Mature, Voyeur.
Terjemahan dari judul, dibawah pengaruh. Multi tafsir, bisa dibawah pengaruh zat tertentu, dibawah pengaruh pikiran, dibawah pengaruh perasaan dsb.
Agar supaya bisa tetap menikmati cerita, anggap saja gw hanya seorang tukang cilok yang halu tingkat tinggi. Kalian tak perlu repot autentikasi maupun investigasi. Terima kasih.
Terjemahan dari judul, dibawah pengaruh. Multi tafsir, bisa dibawah pengaruh zat tertentu, dibawah pengaruh pikiran, dibawah pengaruh perasaan dsb.
Agar supaya bisa tetap menikmati cerita, anggap saja gw hanya seorang tukang cilok yang halu tingkat tinggi. Kalian tak perlu repot autentikasi maupun investigasi. Terima kasih.
《《《《《《《《《 ❖ 》》》》》》》》》》
PREAMBULE
Quote:
Bonus mulustrasi.
Gw pake vectorizer online untuk menggambarkan karakter dalam cerita. Bukan asli pastinya.
Jika ada tokoh baru, nanti menyusul.
Gw pake vectorizer online untuk menggambarkan karakter dalam cerita. Bukan asli pastinya.
Jika ada tokoh baru, nanti menyusul.
Spoiler for Playlist:
Spoiler for mulus:
Quote:
Diubah oleh AresTheGodOfWar 10-01-2020 20:14
nona212 dan 23 lainnya memberi reputasi
24
11.7K
76
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
AresTheGodOfWar
#40
12
Sekitar 3/4 teko minuman beralkohol yang gw tenggak mulai memberikan efek yang mempengaruhi sikap gw. Sejauh ini kesadaran gw masih utuh. Yang bisa gw rasakan, kepala gw agak berat, setiap gw mengedipkan mata, sepertinya dunia ini bergoyang.
"Mau pulang apa gimana kita Lex? Lo masih bisa bawa mobil sendiri kan?"
Melihat perubahan gestur dan sikap gw, Jason menanyakan kelanjutan rencana menjelang pagi ini.
"Lo paham gw lah, gw selalu bisa batesin, gw masih bisa kontrol. Lo kalo mau balik gpp, Gw bisa sendiri kok"
Gw mendongakkan kepala, leher belakang gw tertahan bagian belakang kursi plastik tempat dimana gw duduk bersandar. Gw memejamkan mata, bener2 kosong rasanya, beban pikiran sejenak hilang.
"Gak lah, lo nyantai aja dulu, gw temenin sampe pagi. Nanti pagi lo kerumah Sandra aja, tanya dengan nyokap nya"
Gw masih menopangkan bagian leher gw di belakang kursi dengan kepala yang masih menghadap ke atas. Mendengar ucapan Jason yang, gw menegakkan kepala.
"Tampang gw gimana? Kusut gak sih? Mata gw merah gak?"
Gw menanyakan Jason penampakan muka gw saat ini.
"Berantakan bgt Lex, sumpah"
Gw menggelengkan kepala berulang kali, menampar2 pipi untuk menjernihkan pikiran gw.
"Cuci muka dulu aja lo"
Mengiyakan saran Jason, gw bangkit dari tempat duduk. Bener2 berguncang rasanya dunia ini. Jika gw memaksakan diri melangkah ke toilet, kayaknya gw bakal ambruk. Gw gak yakin dengan diri gw sendiri. Akhirnya gw kembali melekatkan bokong gw di kursi.
"Berat ya? Hahaha... Mau gw bopong, atau mau gw bawain ember?"
Gw tertunduk, mengurut2 dahi gw. bodoh banget gw, gak mikirin pagi ini mau kerumah Sandra. Kondisi kayak gini didepan nyokap Sandra bisa rusak imej gw.
"Beliin gw kacang, pesenin satu teko lagi"
Gw melihat jam di hp masih jam 3 pagi. Kondisi kentang begini, obat yang paling ampuh adalah melanjutkan hingga jackpot. Gw masih punya cukup waktu memulihkan diri sebelum kerumah Sandra. Itu yang ada dipikiran gw.
Jason tak membantah ucapan gw, dia membelikan gw serenteng kacang kulit, tak lupa satu teko tambahan pesenan gw. Melihat gw yang berulang kali meneguk minuman, mengunyah kacang, menghisap batang demi batang rokok, Jason hanya mengimbangi sedikit. Dia paham, kalau terlalu banyak, lalu dua orang ini hilang kesadaran semua, bisa merepotkan.
Rencana gw untuk memulihkan kesadaran dengan cara melanjutkan minum ternyata gak sesuai dengan yang gw harapkan. Gw gak bisa mengingat lagi apa yang terjadi pagi itu.
------------------
Mata gw masih terpejam. Kelopak mata gw terasa berat untuk dibuka. Tangan gw meraba2 bed cover tempat dimana gw berbaring. Gw hafal banget tekstur kain ini, bed cover kasur dikosan gw, ada motif khas yang membuat gw yakin. Telinga gw mendengar ada suara2 samar, suara tetesan air, seperti suara orang sedang memeras kain basah. Ketika gw menghirup nafas panjang melalui hidung, gw mencium aroma wangi, aroma parfum Sandra. Perlahan gw membuka mata. Iya bener dikosan gw, jam di dinding menunjuk ke angka 5. Jam 5 subuh gak mungkin deh, gw lihat dibalik gorden cahaya mataharinya terang banget.
Gw bangkit dari pembaringan, duduk ditepian dipan. Tak lama, ada sosok yang keluar dari kamar mandi.
"Jason tadi pagi ketempat kerja gw, lumayan banyak cerita. Kan udah gw bilang gak usah nyariin gw."
Ternyata Sandra, masih mengenakan pakaian kerjanya, dengan membawa sebuah lap basah, dia memberikan sedikit penjelasan kenapa dia sekarang bisa dikosan gw. Ada yang berbeda dari sikap Sandra.
"HP gw dijual, mau lo telponin sampe gila juga gak akan nyambung."
Gw masih terduduk terdiam ditepian dipan. Mendengarkan penjelasan demi penjelasan Sandra. Dengan sebuah lap, Sandra membersihkan lantai kosan gw, sepertinya bekas muntah gw.
"Gw beliin makan tuh, belum makan pasti kan? Gw buatin teh panas ya..."
Sikap Sandra berubah, tapi masih ada bentuk perhatian. Gw belum bisa berpikir jernih, gw belum bisa melontarkan pertanyaan2 ke Sandra. Gw membuka sebuah kresek berisi sebungkus ketoprak. Cukup lahap gw makan, sedangkan Sandra masih sibuk membersihkan lantai, bolak balik memeras lap ke kamar mandi.
"Nih tehnya diminum dikit2, biar agak enak perut lo. Kalo gw gak paham, gak kenal dengan lo, udah gw tinggalin pergi lo Lex, kayak ngomong sama patung gw daritadi. Lo itu diem tapi berusaha membaca pikiran orang, ya kan?"
Setelah menghabiskan ketoprak satu porsi, gw menyalakan sebatang rokok. Sebenernya lucu juga merhatiin Sandra yang gw cuekin daritadi. Saat itu dia nyanyi lagu nya agnes yang rapuh. Gw mendengarkan dengan seksama setiap lirik, mungkin Sandra berusaha mengungkapkan perasaannya yang tak mau kehilangan.
"Gw yang salah, gak ada disaat lo lagi butuh. Seharusnya lo gak harus sampe jual HP, seharusnya gw bisa kasih lo. Gw panik, gw cemas, gw takut lo pergi dengan cowok gak jelas."
Mendengar perkataan gw, Sandra merapat duduk disebelah gw lalu mencium pipi gw beberapa kali.
"Aku yang salah, aku lemah, denger cerita Jason, aku merasa bersalah banget, kamu segitu khawatirnya."
Sandra mulai nampak kembali ke Sandra yang sebelumnya. Gw paham, dia masih merasa kesel ketika gw gak bisa ada disaat dia butuh. Lalu, Gw menceritakan tentang sehari penuh kemarin gw mencoba melawan tubuh dan pikiran yang trus memaksa untuk kembali menggunakan. Gw bermaksud untuk memotivasi Sandra, memberikan contoh.
"Ya udah, gw percaya kok lo gak akan dengan cowok lain, itu Hp lo bisa dibeli lagi gak? Atau mau beli baru?"
Sandra menepuk mulut gw. Iya gw paham, pasti dia nyuruh gw untuk balik lagi pake aku kamu.
"Beli baru aja, tapi pake duit kamu dulu ya hehe... Nanti gajian aku balikin"
Gw bisa bernafas lega. Walaupun gw merasa kurang beruntung, sudah banyak salah mengambil jalan hidup. Gw masih sangat bersyukur, gw punya keluarga yang komplit, gw punya sahabat seperti Jason, gw gak ngerti tadi pagi gimana repotnya Jason ngurusin gw yang kehilangan kesadaran. Dan satu lagi, gw punya Sandra, sosok cewek yang sangat memotivasi gw untuk lebih memikirkan masa depan gw.
Bonus track. Old document.
Rapuh - Agnes Monica Cover by Sandra
"Mau pulang apa gimana kita Lex? Lo masih bisa bawa mobil sendiri kan?"
Melihat perubahan gestur dan sikap gw, Jason menanyakan kelanjutan rencana menjelang pagi ini.
"Lo paham gw lah, gw selalu bisa batesin, gw masih bisa kontrol. Lo kalo mau balik gpp, Gw bisa sendiri kok"
Gw mendongakkan kepala, leher belakang gw tertahan bagian belakang kursi plastik tempat dimana gw duduk bersandar. Gw memejamkan mata, bener2 kosong rasanya, beban pikiran sejenak hilang.
"Gak lah, lo nyantai aja dulu, gw temenin sampe pagi. Nanti pagi lo kerumah Sandra aja, tanya dengan nyokap nya"
Gw masih menopangkan bagian leher gw di belakang kursi dengan kepala yang masih menghadap ke atas. Mendengar ucapan Jason yang, gw menegakkan kepala.
"Tampang gw gimana? Kusut gak sih? Mata gw merah gak?"
Gw menanyakan Jason penampakan muka gw saat ini.
"Berantakan bgt Lex, sumpah"
Gw menggelengkan kepala berulang kali, menampar2 pipi untuk menjernihkan pikiran gw.
"Cuci muka dulu aja lo"
Mengiyakan saran Jason, gw bangkit dari tempat duduk. Bener2 berguncang rasanya dunia ini. Jika gw memaksakan diri melangkah ke toilet, kayaknya gw bakal ambruk. Gw gak yakin dengan diri gw sendiri. Akhirnya gw kembali melekatkan bokong gw di kursi.
"Berat ya? Hahaha... Mau gw bopong, atau mau gw bawain ember?"
Gw tertunduk, mengurut2 dahi gw. bodoh banget gw, gak mikirin pagi ini mau kerumah Sandra. Kondisi kayak gini didepan nyokap Sandra bisa rusak imej gw.
"Beliin gw kacang, pesenin satu teko lagi"
Gw melihat jam di hp masih jam 3 pagi. Kondisi kentang begini, obat yang paling ampuh adalah melanjutkan hingga jackpot. Gw masih punya cukup waktu memulihkan diri sebelum kerumah Sandra. Itu yang ada dipikiran gw.
Jason tak membantah ucapan gw, dia membelikan gw serenteng kacang kulit, tak lupa satu teko tambahan pesenan gw. Melihat gw yang berulang kali meneguk minuman, mengunyah kacang, menghisap batang demi batang rokok, Jason hanya mengimbangi sedikit. Dia paham, kalau terlalu banyak, lalu dua orang ini hilang kesadaran semua, bisa merepotkan.
Rencana gw untuk memulihkan kesadaran dengan cara melanjutkan minum ternyata gak sesuai dengan yang gw harapkan. Gw gak bisa mengingat lagi apa yang terjadi pagi itu.
------------------
Mata gw masih terpejam. Kelopak mata gw terasa berat untuk dibuka. Tangan gw meraba2 bed cover tempat dimana gw berbaring. Gw hafal banget tekstur kain ini, bed cover kasur dikosan gw, ada motif khas yang membuat gw yakin. Telinga gw mendengar ada suara2 samar, suara tetesan air, seperti suara orang sedang memeras kain basah. Ketika gw menghirup nafas panjang melalui hidung, gw mencium aroma wangi, aroma parfum Sandra. Perlahan gw membuka mata. Iya bener dikosan gw, jam di dinding menunjuk ke angka 5. Jam 5 subuh gak mungkin deh, gw lihat dibalik gorden cahaya mataharinya terang banget.
Gw bangkit dari pembaringan, duduk ditepian dipan. Tak lama, ada sosok yang keluar dari kamar mandi.
"Jason tadi pagi ketempat kerja gw, lumayan banyak cerita. Kan udah gw bilang gak usah nyariin gw."
Ternyata Sandra, masih mengenakan pakaian kerjanya, dengan membawa sebuah lap basah, dia memberikan sedikit penjelasan kenapa dia sekarang bisa dikosan gw. Ada yang berbeda dari sikap Sandra.
"HP gw dijual, mau lo telponin sampe gila juga gak akan nyambung."
Gw masih terduduk terdiam ditepian dipan. Mendengarkan penjelasan demi penjelasan Sandra. Dengan sebuah lap, Sandra membersihkan lantai kosan gw, sepertinya bekas muntah gw.
"Gw beliin makan tuh, belum makan pasti kan? Gw buatin teh panas ya..."
Sikap Sandra berubah, tapi masih ada bentuk perhatian. Gw belum bisa berpikir jernih, gw belum bisa melontarkan pertanyaan2 ke Sandra. Gw membuka sebuah kresek berisi sebungkus ketoprak. Cukup lahap gw makan, sedangkan Sandra masih sibuk membersihkan lantai, bolak balik memeras lap ke kamar mandi.
"Nih tehnya diminum dikit2, biar agak enak perut lo. Kalo gw gak paham, gak kenal dengan lo, udah gw tinggalin pergi lo Lex, kayak ngomong sama patung gw daritadi. Lo itu diem tapi berusaha membaca pikiran orang, ya kan?"
Setelah menghabiskan ketoprak satu porsi, gw menyalakan sebatang rokok. Sebenernya lucu juga merhatiin Sandra yang gw cuekin daritadi. Saat itu dia nyanyi lagu nya agnes yang rapuh. Gw mendengarkan dengan seksama setiap lirik, mungkin Sandra berusaha mengungkapkan perasaannya yang tak mau kehilangan.
"Gw yang salah, gak ada disaat lo lagi butuh. Seharusnya lo gak harus sampe jual HP, seharusnya gw bisa kasih lo. Gw panik, gw cemas, gw takut lo pergi dengan cowok gak jelas."
Mendengar perkataan gw, Sandra merapat duduk disebelah gw lalu mencium pipi gw beberapa kali.
"Aku yang salah, aku lemah, denger cerita Jason, aku merasa bersalah banget, kamu segitu khawatirnya."
Sandra mulai nampak kembali ke Sandra yang sebelumnya. Gw paham, dia masih merasa kesel ketika gw gak bisa ada disaat dia butuh. Lalu, Gw menceritakan tentang sehari penuh kemarin gw mencoba melawan tubuh dan pikiran yang trus memaksa untuk kembali menggunakan. Gw bermaksud untuk memotivasi Sandra, memberikan contoh.
"Ya udah, gw percaya kok lo gak akan dengan cowok lain, itu Hp lo bisa dibeli lagi gak? Atau mau beli baru?"
Sandra menepuk mulut gw. Iya gw paham, pasti dia nyuruh gw untuk balik lagi pake aku kamu.
"Beli baru aja, tapi pake duit kamu dulu ya hehe... Nanti gajian aku balikin"
Gw bisa bernafas lega. Walaupun gw merasa kurang beruntung, sudah banyak salah mengambil jalan hidup. Gw masih sangat bersyukur, gw punya keluarga yang komplit, gw punya sahabat seperti Jason, gw gak ngerti tadi pagi gimana repotnya Jason ngurusin gw yang kehilangan kesadaran. Dan satu lagi, gw punya Sandra, sosok cewek yang sangat memotivasi gw untuk lebih memikirkan masa depan gw.
Bonus track. Old document.
Rapuh - Agnes Monica Cover by Sandra
Bregez dan 6 lainnya memberi reputasi
7



