Kaskus

Story

ElviHusnaAvatar border
TS
ElviHusna
[STFH] BERMAIN BAYANG
#Kumpulan cerita Creepypasta yang Bikin Merinding

[STFH] BERMAIN BAYANG

__

Bekerja sebagai abdi negara membuat suamiku harus berpindah-pindah tempat. Tugasku hanyalah mengabdi padanya, mengikuti ke mana pun ia pergi.

Kali ini kami tinggal di daerah cukup terpencil. Entahlah, kurasa sekarang benar-benar berada di tengah hutan. Bayangkan saja satu kampung itu rumah-rumah berjauhan. Seperti rumah yang kami tempati kini, seratus meter ke depan baru ada rumah tetangga, itu pun diselangi rawa-rawa.

Rumah semi permanen dengan dua kamar. Ada ruang tamu juga dapur dan kamar mandi. Untuk daerah terpencil, kurasa rumah ini cukup layak dihuni.

Menurut para tetangga yang kutemui di pasar beberapa waktu lalu, rumah yang kutempati itu adalah rumah yang sudah lama ditinggal pemiliknya pindah ke kota. Kira-kira sudah lima tahun dikosongkan, begitu kata mereka.

Malam itu sebelum Mas Arta memulai pekerjaannya, melindungi hutan yang rawan menjadi perburuan binatang langka oleh pemburu liar. Aku membicarakan sesuatu tentang Dimas, putra pertama kami.

“Mas, aku khawatir sama Dimas.” Aku membuka percakapan sebelum mata terpejam.

“Lho, kenapa?” Mas Arta nampak bingung. Dapat kulihat ekspresi wajahnya meski dengan cahaya remang.

“Dimas itu masih enam tahun, pasti ia butuh teman untuk bermain. Di sini mana ada teman, tetangga di ujung sana juga gak punya anak kecil. Paling dia cuma ketemu teman saat di sekolah. Aku khawatir ia akan tumbuh menjadi tertutup, susah bergaul nantinya.” Panjang lebar aku menjelaskan, namun kulihat Mas Arta malah tertawa kecil.

“Dimas nggak akan jadi pribadi yang tertutup, kok. Selama kita masih peduli dan sering mengajaknya bicara. Terutama kamu nih, sebagai orang yang selalu di rumah. Jadilah teman untuk Dimas.” Begitu jawaban suamiku.

*

Sejak kepindahan kami di sini, memang Dimas terlihat berbeda dari biasanya. Anakku itu tidak lagi takut tidur sendirian, padahal biasanya ia takkan tidur jika aku tak menemani tidur di kamarnya. Mas Arta bilang, itu namanya mandiri.

Namun, meskipun tak punya teman, di rumah ia tetap terlihat ceria. Mungkin karena aku membelikan robot-robot kesukaannya, jadi ia tak merasa benar-benar sepi.

“Ya Allah ...,” keluhku saat tiba-tiba seluruh ruangan gelap karena listrik padam.

Kebetulan aku sedang main handphone, jadi kunyalakan lampunya untuk mencari lilin.

“Dimas tetap disitu, Nak. Jangan kemana-mana. Gelap ini, nanti kejedot dinding pula.” Dimas yang kuberi tegasan menurut, tetap di situ dengan mainannya.

Lilin menyala dalam gelap, memantulkan bayanganku dan Dimas, juga bayang perabotan rumah yang ada di ruang tengah.

Aku mematikan lampu handphone sambil beralih ke aplikasi WhatsApp. Ingin memberitahu Mas Arta kalau di rumah sedang mati lampu. Ia memang tak bisa pulang karena sedang bertugas, hanya sekadar memberi tahu saja.

Ah, sial. Berulang kali kuklik tombol send. Nihil, tak ada sinyal.

Aku meletakkan handphone di rak televisi, lalu mendekati Dimas yang mulai bermain bayang-bayang. Dua tangannya disatukan, jempol kiri dan kanan ditautkan secara terbalik, lalu empat jari lainnya dikepakkan seperti sayap burung.

Aku melihat ke arah dinding, bayangan tangan Dimas menyerupai burung yang sedang terbang. Dulu aku juga suka membuat seperti itu. Tapi tunggu, sepertinya ada yang aneh.

“Bayangan siapa itu, Nak?” tanyaku melihat bayangan sepasang tangan dikepakkan seperti yang dilakukan Dimas.

“Bayanganku, Ma.”

“Bukan itu, tapi yang satu lagi,”

“Oh, itu bayang temanku.”

Aku tak salah lihat, bahkan begitu yakin saat itu Dimas hanya bermain seorang diri.

Aceh, 16 Desember 2019
Diubah oleh ElviHusna 03-07-2020 18:31
DianAhmadKaskusAvatar border
andrerain5Avatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan 29 lainnya memberi reputasi
30
4.2K
147
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
ElviHusnaAvatar border
TS
ElviHusna
#4
SENYUM DONG!
Kumcer Creepypasta yang Bikin Merinding

kaskus-image

SENYUM DONG!
BY. ELVI HUSNA


Sudah menjadi kebiasaan bagiku. Pulang larut malam bukan lagi hal yang tabu demi memuaskan isi perut. Meskipun malam begitu gelap dengan cahaya rembulan yang hanya mengintip tersenyum, aku tetap pelan mengayunkan langkah. Aku tahu ini bukan hal yang baik, tapi bagaimana pun aku harus tetap pulang ke rumah untuk istirahat.

Berapa waktu lalu, orang-orang mengatakan bahwa di semak-semak dekat jalan ini ditemukan seorang gadis sudah tak bernyawa. Mati entah karena apa, aku pun tak ingin mendengar lebih jauh.

Saat masih tinggal bersama ibu, ia selalu bilang bahwa saat kita memperlihatkan rasa takut pada sesuatu, maka di lain waktu ketakutan itu akan selalu datang menghampiri. Sebab itulah aku mencoba santai sambil kedua tangan kutautkan di bawah dada. Dingin sekali malam ini, gaun pendek yang kukenakan tidak cukup menghalaunya.

Jalanan begitu sepi, hanya suara binatang malam yang terdengar. Hingga beberapa meter dari jalan yang kupijak, terlihat sekelompok pria bertubuh tegap sedang nongkrong di sebuah pos jaga. Aku tak melihat jelas apa yang mereka lakukan. Namun, saat spontan mereka menghentikan aktivitasnya, aku punya firasat buruk tentang itu.

Ah, sial, mereka berjalan memdekatiku. Aku mengerti bahayanya sekarang. Saat seorang gadis yang masih perawan berjalan sendiri di tengah malam. Saat menyadari arti dari tatapan tiap pria itu.

Padahal di ujung sana sudah terlihat lorong rumahku. Jika saja aku sigap berlari mungkin sudah sampai dari tadi. Rumahku sudah dekat sekali, hanya terhalang pepohonan besar.

Seseorang dari mereka menghampiriku hingga terlihat tak ada jarak. Wajahnya hitam penuh jerawat, badannya tinggi besar. Menakutkan sekali. Aku melihat kiri dan kanan, tak seorang pun yang berlalu lalang untuk kuminta tolong. Datang satu yang lainnya, lalu kini mereka berlima tepat di depanku.

Salah satunya mulai bersikap kurang ajar, ia mencolek daguku. Aku hanya menunduk, gemetar ketakutan.

“Neng, senyum dong!”

“Neng, senyumnya mana?”

“Neng cantik deh kalau senyum.”

“Neng, abang suka Eneng!”

“Neng, abang temenin pulang ya?”

Mereka menggoda bergiliran sambil tertawa nakal.

Pria berkulit hitam berjerawat itu mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku. Menjijikkan sekali, mual rasanya.

Tak tahan, aku mengalah. Akhirnya aku menuruti keinginan mereka. Tersenyum.

Anehnya mereka malah lari tunggang langgang melihat senyumku. Bukankah aku terlihat manis dengan taringku?

“Kalian sangat menggoda, padahal aku sudah kekenyangan.”
Diubah oleh ElviHusna 24-12-2019 21:28
suciasdhan
bekticahyopurno
indrag057
indrag057 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.