- Beranda
- Stories from the Heart
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]
...
TS
dissymmon08
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]
SELAMAT DATANG AGAN SISTA
Halo! 
Gue ucapkan terima kasih yang teramat sangat terhadap dukungan dan apresiasi agan sista untuk tulisan gue di JILID IIIsebelumnya. Setelah merenung dan mencoba membuka kembali memori lama gue, akhirnya gue mendapatkan khilal gue. Sekarang gue udah siap untuk menulis kelanjutannya, yaitu JILID IV!
Kali ini gue masih menceritakan tentang kisah cinta gue, yang pada cerita sebelumnya masih berkutat di Kampus. Gue yang di kisah kali ini sedang mendekati akhir perjuangan di Kampus pun akan menjalani tahap baru, dimana gue akan bertemu dengan dunia kerja dan dunia nyata. Bakalan banyak konflik di diri gue ini, ketika gue yang tengah mencari jati diri ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup itu benar-benar penuh lika liku. Saat kita salah memilih jalan, ga ada putar balik, kita harus terus menjalani dan menghadapinya seraya mencari solusi terbaik atas pilihan kita itu. Dan kesabaran menjadi kunci utama segalanya, buat gue.
Masih dengan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue, kebodohan gue dalam memilih keputusan, pengalaman hidup lain, dan beberapa kali akan nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita gue kali ini. Mungkin akan ada beberapa penyesuaian penggunaan bahasa atau panggilan yang gue lakuin di sini, demi kenyamanan bersama. Semoga ga merusak ciri khas gue dalam menulis! Amiiin.
Dan gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!
Oh iya, kalau misalnya agan sista belum baca cerita di JILID III atau mau refresh kembali cerita saat itu, monggo mampir ke LINK INI.
Gue ucapkan terima kasih yang teramat sangat terhadap dukungan dan apresiasi agan sista untuk tulisan gue di JILID IIIsebelumnya. Setelah merenung dan mencoba membuka kembali memori lama gue, akhirnya gue mendapatkan khilal gue. Sekarang gue udah siap untuk menulis kelanjutannya, yaitu JILID IV!
Kali ini gue masih menceritakan tentang kisah cinta gue, yang pada cerita sebelumnya masih berkutat di Kampus. Gue yang di kisah kali ini sedang mendekati akhir perjuangan di Kampus pun akan menjalani tahap baru, dimana gue akan bertemu dengan dunia kerja dan dunia nyata. Bakalan banyak konflik di diri gue ini, ketika gue yang tengah mencari jati diri ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup itu benar-benar penuh lika liku. Saat kita salah memilih jalan, ga ada putar balik, kita harus terus menjalani dan menghadapinya seraya mencari solusi terbaik atas pilihan kita itu. Dan kesabaran menjadi kunci utama segalanya, buat gue.
Masih dengan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue, kebodohan gue dalam memilih keputusan, pengalaman hidup lain, dan beberapa kali akan nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita gue kali ini. Mungkin akan ada beberapa penyesuaian penggunaan bahasa atau panggilan yang gue lakuin di sini, demi kenyamanan bersama. Semoga ga merusak ciri khas gue dalam menulis! Amiiin.
Dan gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!
Oh iya, kalau misalnya agan sista belum baca cerita di JILID III atau mau refresh kembali cerita saat itu, monggo mampir ke LINK INI.
![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/11/15/10712020_20191115112915.jpg)
Spoiler for INDEX:
Spoiler for MULUSTRASI:
![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/10/10/10712020_20191010014133.jpg)
HT @ STORY
![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/11/30/10712020_20191130084155.JPG)
Alhamdulillah berkat supportdari agan sista, thread ane ini jadi HT!
Terima kasih banyak ane ucapin buat agan sista yang udah setia nunggu update-an cerita-cerita ane.
Semoga tulisan ane bisa terus lebih baik dan bisa menyajikan cerita lebih seru buat dibaca agan sista!
Spoiler for PERATURAN:
1. Cerita ini adalah kisah nyata yang terjadi di hidup gue, tapi gue tulisnya ga full100% sama persis dengan kejadian aslinya demi kepentingan privasi.
2. Ikuti peraturan standar H2H ya
3. Agan sista bebas memberikan komentar baik berupa masukan atau kritikan buat gue, tapi hapunten mohon untuk tidak memberikan komentar yang mengandung kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA)
4. Semua nama dan tempat kejadian akan disamarkan untuk kepentingan privasi.
5. Jika agan sista mengetahui nama atau tempat kejadian yang gue ceritain di thread ini, mohon untuk disimpan untuk agan sista aja ya.
6. Thread ini mengandung konten 18+ (dan tidak selalu berasiosiasi dengan dunia lendir ya), mohon agar jadi perhatian agan sista disini untuk lebih bijak ya dalam menyikapinya.
7. Kalau agan sista puas dengan cerita ini, mohon keikhlasannya untuk memberikan
dan 
8. Selamat membaca dan mohon maaf apabila ada salah-salah kata!
2. Ikuti peraturan standar H2H ya
3. Agan sista bebas memberikan komentar baik berupa masukan atau kritikan buat gue, tapi hapunten mohon untuk tidak memberikan komentar yang mengandung kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA)
4. Semua nama dan tempat kejadian akan disamarkan untuk kepentingan privasi.
5. Jika agan sista mengetahui nama atau tempat kejadian yang gue ceritain di thread ini, mohon untuk disimpan untuk agan sista aja ya.
6. Thread ini mengandung konten 18+ (dan tidak selalu berasiosiasi dengan dunia lendir ya), mohon agar jadi perhatian agan sista disini untuk lebih bijak ya dalam menyikapinya.
7. Kalau agan sista puas dengan cerita ini, mohon keikhlasannya untuk memberikan
dan 8. Selamat membaca dan mohon maaf apabila ada salah-salah kata!
Quote:
Original Posted By dissymmon08►
SELAMAT SIANG AGAN SISTA SEMUANYA!
Dengan bangga (ediyaaan) gue mengajak agan sista untuk kembali melanjutkan membaca cerita gue di trit terbaru gue, kelanjutan dari trit ini. Mohon maaf, karena satu dan lain hal gue mesti pindah lapak kesana. Insya Alloh JILID IVini akan ditamatkan di sana dan menjawab segala macam puzzle-puzzle cerita di dalamnya. Semoga agan sista berkenan untuk mampirin kesana ya
Monggo bisa klik link INI atau bisa dicari di 'AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0)'
Mumpung gue masih ngegarap update untuk di sana, bisa deh agan sista disempetin bentar buat baca-baca Prologue yang udah sempet gue tulis di sana. Sunah sih hukumnya, dibaca ga dosa tapi dibaca insya Alloh bisa nambah gambaran atau pengetahuan
Sebagai penutup, mumpung gue udah sedikit refreshing beberapa hari kemarin, gue kasih lagu yang gue selalu sukaaa banget biar agan sista bisa ikut refreshing abis dengerin lagu ini. Tenang kok, bukan lagu Metal atau Visual Kei. Kali aja agan sista jadi ikutan suka... Lagu dari BRADIO feat. MICRO (from HOME MADE KAZOKU), judulnya SUNDAY. Mumpung hawa-nya udah hawa-hawa liburan, mesti tetep semangat walopun mager melanda!
Monggo bisa klik link INI atau bisa dicari di 'AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0)'
Mumpung gue masih ngegarap update untuk di sana, bisa deh agan sista disempetin bentar buat baca-baca Prologue yang udah sempet gue tulis di sana. Sunah sih hukumnya, dibaca ga dosa tapi dibaca insya Alloh bisa nambah gambaran atau pengetahuan
Sebagai penutup, mumpung gue udah sedikit refreshing beberapa hari kemarin, gue kasih lagu yang gue selalu sukaaa banget biar agan sista bisa ikut refreshing abis dengerin lagu ini. Tenang kok, bukan lagu Metal atau Visual Kei. Kali aja agan sista jadi ikutan suka... Lagu dari BRADIO feat. MICRO (from HOME MADE KAZOKU), judulnya SUNDAY. Mumpung hawa-nya udah hawa-hawa liburan, mesti tetep semangat walopun mager melanda!
JANGAN LUPA BAHAGIA!
Diubah oleh dissymmon08 30-12-2019 07:57
bukhorigan dan 48 lainnya memberi reputasi
49
134.1K
1.6K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
dissymmon08
#920
KISAH TENTANG F: INIKAH 'CINTA TERBAIK'? (PART 04)
Selama di jalan, gue cuman bolak-balik dengerin lagu Cinta Terbaik-nya Cassandra. Gue ngerasa bodoh banget jadi cewek saat itu, kenapa kembali ngerasain sakit kayak begini saat udah nemuin cowok yang gue pikir bakalan jadi jodoh gue. Kenapa harus kejadian begini lagi? Gue ga mau buka sosmed apapun lagi saat itu. Gue takut malah nemuin hal lainnya lagi.
Sore hari menjelang Magrib, akhirnya gue sampe di Kota. Gue minta turun di Kota bareng beberapa anak-anak lainnya. Gue ga pulang ke kosan gue. Gue lagi males ngerasa sendiri. Apalagi ada banyak barang Bang Firzy di kosan gue saat itu. Bener-bener ingetin gue tentang dia.
Gue pun melanjutkan perjalanan gue ke rumah orang tua gue naik angkutan umum. Karena nge-Youtubesusah banget di angkutan umum, gue dengerin lagu metal dari handphone gue.
Dret. Dret. Dret.
Lagu gue mendadak terhenti. Ada sms masuk ternyata. Gue cek handphone gue, ternyata ada sms dari Bang Firzy. Awalnya gue males ngebuka smsnya, tapi gue juga penasaran dia mau ngejelasin apa.
“Handphone-nya rusak dan dia ga berusaha ngehubungin gue sama sekali make apapun gitu? Gue nungguin kabar dia kayak gimana di sini. Tapi… Sebentar. Kalo handphonedia rusak, kenapa display picture Whatsapp di gue ga muncul tapi display picture Whatsapp dia di handphone-nya Kak Nur malah muncul?”
Gue terdiam sesaat.
“Firzy mulai boong sama gue?”
“Temen-temen bangs*t atau lu yang ternyata bangs*t, Zy?” tanya gue dalem hati.
Mungkin biasanya gue terbiasa denger kata-kata kasar dari mulut seorang Bang Firzy, tapi jujur, saat itu berasa sakit banget. Gue sangat paham dia. Anj*ng yang dia tulis itu bukan untuk ngatain gue, tapi cuman ekspresi kekesalan dia aja ke gue. Tapi gue saat itu lagi cape banget. Cape fisik, cape hati, dan cape pikiran. Gue males ngurusin hubungan pacaran yang bermasalah terus begini. Gue butuh waktu sendiri.
Gue ngabisin waktu gue udah hampir 4 hari di rumah. Gue belum ke kosan gue sama sekali. Bahkan gue pun belum dihubungi Bang Firzy sama sekali juga selama gue di rumah ini. Gue udah mulai ngerasa ga pernah milikin dia lagi. Gue bener-bener fokus nyelesein skripsi gue ini secepatnya, biar gue ga ada beban lainnya di pikiran gue.
“Mi… Makannya udah mateng nih. Makan dulu sini.” teriak nyokap gue dari lantai bawah.
“Iya, Ma!” jawab gue. Gue savedulu skripsi gue di laptop gue dan turun ke lantai bawah. Di sana ternyata udah ada bokap dan nyokap gue duduk duluan di meja makan.
“Seneng Papa kalo ada kamu di rumah begini terus. Jadi ga sepi rumahnya.” kata bokap gue sambil ngambil nasi dan lauk duluan.
“Kamu ga bisa ya udahan aja ngekosnya terus PP aja dari rumah ke Kampus. Ke Kampus kalo ada urusan aja… Jadi ga ngabisin uang kamu buat idup di Kampus.” kata nyokap sambil ngambilin gue lauk.
Gue terdiam. Bener juga sih pendapat nyokap gue. Tapi kalo gue balik ke rumah, mungkin gue ga akan sebebas dulu buat kesana kesini, bahkan gue ga bisa sebebas itu sama Bang Firzy. Itu juga kalau dia masih mau ngelanjutin hubungannya sama gue.
“Nanti Emi pikirin dulu, Ma.”
“Kenapa mesti dipikirin susah banget sih urusan beginian? Kamu tuh ga sayang sama orang tua apa? Pasti ini gara-gara jauh sama orang tua, jadinya kebawa sama temen-temenannya yang ga bener! PASTI INI!” Mendadak banget nyokap gue nanya dengan nada ketus begini.
“Kalo Emi ga sayang sama orang tua, Emi ga akan---- AH UDAHLAH! Emi mau makan di atas aja!” kata gue. Gue males kalau nyokap gue udah mulai drama nuduh gue ga sayang sama orang tua. Kalo gue ga sayang sama mereka, gue ga akan ambil penelitian gue yang ini. Mending gue mikirin diri gue sendiri aja dengan ngambil kelas tambahan itu.
“EMI! TAUN BARUAN KITA KE RUMAH KAKEK! GA USAH KAMU TAUN BARUAN SAMA PIRJI! KITA MAU ADA HAUL NENEK, JADI JANGAN MACEM-MACEM YA GA MAU IKUT! GA USAH CARI ALESAN!” teriak nyokap gue dari lantai bawah. Gue sempet denger bokap gue negor nyokap gue yang teriak-teriak begitu.
Gue langsung masuk kamar gue dan duduk kembali di depan TV kamar gue. “Mama kenapa sih makin lama makin berubah begini sejak sering di rumah???” tanya gue dalem hati.
Gue akhirnya memutuskan balik ke kosan gue hari Jum’at, setelah Jum’atan. Nyokap gue sikapnya lagi aneh banget banget. Gue ga mau debat dan ribut sama nyokap terus. Gue ga mau sikap gue jadi kasar dan nyokap pun jadi keluarin kata-kata ga enak nanti ke gue. Jadinya, gue mending ngalah dan cabut dari rumah. Padahal hari-hari sebelumnya ga begitu. Aneh banget nyokap.
Sekarang emang kata bokap, nyokap jadi banyak ngabisin waktu di rumah. Nyokap yang ga pernahnya nonton TV karena ga sempet, jadi makin sering nonton TV karena nyokap lebih banyak staydi rumah daripada ke kantor saat ini. Udah gitu, nyokap yang jarang banget ngobrol sama tetangga, mendadak jadi sering nongkrong sama tetangga gue yang notabene ibu rumah tangga nyinyir semua. Kayaknya nyokap gue rusak mindset-nya gara-gara mereka nih.
Sesampainya di kosan, gue mulai packing barang-barang gue yang sekiranya ga dibutuhin lagi. Gue mau bawa pulang aja nanti nyicil dikit-dikit. Gue masih berat buat balik ke rumah. Gue masih nyaman tinggal di kosan gue saat itu. Terlepas dari kebebasan, tapi di sini saksi hidup segala drama di hidup gue. Mulai dari perjuangan di kampus, cinta, sampe ke pertemanan gue. Gue bakalan kangen berat sama kosan gue nantinya.
“Apa nanti gue bakalan kerja di deket Kampus sini biar gue masih bisa tetep tinggal di kosan gue ini?” tanya gue.
Dret. Dret. Dret. Ting.
Biasanya, handphone gue bunyi begitu karena sms. Tapi kali ini udah berubah jadi notifikasi Whatsapp. Ya, sejak acara perpisahan kami kemaren dan akhirnya kami pun udah ga ke Kampus lagi, kami bikin grup Whatsapp juga di luar grup Facebook. Bikin informasi di antara kami cepet nyebar. Mulai dari informasi remedial, informasi nilai, hingga informasi apapun yang terkait sama Kampus. Walopun grup Facebook kami masih aktif juga. Maklum, pengguna android saat itu masih sangat jarang dan masih banyak juga yang stay di Blackberry.
Gue ngebuka handphone gue. Di sana notifikasi grup Whatsapp gue doangan ternyata. Gue masih berharap ada notifikasi dari Bang Firzy sampai hari itu.
Saat gue mau coba iseng chat dia, mendadak foto profil dia berubah dan muncul kembali. Whatsapp Bang Firzy pun online. Mendadak juga notifikasi online dia berubah menjadi typing! Gue kaget. Tangan gue gemeteran banget. Gue kembali ke grup Whatsapp kelas gue dan fokus baca informasi di sana, biar gue ga ketauan lagi nungguin chat dia.
Ting.
Oke, chat dia udah masuk. Gue pun kembali ngebuka chat-nya.
Bang Firzy chatgue seakan ga ada masalah di antara kita. “Lima hari ga ada kabar, mendadak ngajakin gue nonton konsernya Burgerkill? Buset. Ini orang ga punya hati apa lagi kesambet sih?” tanya gue dalem hati.
Gue baca ulang chatdia. Masih ya dia anggep gue pacar dia? Bahkan bilang kalau pacar dia sepaket? Dia sama sekali ga ngerasa gimana-gimana gitu ya kemaren sikapnya begitu sama gue? Apa makin kesini gue harus nerima kalau ternyata Bang Firzy yang asli tuh yang begini?
Kami melanjutkan obrolan kami seperti biasa sejak chatawal kemarin itu. Kami bercanda lagi. Ngobrolin segala hal lagi. Kami gampang banget kebawa suasana. Tapi ada yang berbeda kali ini. Bang Firzy ga lagi manggil gue ‘yank’ dan dia pun ngehindarin obrolan tentang acara praktikum lapang gue serta kenapa dia ngilang. Dia seakan berusaha ngajak gue buat ngelupain semua yang terjadi belakangan itu.
Gue ketemuan sama Bang Firzy di Kota tepat 2 jam sebelum acara di mulai. Soalnya lokasi konsernya kurang lebih 45 menit sampai 1 jam perjalanan kalau dari Kota. Dia bawa motor dan tanpa make tas gedenya dia. Dia cuman bawa tas Eiger dia doangan saat itu. Maklum, kita mau ke konser nih. Gue saat itu make tas kecil gue juga. Tapi karena tas gue masih lebih gede dari tas Eiger Bang Firzy, akhirnya tas Eiger dia dimasukkin ke dalam tas kecil gue. Biar ga ribet nanti soalnya.
Sesampainya di lokasi konser, gue mendadak excited. Soalnya ini adalah acara konser metal pertama gue. Ya walopun di sini pun Burgerkill cuman jadi salah satu pengisi acara, bukan konser tunggal mereka. Tapi lumayan lah buat gue.
“Ini acara konser metal pertama lu yak?” tanya Bang Firzy sambil ngebuka jaket motornya dia.
Dia make baju metal item dan seperti biasa atribut serba item dia. Tapi kali ini dia make kaos berbeda. Kaos metal dari band Killswitch Engage. Gue belum pernah denger nama band ini sebelumnya. Maklum, pengetahuan metal gue saat itu masih dikit banget. Bahkan gue belum hapal bedain deathmetal, deathcore, grindcore, metalcore, dan segala macemnya.
Saat itu pun gue masih make kaos gue biasa, bukan kaos metal. Maklum, gue belum punya kaos metal sama sekali. Gue mau minjem ke Bang Firzy tapi pasti ngerepotin dan jadinya ribet juga kalau mesti ganti kaos dulu tiap kali mau ke acara begini. Mungkin lain kali gue pinjem atau ya mungkin gue bisa beli sendiri. Kata Bang Firzy, kalau mau beli kaos metal bejibun, gue mesti pergi ke Bandung. Mau band lokal ataupun band luar banyak di sana. Soalnya Bang Firzy nebak, kayaknya gue cenderung cocok sama metal Eropa daripada metal Amrik saat itu. Entahlah. Gue belom apal bedanya.
Dan dengan kepergian kami ke acara ini, sukses bikin kami lupa sama permasalahan kami berdua. Sial!
Gue rada takut dan khawatir sama pengunjung di acara metal saat itu. Mungkin gue belum terbiasa aja sih sama lingkungannya. Gue masih ber-mindset saat itu kalau penggemar metal itu rusuh. Apalagi gue belum pernah ngerasain ada di mosh pit atau situasi wall of death yang sebenernya. Gue saat itu cuman menikmati lagi keras sampe sebatas headbang doangan. Cupu banget ga sih? Hahaha. Gue juga ber-mindset, kalau konser dangdut aja bisa rusuh sampe kayak gitu, gimana metal yang gahar kan?
Tapi saat kami masuk ke lokasi panggungnya, kami agak sedikit kaget dengan penempatan panggung dan tempat penontonnya. Karena kami diminta duduk di tribun sedangkan panggung ada jauh di depan kami yang terpisah oleh pagar. Penonton pun nyorakin panitia acaranya. Ya gimana mau headbang atau bikin mosh pit kalau misalnya kita disuruh duduk di tribun begini?
“Pecinta metal itu ga se-serem pecinta dangdut. Kamu ga usah khawatir. Insya Alloh ga ada rusuh. Kalopun ada rusuh, pasti provokator dan langsung diciduk pasti sama keamanan. Santai aja ya. Jangan pernah lepas genggaman tangan aku.” kata Bang Firzy sambil terus menggenggam tangan gue.
Panitia terus mengarahkan penonton ke arah tribun, tapi gue dan Bang Firzy memutuskan ikut penonton yang berdiri di bawah, tepat di depan tribun dan dekat pagar pembatas. Panitia akhirnya give up karena penonton yang tribun pun akhirnya tidak duduk di bangku yang disediakan tapi berdiri semuanya sambil menunggu Burgerkill manggung.
Kurang lebih 15menitan kami berdiri, akhirnya Burgerkill pun naik ke atas panggung dan suara pembuka lagu 'Atur Aku' menggema. Penonton, termasuk gue dan Bang Firzy, pun berteriak sambil jingkrak-jingkrak menikmati lagunya.
Bang Firzy ga ngelepas genggaman tangannya sama sekali. Dan dia agak menarik perhatian penonton lainnya karena dia ikutan nyanyi dan growl seperti Vicky, sang vokalis. Aura Bang Firzy pas lagi nyanyiin lagu metal begini beda banget. Dia bener-bener gahar! Seriusan, gue ga pernah ngeliat dia nyanyi metal begini sebelumnya. Dia pun sukses bikin cewek-cewek penonton di belakang kami kesengsem. Soalnya itu cewek lebih fokus nonton Bang Firzy daripada Burgerkill di depan kami. Mereka berusaha ngelepas genggaman tangan Bang Firzy dengan gue.
Bang Firzy kayaknya tau gue kurang nyaman, dia pun menggeser berdiri kami biar tepat di depan pagar. Bang Firzy berdiri di belakang gue dan ngejaga gue dari dorongan kanan dan kiri gue. Dia full nyanyi semua lagu yang Burgerkill nyanyiin. Gue juga ikutan nyanyi, tapi ga sampe ke growl begitu. Hahaha.
Setelah nyanyiin 5 lagu, Burgerkill selesai manggung dan turun dari panggung. Mereka mesti berganti dengan band lainnya. Kayaknya penonton hari itu emang cuman dateng buat Burgerkill, sebagian besar penonton membubarkan diri seiring dengan selesainya Burgerkill. Masih ada sih penonton yang bertahan dan naik ke tribun. Tapi maaf, kami emang dateng buat Burgerkill doangan. Jadinya kami pun ikut membubarkan diri.
“Dulu gue tuh sempet ikut audisi buat pengganti Ivan Scumbag pasca dia meninggal taun 2006 lalu. Audisinya di Bandung. Gue ikut audisi bareng sama Vicky juga tuh, vokalisnya sekarang. Tapi karena mungkin vokal gue beda sama si Ivan dan dirasa vokalnya Vicky lebih cocok, jadinya gue ga lolos dan vokalisnya Burgerkill jadi si Vicky deh. Lagian dulu gue masih cupu banget urusan metal-metalan begini. Ga kayak sekarang yang udah tau teknik scream, growl, pig squeal yang bener.” kata Bang Firzy sambil kami jalan ke arah motor dia diparkirin.
“Pantesan… Noh tadi cewe-cewe juga ada yang kesengsem pengen deketin lu.”
“Iya gue tau. Makanya gue ga ngelepas gandengan tangan gue sama lu. Gue nunjukin ke mereka kalo gue dateng kesini sama cewe gue lah! Akhirnya gue bisa jadi relationship goals buat temen-temen band gue. Gue kayaknya bakalan jadi satu-satunya member di band gue yang bisa ngajakin cewe-nya ke acara metal dan nikmatin bareng! Hahaha. Nanti gue kenalin sama band gue yak…” Bang Firzy ngerangkul gue dan makein gue helm.
“Sumpah ya, gue ga tau maunya dia apa. Gue ga tau sebenernya gue ini se-berarti apa buat seorang Firzy???” kata gue dalem hati.
Gue dan Bang Firzy udah kembali ke kosan gue. Bang Firzy ngelengkapin lagu-lagu metal gue dengan band-band lokal. Soalnya kalau acara metal lokal itu lebih sering bawain lagu sendiri daripada cover-in bandluar katanya. Gue pun nurut sama Bang Firzy.
Sambil nunggu Bang Firzy download dan nonton konser-konser metal di Youtube, gue pun melanjutkan sortir barang-barang gue. Gue belum bilang sama Bang Firzy kalau gue diminta balik ke rumah gue sama nyokap bokap gue. Gue juga belum bilang sama dia kalau tahun baru nanti gue ga bisa bareng sama dia.
“Kenapa dirapihin? Mau dibuang atau disumbangin?” tanya Bang Firzy sambil merhatiin gue beberes.
“Bukan…” Gue balikin badan gue. “Buat dibawa balik ke rumah.”
“Oh, yaudah kalo gitu nanti gue bawa mobil ya buat angkut ini semua. Berapa banyak emang yang mau dibawa? Soalnya lumayan nih bolak baliknya dari sini ke mobil. Kan mobilnya nanti diparkir di depan Auditorium Utama kan.”
“Berapa banyak? Hmm. Semuanya…”
“SEMUANYA??? LU MAU PINDAH KEMANA?” Bang Firzy matiin Youtube yang lagi dia tonton dan duduk ngadep ke arah gue.
“Gue diminta balik ke rumah gue…”
“Balik ke rumah lu? Kenapa mendadak diminta balik?”
“Ya sekarang apa alesan gue buat bertahan di sini?”
“Skripsi-an? PR banget bolak balik rumah – Kampus kali, nyusahin diri amat.”
“Terus? Kan gue ga tiap hari harus ke Kampus sekarang. Kenapa gue harus stay di sini? Buktinya kemaren gue masih bisa skripsi-an tanpa harus ke Kampus. Gue bisa ke Kampus kalo mau bimbingan aja…”
“Kita? Apa nanti kita masih bisa bebas walopun lu ada di rumah?”
“Emang lu takut ngapelin gue kalo gue ada di rumah? Lu mau putus aja sekalian misalnya gue balik ke rumah?”
“KENAPA MALAH MENDADAK BAHAS PUTUS SIH???”
“Ya lu kayaknya berat banget kalo gue balik ke rumah.”
Bang Firzy nyimpen laptop gue di meja. Dia tiduran di kasur gue. “Orang gue mau ngajakin lu taun baruan nanti ke Monas. Masa iya gue minta putus?”
“Ke Monas?”
“Iya, lu ga mau ke Monas? Di sana ada acara. Gue belom pernah tuh taun baruan di Monas itu. Gue pengen ngajak lu taun baruan di sana nanti.”
“Lu ajak temen lu aja. Gue ga bisa ikut. Gue ada acara keluarga. Gue mau taun baruan dilanjut haul almarhum nenek gue. Gue harus ikut taun baruan di rumah kakek gue.”
“Harus? Lu udah gede, bisa kali ga ikut.”
“Ya kita bisa pergi kapan-kapan aja, daripada gue ga ikut. Seluruh keluarga gue bakalan kumpul di sana. Mereka udah pada cuti dari tanggal 30 nya, cuman buat acara itu.”
“Taun baruan itu cuman sekali setaun. Ga ada kapan-kapan lagi sampe akhir taunnya lagi. Gimana sih mikirnya?”
“Lu kan bisa ngajak yang lain. Ga usah ngajak gue. Gimana sih mikirnya?”
Bang Firzy keliatan bete mukanya. Dia diem aja. Ga lama dia nutup mukanya make sarung yang biasa dia pake solat.
“Taun baruan ga selalu harus bareng pacar kali.” kata gue sambil duduk di bangku meja belajar gue. Bang Firzy masih diem ga berkutik di kasur.
“Oke gini aja.” Bang Firzy ngebuka sarungnya dan duduk berhadapan sama gue. “Kita taun baruan di Monas, paginya kita berangkat ke rumah kakek lu. Kita naik bus aja. Biar bokap sama nyokap lu berangkat duluan.”
Gue kaget sama pernyataan Bang Firzy. “APAAN? Lu ngapain ikut ke rumah kakek gue? Gue ga minta lu ngikut dan gue ga sok ngode minta lu ikut kali!”
“Gue yang mau ikut, Mi. Gue mau kenalin diri gue ke keluarga besar lu. Ini kesempatan gue!”
“Ngapain sih lu ikut begitu? Udah, kita ga usah ke Monas. Gue ikut acara keluarga besar gue aja.”
“Mi, gue mau seriusin lu. Gue mau kenalin diri gue ke keluarga besar lu.”
Sore hari menjelang Magrib, akhirnya gue sampe di Kota. Gue minta turun di Kota bareng beberapa anak-anak lainnya. Gue ga pulang ke kosan gue. Gue lagi males ngerasa sendiri. Apalagi ada banyak barang Bang Firzy di kosan gue saat itu. Bener-bener ingetin gue tentang dia.
Gue pun melanjutkan perjalanan gue ke rumah orang tua gue naik angkutan umum. Karena nge-Youtubesusah banget di angkutan umum, gue dengerin lagu metal dari handphone gue.
Dret. Dret. Dret.
Lagu gue mendadak terhenti. Ada sms masuk ternyata. Gue cek handphone gue, ternyata ada sms dari Bang Firzy. Awalnya gue males ngebuka smsnya, tapi gue juga penasaran dia mau ngejelasin apa.
Quote:
“Handphone-nya rusak dan dia ga berusaha ngehubungin gue sama sekali make apapun gitu? Gue nungguin kabar dia kayak gimana di sini. Tapi… Sebentar. Kalo handphonedia rusak, kenapa display picture Whatsapp di gue ga muncul tapi display picture Whatsapp dia di handphone-nya Kak Nur malah muncul?”
Gue terdiam sesaat.
“Firzy mulai boong sama gue?”
Quote:
Quote:
“Temen-temen bangs*t atau lu yang ternyata bangs*t, Zy?” tanya gue dalem hati.
Quote:
Quote:
Mungkin biasanya gue terbiasa denger kata-kata kasar dari mulut seorang Bang Firzy, tapi jujur, saat itu berasa sakit banget. Gue sangat paham dia. Anj*ng yang dia tulis itu bukan untuk ngatain gue, tapi cuman ekspresi kekesalan dia aja ke gue. Tapi gue saat itu lagi cape banget. Cape fisik, cape hati, dan cape pikiran. Gue males ngurusin hubungan pacaran yang bermasalah terus begini. Gue butuh waktu sendiri.
XOXOXO
Gue ngabisin waktu gue udah hampir 4 hari di rumah. Gue belum ke kosan gue sama sekali. Bahkan gue pun belum dihubungi Bang Firzy sama sekali juga selama gue di rumah ini. Gue udah mulai ngerasa ga pernah milikin dia lagi. Gue bener-bener fokus nyelesein skripsi gue ini secepatnya, biar gue ga ada beban lainnya di pikiran gue.
“Mi… Makannya udah mateng nih. Makan dulu sini.” teriak nyokap gue dari lantai bawah.
“Iya, Ma!” jawab gue. Gue savedulu skripsi gue di laptop gue dan turun ke lantai bawah. Di sana ternyata udah ada bokap dan nyokap gue duduk duluan di meja makan.
“Seneng Papa kalo ada kamu di rumah begini terus. Jadi ga sepi rumahnya.” kata bokap gue sambil ngambil nasi dan lauk duluan.
“Kamu ga bisa ya udahan aja ngekosnya terus PP aja dari rumah ke Kampus. Ke Kampus kalo ada urusan aja… Jadi ga ngabisin uang kamu buat idup di Kampus.” kata nyokap sambil ngambilin gue lauk.
Gue terdiam. Bener juga sih pendapat nyokap gue. Tapi kalo gue balik ke rumah, mungkin gue ga akan sebebas dulu buat kesana kesini, bahkan gue ga bisa sebebas itu sama Bang Firzy. Itu juga kalau dia masih mau ngelanjutin hubungannya sama gue.
“Nanti Emi pikirin dulu, Ma.”
“Kenapa mesti dipikirin susah banget sih urusan beginian? Kamu tuh ga sayang sama orang tua apa? Pasti ini gara-gara jauh sama orang tua, jadinya kebawa sama temen-temenannya yang ga bener! PASTI INI!” Mendadak banget nyokap gue nanya dengan nada ketus begini.
“Kalo Emi ga sayang sama orang tua, Emi ga akan---- AH UDAHLAH! Emi mau makan di atas aja!” kata gue. Gue males kalau nyokap gue udah mulai drama nuduh gue ga sayang sama orang tua. Kalo gue ga sayang sama mereka, gue ga akan ambil penelitian gue yang ini. Mending gue mikirin diri gue sendiri aja dengan ngambil kelas tambahan itu.
“EMI! TAUN BARUAN KITA KE RUMAH KAKEK! GA USAH KAMU TAUN BARUAN SAMA PIRJI! KITA MAU ADA HAUL NENEK, JADI JANGAN MACEM-MACEM YA GA MAU IKUT! GA USAH CARI ALESAN!” teriak nyokap gue dari lantai bawah. Gue sempet denger bokap gue negor nyokap gue yang teriak-teriak begitu.
Gue langsung masuk kamar gue dan duduk kembali di depan TV kamar gue. “Mama kenapa sih makin lama makin berubah begini sejak sering di rumah???” tanya gue dalem hati.
XOXOXO
Gue akhirnya memutuskan balik ke kosan gue hari Jum’at, setelah Jum’atan. Nyokap gue sikapnya lagi aneh banget banget. Gue ga mau debat dan ribut sama nyokap terus. Gue ga mau sikap gue jadi kasar dan nyokap pun jadi keluarin kata-kata ga enak nanti ke gue. Jadinya, gue mending ngalah dan cabut dari rumah. Padahal hari-hari sebelumnya ga begitu. Aneh banget nyokap.
Sekarang emang kata bokap, nyokap jadi banyak ngabisin waktu di rumah. Nyokap yang ga pernahnya nonton TV karena ga sempet, jadi makin sering nonton TV karena nyokap lebih banyak staydi rumah daripada ke kantor saat ini. Udah gitu, nyokap yang jarang banget ngobrol sama tetangga, mendadak jadi sering nongkrong sama tetangga gue yang notabene ibu rumah tangga nyinyir semua. Kayaknya nyokap gue rusak mindset-nya gara-gara mereka nih.
Sesampainya di kosan, gue mulai packing barang-barang gue yang sekiranya ga dibutuhin lagi. Gue mau bawa pulang aja nanti nyicil dikit-dikit. Gue masih berat buat balik ke rumah. Gue masih nyaman tinggal di kosan gue saat itu. Terlepas dari kebebasan, tapi di sini saksi hidup segala drama di hidup gue. Mulai dari perjuangan di kampus, cinta, sampe ke pertemanan gue. Gue bakalan kangen berat sama kosan gue nantinya.
“Apa nanti gue bakalan kerja di deket Kampus sini biar gue masih bisa tetep tinggal di kosan gue ini?” tanya gue.
Dret. Dret. Dret. Ting.
Biasanya, handphone gue bunyi begitu karena sms. Tapi kali ini udah berubah jadi notifikasi Whatsapp. Ya, sejak acara perpisahan kami kemaren dan akhirnya kami pun udah ga ke Kampus lagi, kami bikin grup Whatsapp juga di luar grup Facebook. Bikin informasi di antara kami cepet nyebar. Mulai dari informasi remedial, informasi nilai, hingga informasi apapun yang terkait sama Kampus. Walopun grup Facebook kami masih aktif juga. Maklum, pengguna android saat itu masih sangat jarang dan masih banyak juga yang stay di Blackberry.
Gue ngebuka handphone gue. Di sana notifikasi grup Whatsapp gue doangan ternyata. Gue masih berharap ada notifikasi dari Bang Firzy sampai hari itu.
Saat gue mau coba iseng chat dia, mendadak foto profil dia berubah dan muncul kembali. Whatsapp Bang Firzy pun online. Mendadak juga notifikasi online dia berubah menjadi typing! Gue kaget. Tangan gue gemeteran banget. Gue kembali ke grup Whatsapp kelas gue dan fokus baca informasi di sana, biar gue ga ketauan lagi nungguin chat dia.
Ting.
Oke, chat dia udah masuk. Gue pun kembali ngebuka chat-nya.
Quote:
Bang Firzy chatgue seakan ga ada masalah di antara kita. “Lima hari ga ada kabar, mendadak ngajakin gue nonton konsernya Burgerkill? Buset. Ini orang ga punya hati apa lagi kesambet sih?” tanya gue dalem hati.
Quote:
Gue baca ulang chatdia. Masih ya dia anggep gue pacar dia? Bahkan bilang kalau pacar dia sepaket? Dia sama sekali ga ngerasa gimana-gimana gitu ya kemaren sikapnya begitu sama gue? Apa makin kesini gue harus nerima kalau ternyata Bang Firzy yang asli tuh yang begini?
XOXOXO
Kami melanjutkan obrolan kami seperti biasa sejak chatawal kemarin itu. Kami bercanda lagi. Ngobrolin segala hal lagi. Kami gampang banget kebawa suasana. Tapi ada yang berbeda kali ini. Bang Firzy ga lagi manggil gue ‘yank’ dan dia pun ngehindarin obrolan tentang acara praktikum lapang gue serta kenapa dia ngilang. Dia seakan berusaha ngajak gue buat ngelupain semua yang terjadi belakangan itu.
Gue ketemuan sama Bang Firzy di Kota tepat 2 jam sebelum acara di mulai. Soalnya lokasi konsernya kurang lebih 45 menit sampai 1 jam perjalanan kalau dari Kota. Dia bawa motor dan tanpa make tas gedenya dia. Dia cuman bawa tas Eiger dia doangan saat itu. Maklum, kita mau ke konser nih. Gue saat itu make tas kecil gue juga. Tapi karena tas gue masih lebih gede dari tas Eiger Bang Firzy, akhirnya tas Eiger dia dimasukkin ke dalam tas kecil gue. Biar ga ribet nanti soalnya.
Sesampainya di lokasi konser, gue mendadak excited. Soalnya ini adalah acara konser metal pertama gue. Ya walopun di sini pun Burgerkill cuman jadi salah satu pengisi acara, bukan konser tunggal mereka. Tapi lumayan lah buat gue.
“Ini acara konser metal pertama lu yak?” tanya Bang Firzy sambil ngebuka jaket motornya dia.
Dia make baju metal item dan seperti biasa atribut serba item dia. Tapi kali ini dia make kaos berbeda. Kaos metal dari band Killswitch Engage. Gue belum pernah denger nama band ini sebelumnya. Maklum, pengetahuan metal gue saat itu masih dikit banget. Bahkan gue belum hapal bedain deathmetal, deathcore, grindcore, metalcore, dan segala macemnya.
Saat itu pun gue masih make kaos gue biasa, bukan kaos metal. Maklum, gue belum punya kaos metal sama sekali. Gue mau minjem ke Bang Firzy tapi pasti ngerepotin dan jadinya ribet juga kalau mesti ganti kaos dulu tiap kali mau ke acara begini. Mungkin lain kali gue pinjem atau ya mungkin gue bisa beli sendiri. Kata Bang Firzy, kalau mau beli kaos metal bejibun, gue mesti pergi ke Bandung. Mau band lokal ataupun band luar banyak di sana. Soalnya Bang Firzy nebak, kayaknya gue cenderung cocok sama metal Eropa daripada metal Amrik saat itu. Entahlah. Gue belom apal bedanya.
Dan dengan kepergian kami ke acara ini, sukses bikin kami lupa sama permasalahan kami berdua. Sial!
Gue rada takut dan khawatir sama pengunjung di acara metal saat itu. Mungkin gue belum terbiasa aja sih sama lingkungannya. Gue masih ber-mindset saat itu kalau penggemar metal itu rusuh. Apalagi gue belum pernah ngerasain ada di mosh pit atau situasi wall of death yang sebenernya. Gue saat itu cuman menikmati lagi keras sampe sebatas headbang doangan. Cupu banget ga sih? Hahaha. Gue juga ber-mindset, kalau konser dangdut aja bisa rusuh sampe kayak gitu, gimana metal yang gahar kan?
Tapi saat kami masuk ke lokasi panggungnya, kami agak sedikit kaget dengan penempatan panggung dan tempat penontonnya. Karena kami diminta duduk di tribun sedangkan panggung ada jauh di depan kami yang terpisah oleh pagar. Penonton pun nyorakin panitia acaranya. Ya gimana mau headbang atau bikin mosh pit kalau misalnya kita disuruh duduk di tribun begini?
“Pecinta metal itu ga se-serem pecinta dangdut. Kamu ga usah khawatir. Insya Alloh ga ada rusuh. Kalopun ada rusuh, pasti provokator dan langsung diciduk pasti sama keamanan. Santai aja ya. Jangan pernah lepas genggaman tangan aku.” kata Bang Firzy sambil terus menggenggam tangan gue.
Panitia terus mengarahkan penonton ke arah tribun, tapi gue dan Bang Firzy memutuskan ikut penonton yang berdiri di bawah, tepat di depan tribun dan dekat pagar pembatas. Panitia akhirnya give up karena penonton yang tribun pun akhirnya tidak duduk di bangku yang disediakan tapi berdiri semuanya sambil menunggu Burgerkill manggung.
Kurang lebih 15menitan kami berdiri, akhirnya Burgerkill pun naik ke atas panggung dan suara pembuka lagu 'Atur Aku' menggema. Penonton, termasuk gue dan Bang Firzy, pun berteriak sambil jingkrak-jingkrak menikmati lagunya.
Bang Firzy ga ngelepas genggaman tangannya sama sekali. Dan dia agak menarik perhatian penonton lainnya karena dia ikutan nyanyi dan growl seperti Vicky, sang vokalis. Aura Bang Firzy pas lagi nyanyiin lagu metal begini beda banget. Dia bener-bener gahar! Seriusan, gue ga pernah ngeliat dia nyanyi metal begini sebelumnya. Dia pun sukses bikin cewek-cewek penonton di belakang kami kesengsem. Soalnya itu cewek lebih fokus nonton Bang Firzy daripada Burgerkill di depan kami. Mereka berusaha ngelepas genggaman tangan Bang Firzy dengan gue.
Bang Firzy kayaknya tau gue kurang nyaman, dia pun menggeser berdiri kami biar tepat di depan pagar. Bang Firzy berdiri di belakang gue dan ngejaga gue dari dorongan kanan dan kiri gue. Dia full nyanyi semua lagu yang Burgerkill nyanyiin. Gue juga ikutan nyanyi, tapi ga sampe ke growl begitu. Hahaha.
Setelah nyanyiin 5 lagu, Burgerkill selesai manggung dan turun dari panggung. Mereka mesti berganti dengan band lainnya. Kayaknya penonton hari itu emang cuman dateng buat Burgerkill, sebagian besar penonton membubarkan diri seiring dengan selesainya Burgerkill. Masih ada sih penonton yang bertahan dan naik ke tribun. Tapi maaf, kami emang dateng buat Burgerkill doangan. Jadinya kami pun ikut membubarkan diri.
“Dulu gue tuh sempet ikut audisi buat pengganti Ivan Scumbag pasca dia meninggal taun 2006 lalu. Audisinya di Bandung. Gue ikut audisi bareng sama Vicky juga tuh, vokalisnya sekarang. Tapi karena mungkin vokal gue beda sama si Ivan dan dirasa vokalnya Vicky lebih cocok, jadinya gue ga lolos dan vokalisnya Burgerkill jadi si Vicky deh. Lagian dulu gue masih cupu banget urusan metal-metalan begini. Ga kayak sekarang yang udah tau teknik scream, growl, pig squeal yang bener.” kata Bang Firzy sambil kami jalan ke arah motor dia diparkirin.
“Pantesan… Noh tadi cewe-cewe juga ada yang kesengsem pengen deketin lu.”
“Iya gue tau. Makanya gue ga ngelepas gandengan tangan gue sama lu. Gue nunjukin ke mereka kalo gue dateng kesini sama cewe gue lah! Akhirnya gue bisa jadi relationship goals buat temen-temen band gue. Gue kayaknya bakalan jadi satu-satunya member di band gue yang bisa ngajakin cewe-nya ke acara metal dan nikmatin bareng! Hahaha. Nanti gue kenalin sama band gue yak…” Bang Firzy ngerangkul gue dan makein gue helm.
“Sumpah ya, gue ga tau maunya dia apa. Gue ga tau sebenernya gue ini se-berarti apa buat seorang Firzy???” kata gue dalem hati.
XOXOXO
Gue dan Bang Firzy udah kembali ke kosan gue. Bang Firzy ngelengkapin lagu-lagu metal gue dengan band-band lokal. Soalnya kalau acara metal lokal itu lebih sering bawain lagu sendiri daripada cover-in bandluar katanya. Gue pun nurut sama Bang Firzy.
Sambil nunggu Bang Firzy download dan nonton konser-konser metal di Youtube, gue pun melanjutkan sortir barang-barang gue. Gue belum bilang sama Bang Firzy kalau gue diminta balik ke rumah gue sama nyokap bokap gue. Gue juga belum bilang sama dia kalau tahun baru nanti gue ga bisa bareng sama dia.
“Kenapa dirapihin? Mau dibuang atau disumbangin?” tanya Bang Firzy sambil merhatiin gue beberes.
“Bukan…” Gue balikin badan gue. “Buat dibawa balik ke rumah.”
“Oh, yaudah kalo gitu nanti gue bawa mobil ya buat angkut ini semua. Berapa banyak emang yang mau dibawa? Soalnya lumayan nih bolak baliknya dari sini ke mobil. Kan mobilnya nanti diparkir di depan Auditorium Utama kan.”
“Berapa banyak? Hmm. Semuanya…”
“SEMUANYA??? LU MAU PINDAH KEMANA?” Bang Firzy matiin Youtube yang lagi dia tonton dan duduk ngadep ke arah gue.
“Gue diminta balik ke rumah gue…”
“Balik ke rumah lu? Kenapa mendadak diminta balik?”
“Ya sekarang apa alesan gue buat bertahan di sini?”
“Skripsi-an? PR banget bolak balik rumah – Kampus kali, nyusahin diri amat.”
“Terus? Kan gue ga tiap hari harus ke Kampus sekarang. Kenapa gue harus stay di sini? Buktinya kemaren gue masih bisa skripsi-an tanpa harus ke Kampus. Gue bisa ke Kampus kalo mau bimbingan aja…”
“Kita? Apa nanti kita masih bisa bebas walopun lu ada di rumah?”
“Emang lu takut ngapelin gue kalo gue ada di rumah? Lu mau putus aja sekalian misalnya gue balik ke rumah?”
“KENAPA MALAH MENDADAK BAHAS PUTUS SIH???”
“Ya lu kayaknya berat banget kalo gue balik ke rumah.”
Bang Firzy nyimpen laptop gue di meja. Dia tiduran di kasur gue. “Orang gue mau ngajakin lu taun baruan nanti ke Monas. Masa iya gue minta putus?”
“Ke Monas?”
“Iya, lu ga mau ke Monas? Di sana ada acara. Gue belom pernah tuh taun baruan di Monas itu. Gue pengen ngajak lu taun baruan di sana nanti.”
“Lu ajak temen lu aja. Gue ga bisa ikut. Gue ada acara keluarga. Gue mau taun baruan dilanjut haul almarhum nenek gue. Gue harus ikut taun baruan di rumah kakek gue.”
“Harus? Lu udah gede, bisa kali ga ikut.”
“Ya kita bisa pergi kapan-kapan aja, daripada gue ga ikut. Seluruh keluarga gue bakalan kumpul di sana. Mereka udah pada cuti dari tanggal 30 nya, cuman buat acara itu.”
“Taun baruan itu cuman sekali setaun. Ga ada kapan-kapan lagi sampe akhir taunnya lagi. Gimana sih mikirnya?”
“Lu kan bisa ngajak yang lain. Ga usah ngajak gue. Gimana sih mikirnya?”
Bang Firzy keliatan bete mukanya. Dia diem aja. Ga lama dia nutup mukanya make sarung yang biasa dia pake solat.
“Taun baruan ga selalu harus bareng pacar kali.” kata gue sambil duduk di bangku meja belajar gue. Bang Firzy masih diem ga berkutik di kasur.
“Oke gini aja.” Bang Firzy ngebuka sarungnya dan duduk berhadapan sama gue. “Kita taun baruan di Monas, paginya kita berangkat ke rumah kakek lu. Kita naik bus aja. Biar bokap sama nyokap lu berangkat duluan.”
Gue kaget sama pernyataan Bang Firzy. “APAAN? Lu ngapain ikut ke rumah kakek gue? Gue ga minta lu ngikut dan gue ga sok ngode minta lu ikut kali!”
“Gue yang mau ikut, Mi. Gue mau kenalin diri gue ke keluarga besar lu. Ini kesempatan gue!”
“Ngapain sih lu ikut begitu? Udah, kita ga usah ke Monas. Gue ikut acara keluarga besar gue aja.”
“Mi, gue mau seriusin lu. Gue mau kenalin diri gue ke keluarga besar lu.”
itkgid dan 30 lainnya memberi reputasi
31
Tutup