Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#553
Cantik Nggak Jaminan
Berhari-hari kemudian gue disibukkan dengan kegiatan dikantor. Gue pada awalnya akan berhenti ngekost supaya mengurangi pengeluaran. Tetapi jika dihitung-hitung perjalanan dari rumah gue menuju ke kantor yang sangat jauh, itu akan sama aja keluar uangnya. Plus ada tenaga ekstra yang harus gue keluarkan. Jadi gue memutuskan untuk tetap ngekost aja.

Disela-sela perjuangan gue untuk merebut hati Emi, godaan yang datang juga ada aja terus. Dari mulai Dee yang aktif kembali untuk menghubungi gue, lalu kadang kala Debby juga, yang ini sih lebih banyak gue cuekin aja, kalaupun gue jawab juga jawabnya pasti ketus dan dingin. Intervensi dari Dewi sudah berkurang jauh, tapi dia masih seperti orang yang ngarep banget. sama dengan Nindy. Tapi kalau Nindy lebih kalem, nggak agresif kayak Dewi.

Pada suatu waktu gue meeting dengan salah satu klien. Ternyata dia punya asisten atau sekretaris yang dulu pernah ikutan kontes pemilihan ratu sejagat. Tapi yang versi lokal, yaitu masih dinegara sendiri. Gue sempet googling cewek ini. Dan ternyata dia termasuk finalis yang masuk 10 besar. Pantas aja cantik, semampai, dan kelihatannya pintar.

Lalu gue banyak sekali mengajukan pertanyaan terkait dengan hal teknis. Nah disinilah gue mengetahui kalau cewek ini ya seperti cewek cakep kebanyakan. Luarnya doang kinclong, dalamnya kopong. Haha. Dia sangat ingin terlihat pintar dengan membantu atasannya menjawab. Sayangnya jawabannya itu malah memperlihatkan ketidakpintaran dia. Terlebih lagi sepertinya dia ini ingin show up didepan gue dan kawan-kawan.

Muda, cantik, pintar, dan tentunya berasal dari keluarga berada (bohong kalau yang ikutan pageant lokal nggak berasal dari keluarga tajir). Itulah yang ingin dia tunjukkan ke gue dan kawan-kawan. Dengan momentum seperti inilah saatnya gue ‘habisi’ dia. Banyak pertanyaan yang sebenarnya bisa dijawab dengan logika yang mudah. Tapi karena ingin terlihat pintar, cewek ini malah jawab mutar-mutar nggak karuan. Dan itu terlihat dari beberapa kali bosnya terlihat seperti malu dengan jawaban yang diutarakan sekretarisnya yang cantik tapi sok pintar itu.
Pada sesi santai alias break makan siang, gue pun ngobrol personal dengan dia. Nampaknya juga dia tertarik dengan cara berbicara gue.

“Mas itu lulusan mana sih? Sepertinya smart sekali ya.” katanya.

“Nggak juga mbak. Saya lulusan …….. kalau mbak Jessica?” tanya gue.

“Wah, hebat juga ya. Jurusannya padahal nggak ada yang berhubungan dengan profesi mas sekarang ya. kalau saya sih lulusan ……..” katanya sambil menyebut salah satu universitas di Singapura.

Benar kan? Ternyata dia lulusan singapura. Beasiswa? Potong jari gue kalau cewek ini beasiswa. Adanya beasiswa dari bapak ibunya mungkin. Haha.

“Ah nggak kok mbak. Biasa aja. kan semua jenis ilmu bisa dipelajarin. Saya juga kalau mau belajar lebih dalam lagi ilmu komunikasi seperti kuliahnya mbak dulu juga bisa saya yakin. Yang penting kan niat mbak.”

“Hehe iya sih Mas. Eh, Mas, suka ngikutin acara pemilihan ratu sejagat gitu nggak?”

“Nggak sih mbak. Saya nggak percaya yang ikutan itu beneran pintar mbak. Haha. Maaf no offense ya mbak. Tapi saya sih jujur aja karena mbak nanya ke saya kan.”

“Hmm gitu ya mas. Tapi kalau dari kacamata mas, saya ini termasuk pinter nggak?”

Dih, aneh banget pertanyaannya kan. Minta banget di puji. Ntar kalau gue bilang ini anak padahal cuma banyakan pencitraan daripada pinter benerannya, ntar dia ngamuk-ngamuk terus bilang ke bosnya supaya ngebatalin proyeknya dengan kantor gue kan bisa bahaya. Haha.

“Pinter sih, tapi mbak tu kalau jawab pertanyaan kebanyakan muter-muter mbak. Hahaha. Katanya mbak udah dilatih mengenai cara berbicara yang baik waktu dikarantina, udah gitu mbaknya juga kan jurusan komunikasi, harusnya sih, harusnya ya, bisa lebih mudah dimengerti apa yang mbak sampaikan. Tapi nyatanya, saya dan teman-teman saya kadang masih suka bingung dengan jawaban mbak. Hehehe. Maaf ya mbak.”

“Gitu ya mas. Kalau gitu apa perlu kita berbincang lebih jauh buat buktiin kalau saya emang punya kapasitas yang seimbang dengan lulusan-lulusan kampus mas?” katanya.

“Ya bebas sih mbak. Saya juga nggak lagi merasa menantang mbak untuk adu-aduan kepintaran. Itu semua tergantung dari pengalaman dibidang yang sedang dibicarakan. Kadang kita jago di bidang A, tapi belum tentu jago di bidang B bukan? Sama kayak mbak dulu ketika mengikuti kontes disana. Sebanyak apa sih taunya para peserta mengenai pariwisata di Indonesia dan bagaimana industri pariwisata itu sendiri berjalan? Nggak banyak pasti. Tapi ironisnya, yang menang kontes-kontes ini malah mau mempromosikan pariwisata Indonesia. Hahaha. Kayak orang yang jago di A tapi suruh nyemplung di B. bisa sih lama-lama. Tapi kemajuan ilmu pengetahuan nggak bisa nunggu satu orang untuk bener-bener jago dulu kan mbak. Jadinya apa? Pariwisata kita stagnan. Gitu-gitu aja. segitunya tiap taun selalu ada cewek-cewek charming yang bantu promosi toh. Gilanya, alasan pariwisata di Indonesia itu nggak maju-maju karena kurang promosi. Hahaha. Kontradiktif banget kan mbak? Dan buktinya lagi, mbak sekarang ada disini. Terus teman-teman mbak yang menang atau masuk tiga besar, kalau nggak jadi artis peran, jadi news anchor, atau mentok-mentoknya di nikahin sama pengusaha yang umurnya jauh diatas mereka. Hahaha. Nggak pukul rata ya mbak, tapi faktanya begitu bukan, ya nggak? Hehehe.” Kata gue panjang lebar.

Dia hanya senyum simpul plus pahit juga melihat ternyata kenyataanya emang kayak gitu.

“Saya jadi malu juga sih mas, mas bisa beberin kayak gini. Iya saya ngerti nggak semuanya mas pukul rata kayak gitu. Dan harus saya akui kalau banyak juga ‘permainan’ dibalik kontes-kontes kayak gini. Tapi ya itu sebagian kecil aja. sisanya sih hampir semuanya jujur dan memang mampu kok mas. Saya juga sadar sebenernya daritadi di meeting itu mas mencoba untuk mengetes sejauh mana kemampuan saya. Hehe.”

“Haha. Bagus deh mbak kalau mbak sadar saya tes gitu. Saya sih bukannya nggak setuju kontes itu ada, tapi apa iya impactnya bisa dirasakan untuk masyarakat banyak dan bukan hanya untuk keuntungan pribadi para kontestannya? Itu sih concern saya sebenernya. Makanya saya ambil contoh masalah pariwisata itu. Pariwisata itu kan salah satu industri yang bisa berimbas ke masyarakat banyak secara langsung. Tapi nyatanya, masih banyak pariwisata kita yang jauh dari harapan karena tata kelola yang nggak benar. Dan ternyata juga udah dibantu sama ajang-ajang kontes kecantikan gitu juga, tetap aja pariwisata kita masih begitu-begitu aja dibanding beberapa negara asia tenggara lainnya. Ini kita nggak usah ngebandingin sama tata kelola wisata secara global diseluruh dunia ya. miris malahan saya. Hahaha.”

Obrolan kami jadi intens karena membahas masalah ini. Memang anak ini pintar. Tapi level kepintarannya jauh dibawah Emi. Tapi kalau fisik ya jelas menang dia. Terlahir tajir itu kan pastinya akan melewati serangkaian kemudahan yang membuatnya tetap kinclong pada akhirnya. Nggak perlu panas-panasan, naik turun angkutan umum, nggak perlu masak kalau emang nggak hobi, dan kemudahan-kemudahan lainnya. Itu emang rejeki dia, dan kita nggak bisa nyalahin juga dia jadi begitu kan.

Untung aja kriteria masalah fisik ini sudah gue nomersekiankan. Gue udah cukup banyak berkutat dengan cewek cantik dan cukup pintar. Tapi sekali lagi gue bilang, gue mau paket lengkap, atau minimal nyaris lengkap. Jadi gue nggak akan ngebelain satu atau dua kriteria yang nggak penting dan malah mengorbankan banyak kriteria lainnya. Gue mencari yang banyak untuk jadi prioritas, bukan yang sedikit malah jadi ngalahin yang banyak.

Gue yakin 1000% kalau aja Emi itu tingginya diatas 165 cm, lebih manis dari sekarang, dan mau untuk nggak pakai kerudung, pasti dia ikutan ajang kecantikan begitu juara satu. Yakin banget gue. keket dan Dee aja yang kata orang mendekati perfect menurut gue masih kalah jauh dibanding Emi. Ya karena gue mementingkan banyak checklist daripada hanya satu dua checklist tapi malah mendominasi. Gue nggak segobl*k itu sekarang. Gue sangat selektif dalam memilih. Kebetulan atau entah emang kehendak Tuhan, Emi datang di kehidupan gue.

Setelah puas ‘menghabisi’ si Jessica jebolan kontes kecantikan yang sok pinter itu, gue dan kawan-kawan malah ngebahas masalah fisiknya. Haha. Ya seger lah diantara meeting ada cewek yang menurut temen-temen gue sangat charming dan menarik banget kayak gitu. Kayaknya yang nggak tertarik sama Jessica diruangan itu cuma gue dari sekian banyak cowok.

“Ja, lo lancar bener ngobrol sama dia. Buset deh. Hahaha.” Kata Mas Sigit.

“Haha anak sok pinter kayak gitu mesti dibungkam sih mas biar nggak sok-sokan terus.” Kata gue.

“Tapi kan dia cakep Ja.”

“Lah terus kenapa mas kalo cakep? Hahaha.”

“Ya mayan kali buat di gebet.”

“Haha gue udah ada gebetan yang jauh-jauh lebih pinter dan cerdas daripada dia yang cuma kulitnya doang pinter. Dalemnya mah ketebak, nggak pinter-pinter amat. Itu karena dia pinter bicara aja mas. Tapi lo perhatiin nggak tadi, banyak jawaban dia yang sebenernya itu muter-muter nggak jelas. Hahaha.”

“Haha iya bener Ja. tadi gue ngeh kok itu.”

“Kalo lo mau lo embat aja mas. Hahaha.”

“Haha, kalo gue masih bujangan mah nggak apa-apa Ja.”

“Lah ya nggak apa-apa buat cem-ceman. Hahaha.”

“Gue yang mau dianya kagak. Hahaha.”

“Soalnya dompet lo nggak cukup buat biayain perawatannya dia ya. haha.”

“Nah itu dia lo tau.”

“Sekarang mah susah, cewek kayak gitu kalau yang duitnya ngepas-ngepas kayak kita mana mau mas. Hahaha.”

“Kita? Yang ngepas mah gue. lo mah kagak Ja. hahaha.”

“Lah, gue kan nggak ngandelin apa-apa Mas. Gue nyari duit sendiri kali. Hahahaa.”

“Iya sih bener. Yaudahlah kalau seandainya bapak lo masih ada juga dia mau nempel sama lo.”

“Buset, ngapain mas. Kalau gue cerdas mah, bapak gue aja yang ditempel, ngapain anaknya. Hahaha. Kan yang punya duit bapak gue bukan gue mas.”

“Oh iya juga ya. hahaha.”

MESSAGE FROM EMILYA
Quote:


Gue sangat bingung tau-tau si Emi chat kayak gini. Apa-apaan. Gue kan nggak ngapa-ngapain. Gue langsung suudzon ini pasti pengaruh teman-teman yang kelakuannya kayak anj*ng itu. Bangs*t emang ini orang-orang kayak t*i. sekali lagi gue tegaskan, gue sama sekali nggak mengenal mereka semua secara personal. Tapi bisa-bisanya mereka entah ngomong apa yang pasti negatif tentang gue ke Emi sampai dia ngirim chat kayak gitu.

Gue mencoba menghubungi dia, tapi HPnya mati. Gue langsung inisiatif. Oke gue akan samperin dia kekampus. Walaupun gue nggak tau ada dimana dia saat itu. Modal feeling dan chemistry doang gue berangkat ke kampus waktu itu.

Setelah dekat dengan kampus, gue mencoba menelpon lagi. Kali ini diangkat. Gue udah mikir jangan-jangan dia ketiduran nih. Taunya masih bangun. Padahal udah hampir tengah malam waktu itu. Gue menunggu didekat bank yang ada disekitar auditorium utama.

Emi menghampiri gue dan gue kasih jaket. Naik motor malam-malam pasti dingin. Dia sempat nanya kenapa gue punya jaket angkatan Dee. Jadi sebenarnya jaket ini dibuat buat jaket turun temurun jurusan AB. Tapi ternyata rencana itu gagal. Angkatan Dee sebenarnya juga udah punya jaket angkatannya sendiri.

Karena gagalnya penjualan jaket ini ke alumni-alumni dan angkatan atas yang masih dikampus waktu itu, jadinya angkatan Dee yang memakai jaket ini. Jadilah seolah ini jaket angkatannya dia. Padahal dosen-dosen dan senior-senior lainnya juga banyak yang punya.

Itulah sebabnya Emi menanyakan hal ini. Karena dia berpikir itu jaket milik Dee yang lagi gue pinjam. Padahal itu punya gue sendiri. Setelah gue jelasin, kami akhirnya mau jalan dari bank tersebut. Sebelumnya kami ketemu beberapa anak yang nggak gue kenal, cukup banyak sih, tapi mereka nyapa Emi. Jadi kemungkinan ini adik-adik kelas gue juga. Kami cabut ke hotel setelah gue booking. Jujur aja gue kecapekan waktu itu. Jadinya kayaknya agak riskan kalau gue harus balik kerumah Mama.

Gue mengantarkan Emi kekostannya terlebih dulu buat bawa pakaian ganti. Karena besok paginya acara tahunan himpunan dilaksanakan. Sebagai koordinator bidang acara dia pasti bertanggung jawab penuh. Jadinya gue memutuskan untuk mengantarkannya ke kampus besok pagi.

Kami menempuh perjalanan sekitar satu jam karena macet jalanan. Padahal udah tengah malam. Gembel banget emang ini penataan lalu lintas dikota itu. Setelah check in, kami makan dulu diluar. Ada nasi goreng lewat itu kebetulan banget. kami pun makan dipinggir jalan dekat hotel. Enak ternyata masakan si abangnya. Haha. Nggak rugi deh.

Kami pun masuk kekamar dan banyak suasana canggung diawalnya. Karena Emi dan gue baru kali ini nginap dihotel. Ada rasa was-was juga ketika itu. Tapi gue berusaha atasi aja sebisa gue. Emi juga kayaknya agak gugup. Apalagi pas dia nggak sengaja liat gue ganti baju ke kaos oblong yang biasa gue pake buat tidur. Haha.

Gue pun rebahan dikasur sambil menunggu dia selesai mandi. mana tau dapet bonus ye kan. Hehe.
sampeuk
hendra024
itkgid
itkgid dan 42 lainnya memberi reputasi
43
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.