- Beranda
- Stories from the Heart
HANTU 1 TRILIUN [TAMAT]
...
TS
bayubiruuuu
HANTU 1 TRILIUN [TAMAT]
![HANTU 1 TRILIUN [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2019/10/31/10713784_20191031094608.jpg)
![HANTU 1 TRILIUN [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2019/11/20/10713784_20191120024219.png)
HAI GAN/SIS, MASIH DENGAN KISAH HOROR. KISAH SATU INI GUA TULIS DENGAN SEDIKIT BERHATI-HATI KARENA MENYANGKUT ORANG, PERUSAHAAN DAN KELOMPOK YANG TAK ASING DITELINGA KITA DI NEGERI INI DAN LUAR NEGERI, GUA TIDAK ADA BERMAKSUD APAPUN HANYA SEKEDAR BERBAGI SESUAI YANG DIALAMI NARASUMBER GUA. AMBIL SISI BAIKNYA (HIKMAHNYA) SAJA DARI THREAD INI, BUANG SISI BURUKNYA…
Quote:
* CERITA INI FAKTA APA ADANYA SESUAI DENGAN INGATAN NARSUM, PERCAYA BOLEH TIDAK PERCAYA SILAHKAN, TIDAK APA-APA LEBIH BAGUS.
* SESUAI PERATURAN YANG DIAMBIL DARI KISAH NYATA SEMUA TOKOH, WAKTU DAN TEMPAT KAMI SAMARKAN DEMI KEHIDUPAN, KENYAMANAN DAN PRIVASI NARASUMBER SERTA PARA TOKOH.
* DILARANG SARA, IKUTI ATURAN H2H, MOMOD DAN ADAT ISTIADAT YANG ADA DI FORUM TERCINTA KITA INI.
* SILAHKAN DIBACA KALAU BERMINAT SAJA, KARENA TIDAK ADA PAKSAAN UNTUK MEMBACA CERITA INI.
* KALAU DIRASA PENTING SILAHKAN LANGSUNG PM SAJA GAN/SIS
*JIKA INGIN SHARE SILAHKAN, DAN MOHON JANGAN COPAS HARGAI KAMI, KASIAN PENULIS UDAH CAPEK - CAPEK NULISNYA. LAGIAN KALO COPAS BAHAYA JADI MUSUH UUD NO 28 Th. 2014 [UUHC]
*KALAU ADA SALAH KETIK/TYPO MOHON MASUKANNYA , APRESIASINYA DAN 
SEBAGAI SEMANGAT NGONDEK

SEBAGAI SEMANGAT NGONDEK *BUKAN BASA BASI*
JIKA HARTA SUDAH TIDAK BISA MEMBELI DUNIA
JIKA TAHTA TIDAK BISA MEMBELI SINGGASANA
JIKA WANITA SUDAH KEHILANGAN RUPA
HANYA PADANYALAH KITA MEMINTA
SEMUA MANUSIA SADAR UMUR ADA BATASNYA
MAKA SIAP-SIAPLAH KITA SEWAKTU-WAKTU UNTUK MENGHADAPNYA
MAKA SEBARKANLAH BENIH-BENIH KEBAJIKAN KITA
SEBAGAI BEKAL MENGHADAPNYA
-Happy Reading-
----------------------------------------------------------------------***---------------------------------------------------------------------------
DAFTAR ISI
1. KEHIDUPANKU
2. PRIVATE NUMBER
3. GADIS BULE
4. PENGABDIAN SANG AJUDAN
5. SAYEMBARA USANG
6. PERCOBAAN PERTAMA
7. KORBAN YANG TAK KUINGINKAN
8. SANG PETUNJUK
9. PENCERAHAN
10. MASALAH BARU
11. TERSESAT
12. PERCOBAAN KEDUA - A
13. PERCOBAAN KEDUA - B
14. HCU [HIGH CARE UNIT]
15. SUKMA YANG TERIKAT
16. VERY VERY IMPORTANT PERSON [VVIP]
17. DARK SIDE VVIP
18. DARK SIDE [VVIP] 2
19. DARK SIDE [VVIP] 3
20. TANAH DAN DEDAUNAN
21. UZLAH
22. JAWABAN
23. MALAM YANG KELAM - A
24. MALAM YANG KELAM - B
25. PERENCANAAN - A
26. PERENCANAAN - B
27. LOST CONTACT
28. END
29. BEHIND THE STORY [HIT]
Diubah oleh bayubiruuuu 30-12-2019 09:59
sampeuk dan 41 lainnya memberi reputasi
42
67.7K
991
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
bayubiruuuu
#896
28. END
PART INI KHUSUS AKU TUJUKAN KEPADA ANDI DAN ANNE
UNTUK ANDI AKU MOHON MAAF ATAS KEJADIAN DI PAGI ITU, DAN ANNE SEKELUARGA AKU MOHON MAAF MENGECEWAKAN KAMU SEKELUARGA.
UNTUK KALIAN BERDUA DIMANAPUN BERADA SAAT INI, AKU TIDAK BERMAKSUD APA PUN PADA KALIAN BERDUA WAKTU ITU. AKU TETAP MENGGANGGAP KALIAN SEPERTI KELUARGAKU SENDIRI SAMPAI SEKARANG, INI SEMUA DEMI KEBAIKAN KITA BERSAMA. AKU HANYA INGIN MENYAMPAIKAN JAWABAN DARIKU YANG SELAMA INI BELUM KALIAN MENGERTI.
UNTUK ANDI AKU MOHON MAAF ATAS KEJADIAN DI PAGI ITU, DAN ANNE SEKELUARGA AKU MOHON MAAF MENGECEWAKAN KAMU SEKELUARGA.
UNTUK KALIAN BERDUA DIMANAPUN BERADA SAAT INI, AKU TIDAK BERMAKSUD APA PUN PADA KALIAN BERDUA WAKTU ITU. AKU TETAP MENGGANGGAP KALIAN SEPERTI KELUARGAKU SENDIRI SAMPAI SEKARANG, INI SEMUA DEMI KEBAIKAN KITA BERSAMA. AKU HANYA INGIN MENYAMPAIKAN JAWABAN DARIKU YANG SELAMA INI BELUM KALIAN MENGERTI.
DUA BULAN KEMUDIAN
HARI MINGGU, TANGGAL SEKIAN, BULAN SEKIAN, TAHUN SEKIAN.
Disiang hari itu aktifitasku masih seperti dulu, hobi yang menghasilkan rejeki yang halal. Aku masih disungai faforitku bersama Imron, kami yang masih setia mencari ikan-ikannya. Waktu itu masih sekitar jam 11.00 Wib, tapi kami sudah dapat ikan banyak. Tak berselang lama ada suara dari jauh memanggil-manggil namaku.
“Masss…Umar!!! Massss… Umar!!! Masss…!!!” Teriak Tono dari pinggir sungai
Aku yang masih disungai dengan Imron mulai bangkit, aku berdiri dan mulai berjalan kedarat untuk meghampiri Tono. Kaos biru dan celana pendek yang masih basah tetap kupakai untuk menghampirinya. Aku terus berjalan sampai diatas tanggul sungai.
“Whoiiii….. Iyaaaa.” Jawabku keras sambil berjalan
“Eh elu Ton ada apaan, nyari aku sampai kesini?” Tanyaku
“Ini mas ada mbah salman, nyari mas Umar?” Jawab tono yang masih dibawah tanggul
“Mana?” Jawabku yang tak yakin atas informasi Tono
“Itu mas?” Jari telunjuk tangannya yang menunjuk ke arah mobil hitam Tono, dari kursi tengah terlihat sosok mbah Salman dikursi tengah mobil
dengan kaca yang sudah terbuka. beliau duduk dikursi tengah itu dan mulai melambaikan tangannya dari jauh.
“Ooohh ya sebentar ?” Jawabku sambal membalas lambaian tanganmbah Salman.
Aku langsung ambil baju keringku dan berganti pakaian untuk menyambut mbah Salman yang berjasa dalam peristiwa dua bulan yang lalu. Aku dengan cepat menghampiri mbah Salman yang masih didalam mobil Tono. Didalam mobil juga ada bapak Rani, kelihatannya dia hanya ikut mendampingi kakaknya saja.
“Assalamu’alaikum mbah”. Sapaku dengan berjabat tangan kepada dua orang didalam mobil Tono dari luar.
“Walaikum salam nak, gimana kabarnya?”Jawab dan Tanya mbah salman
“Baik mbah,” Jawabku.
“Kok masih cari ikan nak? Tak kira kamu sudah kaya raya.” Tanya mbah salman.
“Hahahahahahha…..biasa saja mbah. Ada acara apa mbah kok sama Tono.” Jawabku
“Mau jenguk kamu nak, mbah kangen sama kamu. Kan terakhir waktu dirumah mbah, aku janji sama nak umar mau kesini.”Jawab mbah Salman.
“Ohh ..iya ..ya mbah. Jawabku yang lupa akan janjinya mbah salman
“Mbah langsung kerumah saya saja ya, biar ngobrolnya enak. Deket kok mbah dari sini.” Pintaku
“Iya ayok.” Jawab singkat mbah salman
Kami berempat langsung naik mobil Tono dan pergi kerumahku yang masih teramat sederhana, waktu aku mau pulang tak lupa aku pamit sama Imron. Untuk membawa hasil buruannku serta mengantar kerumah dan membaginya.
Saat kami sampai rumahku, mbah Salman dengan semangat mudanya langsung turun dan masuk bersama dengan kami. Kami berempat berkumpul diruang tamuku yang masih beralaskan tikar plastik hijau bolong-bolong. Setelah mereka duduk aku masuk kedapur untuk membuatkan tamuku minuman dan membawa makanan ringan. Karena siang itu istriku masih dipasar, jadi semuanya aku kerjakan sendiri.
“Nak kemarin kok nggak ikut acara pernikahan Tono sama Rani?” Tanya mbah salman tanpa basa basi lagi.
“Lha apa gak dikasih tau sama Tono mbah?” Tanyaku
“Mas Tononya gak mau ngasih tau nak, pengennya biar nak umar sendiri cerita.” Kata mbah Salman
“Iya mas, Tono gak enak cerita masalah Anne. Biar mas Umar sendiri saja yang jawab, lebih enak.” Sahut Tono
“Ceritanya Panjang mbah.” Jawabku pelan
“Ceritakan saja nak, mbah pengen tau sebanarnya.?
“Baik mbah.” Jawabku
Jadi begini mbah, Hari selasa malam waktu acara ritual dilaksanakan mbah, aku bertawasul dan berdo’a terus kepada seluruh leluhur, guru dan penghulu umat terakhir ini sebagai ucapan terima kasihku kepada mereka. setelah acara rutin dirumahku selesai saat itu hanya aku duduk sendirian diteras rumah dan masih belum bias tidur, padahal anak istriku sudah tidur dikamar dan Tono tidur diruang tamuku mbah. Saat itu aku ingat, kurang dua hari lagi aku mau ambil uang di Bank Bersama Anne, Andi dan Kawan-kawan. Dimalam yang sudah sepi itu aku tetap diteras sendirian, dalam tatapan kosong lamunanku tiba-tiba aku didatangi tiga sosok yang pernah menemuiku saat aku sekarat dirumah sakit. Akupun sendiri tak tahu mereka dari mana arahnya, tau tau mereka berada berdiri disamping tempat dudukku. Mereka ada tiga orang, semuanya memakai baju sama persis seperti waktu aku sekarat, mereka yang mengembalikan aku kedunia ini lagi.
“Assalamu’alaikum.” Salam pimpinan rombongan itu
“Walaikumsalam.” Jawabku serta menyalami tangan mereka bertiga dan mencium tangannya.
“Ayok nak umar.” Ajaknya sambil berjalan membimbing aku kedalam rumah.
Langkah mereka bertiga mengajakku langsung kekamar khusus dibelakang yang biasa kupakai memasrahkan diri kepada sang ilahi. Aku juga gak tahu mbah, mereka kok tahu aku mempunyai kamar tersebut. Waktu itu aku hanya nurut saja saat diajak mereka.
Dikamar itu yang ada hanya gelap, tak ada cahaya apapun. Setelah kututup pintu aku duduk bersila sendirian diatas sajadah, ditengah kegelapan kamarku. Hanya cahaya mereka bertiga yang sedikit menerangi ruangan itu. Bau mereka sangat harum mbah, aromanya seakan memenuhi seluruh isi rumahku mbah. Saat aku sudah duduk diatas sajadahku, mereka bertiga masih tetap berdiri. Pimpinan rombongan itu yang didepan sedangkan yang dua orang dibelakangnya. Selanjutnya salah satu dari mereka yang dibelakang menutup pintu kamar khususku.
“Nak, aku tau maksudmu karena kau tadi sudah bertawasul kepadaku dengan para anggotamu, sekarang lihatlah nak.” Terang pimpinan rombongan itu.
Pimpinan rombongan yang sedang berdiri didepan dikawal kedua temannya dibelakang, tangan beliau perlahan menggores tembok dengan jari telunjukknya membentuk persegi Panjang kira-kira sebesar ukuran TV 32 inc. Setelah beliau menggores tembokku sudah selesai, Bekas goresan persegi Panjang itu perlahan muncul cahaya sedikit demi sedikit dan menjadi terang. Pertama terlihat disitu gambaran diriku sendiri, wujud asliku seperti saat ini.
Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, pada awalnya aku memakai baju yang sangat bagus berwarna putih memakai sorban dengan tali ikat kepala, seperti mereka bertiga yang sedang berdiri didepanku. Disitu wajahku terlihat bercahaya menawan dan rupawan. Awal melihat hatiku sangat senang karena gambaran diriku yang ada ditembok seperti yang kuinginkan selama ini, tapi lama kelamaan kedua telingaku mulai memanjang keatas sampai tertekuk kebawah karena panjangnya. Telingaku seperti telinga seekor anjing sampai-sampai panjangnya menutupi kedua lubang telingaku. Kedua hidungku mulai mebulat serta kedua lubangnya naik rata layaknya seperti hidung babi, serta mulutku memanjang kedepan seperti mulut anjing. Lidahkupun ikut memanjang seperti lidah anjing yang berliur. Tubuhku secara perlahan berubah bentuk membesar, membungkuk seperti tubuh babi yang berwana hitam, serta bulu-bulu hitam perlahan mulai keluar dari tubuhku.
“Cukup baginda!!!” Air mataku mulai menetes perlahan, bersamaan itu gambaran didepanku tadi lenyap secara tiba-tiba.
“Nak, ini adalah pilihan hidup, itu adalah gambaran kedepan jika engkau menerima hadiah itu, sekarang pilihan ada ditanganmu sendiri”! Jelas
pimpinan rombongan berwajah rupawan, menawan yang tak bisa disamai wujudnya oleh setan manapun.
Setelah berkata seperti itu beliau bertiga keluar dari kamar bersama kedua temannya, seketika itu juga mereka lenyap dikegelapan malam.
Setelah beliau meninggalkan aku sendiri dikamar, aku mulai menangis sesenggukan sejadi jadinya, karena dihadapkan pada pilihan sulit. Pilihan antara kehidupan penuh fatamorgana dan kehidupan yang abadi. Tangisanku berlangsung sampai subuh, habis subuh pun aku masih menteskan air mata tiada henti dikamar gelapku. Saat itu aku hanya minta ampunan sang pencipta, dan bertaubat tiap detik. Saat pagi menjelang sekitar jam 7 aku putuskan hal yang besar ini.
Pertama aku menemui istriku yang sudah didapur dan menceritakan kejadian malam tadi dengan mata yang masih bengkak, merah serta sedikit tetesan air mata yang masih jatuh. Pagi itu istriku hanya memeluk tubuhku yang rapuh ini dan mulai memahami jalan hidupku.
“Maafkan aku buk.” kataku masih dalam pelukan istriku.
“Iya pak, itu juga demi kebaikan kita bersama.” Katanya yang mulai ikut menangis
“Bapak gak mau keluarga kita, serta teman-temanku menjadi seperti itu akhirnya.” Kataku yang masih menangis.
“Jelas buk, kalau seperti ini sifat, watak dan langkahku bersama kawan-kawan akan berubah.” Kataku yang mulai menghapus air mata dari pipi kanan kiriku.
“Gak papa pak, bapak tenangkan pikiran dulu. Semua keputusan bapak, ibuk pasti dukung dan mengikutinya. Karena ibuk yakin pak, bapak pasti membawa ibuk dan anak-anak kejalan yang benar.”Jelas istriku yang mendinginkan hatiku serta tangisnya yang mulai reda.
Pagi itu aku merasa beruntung tanpa konflik dengan istri tercinta, dia langsung memahami dan mengikuti imamnya yang bodoh ini. Saat itu juga langsung memanggil Tono diteras dan kuajak dia untuk kuberi penjelasan diruang tamu.
“Mas kenapa nangis mas…ada apa sampean?” Tanyanya
“Jadi Gini Ton!” Jawabku yang masih sesenggukan.
Diruang tamu kami masih duduk lesehan, aku mulai memberikan penjelasan kepada Tono secara perlahan-lahan. Pertama memang dia menolak keras tapi setelah kuperjelas panjang lebar sesuai keadaan semalam ia ikut menangis dan mendukung keputusanku. Aku meminta Tono saat itu juga untuk berhenti berhubungan dengan Andi dan Anne, saat itu juga Tono memutuskan berganti nomor telpon baru. Sedang aku berencana menghubungi Andi dulu sebelum ganti nomor handphone. Saat Tono pergi keluar beli nomor baru aku telpon Andi dipagi itu. Sekitar jam 08.00 WIB.
“Hallo Assalamuallaikum..” Salamku ke Andi
“Waallaikumsalam,”ada apa mas? Jawab dan tanya Andi
“Mulai hari ini hapus nomorku dari hpmu, kalau tidak dalam waktu satu jam kau pasti akan mati.” Ancamku
“Ada apa mas sebenarnya ?” Tanya andi baik-baik yang tak kuhiraukan
“Sudah lakukan saja jangan bantah perintahku, Assalamuallaikum.” Salam terakhir kuputuskan sambungan telpon dengan Andi.
“TUUUUUUUTTTTTTTTT……!!!!!”
Memang waktu itu aku panik, takut, emosi dan sedih saat itu. Semua rasa sudah campur aduk menjadi satu, hanya gambaran kejelekan dari pimpinan rombongan malam itu yang ada dalam pikiranku.
Setelah telpon Andi aku langsung membuka hpku dan menghancurkan kartunya. Setelah itu kuputuskan mengambil cek dan surat berharga yang diberikan anne kepadaku dialmari, saat itu juga kurobek dan kubakar diteras.
Setelah semuanya selesai aku masih tetap menangis sampai Tono pun tiba sehabis membeli kartu perdana. Masih sekitar jam Sembilan aku memanggil semua jamaah pemuja ilahi dan ketiga orang senior yang kupilih minggu kemarin beserta Imron, dipagi itu setelah semua berkumpul kujelaskan bahwa, aku putuskan mulai hari ini juga aku membatalkan kegiatan mengambil uang itu dihari Jum’at.
“Mas apa nggak ada cara lain? kita kan juga butuh uang itu?” Kata Imron
“Iya mas bener apa nggak ada cara yang lain supaya kita tetap bisa ambil uangnya” Sahut semua jamaah pemuja ilahi serta tiga orang senior yang kupilih kemarin.
Pagi itu suasana dirumahku riuh dan ramai, seakan mereka mau berontak dan membunuhku. Tapi aku tetap tenang dan tetap pada pendirianku untuk kebaikan kami bersama.
“Tidak bisa, sudah kuputuskan untuk mengakhiri dan batalkan semua rencana kita kemarin. Aku minta untuk masalah ini berakhir sekarang juga, anggap saja semua ini tidak pernah terjadi.” Jelasku keras.
“Aku gak mau kalian semua menderita dikehidupan abadi, kita seharusnya masih bersyukur ada yang mengingatkan.” Terangku.
Setelah mendengar penjelasanku dengan keras, mereka mulai satu persatu pergi dan kembali kerumah masing-masing dengan penuh kekecewaan. Aku hanya bisa diam dirumah meratapi, mangisi kehidupanku kelak yang abadi setelah mendapat gambaran tadi malam. Selama 40 hari sejak kejadian itu aku mengurung diri dirumah, bukan karena masalah uang tapi rasa sayangku kepada keluarga dan teman-temanku. Aku tak mau menjadikan mereka korban akan harta yang sesaat ini. Tiap hari selama 40 hari penuh, aku menangis sampai kering air mata ini, tinggal rasa takut , sedih akan siksanya dihari akhir kelak.
“Jadi begitulah mbah, ceritanya.” Ceritaku pada rombongan mbah Salman.
“Waktu Tono menikah aku masih menutup diri dirumah mbah dan mendo’akan Tono dari jauh agar menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Saya minta maaf mbah tidak bisa hadir diacara keluarganya mbah salman.” Jelasku
“Emmm, aku menghargai keputusanmu nak umar. Toh itu juga demi kebaikan kita semua, semoga sifat dan langkah nak umar tetap dijalannya.” Jawab mbah salman.
“Terima kasih mbah.” Jawabku
“Memang nak kalau sesuatu yang besar datang secara tiba-tiba biasanya juga akan membawa bencana besar pula dibaliknya, kamu bersyukur nak sudah ada yang mengingatkan. Mbah juga senang atas keputusanmu ini.” Terang mbah salman.
“Sekarang saja banyak contohnya nak, orang yang mendapat harta meski kerja keras, dia berubah dari sikap awalnya yang baik menjadi jahat dan egois.” Terang mbah salman lagi.
“Iya mbah terima kasih dukungannya.” Jawabku singkat.
Setelah itu kami saling berpelukan dan menangis, tak lama kemudian mereka kembali pulang dengan keponakan baru mbah Salman yaitu Tono. Aku sendiri kembali kehabitat asliku dan meninggalkan hal-hal semacam itu lagi, hidup damai, tenang dan tentram dikampung halamanku.
Cerita ini sengaja ditulis untuk menjawab masyarakat sekitar yang belum mengetahui apa sebenarnya yang terjadi kala itu, dan cerita ini dibuat untuk menjadi pelajaran hidup kita bersama. Aku sendiri juga manusia biasa butuh makan dan butuh uang tapi jika harta itu mengubah sikap, sifat dan jalan hidupku kelak maka dengan tegas aku akan menolaknya. inilah jalan hidupku yang berbeda dengan yang lain. Hidup didunia ini ibarat bagai fatamorgana dan carilah bekal untuk hidup abadimu kelak.
THE END…
HARI MINGGU, TANGGAL SEKIAN, BULAN SEKIAN, TAHUN SEKIAN.
Disiang hari itu aktifitasku masih seperti dulu, hobi yang menghasilkan rejeki yang halal. Aku masih disungai faforitku bersama Imron, kami yang masih setia mencari ikan-ikannya. Waktu itu masih sekitar jam 11.00 Wib, tapi kami sudah dapat ikan banyak. Tak berselang lama ada suara dari jauh memanggil-manggil namaku.
“Masss…Umar!!! Massss… Umar!!! Masss…!!!” Teriak Tono dari pinggir sungai
Aku yang masih disungai dengan Imron mulai bangkit, aku berdiri dan mulai berjalan kedarat untuk meghampiri Tono. Kaos biru dan celana pendek yang masih basah tetap kupakai untuk menghampirinya. Aku terus berjalan sampai diatas tanggul sungai.
“Whoiiii….. Iyaaaa.” Jawabku keras sambil berjalan
“Eh elu Ton ada apaan, nyari aku sampai kesini?” Tanyaku
“Ini mas ada mbah salman, nyari mas Umar?” Jawab tono yang masih dibawah tanggul
“Mana?” Jawabku yang tak yakin atas informasi Tono
“Itu mas?” Jari telunjuk tangannya yang menunjuk ke arah mobil hitam Tono, dari kursi tengah terlihat sosok mbah Salman dikursi tengah mobil
dengan kaca yang sudah terbuka. beliau duduk dikursi tengah itu dan mulai melambaikan tangannya dari jauh.
“Ooohh ya sebentar ?” Jawabku sambal membalas lambaian tanganmbah Salman.
Aku langsung ambil baju keringku dan berganti pakaian untuk menyambut mbah Salman yang berjasa dalam peristiwa dua bulan yang lalu. Aku dengan cepat menghampiri mbah Salman yang masih didalam mobil Tono. Didalam mobil juga ada bapak Rani, kelihatannya dia hanya ikut mendampingi kakaknya saja.
“Assalamu’alaikum mbah”. Sapaku dengan berjabat tangan kepada dua orang didalam mobil Tono dari luar.
“Walaikum salam nak, gimana kabarnya?”Jawab dan Tanya mbah salman
“Baik mbah,” Jawabku.
“Kok masih cari ikan nak? Tak kira kamu sudah kaya raya.” Tanya mbah salman.
“Hahahahahahha…..biasa saja mbah. Ada acara apa mbah kok sama Tono.” Jawabku
“Mau jenguk kamu nak, mbah kangen sama kamu. Kan terakhir waktu dirumah mbah, aku janji sama nak umar mau kesini.”Jawab mbah Salman.
“Ohh ..iya ..ya mbah. Jawabku yang lupa akan janjinya mbah salman
“Mbah langsung kerumah saya saja ya, biar ngobrolnya enak. Deket kok mbah dari sini.” Pintaku
“Iya ayok.” Jawab singkat mbah salman
Kami berempat langsung naik mobil Tono dan pergi kerumahku yang masih teramat sederhana, waktu aku mau pulang tak lupa aku pamit sama Imron. Untuk membawa hasil buruannku serta mengantar kerumah dan membaginya.
Saat kami sampai rumahku, mbah Salman dengan semangat mudanya langsung turun dan masuk bersama dengan kami. Kami berempat berkumpul diruang tamuku yang masih beralaskan tikar plastik hijau bolong-bolong. Setelah mereka duduk aku masuk kedapur untuk membuatkan tamuku minuman dan membawa makanan ringan. Karena siang itu istriku masih dipasar, jadi semuanya aku kerjakan sendiri.
“Nak kemarin kok nggak ikut acara pernikahan Tono sama Rani?” Tanya mbah salman tanpa basa basi lagi.
“Lha apa gak dikasih tau sama Tono mbah?” Tanyaku
“Mas Tononya gak mau ngasih tau nak, pengennya biar nak umar sendiri cerita.” Kata mbah Salman
“Iya mas, Tono gak enak cerita masalah Anne. Biar mas Umar sendiri saja yang jawab, lebih enak.” Sahut Tono
“Ceritanya Panjang mbah.” Jawabku pelan
“Ceritakan saja nak, mbah pengen tau sebanarnya.?
“Baik mbah.” Jawabku
Jadi begini mbah, Hari selasa malam waktu acara ritual dilaksanakan mbah, aku bertawasul dan berdo’a terus kepada seluruh leluhur, guru dan penghulu umat terakhir ini sebagai ucapan terima kasihku kepada mereka. setelah acara rutin dirumahku selesai saat itu hanya aku duduk sendirian diteras rumah dan masih belum bias tidur, padahal anak istriku sudah tidur dikamar dan Tono tidur diruang tamuku mbah. Saat itu aku ingat, kurang dua hari lagi aku mau ambil uang di Bank Bersama Anne, Andi dan Kawan-kawan. Dimalam yang sudah sepi itu aku tetap diteras sendirian, dalam tatapan kosong lamunanku tiba-tiba aku didatangi tiga sosok yang pernah menemuiku saat aku sekarat dirumah sakit. Akupun sendiri tak tahu mereka dari mana arahnya, tau tau mereka berada berdiri disamping tempat dudukku. Mereka ada tiga orang, semuanya memakai baju sama persis seperti waktu aku sekarat, mereka yang mengembalikan aku kedunia ini lagi.
“Assalamu’alaikum.” Salam pimpinan rombongan itu
“Walaikumsalam.” Jawabku serta menyalami tangan mereka bertiga dan mencium tangannya.
“Ayok nak umar.” Ajaknya sambil berjalan membimbing aku kedalam rumah.
Langkah mereka bertiga mengajakku langsung kekamar khusus dibelakang yang biasa kupakai memasrahkan diri kepada sang ilahi. Aku juga gak tahu mbah, mereka kok tahu aku mempunyai kamar tersebut. Waktu itu aku hanya nurut saja saat diajak mereka.
Dikamar itu yang ada hanya gelap, tak ada cahaya apapun. Setelah kututup pintu aku duduk bersila sendirian diatas sajadah, ditengah kegelapan kamarku. Hanya cahaya mereka bertiga yang sedikit menerangi ruangan itu. Bau mereka sangat harum mbah, aromanya seakan memenuhi seluruh isi rumahku mbah. Saat aku sudah duduk diatas sajadahku, mereka bertiga masih tetap berdiri. Pimpinan rombongan itu yang didepan sedangkan yang dua orang dibelakangnya. Selanjutnya salah satu dari mereka yang dibelakang menutup pintu kamar khususku.
“Nak, aku tau maksudmu karena kau tadi sudah bertawasul kepadaku dengan para anggotamu, sekarang lihatlah nak.” Terang pimpinan rombongan itu.
Pimpinan rombongan yang sedang berdiri didepan dikawal kedua temannya dibelakang, tangan beliau perlahan menggores tembok dengan jari telunjukknya membentuk persegi Panjang kira-kira sebesar ukuran TV 32 inc. Setelah beliau menggores tembokku sudah selesai, Bekas goresan persegi Panjang itu perlahan muncul cahaya sedikit demi sedikit dan menjadi terang. Pertama terlihat disitu gambaran diriku sendiri, wujud asliku seperti saat ini.
Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, pada awalnya aku memakai baju yang sangat bagus berwarna putih memakai sorban dengan tali ikat kepala, seperti mereka bertiga yang sedang berdiri didepanku. Disitu wajahku terlihat bercahaya menawan dan rupawan. Awal melihat hatiku sangat senang karena gambaran diriku yang ada ditembok seperti yang kuinginkan selama ini, tapi lama kelamaan kedua telingaku mulai memanjang keatas sampai tertekuk kebawah karena panjangnya. Telingaku seperti telinga seekor anjing sampai-sampai panjangnya menutupi kedua lubang telingaku. Kedua hidungku mulai mebulat serta kedua lubangnya naik rata layaknya seperti hidung babi, serta mulutku memanjang kedepan seperti mulut anjing. Lidahkupun ikut memanjang seperti lidah anjing yang berliur. Tubuhku secara perlahan berubah bentuk membesar, membungkuk seperti tubuh babi yang berwana hitam, serta bulu-bulu hitam perlahan mulai keluar dari tubuhku.
“Cukup baginda!!!” Air mataku mulai menetes perlahan, bersamaan itu gambaran didepanku tadi lenyap secara tiba-tiba.
“Nak, ini adalah pilihan hidup, itu adalah gambaran kedepan jika engkau menerima hadiah itu, sekarang pilihan ada ditanganmu sendiri”! Jelas
pimpinan rombongan berwajah rupawan, menawan yang tak bisa disamai wujudnya oleh setan manapun.
Setelah berkata seperti itu beliau bertiga keluar dari kamar bersama kedua temannya, seketika itu juga mereka lenyap dikegelapan malam.
Setelah beliau meninggalkan aku sendiri dikamar, aku mulai menangis sesenggukan sejadi jadinya, karena dihadapkan pada pilihan sulit. Pilihan antara kehidupan penuh fatamorgana dan kehidupan yang abadi. Tangisanku berlangsung sampai subuh, habis subuh pun aku masih menteskan air mata tiada henti dikamar gelapku. Saat itu aku hanya minta ampunan sang pencipta, dan bertaubat tiap detik. Saat pagi menjelang sekitar jam 7 aku putuskan hal yang besar ini.
Pertama aku menemui istriku yang sudah didapur dan menceritakan kejadian malam tadi dengan mata yang masih bengkak, merah serta sedikit tetesan air mata yang masih jatuh. Pagi itu istriku hanya memeluk tubuhku yang rapuh ini dan mulai memahami jalan hidupku.
“Maafkan aku buk.” kataku masih dalam pelukan istriku.
“Iya pak, itu juga demi kebaikan kita bersama.” Katanya yang mulai ikut menangis
“Bapak gak mau keluarga kita, serta teman-temanku menjadi seperti itu akhirnya.” Kataku yang masih menangis.
“Jelas buk, kalau seperti ini sifat, watak dan langkahku bersama kawan-kawan akan berubah.” Kataku yang mulai menghapus air mata dari pipi kanan kiriku.
“Gak papa pak, bapak tenangkan pikiran dulu. Semua keputusan bapak, ibuk pasti dukung dan mengikutinya. Karena ibuk yakin pak, bapak pasti membawa ibuk dan anak-anak kejalan yang benar.”Jelas istriku yang mendinginkan hatiku serta tangisnya yang mulai reda.
Pagi itu aku merasa beruntung tanpa konflik dengan istri tercinta, dia langsung memahami dan mengikuti imamnya yang bodoh ini. Saat itu juga langsung memanggil Tono diteras dan kuajak dia untuk kuberi penjelasan diruang tamu.
“Mas kenapa nangis mas…ada apa sampean?” Tanyanya
“Jadi Gini Ton!” Jawabku yang masih sesenggukan.
Diruang tamu kami masih duduk lesehan, aku mulai memberikan penjelasan kepada Tono secara perlahan-lahan. Pertama memang dia menolak keras tapi setelah kuperjelas panjang lebar sesuai keadaan semalam ia ikut menangis dan mendukung keputusanku. Aku meminta Tono saat itu juga untuk berhenti berhubungan dengan Andi dan Anne, saat itu juga Tono memutuskan berganti nomor telpon baru. Sedang aku berencana menghubungi Andi dulu sebelum ganti nomor handphone. Saat Tono pergi keluar beli nomor baru aku telpon Andi dipagi itu. Sekitar jam 08.00 WIB.
“Hallo Assalamuallaikum..” Salamku ke Andi
“Waallaikumsalam,”ada apa mas? Jawab dan tanya Andi
“Mulai hari ini hapus nomorku dari hpmu, kalau tidak dalam waktu satu jam kau pasti akan mati.” Ancamku
“Ada apa mas sebenarnya ?” Tanya andi baik-baik yang tak kuhiraukan
“Sudah lakukan saja jangan bantah perintahku, Assalamuallaikum.” Salam terakhir kuputuskan sambungan telpon dengan Andi.
“TUUUUUUUTTTTTTTTT……!!!!!”
Memang waktu itu aku panik, takut, emosi dan sedih saat itu. Semua rasa sudah campur aduk menjadi satu, hanya gambaran kejelekan dari pimpinan rombongan malam itu yang ada dalam pikiranku.
Setelah telpon Andi aku langsung membuka hpku dan menghancurkan kartunya. Setelah itu kuputuskan mengambil cek dan surat berharga yang diberikan anne kepadaku dialmari, saat itu juga kurobek dan kubakar diteras.
Setelah semuanya selesai aku masih tetap menangis sampai Tono pun tiba sehabis membeli kartu perdana. Masih sekitar jam Sembilan aku memanggil semua jamaah pemuja ilahi dan ketiga orang senior yang kupilih minggu kemarin beserta Imron, dipagi itu setelah semua berkumpul kujelaskan bahwa, aku putuskan mulai hari ini juga aku membatalkan kegiatan mengambil uang itu dihari Jum’at.
“Mas apa nggak ada cara lain? kita kan juga butuh uang itu?” Kata Imron
“Iya mas bener apa nggak ada cara yang lain supaya kita tetap bisa ambil uangnya” Sahut semua jamaah pemuja ilahi serta tiga orang senior yang kupilih kemarin.
Pagi itu suasana dirumahku riuh dan ramai, seakan mereka mau berontak dan membunuhku. Tapi aku tetap tenang dan tetap pada pendirianku untuk kebaikan kami bersama.
“Tidak bisa, sudah kuputuskan untuk mengakhiri dan batalkan semua rencana kita kemarin. Aku minta untuk masalah ini berakhir sekarang juga, anggap saja semua ini tidak pernah terjadi.” Jelasku keras.
“Aku gak mau kalian semua menderita dikehidupan abadi, kita seharusnya masih bersyukur ada yang mengingatkan.” Terangku.
Setelah mendengar penjelasanku dengan keras, mereka mulai satu persatu pergi dan kembali kerumah masing-masing dengan penuh kekecewaan. Aku hanya bisa diam dirumah meratapi, mangisi kehidupanku kelak yang abadi setelah mendapat gambaran tadi malam. Selama 40 hari sejak kejadian itu aku mengurung diri dirumah, bukan karena masalah uang tapi rasa sayangku kepada keluarga dan teman-temanku. Aku tak mau menjadikan mereka korban akan harta yang sesaat ini. Tiap hari selama 40 hari penuh, aku menangis sampai kering air mata ini, tinggal rasa takut , sedih akan siksanya dihari akhir kelak.
“Jadi begitulah mbah, ceritanya.” Ceritaku pada rombongan mbah Salman.
“Waktu Tono menikah aku masih menutup diri dirumah mbah dan mendo’akan Tono dari jauh agar menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Saya minta maaf mbah tidak bisa hadir diacara keluarganya mbah salman.” Jelasku
“Emmm, aku menghargai keputusanmu nak umar. Toh itu juga demi kebaikan kita semua, semoga sifat dan langkah nak umar tetap dijalannya.” Jawab mbah salman.
“Terima kasih mbah.” Jawabku
“Memang nak kalau sesuatu yang besar datang secara tiba-tiba biasanya juga akan membawa bencana besar pula dibaliknya, kamu bersyukur nak sudah ada yang mengingatkan. Mbah juga senang atas keputusanmu ini.” Terang mbah salman.
“Sekarang saja banyak contohnya nak, orang yang mendapat harta meski kerja keras, dia berubah dari sikap awalnya yang baik menjadi jahat dan egois.” Terang mbah salman lagi.
“Iya mbah terima kasih dukungannya.” Jawabku singkat.
Setelah itu kami saling berpelukan dan menangis, tak lama kemudian mereka kembali pulang dengan keponakan baru mbah Salman yaitu Tono. Aku sendiri kembali kehabitat asliku dan meninggalkan hal-hal semacam itu lagi, hidup damai, tenang dan tentram dikampung halamanku.
Cerita ini sengaja ditulis untuk menjawab masyarakat sekitar yang belum mengetahui apa sebenarnya yang terjadi kala itu, dan cerita ini dibuat untuk menjadi pelajaran hidup kita bersama. Aku sendiri juga manusia biasa butuh makan dan butuh uang tapi jika harta itu mengubah sikap, sifat dan jalan hidupku kelak maka dengan tegas aku akan menolaknya. inilah jalan hidupku yang berbeda dengan yang lain. Hidup didunia ini ibarat bagai fatamorgana dan carilah bekal untuk hidup abadimu kelak.
THE END…
Diubah oleh bayubiruuuu 16-12-2019 09:04
sampeuk dan 28 lainnya memberi reputasi
29
Tutup