- Beranda
- Stories from the Heart
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]
...
TS
dissymmon08
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]
SELAMAT DATANG AGAN SISTA
Halo! 
Gue ucapkan terima kasih yang teramat sangat terhadap dukungan dan apresiasi agan sista untuk tulisan gue di JILID IIIsebelumnya. Setelah merenung dan mencoba membuka kembali memori lama gue, akhirnya gue mendapatkan khilal gue. Sekarang gue udah siap untuk menulis kelanjutannya, yaitu JILID IV!
Kali ini gue masih menceritakan tentang kisah cinta gue, yang pada cerita sebelumnya masih berkutat di Kampus. Gue yang di kisah kali ini sedang mendekati akhir perjuangan di Kampus pun akan menjalani tahap baru, dimana gue akan bertemu dengan dunia kerja dan dunia nyata. Bakalan banyak konflik di diri gue ini, ketika gue yang tengah mencari jati diri ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup itu benar-benar penuh lika liku. Saat kita salah memilih jalan, ga ada putar balik, kita harus terus menjalani dan menghadapinya seraya mencari solusi terbaik atas pilihan kita itu. Dan kesabaran menjadi kunci utama segalanya, buat gue.
Masih dengan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue, kebodohan gue dalam memilih keputusan, pengalaman hidup lain, dan beberapa kali akan nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita gue kali ini. Mungkin akan ada beberapa penyesuaian penggunaan bahasa atau panggilan yang gue lakuin di sini, demi kenyamanan bersama. Semoga ga merusak ciri khas gue dalam menulis! Amiiin.
Dan gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!
Oh iya, kalau misalnya agan sista belum baca cerita di JILID III atau mau refresh kembali cerita saat itu, monggo mampir ke LINK INI.

Gue ucapkan terima kasih yang teramat sangat terhadap dukungan dan apresiasi agan sista untuk tulisan gue di JILID IIIsebelumnya. Setelah merenung dan mencoba membuka kembali memori lama gue, akhirnya gue mendapatkan khilal gue. Sekarang gue udah siap untuk menulis kelanjutannya, yaitu JILID IV!
Kali ini gue masih menceritakan tentang kisah cinta gue, yang pada cerita sebelumnya masih berkutat di Kampus. Gue yang di kisah kali ini sedang mendekati akhir perjuangan di Kampus pun akan menjalani tahap baru, dimana gue akan bertemu dengan dunia kerja dan dunia nyata. Bakalan banyak konflik di diri gue ini, ketika gue yang tengah mencari jati diri ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup itu benar-benar penuh lika liku. Saat kita salah memilih jalan, ga ada putar balik, kita harus terus menjalani dan menghadapinya seraya mencari solusi terbaik atas pilihan kita itu. Dan kesabaran menjadi kunci utama segalanya, buat gue.
Masih dengan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue, kebodohan gue dalam memilih keputusan, pengalaman hidup lain, dan beberapa kali akan nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita gue kali ini. Mungkin akan ada beberapa penyesuaian penggunaan bahasa atau panggilan yang gue lakuin di sini, demi kenyamanan bersama. Semoga ga merusak ciri khas gue dalam menulis! Amiiin.
Dan gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!

Oh iya, kalau misalnya agan sista belum baca cerita di JILID III atau mau refresh kembali cerita saat itu, monggo mampir ke LINK INI.
![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/11/15/10712020_20191115112915.jpg)
Spoiler for INDEX:
Spoiler for MULUSTRASI:
HT @ STORY
Alhamdulillah berkat supportdari agan sista, thread ane ini jadi HT!
Terima kasih banyak ane ucapin buat agan sista yang udah setia nunggu update-an cerita-cerita ane.
Semoga tulisan ane bisa terus lebih baik dan bisa menyajikan cerita lebih seru buat dibaca agan sista!

Spoiler for PERATURAN:
Quote:
Diubah oleh dissymmon08 30-12-2019 07:57
bukhorigan dan 48 lainnya memberi reputasi
49
134.1K
1.6K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dissymmon08
#841
KISAH TENTANG F: INIKAH YANG NAMANYA 'CINTA TERBAIK'? (PART 01)
Gue lega banget, akhirnya gue udah cerita tentang ‘kenakalan masa lalu’ gue ke Bang Firzy, begitupun Bang Firzy. Gue ga nyangka, kalau dia sebegitu brutal ‘kenakalan masa lalu’-nya daripada gue. Hmm. Mungkin yang brutal bukan si Bang Firzy tapi si rocky kali yak. Kan ada istilah di dunia perlendiran yang begini ‘percuma iman kuat kalau imron ga kuat’ ye kan? Nah si rocky itu imron-nya Bang Firzy. Hahaha.
Selama diceritain tentang ‘kenakalan masa lalu’ gue mulai dari Fandi, Radit, Fani, sampe ke Bowo. Emang si Bang Firzy ini agak concernbanget sama cerita gue sama Bowo. Entah kenapa dia sama sekali ga concern sama cerita gue sama Radit. Padahal nih ya, kalau misalnya gue ngejalanin sama Radit, kayaknya gue ga akan berakhir ketemu sama Bang Firzy ini. KAYAKNYA LHO! Tapi kalau Tuhan berkehendak, kami pasti bakalan tetep ketemu sih. Hahaha. Dan berarti tebakan Radit bakalan kejadian kalau begitu, kita bakalan pisah. IH SUMPAH GUE GA PERNAH MAU MIKIRIN BEGINI!
Gue juga ceritain kalau Bang Wira mau pindah ke Bali sama dia. Dia awalnya kaget, kok dia sama sekali ga tau informasi ini? Secara dia masih satu grup Whatsapp sama Bang Wira ini. Masa si Bang Wira ga ngomong apa-apa sama temen sekelasnya? Tapi ya karena kayaknya hubungan dia dan Bang Wira ga begitu bagus, dia jadinya biasa aja tau informasi ini.
“Nanti yang bakalan ngegantiin Bang Wira namanya Kak Ami, yank…” kata gue saat kami lagi makan bareng di salah satu kedai bakso super duper gede di Kota.
“Ami? Seriusan si Ami bantuin kalian di Kampus?” Bang Firzy keliatan excited gitu denger nama Kak Ami. Maaf, gue (agak sedikiiiiit banget) cemburu saat itu.
“Kenapa? Kak Ami mantan kamu JUGA? Mantan keberapa sebelum Kak Dee?” tanya gue ketus.
“Ah ga kok… Elah, sok cemburu lu ah kayak ini sambel bakso, pedes bener nanyanya. Cuman selewat gitu-gitu aja. Bukan mantan aku dia mah.”
“Terus kenapa excited banget denger nama Ami?”
“Soalnya aku lumayan deket sama Ami dan bisa minta Ami buat ngajak aku ngebantuin di praktikum lapang kamu itu. Gapapa dah ga dibayar. Gapapa juga kalo aku mesti bayar sendiri. Sing penting aku bisa keangkut aja kesana. Kan enak nanti disela-sela praktikum atau pas waktu bebas, kita bisa jalan-jalan di Pulau Pramuka!”
“Bisa ya begitu?” Gue agak khawatir sama permintaan Bang Firzy ini. “Firzy jadi Asisten Dosen Praktikum kelas gue ya gapapa kok. Seneng banget malah gue. Tapi gimana pendapat anak sekelas gue? Apa mereka bakalan seneng ada pacar gue ini?” tanya gue dalem hati.
“Santai deh, aku Whatsapp si Ami dulu…” Bang Firzy pun akhirnya buka handphone dia dan ngehubungin Kak Ami kayaknya. Yaiyalah, masa ngehubungin Sedot WC ye kan? Mesti jalan ke tiang listrik dulu dia kalo mau ngehubungin Sedot WC lagian. Hahaha.
“Atur aja dulu deh sama kamu…” Gue ngelanjutin makan gue. “Semoga kalo nanti misalnya ga bisa, Bang Firzy ga akan marah-marah dan ngelarang gue pergi.”
Dua hari sebelum keberangkatan kelas gue untuk praktikum lapang sekaligus perpisahan di Pulau Pramuka, Jakarta Utara. Anak satu kelas super duper excited. Kami pun berbagi tugas di masing-masing kelompok biar ga nyusahin nanti. Soalnya kan lumayan jauh ke Pulau Pramuka sana. Belum lagi ada kepanitiaan lainnya untuk persiapan perpisahan kelas kami. Beuh, makin ribet aja bawaan kami nanti.
“HAH? GUE SEKELOMPOK SAMA SIAPA AJA???” Gue konfirmasi ulang apa yang baru aja gue denger.
“Lu sekelompok berempat, Mi. Lu, Kak Nur, Runi, sama Hanna.” kata Wulan yang kebetulan jadi panitia praktikum lapang di sana saat itu. Gue ngebanting kepala gue ke meja.
“Ini mah gue yang bakalan ngelakuin semua praktikumnya.”
“Lho kok gitu sih kamu, Mi? Jahat banget!” Lidya nepuk kepala gue make buku yang lagi di abaca.
“Kak Nur sama Runi itu lebih pendek dari gue, dia pasti ga akan ikut nyemplung sampe ke tubir pantai. Terus Hanna? Dia anaknya aneh begitu. Dia mau emang disuruh-suruh sama gue? Entar gue suruh fotoin keadaan lingkungan, dia malah selfielagi. Belom lagi laporannya. Laporan terakhirnya HARUS dikumpulin hari itu juga lho sebelum balik! Mau ngandelin siapa gue entar?”
“Ya jangan underestimate orang gitu lah. Ga kamu banget sih. Bisa pasti mereka diajak kerjasama. Siapa sih anak sekelas yang ga seneng diajak sekelompok sama kamu?”
Gue cemberut denger pernyataan Lidya. “Semoga aja.” kata gue sambil ngeluarin catetan dan alat tulis gue. Gue harus segera ngebagi tugas sama mereka dari sekarang. Kalau ga, bisa berabe nanti.
Dan gue mendadak ada ide, gue pun mau langsung ngebagi tugas untuk laporannya sekalian sekaligus ngebagi masing-masing anak untuk siapin materi yang sekiranya nanti bisa membantu Pembahasan di laporan. Biar nanti di sana tinggal disusun aja berdasarkan hasil di lapangan terus bikin Pembahasannya deh TANPA HARUS NGENET LAGI! Hahaha. Ga ada larangan kok buat begitu, ini adalah bagian dari taktik! Hahaha.
Gue segera ngirimin itinerary dan bahan materi yang akan kami bahas di sana ke email Bang Firzy. Ga lama Bang Firzy ngebales email gue dengan contoh laporan yang pernah dia kerjain dulu. Bagian dia doangan sih, bukan keseluruhan laporan.
Kami terus melanjutkan percakapan kami di chat Facebookhingga waktu Subuh tiba. Seperti biasa kegiatan kami. Bang Firzy menceritakan bagaimana pengalaman dia saat praktikum lapang dulu. Banyak hal yang dia ingetin ke gue, terutama untuk keselamatan dan bagaimana cara menyelesaikan laporannya nanti. Walaupun kami ada sedikit debat sih setelahnya karena beda pendapat dalam penyelesaian laporan, tapi ga jadi perkara di hubungan kami kok. Wes biyasa debat beginian! Hahaha.
H-1 sebelum keberangkatan kami ke Pulau Pramuka, Jakarta Utara. Gue dan anak sekelas berkumpul di laboratorium untuk mengecek perlengkapan dan persiapan dari masing-masing kelompok. Kami pun duduk bersama kelompok masing-masing. Pembagian kelompok super duper random. Ga ada tuh gankyang berkuasa di kelas bakalan ada di satu kelompok yang sama dengan anak satu gank-nya. Ya kayak gue begini. Asyuuu~
Tapi dibalik kekeselan gue karena pembagian kelompok ini, gue lebih excited sama fakta kalau Bang Firzy bakalan jadi Asisten Dosen Praktikum yang mendampingi kami barengan sama Kak Ami. Gue ga kasih tau siapa-siapa dulu. Gue males nanti pada ngebahas kalau ada konspir-a*u di praktikum lapang ini dan bisa-bisa ngerusak mood anak sekelas.
“Assalamualaikum, Teman Semua!”
“Waalaikumsalam, Kak.”
“Hari ini saya akan memimpin briefing untuk pengecekan perlengkapan dan persiapan dari masing-masing kelompok. Hari ini juga akan membagikan nama-nama Asisten Lapang untuk masing-masing kelompok yang akan membantu kalian nantinya.”
Kak Ami jalan ke arah tasnya dan mengeluarkan kertas untuk dibagikan ke kami. Gue ngecek handphone gue. “Kok Firzy ga ada kabar sih udah sampe apa belom? Katanya dia bisa dateng sore ini?” tanya gue dalem hati.
Gue ga sempet ngeliat isi kertas yang dibagiin sama Kak Ami itu. Tapi gue liat ekspresi anak-anak satu kelas kaget dengan nama-nama yang dituliskan di kertas itu. Pasti ada sesuatu dan gue ngerasa tau aja apa penyebab mereka kaget.
“Sumpah yah? Ngapain ini orang ikutan praktikum lapang kita? Ga ada orang laen lagi apa?”
“Iya sih… Nanti kerjaannya pacaran terus lagi! Malesin ih sumpah!”
“Tengil aja pasti nanti si ceweknya selama praktikum! Awas aja malah jadi ga kerja apa-apa di sana nanti! Bangkek!”
Dan banyak gumaman kasar penuh kekecewaan dari anak-anak sekelas yang gue denger.
Nyesek banget lho denger omongan mereka. Gue masih yakin banget, semua anak sekelas itu kecewa karena keberadaan Bang Firzy di praktikum lapang nanti.
Dret. Dret. Dret.
Handphone gue bergetar. Gue ngecek handphone gue. Ada sms masuk dari Bang Firzy. Gue celingak celinguk dulu sebelum ngebuka sms dari dia. Tapi ga ada keberadaan Bang Firzy sama sekali.
Gue kaget pas buka sms dari Bang Firzy. “Kenapa ini orang? Kesetanan apa gimana?”
Tiba-tiba pintu laboratorium terbuka. Semua orang nengok ke arah pintu laboratorium kami. Gue hampir aja berdiri mau nyamperin ke arah pintu laboratorium. Gue takut kalau misalnya Bang Firzy masuk, dia malah ngamuk-ngamuk di depan anak-anak.
Tapi…
Sesuatu yang tak gue duga terjadi.
“HAH? BANG IRFANDA???” kata gue.
Di sana ada seluruh Asisten Dosen Praktikum angkatan 2009, Bang Teguh, Bang Benu, dan Bang Irfanda masuk ke dalam laboratorium. BANG IRFANDA GAES! BUKAN BANG FIRZY! Dan Bang Firzy udah sengaja pulang cepet dari Kantor buat ke Kampus demi briefingini tapi kenapa yang masuk Bang Irfanda???
Gue langsung ngerebut kertas yang lagi dipegang sama Kak Nur dan baca list nama-nama Asisten Lapang per kelompok dan nama-nama penanggungjawab yang bakalan ikut ke Pulau Pramuka. Dan di sana, ga ada nama Bang Firzy sama sekali. GUE ULANGI YA, GA ADA NAMA BANG FIRZY SAMA SEKALI! Gue kaget! Nama yang seharusnya menjadi nama Bang Firzy, diganti menjadi nama Bang Irfanda! “Gue tau kenapa dia ngamuk-ngamuk.” kata gue dalem hati.
Gue bukan handphone gue dan bales sms Bang Firzy.
“Oh no! Firzy ga boleh nungguin gue bubaran. Gue HARUS keluar kelas duluan dan narik Firzy jauh dari anak-anak. Dia ga boleh konfrontasi LAGI sama anak-anak! Apalagi sama asisten yang laen!” kata gue dalem hati.
Semua kelompok sibuk dengan Asisten Lapangnya masing-masing, termasuk kelompok gue. Dan dengan indahnya, gue ditunjuk jadi Ketua di kelompok gue. Gue udah pasrah aja soalnya pikiran gue lagi ga ke praktikum lapang untuk saat ini. Gue lagi mikirin gimana perasaan Bang Firzy. Kasian banget sumpah dia. Jakarta kesini itu jauh lho. Jauh banget. Apalagi dia kesini naik mobil. Berapa ratus juta kali dia kena macet sepanjang jalan? Ya ampun. Sumpah jahat banget ini yang bikin Bang Firzy mendadak batal pas dia udah sampe ke Kampus???
“Emi…” Kak Ami mendadak megang pundak gue dan minta gue untuk ikutin Kak Ami ke pojok laboratorium.
“Iya kenapa, Kak?”
“Sampein maaf aku ke Ija ya, Mi… Aku tadi dadakan sms dia. Aku juga kaget pas mau ijin mau briefingkalian ke Pak Ferdi, mendadak di ruangan Pak Ferdi udah ada Irfanda aja. Tiba-tiba Irfanda bilang ke aku kalo jadinya dia yang ikut. Bukan Ija. Aku disuruh Pak Ferdi buat ngabarin Ija kalo dia ga usah jadi ikut. Aku udah bilang kalo Ija udah mau sampe ke Kampus. Eh Pak Ferdi bilang ‘Ya gimana? Irfanda mengajukan diri kalo bisa gantiin Firzy dan bahkan dia jamin bakalan bisa lebih baik dari Firzy karena dia MASIH berkecimpung di Kampus. Firzy kan udah lama ga ke Kampus.’ Terus aku bilang kalo dulu Ija jadi pendamping Pak Ferdi dan Pak Ferdi udah tau gimana kapabilitas seorang Ija. Tapi Pak Ferdi udah keburu ga enak sama Irfanda, jadinya begitu deh…”
“Bang Ija-nya masalahnya udah sampe sekarang, Kak…”
“Itu dia… Aku jadinya ga enak. Kalo dia mau, ya dia ikut aja. Masalah biaya dan lain-lain bisa diomongin belakangan deh. Gimana?”
“Bang Ija pasti ga mau…”
“Coba bujuk aja ya, Mi. Aku ga enak banget sama Ija. Entah kenapa Irfanda mendadak kepengen ikut dan maen ngedepak Ija gitu aja. Sumpah, aku juga kecewa banget sama Pak Ferdi. Ija itu anak kesayangan dan kepercayaan Pak Ferdi padahal dulu. Kan skripsi dia masuk di presentasi matkul-nya Pak Ferdi. Masa lebih percaya sama omongan Irfanda?”
“Entahlah, Kak. Mungkin menurut Pak Ferdi lebih capable Bang Irfan daripada Bang Ija?”
“Aku sih ga pernah mikir begitu. Aku kenal Ija udah lama, Mi.”
Dret. Dret. Dret.
Gue ngintip handphone gue sesaat. Ada sms masuk dari Bang Firzy. “Pasti dia minta gue buruan keluar laboratorium.” kata gue dalem hati.
“Ija ya, Mi?” tanya Kak Ami.
“Kayaknya, Kak… Hmm. Aku boleh ijin keluar dulu ga, Kak, buat nemenin Bang Ija?”
“Aku ikut yah?”
“Gapapa ga usah, Kak. Biar aku aja yang nge-handle dia…”
“Yaudah gapapa. Nanti kalo ada yang nanyain kamu, aku bilang kamu udah ijin sama aku.”
“Makasih banyak banget ya, Kak…”
“Sampein maaf aku yang sebesar-besarnya buat Ija, Mi. Kalo misalnya Ija mau ikut besok, bisa ikut aku. Tolong sampein ya…”
“Iya, Kak.”
Gue keluar laboratorium. Gue buka sms dari Bang Firzy tadi.
Gue lari ke arah Koridor Jurusan AB, tempat biasa Bang Firzy nungguin gue kalau dia jemput gue. “Semoga dia belum ketemu siapapun di sana!”
Bener aja, Bang Firzy lagi duduk di sana masih make baju kerjanya dan dengan muka super duper bete. Bang Firzy nengok ke arah gue. “Udah kan briefing-nya? Ga usah kelamaan. Ayo langsung balik!”
“Belom, Zy… Lagian tas gue masih di dalem.”
“Gobl*g banget sih? Kenapa ga dibawa sekalian? Tadi bisa keluar gimana?”
“Gue ijin sama Kak Ami…” Gue duduk di samping dia.
Bang Firzy terdiam saat denger nama Kak Ami. “Dia ada bilang sesuatu sama lu?”
Gue pun ngejelasin gimana kronologis kejadiannya siang tadi. Semua yang Kak Ami jelasin ke gue, gue sampein ke Bang Firzy. Ga kurang atau ga lebih. Insya Alloh ya. Semoga gue amanah saat itu. Bang Firzy agak tenang denger penjelasan gue. Tapi dia malah keliatan benci ketika gue nyebut nama Bang Irfan.
“Gue yakin, Irfan kepengen ikut ya karena permintaan si Debby. Dan GUE GA BISA IKUT praktikum lapang pun PASTI karena permintaan si Debby bangs*t itu! Dia udah jarang bareng-bareng kamu juga kan?”
“Iya sih… Tapi kan lu ga bisa asal bikin kesimpulan begitu aja, Zy.”
“Lho? Kenapa ga? Dia BEBAS ngefitnah gue yang bikin kekacauan di Kampus, TANPA minta maaf sama sekali sampe detik ini. Terus gue MASIH HARUS mikir ga boleh suudzon sama dia? T*i amat jadi orang!”
“Ya bukan begitu. Mungkin emang kepengennya Bang Irfan aja buat ikutan praktikum lapang, bonusnya ya bisa bareng pacarnya.”
“HALAH T*I ANJ*NG!” Bang Firzy mukul meja kenceng banget.
“Sabar ah, tae! Jangan berisik di sini!” Gue nahan tangan Bang Firzy saat dia kembali mau mukul meja. “Lu jadinya mau tetep ikut ga besok?”
Bang Firzy nengok ke arah gue. “Ngapain gue ikut kesana? Kesannya maksa dan ngarep banget gue ikutan praktikum lapang kalian? Mesti ngurusin kalian satu-satu saat ada konspirasi macem begini! Sekarang gue udah ga mikirin bantuin praktikum lapang kalian, gue mikirin gimana ngurusin lu aja!”
“Gue aman, Zy. Gue bisa urus diri gue sendiri… Sabar ya jadinya nungguin gue balik 3 hari?”
“Ga boleh lost contact, ga ada alesan ga ada sinyal!”
“Lha? Terus kalo emang beneran ga ada sinyal gimana?”
“Ya gimana caranya kek, cari sinyal.”
“Dih, gimana bisa?”
“Mending ga berangkat atau cari cara nyari sinyal buat ngehubungin gue?”
“Yaudahlah gampang itu. Nanti gue beli nomor Telk*msel! Tae.” Gue cemberut.
“Yaudah buru ambil tas lu.”
“Gue masih briefing, Zy.”
“Elah, lama banget! Yaudah gue tungguin di sini. Kalo sampe 30 menit lagi lu belom keluar juga, gue seret lu dari dalem laboratorium. Biar orang-orang makin asumsi kalo gue cowok kasar! Rusak aja sekalian nama baik gue!”
Gue nempeleng kepala Bang Firzy. “Berani nyeret gue, gue gigit tytyd lu pas lagi ngac*ng-ngac*ngnya! Berani???”
“Sayang-sayang aja dong, jangan digigit. Kan katanya cintaaah membarah penuh pesonah!”
Selama diceritain tentang ‘kenakalan masa lalu’ gue mulai dari Fandi, Radit, Fani, sampe ke Bowo. Emang si Bang Firzy ini agak concernbanget sama cerita gue sama Bowo. Entah kenapa dia sama sekali ga concern sama cerita gue sama Radit. Padahal nih ya, kalau misalnya gue ngejalanin sama Radit, kayaknya gue ga akan berakhir ketemu sama Bang Firzy ini. KAYAKNYA LHO! Tapi kalau Tuhan berkehendak, kami pasti bakalan tetep ketemu sih. Hahaha. Dan berarti tebakan Radit bakalan kejadian kalau begitu, kita bakalan pisah. IH SUMPAH GUE GA PERNAH MAU MIKIRIN BEGINI!
Gue juga ceritain kalau Bang Wira mau pindah ke Bali sama dia. Dia awalnya kaget, kok dia sama sekali ga tau informasi ini? Secara dia masih satu grup Whatsapp sama Bang Wira ini. Masa si Bang Wira ga ngomong apa-apa sama temen sekelasnya? Tapi ya karena kayaknya hubungan dia dan Bang Wira ga begitu bagus, dia jadinya biasa aja tau informasi ini.
“Nanti yang bakalan ngegantiin Bang Wira namanya Kak Ami, yank…” kata gue saat kami lagi makan bareng di salah satu kedai bakso super duper gede di Kota.
“Ami? Seriusan si Ami bantuin kalian di Kampus?” Bang Firzy keliatan excited gitu denger nama Kak Ami. Maaf, gue (agak sedikiiiiit banget) cemburu saat itu.
“Kenapa? Kak Ami mantan kamu JUGA? Mantan keberapa sebelum Kak Dee?” tanya gue ketus.
“Ah ga kok… Elah, sok cemburu lu ah kayak ini sambel bakso, pedes bener nanyanya. Cuman selewat gitu-gitu aja. Bukan mantan aku dia mah.”
“Terus kenapa excited banget denger nama Ami?”
“Soalnya aku lumayan deket sama Ami dan bisa minta Ami buat ngajak aku ngebantuin di praktikum lapang kamu itu. Gapapa dah ga dibayar. Gapapa juga kalo aku mesti bayar sendiri. Sing penting aku bisa keangkut aja kesana. Kan enak nanti disela-sela praktikum atau pas waktu bebas, kita bisa jalan-jalan di Pulau Pramuka!”
“Bisa ya begitu?” Gue agak khawatir sama permintaan Bang Firzy ini. “Firzy jadi Asisten Dosen Praktikum kelas gue ya gapapa kok. Seneng banget malah gue. Tapi gimana pendapat anak sekelas gue? Apa mereka bakalan seneng ada pacar gue ini?” tanya gue dalem hati.
“Santai deh, aku Whatsapp si Ami dulu…” Bang Firzy pun akhirnya buka handphone dia dan ngehubungin Kak Ami kayaknya. Yaiyalah, masa ngehubungin Sedot WC ye kan? Mesti jalan ke tiang listrik dulu dia kalo mau ngehubungin Sedot WC lagian. Hahaha.
“Atur aja dulu deh sama kamu…” Gue ngelanjutin makan gue. “Semoga kalo nanti misalnya ga bisa, Bang Firzy ga akan marah-marah dan ngelarang gue pergi.”
XOXOXO
Dua hari sebelum keberangkatan kelas gue untuk praktikum lapang sekaligus perpisahan di Pulau Pramuka, Jakarta Utara. Anak satu kelas super duper excited. Kami pun berbagi tugas di masing-masing kelompok biar ga nyusahin nanti. Soalnya kan lumayan jauh ke Pulau Pramuka sana. Belum lagi ada kepanitiaan lainnya untuk persiapan perpisahan kelas kami. Beuh, makin ribet aja bawaan kami nanti.
“HAH? GUE SEKELOMPOK SAMA SIAPA AJA???” Gue konfirmasi ulang apa yang baru aja gue denger.
“Lu sekelompok berempat, Mi. Lu, Kak Nur, Runi, sama Hanna.” kata Wulan yang kebetulan jadi panitia praktikum lapang di sana saat itu. Gue ngebanting kepala gue ke meja.
“Ini mah gue yang bakalan ngelakuin semua praktikumnya.”
“Lho kok gitu sih kamu, Mi? Jahat banget!” Lidya nepuk kepala gue make buku yang lagi di abaca.
“Kak Nur sama Runi itu lebih pendek dari gue, dia pasti ga akan ikut nyemplung sampe ke tubir pantai. Terus Hanna? Dia anaknya aneh begitu. Dia mau emang disuruh-suruh sama gue? Entar gue suruh fotoin keadaan lingkungan, dia malah selfielagi. Belom lagi laporannya. Laporan terakhirnya HARUS dikumpulin hari itu juga lho sebelum balik! Mau ngandelin siapa gue entar?”
“Ya jangan underestimate orang gitu lah. Ga kamu banget sih. Bisa pasti mereka diajak kerjasama. Siapa sih anak sekelas yang ga seneng diajak sekelompok sama kamu?”
Gue cemberut denger pernyataan Lidya. “Semoga aja.” kata gue sambil ngeluarin catetan dan alat tulis gue. Gue harus segera ngebagi tugas sama mereka dari sekarang. Kalau ga, bisa berabe nanti.
Dan gue mendadak ada ide, gue pun mau langsung ngebagi tugas untuk laporannya sekalian sekaligus ngebagi masing-masing anak untuk siapin materi yang sekiranya nanti bisa membantu Pembahasan di laporan. Biar nanti di sana tinggal disusun aja berdasarkan hasil di lapangan terus bikin Pembahasannya deh TANPA HARUS NGENET LAGI! Hahaha. Ga ada larangan kok buat begitu, ini adalah bagian dari taktik! Hahaha.
XOXOXO
Quote:
Gue segera ngirimin itinerary dan bahan materi yang akan kami bahas di sana ke email Bang Firzy. Ga lama Bang Firzy ngebales email gue dengan contoh laporan yang pernah dia kerjain dulu. Bagian dia doangan sih, bukan keseluruhan laporan.
Quote:
Kami terus melanjutkan percakapan kami di chat Facebookhingga waktu Subuh tiba. Seperti biasa kegiatan kami. Bang Firzy menceritakan bagaimana pengalaman dia saat praktikum lapang dulu. Banyak hal yang dia ingetin ke gue, terutama untuk keselamatan dan bagaimana cara menyelesaikan laporannya nanti. Walaupun kami ada sedikit debat sih setelahnya karena beda pendapat dalam penyelesaian laporan, tapi ga jadi perkara di hubungan kami kok. Wes biyasa debat beginian! Hahaha.
XOXOXO
H-1 sebelum keberangkatan kami ke Pulau Pramuka, Jakarta Utara. Gue dan anak sekelas berkumpul di laboratorium untuk mengecek perlengkapan dan persiapan dari masing-masing kelompok. Kami pun duduk bersama kelompok masing-masing. Pembagian kelompok super duper random. Ga ada tuh gankyang berkuasa di kelas bakalan ada di satu kelompok yang sama dengan anak satu gank-nya. Ya kayak gue begini. Asyuuu~
Tapi dibalik kekeselan gue karena pembagian kelompok ini, gue lebih excited sama fakta kalau Bang Firzy bakalan jadi Asisten Dosen Praktikum yang mendampingi kami barengan sama Kak Ami. Gue ga kasih tau siapa-siapa dulu. Gue males nanti pada ngebahas kalau ada konspir-a*u di praktikum lapang ini dan bisa-bisa ngerusak mood anak sekelas.
“Assalamualaikum, Teman Semua!”
“Waalaikumsalam, Kak.”
“Hari ini saya akan memimpin briefing untuk pengecekan perlengkapan dan persiapan dari masing-masing kelompok. Hari ini juga akan membagikan nama-nama Asisten Lapang untuk masing-masing kelompok yang akan membantu kalian nantinya.”
Kak Ami jalan ke arah tasnya dan mengeluarkan kertas untuk dibagikan ke kami. Gue ngecek handphone gue. “Kok Firzy ga ada kabar sih udah sampe apa belom? Katanya dia bisa dateng sore ini?” tanya gue dalem hati.
Gue ga sempet ngeliat isi kertas yang dibagiin sama Kak Ami itu. Tapi gue liat ekspresi anak-anak satu kelas kaget dengan nama-nama yang dituliskan di kertas itu. Pasti ada sesuatu dan gue ngerasa tau aja apa penyebab mereka kaget.
“Sumpah yah? Ngapain ini orang ikutan praktikum lapang kita? Ga ada orang laen lagi apa?”
“Iya sih… Nanti kerjaannya pacaran terus lagi! Malesin ih sumpah!”
“Tengil aja pasti nanti si ceweknya selama praktikum! Awas aja malah jadi ga kerja apa-apa di sana nanti! Bangkek!”
Dan banyak gumaman kasar penuh kekecewaan dari anak-anak sekelas yang gue denger.
Nyesek banget lho denger omongan mereka. Gue masih yakin banget, semua anak sekelas itu kecewa karena keberadaan Bang Firzy di praktikum lapang nanti.
Dret. Dret. Dret.
Handphone gue bergetar. Gue ngecek handphone gue. Ada sms masuk dari Bang Firzy. Gue celingak celinguk dulu sebelum ngebuka sms dari dia. Tapi ga ada keberadaan Bang Firzy sama sekali.
Quote:
Gue kaget pas buka sms dari Bang Firzy. “Kenapa ini orang? Kesetanan apa gimana?”
Tiba-tiba pintu laboratorium terbuka. Semua orang nengok ke arah pintu laboratorium kami. Gue hampir aja berdiri mau nyamperin ke arah pintu laboratorium. Gue takut kalau misalnya Bang Firzy masuk, dia malah ngamuk-ngamuk di depan anak-anak.
Tapi…
Sesuatu yang tak gue duga terjadi.
“HAH? BANG IRFANDA???” kata gue.
Di sana ada seluruh Asisten Dosen Praktikum angkatan 2009, Bang Teguh, Bang Benu, dan Bang Irfanda masuk ke dalam laboratorium. BANG IRFANDA GAES! BUKAN BANG FIRZY! Dan Bang Firzy udah sengaja pulang cepet dari Kantor buat ke Kampus demi briefingini tapi kenapa yang masuk Bang Irfanda???
Gue langsung ngerebut kertas yang lagi dipegang sama Kak Nur dan baca list nama-nama Asisten Lapang per kelompok dan nama-nama penanggungjawab yang bakalan ikut ke Pulau Pramuka. Dan di sana, ga ada nama Bang Firzy sama sekali. GUE ULANGI YA, GA ADA NAMA BANG FIRZY SAMA SEKALI! Gue kaget! Nama yang seharusnya menjadi nama Bang Firzy, diganti menjadi nama Bang Irfanda! “Gue tau kenapa dia ngamuk-ngamuk.” kata gue dalem hati.
Gue bukan handphone gue dan bales sms Bang Firzy.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
“Oh no! Firzy ga boleh nungguin gue bubaran. Gue HARUS keluar kelas duluan dan narik Firzy jauh dari anak-anak. Dia ga boleh konfrontasi LAGI sama anak-anak! Apalagi sama asisten yang laen!” kata gue dalem hati.
Semua kelompok sibuk dengan Asisten Lapangnya masing-masing, termasuk kelompok gue. Dan dengan indahnya, gue ditunjuk jadi Ketua di kelompok gue. Gue udah pasrah aja soalnya pikiran gue lagi ga ke praktikum lapang untuk saat ini. Gue lagi mikirin gimana perasaan Bang Firzy. Kasian banget sumpah dia. Jakarta kesini itu jauh lho. Jauh banget. Apalagi dia kesini naik mobil. Berapa ratus juta kali dia kena macet sepanjang jalan? Ya ampun. Sumpah jahat banget ini yang bikin Bang Firzy mendadak batal pas dia udah sampe ke Kampus???
“Emi…” Kak Ami mendadak megang pundak gue dan minta gue untuk ikutin Kak Ami ke pojok laboratorium.
“Iya kenapa, Kak?”
“Sampein maaf aku ke Ija ya, Mi… Aku tadi dadakan sms dia. Aku juga kaget pas mau ijin mau briefingkalian ke Pak Ferdi, mendadak di ruangan Pak Ferdi udah ada Irfanda aja. Tiba-tiba Irfanda bilang ke aku kalo jadinya dia yang ikut. Bukan Ija. Aku disuruh Pak Ferdi buat ngabarin Ija kalo dia ga usah jadi ikut. Aku udah bilang kalo Ija udah mau sampe ke Kampus. Eh Pak Ferdi bilang ‘Ya gimana? Irfanda mengajukan diri kalo bisa gantiin Firzy dan bahkan dia jamin bakalan bisa lebih baik dari Firzy karena dia MASIH berkecimpung di Kampus. Firzy kan udah lama ga ke Kampus.’ Terus aku bilang kalo dulu Ija jadi pendamping Pak Ferdi dan Pak Ferdi udah tau gimana kapabilitas seorang Ija. Tapi Pak Ferdi udah keburu ga enak sama Irfanda, jadinya begitu deh…”
“Bang Ija-nya masalahnya udah sampe sekarang, Kak…”
“Itu dia… Aku jadinya ga enak. Kalo dia mau, ya dia ikut aja. Masalah biaya dan lain-lain bisa diomongin belakangan deh. Gimana?”
“Bang Ija pasti ga mau…”
“Coba bujuk aja ya, Mi. Aku ga enak banget sama Ija. Entah kenapa Irfanda mendadak kepengen ikut dan maen ngedepak Ija gitu aja. Sumpah, aku juga kecewa banget sama Pak Ferdi. Ija itu anak kesayangan dan kepercayaan Pak Ferdi padahal dulu. Kan skripsi dia masuk di presentasi matkul-nya Pak Ferdi. Masa lebih percaya sama omongan Irfanda?”
“Entahlah, Kak. Mungkin menurut Pak Ferdi lebih capable Bang Irfan daripada Bang Ija?”
“Aku sih ga pernah mikir begitu. Aku kenal Ija udah lama, Mi.”
Dret. Dret. Dret.
Gue ngintip handphone gue sesaat. Ada sms masuk dari Bang Firzy. “Pasti dia minta gue buruan keluar laboratorium.” kata gue dalem hati.
“Ija ya, Mi?” tanya Kak Ami.
“Kayaknya, Kak… Hmm. Aku boleh ijin keluar dulu ga, Kak, buat nemenin Bang Ija?”
“Aku ikut yah?”
“Gapapa ga usah, Kak. Biar aku aja yang nge-handle dia…”
“Yaudah gapapa. Nanti kalo ada yang nanyain kamu, aku bilang kamu udah ijin sama aku.”
“Makasih banyak banget ya, Kak…”
“Sampein maaf aku yang sebesar-besarnya buat Ija, Mi. Kalo misalnya Ija mau ikut besok, bisa ikut aku. Tolong sampein ya…”
“Iya, Kak.”
Gue keluar laboratorium. Gue buka sms dari Bang Firzy tadi.
Quote:
Gue lari ke arah Koridor Jurusan AB, tempat biasa Bang Firzy nungguin gue kalau dia jemput gue. “Semoga dia belum ketemu siapapun di sana!”
Bener aja, Bang Firzy lagi duduk di sana masih make baju kerjanya dan dengan muka super duper bete. Bang Firzy nengok ke arah gue. “Udah kan briefing-nya? Ga usah kelamaan. Ayo langsung balik!”
“Belom, Zy… Lagian tas gue masih di dalem.”
“Gobl*g banget sih? Kenapa ga dibawa sekalian? Tadi bisa keluar gimana?”
“Gue ijin sama Kak Ami…” Gue duduk di samping dia.
Bang Firzy terdiam saat denger nama Kak Ami. “Dia ada bilang sesuatu sama lu?”
Gue pun ngejelasin gimana kronologis kejadiannya siang tadi. Semua yang Kak Ami jelasin ke gue, gue sampein ke Bang Firzy. Ga kurang atau ga lebih. Insya Alloh ya. Semoga gue amanah saat itu. Bang Firzy agak tenang denger penjelasan gue. Tapi dia malah keliatan benci ketika gue nyebut nama Bang Irfan.
“Gue yakin, Irfan kepengen ikut ya karena permintaan si Debby. Dan GUE GA BISA IKUT praktikum lapang pun PASTI karena permintaan si Debby bangs*t itu! Dia udah jarang bareng-bareng kamu juga kan?”
“Iya sih… Tapi kan lu ga bisa asal bikin kesimpulan begitu aja, Zy.”
“Lho? Kenapa ga? Dia BEBAS ngefitnah gue yang bikin kekacauan di Kampus, TANPA minta maaf sama sekali sampe detik ini. Terus gue MASIH HARUS mikir ga boleh suudzon sama dia? T*i amat jadi orang!”
“Ya bukan begitu. Mungkin emang kepengennya Bang Irfan aja buat ikutan praktikum lapang, bonusnya ya bisa bareng pacarnya.”
“HALAH T*I ANJ*NG!” Bang Firzy mukul meja kenceng banget.
“Sabar ah, tae! Jangan berisik di sini!” Gue nahan tangan Bang Firzy saat dia kembali mau mukul meja. “Lu jadinya mau tetep ikut ga besok?”
Bang Firzy nengok ke arah gue. “Ngapain gue ikut kesana? Kesannya maksa dan ngarep banget gue ikutan praktikum lapang kalian? Mesti ngurusin kalian satu-satu saat ada konspirasi macem begini! Sekarang gue udah ga mikirin bantuin praktikum lapang kalian, gue mikirin gimana ngurusin lu aja!”
“Gue aman, Zy. Gue bisa urus diri gue sendiri… Sabar ya jadinya nungguin gue balik 3 hari?”
“Ga boleh lost contact, ga ada alesan ga ada sinyal!”
“Lha? Terus kalo emang beneran ga ada sinyal gimana?”
“Ya gimana caranya kek, cari sinyal.”
“Dih, gimana bisa?”
“Mending ga berangkat atau cari cara nyari sinyal buat ngehubungin gue?”
“Yaudahlah gampang itu. Nanti gue beli nomor Telk*msel! Tae.” Gue cemberut.
“Yaudah buru ambil tas lu.”
“Gue masih briefing, Zy.”
“Elah, lama banget! Yaudah gue tungguin di sini. Kalo sampe 30 menit lagi lu belom keluar juga, gue seret lu dari dalem laboratorium. Biar orang-orang makin asumsi kalo gue cowok kasar! Rusak aja sekalian nama baik gue!”
Gue nempeleng kepala Bang Firzy. “Berani nyeret gue, gue gigit tytyd lu pas lagi ngac*ng-ngac*ngnya! Berani???”
“Sayang-sayang aja dong, jangan digigit. Kan katanya cintaaah membarah penuh pesonah!”
itkgid dan 30 lainnya memberi reputasi
31
Tutup
![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/10/10/10712020_20191010014133.jpg)

dan 
