Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#521
Masih Aman Situasinya
Sesampainya dikostan Emi, gue masih melanjutkan untuk ngetawain dia habis-habisan. Gue masih sangat lucu dengan pemandangan Emi memakai sarung dan memakai jaket angkatannya dia yang agak kegedean.

“Aku mau mandi dulu biar seger. Kamu mau mandi juga nggak?” tanya dia.

“Ya mau, tapi bareng kamu ya. hehehe.” Kata gue.

“Yeee. Maunya.”

“Ya emang mau.”

Dia menunjukkan jari tengahnya ke gue. Gue cuma ketawa aja melihat tingkahnya yang kayak bocah. Mana mukanya juga masih bocah banget lagi. Bayangin aja bocah SMA tapi mulutnya sampah banget kalau ngomong. Haha.

Gue menunggunya sampai akhirnya ketiduran. Nggak tau berapa lama dia mandi, pokoknya tau-tau gue dibangunin sama dia dengan menyipratkan air ke muka gue. Dia udah berpakaian kaos lengan panjang, kerudung terusan, dan juga celana training panjang khas anak kostan cupu yang sekolah di kampus gue.

“Kamu mau makan dulu nggak? Pasti lapar kan kamu?” kata gue.

“Boleh deh. Aku mau nasi goreng ya.” katanya.

“Kamu di kostan aja dulu ya. kan capek pasti. Biar aku yang jalan kesekitaran jalan samping kampus, kan banyak makanan lainnya, kali aja ada cemilan juga. Kamu pasti mau nyemil juga kan?”

“Kok kamu tau? Hehehe.”

“Kebiasaan lah bloon. Kan lama-lama tau juga aku. Hehe.”

“Ye malah ngotot. Buruan sono lo, keburu gue pingsan ini.”

“Sabar bangs*t.”

Lalu gue mengambil dompet dengan maksud mengambil uang di dompet. Tapi ternyata gue belum ambil uang. Didompet gue cuma ada dua ribu rupiah.

“Mi, pake uang lo dulu ya. nanti gue ganti deh. Traktiran makan dikota ya. hehehe.”

“Dih, beg* banget lo. hahaha. Sok pahlawan mau beliin makan ujung-ujungnya minjem duit. Lagian resiko amat sih lo udah jauh-jauh kesini bawa kendaraan malah nggak bawa duit.”

“Aku kan suka naro duit dikantong celana nggak didompet, makanya kadang duit nggak ada didompet jadi nggak sadar. Hahaha.”

“Bloon. Haha. Yaudah itu ada didompet aku.”

Gue cuma nyengir aja dan mencium kilat kening Emi. Gue mengambil dompet yang ada ditasnya. Tasnya yang masih berisi barang-barangnya membuat gue agak kesulitan mengambil dompetnya.

“Buset lo mau mudik apa gimana? Banyak bener ni barang.”

“Ya kan antisipasi dong.”

“Lah ini segala bawa stop kontak portabel segala. Gile bener. Hahaha.”

“Antisipasi su!”

“Haha, barang-barang lainnya bawa, sempak sama celana malah bawanya terbatas. Gobl*k. jadinya pulang sarungan. Itu sarung pak RT bukan? Haha.”

“Kagak lah bloon. Itu sarung punya si Bimo kayaknya. Lupa gue juga.”

“Hooo. Kirain punya Pak RT. Ngeri panuan ntar lo. hahaha.”

“Bangs*t ya kagak lah enak aja lo. gini-gini kulit gue terawat kali.”

“Oh yang dokter itu ya.”

“Itu Terawan bangkek. Hahaha.”

“Haha iya ya. yaudah ah, becanda aja lo. nanti gue kemaleman.”

“Lah kan lo yang ngomong melulu Bang, gimana sih? Haha.”

“Oh iyee. Hahaha.”

Gue pun keluar dari kostannya dan membeli makanan yang dipesan. Sebungkus nasi goreng. Gue juga memesan nasi goreng daripada ribet kan. Sepanjang perjalanan gue melihat beberapa perubahan di pemukiman sekitar kampus yang banyak bercampur dengan kostan mahasiswa. Semakin rame, semakin sempit, dan semakin semerawut.

Setelah gue mendapatkan pesanan gue sudah rapi terbungkus, gue pun berjalan kembali ke arah kostan Emi sambil melihat kanan kiri barangkali ada cemilan yang bisa dibeli. Ternyata ada tukang donat legendaris yang dari jaman gue masih kuliah pun sudah ada disitu. Rasa sama, hanya harga aja lebih tinggi saat itu daripada jaman gue kuliah.

Mungkin karena bahan pokoknya yang juga naik harga kali ya. Pada saat setelah gue membeli donat, gue berpapasan dengan dua orang yang tidak asing. Dua orang ini terlihat akrab. Yak, mestinya sih emang akrab-akrab aja ya. namanya teman sekelas kan. Gue ketemu dengan Dewi dan Nindy. Mereka sepertinya juga habis makan malam.

“Bang Ija.” Kata Nindy.

“Zi.” Kata Dewi.

“Kok lo nggak sopan bener sama bang Ija manggilnya pakai nama gitu.” Sergah Nindy.

“Gue biasa manggil bang Ija dengan panggilan Zizi. Sama kayak mantannya dulu.”

“Kak Dee?”

Lah mereka malah ngediemin gue. gue yang udah senyum malah dibiarin. Yaudah akhirnya gue jalan lagi. Tapi sempat dicegah oleh Nindy.

“Kok buru-buru amat bang?”

“Iya dong. Gue ditunggu karena ada yang kelaparan.” Jawab gue.

“Siapa bang?” tanya Nindy.

“Kayaknya lo berdua udah tau deh. Ya kan? Haha. Yaudah kalau mau ngebahas gue, jangan didepan guenya langsung. Nanti gue seneng. Hahaha.”

Tanpa menghiraukan panggilan mereka lagi, gue meninggalkan mereka dibelakang yang terus aja memanggil nama gue. untungnya mereka nggak ngejar gue. Males juga soalnya kalau dikejar-kejar karena urusan yang sama sekali nggak penting itu.

Sesampainya dikostan, ternyata Emi ketiduran. Lalu gue bangunin perlahan. Kayaknya masih kecapekan dia sehabis pulang dari fieldtrip. Perjalanannya itu emang melelahkan pokoknya kalau yang namanya praktikum lapang itu. Badannya rada anget dikit. Kayak mau meriang. Akhirnya gue paksakan untuk bangun daripada nanti sakit beneran.

“Mi, bangun dulu. Ini makanan udah dateng. Kamu harus makan, kalau nggak ntar mati.”

“Bangs*t. Doain aku mati kamu mah senengnya.”

“Ya biar kamu melek kudu dibilangin kayak gitu. Hahaha.”

Emi yang sudah terbangun, langsung menyantap makanannya yang udah gue sediain dipiring. Dia makannya cepet banget. kayaknya emang kelaperan terus ngantuk juga, mau lanjut tidur lagi.

“Badan aku kok lemes banget ya.”

“Iya suhu badan kamu juga rada anget kok.”

“Yah, aku nggak mau sakit Zy.”

“Ya siapa yang nyuruh lau sakit lagian. Haha.”

“Yee, emang gue yang mau keadaanya kayak gini.”

“Ya kali aja biar alesan nggak masuk kampus. haha.”

“Bener juga sih. Hehehe.”

“Yeee sibangs*t di kasih ide gitu langsung setuju.”

“Haha. Ya kapan lagi kan bisa absen.”

“Emang nggak ada praktikum besok?”

“Nggak ada sih praktikum.”

“Yaudah istirahat aja dulu. Nitip absen atau mau ke poliklinik kampus buat dapet surat sakit?”

“Ke poli aja deh.”

“Tapi nggak usah diminum obatnya ya. hehehe.”

“Iyeee. Daripada ntar malah makin sakit kan. Hahaha.”

Poliklinik yang ada dikampus kami itu ajaib banget. segala macam penyakit hampir pasti selalu dibilangnya radang tenggorokan. Bahkan dulu teman sekelas gue berobat kesana, jelas-jelas yang sakit perutnya, dibilang radang tenggorokan, dan dikasih obat demam. Hahaha. Gue bingung ini dokter atau perawatnya ngambil darimana ya? masa diagnosis pasien salah terus hobinya.

Gue sendiri pernah menjadi ‘korban’ malpraktik kecil-kecilan di klinik ini. Waktu dulu masih jadi mahasiswa baru, gue kan masih takjub sama fasilitas lengkap dan serba gratis yang ditawarkan oleh kampus gue ini. Jadi semuanya harus dimaksimalkan.

Kebetulan kala itu gue sakit demam tinggi. Diantarlah gue kesana oleh Tanto dan Adi F. setelahnya gue di diagnosis mengalami radang tenggorokan. Gue dapat obat seabrek. Gue juga bingung katanya radang tenggorokan tapi kok obatnya banyak banget. kalau berobat ke dokter biasa aja paling dikasih satu strip obat-obatan yang biasanya isinya 10 butir tablet atau kapsul. Nah ini bener-bener banyak.

Lewat dari tiga hari gue nggak tambah sembuh, malah makin sakit. Jadinya gue dibawa ke klinik yang agak lebih besar dan terpercaya yang nggak jauh lokasinya dari kampus. ternyata gue terkena typhus waktu itu. Karena makannya nggak benar kata dokternya waktu itu. Plus lagi kecapekan dan pola tidurnya berubah.

Sebagai mahasiswa ketika itu kan namanya ngekost pasti senang begadang. Apalagi tugas dijurusan gue bejibun. Ada tugas kuliah dari dosen, dan juga ada tugas dari praktikum. Tiada malam tanpa nugas. Nah dari situ juga gue akhirnya makannya nggak teratur. Selama dulu gue sebelum masuk kampus ini kan aman-aman aja. Makanan terjamin dirumah, plus paling malam gue tidur jam 23.00. Tapi semenjak jadi mahasiswa dengan seabrek tugas dan kegiatan non akademis, gue biasa tidur jadi sekitar jam 2 atau jam 3 pagi. Jadi mahkluk nokturnal udah fix. Haha.

Paginya, gue antar Emi pagi-pagi buta ke poliklinik kampus. tujuannya jelas, biar dapet surat sakit. Dan benar aja, diagnosisnya masih sama kayak dulu, radang tenggorokan. Hahaha. Akhirnya setelah dapat surat sakit, gue antar Emi kekostan temannya yang bernama Dwi dan dia menitipkan surat sakit tersebut. Dwi kaget kenapa Emi bisa sakit. Lebih kaget lagi kenapa bisa ada gue pagi-pagi buta disekitaran kampus dan mengantarkan Emi.

“Gue yakin si Dwi istighfar nggak udah-udah itu pasti. Hahaha.”

“Haha iya. Dwi kan paling polos dan paling agamis diantara geng aku Zy.”

“Haha. Berarti nggak ada catatan negatif dong ya. aman-aman aja.”

“Harusnya nggak ada sih Zy. Hehehe.”

“Kamu mukanya udah kayak bocah, ini si Dwi lebih bocah lagi yak mukanya. Jangan-jangan ntar diliatin tit*t pasangannya pas udah nikah dia istighfar seminggu penuh yak. Ahahaha.”

“Hahaha. Gila lo ngebayanginnya Zy. Tapi mungkin juga sih. Hahaha.”

“Hahaha bangs*t malah ngiyain lagi.”

“Yaudah abis ini aku anter pulang ke kostan, terus aku jalan ke kantor ya.”

“Nggak kesiangan?”

“Santai aja. selama prestasi bisa dipertahankan, semuanya aman Mi. hehehe.”

“Oke, aku percaya kamu pasti bisa selalu berprestasi kok Zy.”

Akhirnya kami sampai dikostan Emi. Emi pun berbaring karena badannya agak panas waktu itu. Tapi dia memastikan kalau dia nggak apa-apa, dan minta tolong teman-temannya buat nanti sehabis pulang kuliah mampir sebentar untuk menemani dia. Mudah-mudahan aja pada bisa. Jadi dia nggak sendirian banget dan gue juga nggak khawatir banget.

sampeuk
hendra024
itkgid
itkgid dan 45 lainnya memberi reputasi
46
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.