sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#57
Bab 20: Aturan Keluarga
IPUL

Project yang mereka buat beberapa waktu kemarin terbilang sukses. Mereka mendapatkan nilai yang memuaskan dari tutor mereka. Kerja keras Ipul akhirnya terbayar. Ia bahkan rela begadang beberapa hari untuk mengedit video mereka agar hasilnya sesuai ekspektasi mereka.

Yang membuat Ipul tambah senang adalah respons dari Laila yang tak kalah senang ketika pembuatan video itu selesai. Menurutnya, video itu sangat bagus dan lucu untuk ditonton. Ia bahkan tak bosan-bosan memutar video itu berulang kali.

Tanpa terasa, kegiatan bimbingan ini tinggal beberapa pertemuan lagi. Ipul pun dengan segenap keyakinannya ingin mengungkapkan apa yang selama ini terpendam di benaknya. Sebuah keinginan yang tulus untuk menjalin komitmen dengan Laila.

Untuk mewujudkan niat tulus itu, Ipul mengajak Laila ke salah satu air terjun yang terkenal di kota Batu. Meskipun tampangnya kurang menyakinkan, Ipul ingin menciptakan suasana yang romantis untuk Laila. Ia tak mau kalah dengan ketiga sahabatnya yang lebih jago kalau masalah perempuan.

Ipul mencari tempat yang cukup teduh untuk membicarakan hal tersebut sembari menikmati pemandangan air terjun yang memanjakan mata. Gemericik air yang agak riuh pun ikut menentramkan telinga, apalagi udara sejuk yang dibawa oleh angin di sana. Alam seperti mendukung niat baik Ipul.

“La, aku pengen ngomong sesuatu,”
“Iya, Pul. Kamu ngomong saja,”
“Aku nggak pintar berkata-kata, La. Yang jelas, aku nyaman sama kamu dan aku pengen menjalin komitmen sama kamu, La,” ujar Ipul pelan.
“Jujur, ya, Pul. Aku juga seneng kalau dekat sama kamu, tetapi ada satu hal yang harus aku sampaikan ke kamu. Ketika aku hendak menjalin hubungan dengan seorang lelaki, aku harus bertanya dulu kepada ayahku,”
“Jadi, kamu belum bisa memberikan kepastian saat ini?” tanya Ipul.

Laila mengangguk. Ia harus meminta pendapat dulu kepada bapaknya. Hal itu sudah menjadi aturan di keluarga Laila. Ayahnya tidak ingin Laila salah pergaulan dan salah memilih lelaki.

“Maaf, Pul. Aku tidak bermaksud meragukan kamu. Namun, aku pengen kamu memahami aturan di keluargaku,” tegas Laila menyakinkan Ipul.
“Kalau memang begitu, aku akan menunggu keputusan darimu, La,” balas Ipul sambil tersenyum simpul.

Ternyata, Ipul harus menunggu beberapa waktu lagi. Rencananya tidak berjalan semulus yang dia kira. Kunci dari hubungan mereka saat ini terletak pada keputusan dari ayah Laila.

****

Setelah menunggu beberapa hari, Laila akhirnya menghubungi Ipul. Ia mengajak Ipul bertemu di salah satu warung mie ayam yang tak jauh dari rumah Laila.

“Pul, sebelumnya aku minta maaf,”
“Kamu kenapa meminta maaf?” tanya Ipul. Firasatnya sungguh tidak enak.
“Bapakku tidak merestui hubunganku dengan kamu, Pul. Maaf, bukan berarti bapakku membencimu. Kamu baik, Pul. Namun, aturan di keluargaku yang tidak memperkenankanku melangkah lebih jauh denganmu,”

Ipul awalnya tidak mengerti dengan penjelasan Laila. Aturan macam apa yang membelenggu hubungan mereka saat ini?

Dari raut wajah Ipul, Laila sudah mengerti bahwa benak Ipul dipenuhi tanda tanya. Ia kemudian menceritakan aturan yang selama ini dipegang teguh keluarganya. Ayahnya masih percaya dengan hukum adat serta tradisi kejawen yang diwariskan turun temurun oleh keluarganya. Garis weton mereka berdua tidak cocok. Apabila mereka nekat melanjutkan hubungan itu ke jenjang yang lebih serius, hubungan mereka malah akan menyakiti dua belah pihak dan banyak percekcokan.

Memang, hal semacam itu terkadang dianggap kuno oleh masyarakat modern saat ini. Namun, keluarga Laila berbeda. Mereka masih menghargai budaya dan tradisi tersebut pun juga takut kualat apabila tidak mematuhi nasihat keluarganya.

Laila juga bercerita bahwa kakak-kakaknya pun sempat terjebak dengan aturan tersebut. Mereka terpaksa mematuhi aturan tersebut karena mereka menghormati ayahnya.

“Sekali lagi, aku minta maaf, Pul. Lebih baik kita berteman saja. Aku yakin, kamu nanti pasti akan mendapatkan perempuan yang lebih pantas untuk kamu,” ujar Laila sambil memegang tangan Ipul.
“Aku paham. Terima kasih atas semuanya, ya. Aku juga mendoakan yang terbaik buat kamu,” balas Ipul dengan gurat wajah yang tak dapat tergambarkan. Ia sedih, muak, dan marah kepada keadaan dan juga dirinya sendiri.

Ini memang tidak bisa dinalar, tetapi Ipul sendiri juga menghormati tradisi lama tersebut, khususnya terkait weton. Dia pernah diberi nasihat oleh kakeknya yang tinggal di Blitar mengenai hal itu. Kurang lebih intinya sama persis dengan yang disampaikan Laila. Jadi, mau tidak mau Ipul harus menerima kenyataan bahwa ia tidak akan bisa bersama Laila.

Mereka berdua memutuskan untuk berpisah di tempat itu. Dalam perjalanan pulang, mata Ipul sembab. Pikirannya kacau dan hatinya sedih bukan main. Ia teringat kenangan-kenangannya bersama Laila. Mimpi-mimpi dan semua harapannya kandas seketika.

Ipul patah hati lagi. Ia kini pesimis dan ragu, akankah dia bisa menemukan perempuan seperti Laila di masa mendatang? Tanda tanya itu menggantung di benak Ipul.
fransjabrik
fransjabrik memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.