- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Cinta Tiga Babak
...
TS
simsol...
Kisah Cinta Tiga Babak
Quote:
Nocturno Loebis itu nama gue.Terlahir dengan segala kesempurnaan namun cacat hati.
Begitu banyak wanita yang singgah di kehidupan gue.
Namun tak satupun gue ingin dekap selamanya.
Kecuali satu nama.....Merinita
Sosok wanita yang membuat gue ingin mendekap dia erat selamanya.
Mungkinkah.....?
BERTEMU SAHABAT LAMA
Gue cuman menatap sejenak sosok wanita yang kini lelap di samping gue dengan perasaan muak.
Padahal semalam gue sangat berhasrat tuk bercinta dengannya tapi setelah hasrat gue terlampiaskan yang tersisa hanyalah rasa muak.
Perasaan ini acapkali datang setiap gue abis berhubungan dengan wanita,entah mengapa?.
Gue sendiri pun tak tau sebabnya.
Gue pun bergegas keluar kamar hotel setelah meninggalkan sejumlah uang tuk keperluannya nanti.
Sehabis membayar semua tagihan di hotel tersebut.
Gue pun pergi meninggalkan hotel.
Senin is back.
Saatnya gue sibuk dengan segala urusan yang ada di perusahaan Bokap gue.
Sore itu usai jam kantor.
Gue mampir ke minimarket.
Biasalah membeli sesuatu dan lain hal.
Asyik memilih barang yang gue butuh.
Sebuah panggilan mengejutkan gue.
"Nuno.....lu Nuno kan..?.
Sosok cowok tinggi kurus menyapa gue.
"Bener gue nuno tapi siapa ya?"tanya gue sembari memperhatikan nih orang.
"Masih kenal gue kagak.No?"tanyanya lagi sambil senyum-senyum.
"Sma78 angkatan 2012"lanjutnya memberi petunjuk ke gue.
Gue masih mencoba menebak nih orang .
Dari wajahnya yang di penuhi kumis dan cambang yang cukup lebat membuat gue rada kesulitan tuk mengenali nih orang.
"Yaelah,No.Masa lu lupa ama gue.Padahal kita loh satu komplotan di sekolahan dulu yang suka hunting para gadis sekolah lain tuk di jadikan pacar bulanan!"kata orang tersebut lalu tertawa melihat gue yang semakin bingung.
"Bentar...bentar.Lu Heri kan?"tanya gue
"Yoiiii brader.Gue Heri !"orang itu langsung memeluk gue.
"Buset Her.Lama kali kita kagak ketemu.Kemana aja lu?"gue pun membalas pelukannya dengan erat.
"Lha lu kan kuliah di Ausie trus kagak ada kabarnya selama lu disana.Harusnya gue yang nanya lu kemana aja karna gue masih lanjut kuliah di kota ini!".
"Sori...sori Her.Gue mank rada sibuk disana dan malas pulang ke Indonesia karena bakalan ketemu Bokap yang selalu ngomel tentang nilai kuliah gue yang gitu-gitu aja.Hahahaha!"
Kami pun langsung nongkrong di depan minimarket tersebut.
Ngobrol tentang perjalanan hidup masing-masing selama ini.
Ternyata Heri telah menikah dua tahun yang lalu namun hingga saat ini belum di karuniai momongan.
"Lu kebanyakan buang kali Her waktu kuliah dulu jadi sekarang stok bibit kuat lu minim banget.Hahahaha!"
Hery pun hanya tertawa mendengar ocehan gue.
Setelah sekian lama kami ngobrol ngalor ngidul.
Heri pun hendak berpamitan tuk pulang kerumahnya.
"Ini kartu nama gue.No.Kapan-kapan main kerumah yaa biar kita nostalgia tentang masa kita dulu sekolah!"Heri menyodorkan kartu namanya ke gue.
"Secepatnya gue nanti mampir ke rumah lu,Her!"kata gue lalu memeluk sahabat gue.
Sebentar kemudian kami pun berpisah.
BERTEMU MERINITA
Jumat sore,gue memutuskan tuk singgah kerumah Heri setelah pertemuan beberapa hari yang lalu.
Rumah Heri terlihat mungil dan asri sedangkan di halaman depan tampak sebuah warung makan kecil.
Gue pun celingukan mencari tuh orang di warungnya.
"Mana penjualnya ini"kata gue dalam hati.
"Permisi......!"teriak gue rada kencangan dikit.
Sesosok wanita datang menghampiri gue yang lagi berdiri di depan warung.
"Mau beli bubur ayam yaa,Kak?"tanya wanita tersebut kepada gue.
Gue pun tertegun sejenak melihat paras wanita tersebut.
Kombinasi antara cantik sekaligus manis ada di paras wanita tersebut.
Dia pun tersenyum manis dan terlihatlah lesung pipitnya di kedua pipinya.
Membuat jantung gue berdebar lebih kencang.
"Ma..maap....Gue temannya Heri bukan mau beli bubur ayam,Mbak!"kata gue gugup.
"Gilaaa....kenapa gue tiba-tiba gugup kaya gini.Sadar Nuno ini istrinya sahabat lu,jangan gilaa,lu!"teriak gue dalam hati.
"Oh....Temannya Kak Heri rupanya.Silahkan masuk kerumah kami Kak!"sahut wanita manis tersebut ramah dan keramahan yang di sertai senyum manisnya membuat hati gue kagak karuan.
Dia pun bergegas menutup warungnya lalu menghampiri gue yang lagi berdiri di depan pintu rumahnya.
Kemudian mempersilahkan gue masuk dan duduk di kursi tamu rumah tersebut.
Lalu dia masuk kedalam dan sebentar kemudian keluar membawakan secangkir teh dan duduk berhadapan dengan gue dan cuman meja yang pembatas jarak kami berdua.
"Oya,nama gue Nuno dan gue teman sekolah SMA nya dulu,Mbak"kata gue membuka percakapan sekaligus mengenalkan diri.
"Jangan manggil mbak.Kak Nuno, soalnya saya dengan Kak Heri selisih 5 tahun lebih muda saat menikah dengannya.Nama saya Merinita,Kak!".
Mendengar itu membuat gue jadi ngerasa nggak enak.
"Maap...Gue cuman ingin bersikap sopan saja.Karena tidak tau nama jadi gue panggil mbak saja.sekali lagi gue mohon maap!".gue mencoba menjelaskan sikap gue tadi.
"Nggak apa-apa kog.Kak Nuno nggak salah apa-apa jadi nggak perlu minta maap,Kak!"kata Merinita sambil tertawa kecil.
Sebuah tawa yang biasa tapi tawa tersebut berhiaskan dua lesung pipit membuat gue terpesona akan wajah Merinita.
"Maap....Heri kapan pulang yaaa,Meri?"tanya gue sok mulai akrab dengan Merinita.
"Biasanya jam segini sudah pulang.Mungkin terhalang macet di jalan,Kak.Jadi pulangnya rada telat!"jawab Merinita
"Sudah lama tinggal disini,Meri?"tanya gue mencoba mencairkan suasana.
"Baru setahun,Kak.Kemarin-kemarin tinggal di rumah orang tuanya Kak Heri!"jawab Merinita.
"Betah kagak,Meri tinggal disini?"tanya gue basa-basi
"Betah,Kak.Cuman kemarin jualan di rumah lama lumayan banyak pembelinya tapi kalau di sini rada sepi pembelinya!"sahut Meri dengan nada sedikit sedih.
"Bagaimana kalau gue kontrak lu tuk khusus menyediakan sarapan pagi di kantor gue,Mer.Jadi setiap pagi lu mesti siapin bubur ayam tuk sarapan karyawan gue,mau nggak,Mer?".tanya gue mencoba menolong ekonomi sahabat gue.
"Mau,Kak Nuno.Tapi apa mau karyawan Kak Nuno sarapan bubur ayam buatan saya?"risau Merinita nggak percaya diri.
"Gue yakin bubur ayam buatan Meri pasti enak.Hehehehe!"kata gue sembari cengar-cengir.
"Kak Nuno loh bisa aja, belum pernah makan bubur ayam buatan Meri kog bisanya yakin pasti enak!"sahut Meri dengan rada sedikit manja.
"Kalau yang membuat wanita semanis Meri,gue yakin pasti jaminan mutu!"kata gue sedikit gombal.
Meri hanya tersipu-tersipu menatap gue dengan mata indahnya.
Gue pun langsung gelagapan dan sadar jiwa player gue lagi kumat.
"Woyyyy....Nuno.Sadar itu istrinya sahabat lu!"gerutu gue malu dalam hati.
"Ma....maap Meri.Gue udah lancang ngomong kaya gituan!"ujar gue malu.
"Kak Nuno ini lucu yaa.Sebentar-sebentar minta maap.Meri yang malah bingung di suruh maapin mulu!"Kata Meri sambil tertawa lepas.
Gue makin blingsatan melihat Meri tertawa.
Jantung gue makin berdetak kencang saat mata gue menatap Meri yang tertawa di hadapan gue.
Tak lama kemudian terdengar suara sepeda motor masuk ke pekarangan rumah dan ternyata itu Heri yang datang.
"Syukurlah lu cepat datang Her.Biar otak gue yang lagi ngeres ini bisa ilang!"ucap Syukur gue berkata dalam hati.
CINTA MENGETUK HATI
Semenjak Merinita hadir di kantor gue tuk melayani sarapan pagi.
Sejak itupula gue selalu sarapan pagi di kantor.
Entah mengapa,gue selalu ingin melihat Merinita setiap hari semenjak pertemuan kami di awal.
Sering kali saat gue menatap dia saat melayani karyawan di kantin kantor.
Sering pula gue ketangkap basah oleh Merinita.
Setiap itupula dia tersenyum manis ke arah gue.
Melihat senyumnya dan wajahnya setiap pagi membuat gue semakin kehilangan pikiran bahwasannya Merinita itu istri sahabat gue.
Ketika gue curhat dengan sahabat gue Rahat tentang kegalauan gue malah kena omel.
"Lu gila,No.Bini sahabat lu juga pengen lu embat !.Padahal lu kagak keabisan stok cewek-cewek cantik yang selalu berharap kencan ama lu!"semprot Rahat malam itu di sebuah kafe favorit gue ngumpul bareng teman-teman gue yang pernah sama-sama kuliah di Ausie.
"Gue tau gue salah Hat tapi gue kagak bisa ngontrol nih perasaan saat ketemu tuh cewek Hat!".
"Trus lu mau jadi pebinor gitu No.Muka gila lu No.Gue tau lu mank player No tapi setau gue lu kagak pernah nyatronin cewek yang sudah berkeluarga!".
"Gue sendiri juga bingung Hat,kog gue kaya gini sekarang Hat!".
"Ini saran gue ke lu No.Lebih baik lu mulai sekarang menghindar dulu.Benerin perasaan gila lu.Gue tau dan ngerti perasaan lu No,yang namanya jatuh cinta mank kagak bisa di duga.Cuman kali ini,lu kudu buang rasa itu jauh-jauh!".
Gue cuman mengangguk pelan.
Ada rasa sesak di hati gue mengingat gue sementara tidak bisa melihat wajah dan senyum manis Merinita.
Sudah semingguan lebih gue berusaha menghindar dari perasaan ingin melihat Merinita.
Semingguan ini pula gue tersiksa oleh kerinduan gue ingin melihat Merinita.
Biasanya gue turun kerja pagi.
Kini gue berangkat kerja rada siangan.
Perusahaan gue terdiri dari 5 lantai dan lantai paling atas adalah ruangan gue.
Hanya securiti yang berjaga di depan lift kemudian gue dan seketaris gue Mirna yang menghuni lantai tersebut sehari-harinya.
Takkala gue mau masuk ke ruangan gue.
Mirna seketaris gue melaporkan bahwa tadi pagi Merinita datang mengantar makanan tuk gue.
Sesampainya di ruangan gue.
Gue melihat sebuah nampan yang berselubung tudung kecil.
Di samping nampan tersebut terselip sebuah kertas catatan dari Merinita.
"Semoga makanan dari Meri bisa membuat Kak Nuno lebih semangat lagi dalam bekerja.Salam hangat Meri & Kak Heri".
Sesak banget hati gue penuh dengan kerinduan ingin melihat Merinita usai membaca catatannya.
Gue pun membuka tudung kecil tersebut dan melahap semangkuk bubur ayam dari Merinita.
Entah mengapa ketika gue menikmati makanan tersebut.
Airmata gue tak terasa membasahi pipi gue.
"Gue kangen lu Merinita!".
Diubah oleh simsol... 23-12-2019 21:06
nona212 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
3.6K
118
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
simsol...
#1
KETIKA CINTA MEMELUK ERAT
Hidup gue terasa semakin hari semakin hambar.
Dunia malam dan para gadis yang biasanya gue nikmati kini terasa membosankan.
Hidup dan otak gue kini hanya terisi oleh wajah Merinita.
Sudah 2 bulan berlalu dan gue tetap nggak bisa move on dari perasaan ini.
Merinita pun setiap harinya selalu menitipkan makanan buatannya tuk gue melalui seketaris gue.
"Gue bisa gila ini kalau begini ceritanya.Maju jelas gue salah tapi kalau gue mundur perasaan ini bakal nyiksa gue.Masa bodoh kata orang.Gue harus dekatin Meri sekalipun nanti di tolak,setidaknya gue udah lampiaskan perasaan gue!".
Akhirnya gue pun memutuskan turun ke kantin tuk menemui Meri.
Gue liat dia sedang membereskan peralatan makanannya.
"Meri..!"sapa gue.
"Eh,Kak Nuno.Bikin kaget Meri aja!"ujar Meri saat lihat gue di sampingnya.
Hati gue terasa adem saat mendengar suara yang selalu gue rindukan.
"Wah,pasti tadi sedang melamun yaa Mer.Semoga bukan lagi ngelamunin gue dah.Hehehehe!"Canda gue.
"Sedikit iya Kak.Abis Kak Nuno sibuk banget kmaren-kmaren hingga nggak pernah datang lagi kesini!"ucap Meri dengan nada manja di barengi senyuman khasnya yang membuat gue mabuk kepayang.
"Ini mau pulang yaa Mer?"tanya gue.
"Iya Kak tapi ojek langganan Meri belum ada nelpon kalau sudah sampai di sini!"
"Udah,gue aja yang antarin pulang yaa Mer?".
"Lho,ini kan masih jam kerja Kak ?".
"Nggak pa-pa Mer.Tenang aja!".
"Duh....Bos mah bebas.Hehehe"canda Meri.
"Nah itu lu tau Mer.Hahaha".
Semenjak hari itu,gue sering mengantar pulang Merinita.
Semakin hari gue semakin dekat dengannya.
Gue udah benar-benar gelap mata.
Merinita pun seakan-akan membuka peluang ke gue.
Seringkali gue tidak langsung mengantarnya pulang kerumah.
Makan bareng di resto atau jalan ke mall merupakan hampir jadi rutinitas kami berdua sehari-hari.
Gue pun mulai berani menggenggam tangannya atau merangkulnya saat kami bercanda menikmati waktu.
Terkadang pula Merinita bersikap manja dan perhatian ke gue.
Sore itu di sebuah kafe di pinggir pantai.
Gue memberanikan diri tuk menyatakan perasaan gue ke Merinita.
"Meri..."kata gue sambil memegang tangan Merinita.
"Iyaa...Kak.Kenapa?"tanya Meri menatap lembut ke gue.
"Gue tau ini salah Mer.Tapi gue kagak bisa bohongin diri sendiri kalau gue sayang sama lu Mer!"ucap gue kemudian tertunduk malu atas sikap gue tadi.
Sebuah tangan halus mengangkat dagu gue dan tangan tersebut milik Merinita.
"Kak Nuno.Perasaan Kak Nuno ke Meri itu memang salah tapi Meri merasa bahagia mendengarnya!"kata Meri lembut kemudian dia berdiri dan mengecup lembut pipi gue.
"Meri pun punya perasaan salah itu ke Kak Nuno"bisik lembut Meri di telinga gue.
Gue pun langsung mengecup keningnya dan memeluknya erat.
"Makasih Mer atas kebahagian hari ini"bisik gue di telinga Meri.
AKHIR JALAN CINTA
Gue merasa setiap hari adalah hari yang indah takkala gue bisa bertemu dan jalan berduaan dengan Merinita.
Walaupun itu hanya bisa kami lakukan setiap sore hari dan sabtu minggu terpaksa gue absen tuk berjumpa dengannya.
Gue tau apa yang gue lakukan ini benar-benar salah.
Gue menjadi pengkhianat bagi sahabat gue sendiri.
Tapi bisa apa gue melawan rasa cinta yang menggebu-gebu terhadap Merinita.
Lagipula Merinita pun menyambut rasa cinta gue ke dia.
Semenjak gue kenal dan dekat dengan Merinita.
Gue tidak lagi sering singgah di nite club favorit gue.
Semua wanita yang pernah singgah dalam permainan asmara gue pun mulai gue nggak perdulikan lagi.
Di otak gue hanya Merinita dan bagaimana bisa selalu dekat dengannya.
Hubungan gue dengan Merinita benar-benar berlandaskan hati.
Setiap waktu yang kami habiskan hanyalah mengobrol dan saling berangkulan dengan mesra.
Adalah sedikit gue melancarkan ciuman ke bibir dia.
Cuman hanya itu batasan yang gue sudah putuskan.
Kelak bila gue ama Merinita bisa bersatu dalam satu ikatan resmi,baru gue bakal menikmati seutuhnya apa yang ada dan dimiliki oleh Merinita.
"Kak Nuno...!"kata Meri yang masih bergelayut manja di pelukan gue saat mampir ke apartemen gue.
"Kenapa Mer?"tanya gue sambil mengelus rambut panjangnya.
"Sampai kapan kita sembunyikan hubungan ini dari Kak Heri.Setiap bertemu Kak Heri,Meri merasa bersalah karena terus membohongi Kak Heri!"keluh Meri dalam pelukanku.
"Meri,menurut gue secepatnya kita harus jujur sama Heri.Apapun resikonya kita tanggung bersama!"kata gue kemudian memeluk Meri erat dan mengecup pipinya.
Meri pun menggenggam tangan gue yang memeluknya dengan erat.
"Lu kurang ajar sekali No.Tega banget lu sama gue No!"bentak Heri saat kami berdua mengakui hubungan terlarang ini.
Gue pun langsung bersimpuh di kaki Heri.
"Gue mohon maap Her.Gue mank sahabat lu yang paling brengsek tapi gue benaran jatuh cinta ama Merinita Her.Gue mohon lu ngertiin perasaan kami Her!"rengek gue di kaki Heri.
"Bukkk......!"
Heri menendang gue hingga gue terpelanting kebelakang.
"Kak Nunoooo.....!"jerit Meri menangis sambil berlari ke gue dan langsung memeluk gue.
"Dasar perempuan murahan kamu Nita!"bentak Heri lalu menghampiri Meri dan menjambak rambutnya.
Melihat itu,gue langsung tersulut amarah.
wanita yang gue cintai di perlakukan seperti itu.
Tanpa basa-basi gue langsung menonjok muka Heri hingga dia termundur kebelakang.
"Sudah....kalian jangan berkelahi.Kak Nuno pulanglah biar Meri yang selesaikan ini dengan Kak Heri!"jerit Meri sambil menangis meraung.
Melihat itu emosi gue langsung surut.
"Lu sampai menyakiti Meri bakal gue kejar kemana lu berada Her dan bakal gue mampusin lu !"ancam gue sambil berlalu pergi.
Sudah dua hari gue nggak melihat Meri di kantin kantor sejak kejadian kemarin.
Malam ini gue gelisah memikirkan keadaan Meri yang belum ada kabarnya.
Handphone dia pun tidak dapat gue hubungi.
"Sial....bakalan kagak bisa tidur gue malam ini"keluh gue di tempat tidur.
"Ting tong...."bel pintu gue berbunyi.
Bergegas keluar kamar dan berharap Meri yang datang.
Namun harapan tinggal harapan ternyata yang datang.Lidya mantan gue dalam keadaan mabuk.
Gue pun membuka pintu.
Lidya langsung memeluk gue sembari menciumi leher gue.
"I miss you Beb!"ucap lirih menggoda ala lidya.
Gue langsung mendorong pelan tubuh lidya.
"Miss you too Lidya.Tapi gue lagi kecapean banget hari ini jadi kagak mood tuk ngeladeni lu malam ini!"alibi gue tuk menolak keinginan Lidya.
"Gue antar pulang yaa Beb ke apartemen lu!"lanjut gue mengusir halus.
Lidya merenggut,namun dengan lembut gue rangkul dia tuk gue antar pulang.
"Entar gue telpon lu kalau gue lagi full energi Beb!"bisik gue di telinga Lidya kemudian menggandeng dia ke lift dan mengantarkan dia pulang.
Keesokan paginya tetap Meri tidak tampak di kantin kantor tuk melayani sarapan pagi.
Gue makin gelisah memikirkan keadaan Meri.
Seharian gue di kantor cuman sibuk menelpon Meri.
Berharap handphonenya sudah aktif kembali.
Namun semua sia-sia.
Dengan langkah lunglai gue pun pulang ke apartemen gue.
Ketika gue keluar dari lift.
Hati gue serasa bergemuruh bahagia.
Sosok yang gue rindukan ada di depan gue.
Tersenyum manis dan berlari memeluk gue erat sambil terisak menangis.
Gue pun memeluknya dengan erat tuk melampiaskan kerinduan gue.
Malam ini terasa indah banget bagi gue.
Meri memutuskan tuk bermalam di apartemen gue.
Malam semakin larut dan Meri memeluk gue di atas tempat tidur sembari mengobrol tentang masa depan yang akan kami jalani.
"Kak Nuno,Meri sudah memutuskan tuk berpisah dari Kak Heri!"sambil berbicara hal tersebut,dia menempelkan hidungnya ke hidung gue.
"Setelah semua beres,gue bakal bisa memiliki lu seutuhnya Mer!"kata gue sembari mengecup lembut bibirnya.
"Besok mungkin terakhir Nita kerja di kantin kantor Kak Nuno.Nggak pa-pa kan Kak Nuno!"katanya lalu mengecup kening gue.
"Nggak pa-pa,kan nantinya tugasnya Meri khusus hanya tuk melayani gue!".
Keesokan paginya gue terbangun Meri sudah tidak ada di samping gue.
"Mungkin dia langsung ke kantor tuk kerja terakhirnya"pikir gue dalam hati.
Dengan hati riang gue pun bersiul-siul sepanjang perjalanan ke kantor.
Setibanya di kantor.
Suasananya masih sepi.
Hanya ada securiti yang berjaga.
"Pak,Meri sudah datang yaa tadi?"tanya gue ke securiti jaga.
"Sudah Pak dan langsung naik ke atas ke ruangan Bapak!"jawab securiti sambil melihat ke atas.
Handphone gue bergetar dan ternyata sebuah sms yang datang.
Ternyata sms dari Meri.
"Kak Nuno tercinta....Maapkan Meri!"
"Pak Nuno,liat di atas Non Meri lagi berdiri di atas balkon ruangan Bapak!"teriak securiti menunjuk ke ruangan gue.
Pucat pasi muka gue melihat Meri berdiri di atas sana.
tubuh gue bergetar hebat.
Secepatnya gue berlari tuk naik lift di temani securiti menuju lantai lima.
Setibanya disana gue liat dibalik kaca Meri tersenyum menangis menatap gue.
Gue mencoba membuka pintu ruangan gue namun terkunci dari dalam.
"Meriiiii......jangan......Merrriiii jangan....!"teriak gue keras menangis sambil menggedor-gedor pintu kaca.
"Pranggggg.....!"kaca ruangan gue pecah berderai karena di hantam kursi oleh securiti.
Gue pun berlari menerjang masuk.
"Meriiiiiii.......jangan Meriiiiii.....!"gue berlari kencang ke arah Meri.
Namun Meri hanya tersenyum dan menjatuhkan tubuhnya ke bawah.
"Meriiiiiiiiii........!"
Dengan nanar gue melihat tubuh Meri yang terhempas ke bawah.
"Argggggghhhhhhhhhh.....!"
Gue berteriak histeris.
Tubuh gue terhempas ke lantai dan menangis meraung-meraung.
Dengan tubuh lunglai.
Gue merangkak menuju sebuah nampan yang tertutup tudung kecil di atas meja kantor.
Sebuah persembahan terakhir dari seorang wanita yang sangat gue cintai.
Secarik surat tergeletak disana.
Dengan tangan tergetar dan perasaan gue yang hancur remuk coba membacanya.
Kak Nuno terkasih.....Maapkan Meri.
Berani meninggalkan Kak Nuno.
Meri sangat mencintai Kak Nuno.
Kak Nuno adalah napas Meri di kehidupan sekarang.
Namun mencintai tapi tak memiliki.
Membuat Meri tak dapat bertahan lebih lama lagi.
Gue pun langsung terjatuh pingsan karena tidak dapat menahan guncangan hidup gue kali ini.
"Meriiiii......Meriiiii jangan pergiiii...jangan tinggalkan gue
Hidup gue terasa semakin hari semakin hambar.
Dunia malam dan para gadis yang biasanya gue nikmati kini terasa membosankan.
Hidup dan otak gue kini hanya terisi oleh wajah Merinita.
Sudah 2 bulan berlalu dan gue tetap nggak bisa move on dari perasaan ini.
Merinita pun setiap harinya selalu menitipkan makanan buatannya tuk gue melalui seketaris gue.
"Gue bisa gila ini kalau begini ceritanya.Maju jelas gue salah tapi kalau gue mundur perasaan ini bakal nyiksa gue.Masa bodoh kata orang.Gue harus dekatin Meri sekalipun nanti di tolak,setidaknya gue udah lampiaskan perasaan gue!".
Akhirnya gue pun memutuskan turun ke kantin tuk menemui Meri.
Gue liat dia sedang membereskan peralatan makanannya.
"Meri..!"sapa gue.
"Eh,Kak Nuno.Bikin kaget Meri aja!"ujar Meri saat lihat gue di sampingnya.
Hati gue terasa adem saat mendengar suara yang selalu gue rindukan.
"Wah,pasti tadi sedang melamun yaa Mer.Semoga bukan lagi ngelamunin gue dah.Hehehehe!"Canda gue.
"Sedikit iya Kak.Abis Kak Nuno sibuk banget kmaren-kmaren hingga nggak pernah datang lagi kesini!"ucap Meri dengan nada manja di barengi senyuman khasnya yang membuat gue mabuk kepayang.
"Ini mau pulang yaa Mer?"tanya gue.
"Iya Kak tapi ojek langganan Meri belum ada nelpon kalau sudah sampai di sini!"
"Udah,gue aja yang antarin pulang yaa Mer?".
"Lho,ini kan masih jam kerja Kak ?".
"Nggak pa-pa Mer.Tenang aja!".
"Duh....Bos mah bebas.Hehehe"canda Meri.
"Nah itu lu tau Mer.Hahaha".
Semenjak hari itu,gue sering mengantar pulang Merinita.
Semakin hari gue semakin dekat dengannya.
Gue udah benar-benar gelap mata.
Merinita pun seakan-akan membuka peluang ke gue.
Seringkali gue tidak langsung mengantarnya pulang kerumah.
Makan bareng di resto atau jalan ke mall merupakan hampir jadi rutinitas kami berdua sehari-hari.
Gue pun mulai berani menggenggam tangannya atau merangkulnya saat kami bercanda menikmati waktu.
Terkadang pula Merinita bersikap manja dan perhatian ke gue.
Sore itu di sebuah kafe di pinggir pantai.
Gue memberanikan diri tuk menyatakan perasaan gue ke Merinita.
"Meri..."kata gue sambil memegang tangan Merinita.
"Iyaa...Kak.Kenapa?"tanya Meri menatap lembut ke gue.
"Gue tau ini salah Mer.Tapi gue kagak bisa bohongin diri sendiri kalau gue sayang sama lu Mer!"ucap gue kemudian tertunduk malu atas sikap gue tadi.
Sebuah tangan halus mengangkat dagu gue dan tangan tersebut milik Merinita.
"Kak Nuno.Perasaan Kak Nuno ke Meri itu memang salah tapi Meri merasa bahagia mendengarnya!"kata Meri lembut kemudian dia berdiri dan mengecup lembut pipi gue.
"Meri pun punya perasaan salah itu ke Kak Nuno"bisik lembut Meri di telinga gue.
Gue pun langsung mengecup keningnya dan memeluknya erat.
"Makasih Mer atas kebahagian hari ini"bisik gue di telinga Meri.
AKHIR JALAN CINTA
Gue merasa setiap hari adalah hari yang indah takkala gue bisa bertemu dan jalan berduaan dengan Merinita.
Walaupun itu hanya bisa kami lakukan setiap sore hari dan sabtu minggu terpaksa gue absen tuk berjumpa dengannya.
Gue tau apa yang gue lakukan ini benar-benar salah.
Gue menjadi pengkhianat bagi sahabat gue sendiri.
Tapi bisa apa gue melawan rasa cinta yang menggebu-gebu terhadap Merinita.
Lagipula Merinita pun menyambut rasa cinta gue ke dia.
Semenjak gue kenal dan dekat dengan Merinita.
Gue tidak lagi sering singgah di nite club favorit gue.
Semua wanita yang pernah singgah dalam permainan asmara gue pun mulai gue nggak perdulikan lagi.
Di otak gue hanya Merinita dan bagaimana bisa selalu dekat dengannya.
Hubungan gue dengan Merinita benar-benar berlandaskan hati.
Setiap waktu yang kami habiskan hanyalah mengobrol dan saling berangkulan dengan mesra.
Adalah sedikit gue melancarkan ciuman ke bibir dia.
Cuman hanya itu batasan yang gue sudah putuskan.
Kelak bila gue ama Merinita bisa bersatu dalam satu ikatan resmi,baru gue bakal menikmati seutuhnya apa yang ada dan dimiliki oleh Merinita.
"Kak Nuno...!"kata Meri yang masih bergelayut manja di pelukan gue saat mampir ke apartemen gue.
"Kenapa Mer?"tanya gue sambil mengelus rambut panjangnya.
"Sampai kapan kita sembunyikan hubungan ini dari Kak Heri.Setiap bertemu Kak Heri,Meri merasa bersalah karena terus membohongi Kak Heri!"keluh Meri dalam pelukanku.
"Meri,menurut gue secepatnya kita harus jujur sama Heri.Apapun resikonya kita tanggung bersama!"kata gue kemudian memeluk Meri erat dan mengecup pipinya.
Meri pun menggenggam tangan gue yang memeluknya dengan erat.
"Lu kurang ajar sekali No.Tega banget lu sama gue No!"bentak Heri saat kami berdua mengakui hubungan terlarang ini.
Gue pun langsung bersimpuh di kaki Heri.
"Gue mohon maap Her.Gue mank sahabat lu yang paling brengsek tapi gue benaran jatuh cinta ama Merinita Her.Gue mohon lu ngertiin perasaan kami Her!"rengek gue di kaki Heri.
"Bukkk......!"
Heri menendang gue hingga gue terpelanting kebelakang.
"Kak Nunoooo.....!"jerit Meri menangis sambil berlari ke gue dan langsung memeluk gue.
"Dasar perempuan murahan kamu Nita!"bentak Heri lalu menghampiri Meri dan menjambak rambutnya.
Melihat itu,gue langsung tersulut amarah.
wanita yang gue cintai di perlakukan seperti itu.
Tanpa basa-basi gue langsung menonjok muka Heri hingga dia termundur kebelakang.
"Sudah....kalian jangan berkelahi.Kak Nuno pulanglah biar Meri yang selesaikan ini dengan Kak Heri!"jerit Meri sambil menangis meraung.
Melihat itu emosi gue langsung surut.
"Lu sampai menyakiti Meri bakal gue kejar kemana lu berada Her dan bakal gue mampusin lu !"ancam gue sambil berlalu pergi.
Sudah dua hari gue nggak melihat Meri di kantin kantor sejak kejadian kemarin.
Malam ini gue gelisah memikirkan keadaan Meri yang belum ada kabarnya.
Handphone dia pun tidak dapat gue hubungi.
"Sial....bakalan kagak bisa tidur gue malam ini"keluh gue di tempat tidur.
"Ting tong...."bel pintu gue berbunyi.
Bergegas keluar kamar dan berharap Meri yang datang.
Namun harapan tinggal harapan ternyata yang datang.Lidya mantan gue dalam keadaan mabuk.
Gue pun membuka pintu.
Lidya langsung memeluk gue sembari menciumi leher gue.
"I miss you Beb!"ucap lirih menggoda ala lidya.
Gue langsung mendorong pelan tubuh lidya.
"Miss you too Lidya.Tapi gue lagi kecapean banget hari ini jadi kagak mood tuk ngeladeni lu malam ini!"alibi gue tuk menolak keinginan Lidya.
"Gue antar pulang yaa Beb ke apartemen lu!"lanjut gue mengusir halus.
Lidya merenggut,namun dengan lembut gue rangkul dia tuk gue antar pulang.
"Entar gue telpon lu kalau gue lagi full energi Beb!"bisik gue di telinga Lidya kemudian menggandeng dia ke lift dan mengantarkan dia pulang.
Keesokan paginya tetap Meri tidak tampak di kantin kantor tuk melayani sarapan pagi.
Gue makin gelisah memikirkan keadaan Meri.
Seharian gue di kantor cuman sibuk menelpon Meri.
Berharap handphonenya sudah aktif kembali.
Namun semua sia-sia.
Dengan langkah lunglai gue pun pulang ke apartemen gue.
Ketika gue keluar dari lift.
Hati gue serasa bergemuruh bahagia.
Sosok yang gue rindukan ada di depan gue.
Tersenyum manis dan berlari memeluk gue erat sambil terisak menangis.
Gue pun memeluknya dengan erat tuk melampiaskan kerinduan gue.
Malam ini terasa indah banget bagi gue.
Meri memutuskan tuk bermalam di apartemen gue.
Malam semakin larut dan Meri memeluk gue di atas tempat tidur sembari mengobrol tentang masa depan yang akan kami jalani.
"Kak Nuno,Meri sudah memutuskan tuk berpisah dari Kak Heri!"sambil berbicara hal tersebut,dia menempelkan hidungnya ke hidung gue.
"Setelah semua beres,gue bakal bisa memiliki lu seutuhnya Mer!"kata gue sembari mengecup lembut bibirnya.
"Besok mungkin terakhir Nita kerja di kantin kantor Kak Nuno.Nggak pa-pa kan Kak Nuno!"katanya lalu mengecup kening gue.
"Nggak pa-pa,kan nantinya tugasnya Meri khusus hanya tuk melayani gue!".
Keesokan paginya gue terbangun Meri sudah tidak ada di samping gue.
"Mungkin dia langsung ke kantor tuk kerja terakhirnya"pikir gue dalam hati.
Dengan hati riang gue pun bersiul-siul sepanjang perjalanan ke kantor.
Setibanya di kantor.
Suasananya masih sepi.
Hanya ada securiti yang berjaga.
"Pak,Meri sudah datang yaa tadi?"tanya gue ke securiti jaga.
"Sudah Pak dan langsung naik ke atas ke ruangan Bapak!"jawab securiti sambil melihat ke atas.
Handphone gue bergetar dan ternyata sebuah sms yang datang.
Ternyata sms dari Meri.
"Kak Nuno tercinta....Maapkan Meri!"
"Pak Nuno,liat di atas Non Meri lagi berdiri di atas balkon ruangan Bapak!"teriak securiti menunjuk ke ruangan gue.
Pucat pasi muka gue melihat Meri berdiri di atas sana.
tubuh gue bergetar hebat.
Secepatnya gue berlari tuk naik lift di temani securiti menuju lantai lima.
Setibanya disana gue liat dibalik kaca Meri tersenyum menangis menatap gue.
Gue mencoba membuka pintu ruangan gue namun terkunci dari dalam.
"Meriiiii......jangan......Merrriiii jangan....!"teriak gue keras menangis sambil menggedor-gedor pintu kaca.
"Pranggggg.....!"kaca ruangan gue pecah berderai karena di hantam kursi oleh securiti.
Gue pun berlari menerjang masuk.
"Meriiiiiii.......jangan Meriiiiii.....!"gue berlari kencang ke arah Meri.
Namun Meri hanya tersenyum dan menjatuhkan tubuhnya ke bawah.
"Meriiiiiiiiii........!"
Dengan nanar gue melihat tubuh Meri yang terhempas ke bawah.
"Argggggghhhhhhhhhh.....!"
Gue berteriak histeris.
Tubuh gue terhempas ke lantai dan menangis meraung-meraung.
Dengan tubuh lunglai.
Gue merangkak menuju sebuah nampan yang tertutup tudung kecil di atas meja kantor.
Sebuah persembahan terakhir dari seorang wanita yang sangat gue cintai.
Secarik surat tergeletak disana.
Dengan tangan tergetar dan perasaan gue yang hancur remuk coba membacanya.
Kak Nuno terkasih.....Maapkan Meri.
Berani meninggalkan Kak Nuno.
Meri sangat mencintai Kak Nuno.
Kak Nuno adalah napas Meri di kehidupan sekarang.
Namun mencintai tapi tak memiliki.
Membuat Meri tak dapat bertahan lebih lama lagi.
Gue pun langsung terjatuh pingsan karena tidak dapat menahan guncangan hidup gue kali ini.
"Meriiiii......Meriiiii jangan pergiiii...jangan tinggalkan gue
Diubah oleh simsol... 24-12-2019 11:42
pulaukapok dan 4 lainnya memberi reputasi
5