- Beranda
- Stories from the Heart
Pengalaman Horor di Sekolah
...
TS
malaikatrindu
Pengalaman Horor di Sekolah

📖📚 Cerita Pembuka 🤐😈
Quote:
Tidur di Aula Lantai Dua
Malam itu, gue terpaksa tidur di aula lantai dua bersama para senior dan alumni. Sial memang, teman satu angkatan semuanya tidur di ruangan lain. Gue sendirian. Hal ini terjadi karena gue telat masuk ke ruangan. Ditambah, katanya di sana memang sudah penuh. Alhasil, gue pasrah.
Malam sudah larut dan sekarang sedang mati lampu. Aula tempat gue tidur saat itu memiliki belasan jendela dan belum dipasang gorden. Yang bisa gue lihat hanya cahaya remang-remang. Gerimis turun dengan suara rintik yang terdengar jelas di tengah kesunyian. Gue meringkuk dan menyelimuti tubuh dengan sarung. Tapi karena gak bisa tidur, akhirnya gue memutuskan untuk duduk bersila tanpa ditemani siapapun.
Gue mulai memandang senior dan alumni satu-persatu. Mereka sudah terbaring pulas di atas tikar. Lengkap dengan dengkuran keras yang bikin gue semakin enggak bisa tidur. Gue menghela napas dan mencoba menenangkan diri agar tidak takut.
Sialnya lagi, HP gue baterainya habis. Gue melirik jam tangan, ternyata sudah jam setengah dua dini hari. Hembusan napas gusar berulang-ulang kali keluar dari hidung. Ini adalah waktu beraktivitasnya bangsa jin. Gue mulai was-was dan ketakutan. Mata melirik ke kiri dan ke kanan, memastikan tidak sesuatu yang aneh di sekitar gue.
Eh, gue enggak sengaja melihat pohon melinjo yang ada di samping aula dari jendela goyang-goyang seperti ada angin besar. Padahal, pohon jambu dan sukun yang ada di sebelahnya tidak bergerak sama sekali. Meski gelap, gue masih bisa melihat pohon-pohon dengan cukup jelas. Gue coba perhatikan dengan lebih teliti. Barangkali saja itu hanya ilusi mata. Tapi, mata gue memang enggak salah. Pohon melinjo itu benar-benar bergoyang sendiri. Gila, serem banget!
Jujur, gue orangnya penakut banget. Perasaan gue saat itu sudah tidak karuan. Gue mencoba menenangkan diri dengan berdoa dan membaca ayat suci sembari memejamkan mata. Tangan gue meremas sarung dengan sangat kencang. Dahi dan pelipis gue mulai basah dengan keringat dingin. Terdengar lebay memang, tapi itu benar-benar gue alami.
Tidak berselang lama, terdengar riuh angin yang disertai suara anak ayam bercicit ramai. Pikiran gue seketika pecah dan ingat cerita orang-orang. Jika sedang gerimis, terus ada cicitan anak ayam malam-malam dan gemuruh angin, fiks itu artinya ada kuntilanak di sekitar lo. Parah, gue semakin ketakutan dan terus berdoa sebanyak-banyaknya.
Dengan keberanian yang sebenarnya sudah habis, gue memutuskan membuka mata dengan rasa takut setengah mati. Mata gue disambut sesuatu yang langsung membuat terbelakak. Sesosok perempuan berbaju putih kusam dengan rambut panjangnya, melayang melewati lorong aula. Kepalanya tertunduk. Sialnya lagi, ada sosok anak kecil yang melayang di depan kuntilanak tersebut. Dua sosok tersebut jelas banget terlihat dari jendela.
Spoiler for Sosok di Jendela:

Gue tertegun dan enggak bisa berkata-kata. Akhirnya, gue memutuskan untuk berbaring di atas tikar sembari menutup wajah dengan sarung. Badan gue menggigil ketakutan.
Pikiran gue sudah terkontaminasi hal yang tidak-tidak. Gue enggak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau kuntilanak tersebut dengan wajah busuk dan matanya yang merah saat itu mendadak ada di sebelah. Gue pun ketakutan sejadi-jadinya.
Sampai Azan Subuh berkumandang, gue belum tidur. Ketika diajak oleh senior untuk pergi ke masjid, dengan badan lemas dan kepala pusing, gue memaksakan diri untuk pergi bersama mereka tanpa menceritakan apa yang gue alami tadi malam.
Setelah acara bubar, gue mendatangi penjaga gedung sekolah. Gue bertanya-tanya soal pohon melinjo dan suara cicitan anak ayam. Sepertinya, beliau langsung paham dan menangkap apa yang gue maksud.
"Kamu pernah lihat juga 'kah? Kalau Mamang mah sering banget, Dek. Di sana memang ada sesuatunya. Tapi, enggak usah takut. Itu sudah biasa."
Itulah kalimat dari penjaga yang biasa menginap di sekolah. Setelah kejadian itu, gue enggak pernah lagi mau ikutan acara menginap baik itu MABIT atau apapun itu.
Setelah kejadian itu, gue langsung sakit.
---o0o----
Hey, gue @malaikatrindualias Fikri. Bagaimana dengan cerita pembuka di atas? Cukup membuat bulu kuduk GanSis merinding atau malah tidak sama sekali? Jika kalian belum puas dengan kisah dari pengalaman tadi atau ingin tahu pengalaman gue lainnya, silakan ikuti thread ini.
Pengalaman Horor di Sekolah merupakan kisah-kisah yang diambil dari pengalaman gue pribasi, juga dari narasumber lain. Bagi kalian yang ingin membagikan kisahnya, boleh tulis di kolom komentar!
Untuk informasi dan komunikasi, GanSis bisa mengikuti akun Instagram saya di @alfikrisaga.
Pengalaman Horor di Sekolah akan di-update setiap malam. Jadi, jangan sampai lupa!
Pengalaman Horor di Sekolah merupakan kisah-kisah yang diambil dari pengalaman gue pribasi, juga dari narasumber lain. Bagi kalian yang ingin membagikan kisahnya, boleh tulis di kolom komentar!
Untuk informasi dan komunikasi, GanSis bisa mengikuti akun Instagram saya di @alfikrisaga.
Pengalaman Horor di Sekolah akan di-update setiap malam. Jadi, jangan sampai lupa!
Quote:
Diubah oleh malaikatrindu 10-12-2019 20:46
nona212 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
4.6K
Kutip
42
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
malaikatrindu
#14
Sukma Diculik Dedemit di Toilet SMP - Part 1
Quote:
Di desa gue, ada sebuah SMP negeri. Jumlah siswanya tidak terlalu banyak karena hanya diisi anak-anak desa gue doang. Bangunan sekolahnya berdekatan dengan pemakaman yang terkenal angker banget. Akibatnya, banyak rumor beredar tentang hal-hal tak kasat mata sering terjadi di sana.
Sekitar tiga tahun yang lalu, ada sebuah kejadian mengerikan di SMP tersebut. Kisah ini bermula ketika ada seorang siswi pergi ke toilet dengan ditemani temannya. Anggap saja, nama siswi tersebut adalah Mila dan teman yang mengantarnya bernama Putri.
Saat itu, Mila sedang haid. Padahal, sangat tidak disarankan saat menstruasi pergi ke toilet siswa dan sebagai gantinya boleh menggunakan toilet guru. Hal ini bukan tanpa alasan, pernah terjadi kesurupan massal akibat seorang siswi yang sedang haid pergi ke toilet dan membuang sisa pembalut sembarang. Atas kejadian itu, dikhawatirkan terjadi hal serupa. Makanya dijadikan sebuah aturan tidak tertulis di SMP itu.
"Mil, Lo gak takut sama apa yang sering diceritain orang-orang?" Putri sebagai temannya tentu merasa khawatir dan takut terjadi hal tak diinginkan menimpa Mila.
"Aduh, Put ... tenang aja!" Mila menjawab santai sembari berdiri di lorong yang mengarah ke toilet.
"Itu semua cuma mitos. Lo percaya sama begituan?" lanjut Mila yang melihat raut wajah Putri seperti tak yakin.
Putri menghembuskan napas. Pasrah. Akhirnya dia mengiyakan dan terus melangkah mengantar Mila. Sepanjang koridor, pikiran Putri sudah ke mana-mana. Dia bukan hanya takut karena Mila sedang haid, tapi toilet itu memang angker. Banyak siswa pingsan di toilet ataupun di lorong karena mengaku melihat sosok nenek menyeramkan.
"Udah, Put, jangan takut gitu!" Mila terus menyakinkan. Putri mengangguk.
Sesampainya di depan toilet, Putri disuruh untuk menunggu di luar dan Mila segera bergegas masuk.
"Jangan lama-lama, ya, Mil!" ucap Putri sembari menoleh ke kiri dan ke kanan. Mila mengiyakan dari balik pintu dengan suara khasnya yang cempreng.
Putri dan Mila sendiri merupakan anak kelas 9. Mereka aktif di kegiatan ekstrakurikuler dan OSIS. Karena sering menginap di sekolah, Putri sering mendengar pengakuan tentang berbagai hal mistis dari anak-anak lain. Semua orang pasti akan heboh dan ingin tahu seperti apa kejadiannya. Berbeda dengan Mila yang sangat acuh tak acuh serta tidak percaya dengan hal semacam itu. Lebih tepatnya, memilih untuk tidak menganggapnya ada secara berlebihan.
Sudah sepuluh menit berlalu Putri menunggu di depan toilet, tapi Mila tak kunjung keluar juga. Dia mulai curiga dan khawatir. Putri pun mengetuk-ngetuk pintu sembari memanggil nama temannya itu. Namun, tak ada respon apapun.
Masalahnya, Mila itu orangnya jahil banget. Apalagi ke Putri yang memang polos dan takut dengan segala hal. Alhasil, awalnya Putri mengira jika temannya itu sedang menakut-nakuti dirinya.
"Mil, gak lucu, ah! Cepetan keluar! Nanti keburu jam pelajarannya abis, kita bisa dimarahin Bu Guru!" seru Putri sambil terus mengetuk pintu.
Lima belas menit berlalu, Mila tak keluar juga. Pintunya dikunci dari dalam. Walau terbuat dari plastik, Putri tidak cukup kuat untuk mendobrak pintu tersebut seperti di film-film. Dengan panik dan ketakutan, dia berlari melewati lorong dan bergegas ke ruang guru.
Putri memanggil Bu Yati, guru olahraga yang kebetulan sedang tidak mengajar. Dia menceritakan apa yang terjadi dengan wajah panik.
"Ya sudah, ayo kita segera ke sana!" jawab Bu Yati sembari bergegas cepat. Putri mengekor di belakang. Mereka berjalan melewati lorong menuju toilet siswa.
Sesampainya di sana, Bu Yati langsung mengetuk pintu, "Mila, kamu baik-baik saja?"
Lagi, tidak ada respon apapun dari dalam. Yang ada hanya suara keran air menyala. Bu Yati menoleh ke arah Putri yang tengah ketakutan.
"Gimana dong, Bu?" tanya Putri.
Bu Yati menghembuskan napas gusar, "Mila baik-baik saja. Bapak akan dobrak pintunya. Kamu mundur sedikit!"
Putri mengangguk dan menuruti titah tersebut. Bu Yati pun mengambil ancang-ancang. Dengan sekali dobrakan yang tak terlalu keras, talang kunci pintu yang ada di dalam terdengar patah. Pintu langsung terbuka.
"Astagfirullah!" jerit Bu Yati. Dia segera masuk dan menghampiri muridnya yang tergeletak lemah di lantai. Putri yang mendengar hal tersebut ikut panik dan melihat apa yang menimpa temanya dari balik punggung Bu Yati.
Mila langsung dibopong ke UKS oleh guru olahraga tersebut. Putri sembari menangis berjalan di belakangnya. Siswa dan guru yang berpapasan bertanya-tanya apa yang terjadi. Bu Yati tidak merespon mereka dan memilih terus melangkah menuju UKS. Satu sekolah langsung heboh dengan berita tersebut, khususnya setelah jam pulang.
Mila dicoba diberikan air minum agar bisa sadar. Namun, matanya masih terpejam. Beberapa guru masuk ke ruang UKS untuk melihat apa yang terjadi.
"Ya Allah, kenapa ini, Bu?" tanya Pak Hendrawan, guru olahraga lain.
"Dia pingsan di toilet, Pak," jawab Bu Yati.
"Siswi ini sedang halangan atau tidak?" lanjut Pak Hendrawan.
Bu Yati langsung menoleh ke Putri, bertanya dengan bahasa tubuh. Pak Hedrawan turut melihat ke arah teman dekat Mila tersebut.
"Iya, Pak." Putri mengangguk.
"Ya ampun, coba kamu panggil guru agama!" titah Pak Guru kepada Putri. Tanpa banyak pikir, dia segera bergerak.
Sayangnya, guru agama tak bisa berbuat banyak. Guru lain juga. Semuanya menjadi panik. Akhirnya, Mila diantarkan pulang. Rumahnya jauh sekali, di ujung desa yang bisa dibilang terpencil. Orang tuanya panik saat guru menceritakan apa yang terjadi. Putri yang merupakan tetangga Mila tidak ketinggalan berada di sana. Malah, dia diintrogasi habis-habisan setelah semua guru pulang.
Putri yang pemalu dan sedikit berbicara kewalahan dengan pertanyaan yang dilontarkan orang-orang kepada dirinya. Dia menjadi panik dan bingung.
Keluarga Mila segera memanggil pemuka agama yang biasa menangani hal tersebut. Di desa gue memang hal mistis lebih dipercaya dibanding teori sains. Pengobatan ke dokter biasanya malah menjadi pilihan nomor dua.
Setelah menunggu beberapa saat, pemuka agama pun datang. Dia langsung merukyah Mila sesuai syariat. Namun, tak ada reaksi apapun dari perempuan tersebut. Aneh sekali. Mila seperti orang mati. Pemuka agama itu sempat kebingungan, sebelumnya akhirnya terperangah dengan apa yang sesungguhnya menimpa Mila.
"Bagaimana, Pak?" tanya orang tua Mila dengan wajah sangat panik.
Pemuka agama itu membisikkan jawaban ke telinga bapaknya. Sukma Mila dibawa oleh dedemit berasal dari toilet sekolah. Itu bukan demit biasa. Dia dianggap sebagai leluhur. Dan benar apa yang diceritakan oleh anak-anak yang melihat sosok nenek di lorong toilet. Sosok dedemit wanita tua itu bernama Mak Betok.
Kabar buruknya, jika sukma seseorang keluar dari tubuh apalagi sampai diculik, maka hal mengerikan akan terjadi yakni kematian. Sukma sendiri merupakan jiwa atau ruh. Buka berarti nyawa manusia bisa diatur oleh bangsa Jin, namun lebih tepatnya ini seperti kita tertidur tanpa sukma.
Berita ini langsung menyebar ke mana-mana. Gue juga jadi tahu siapa sosok Mak Betok tersebut. Ternyata, dedemit ini memang sering menganggu sudah sejak Nenek dan Kakek Buyut gue. Bahkan, orang tua gue juga sering diganggu karena kebetulan rumahnya berdekatan dengan SMP dan pemakaman, mulai dari disembunyikan di pohon beringin sampai gorong-gorong sungai.
Selama tujuh hari, Mila tak sadarkan diri. Pemuka agama bilang, sukmanya diikat di salah satu beringin tempat dedemit itu bersemayam. Keluarganya semakin panik dan sedih. Putri pun demikian.
Sekitar tiga tahun yang lalu, ada sebuah kejadian mengerikan di SMP tersebut. Kisah ini bermula ketika ada seorang siswi pergi ke toilet dengan ditemani temannya. Anggap saja, nama siswi tersebut adalah Mila dan teman yang mengantarnya bernama Putri.
Saat itu, Mila sedang haid. Padahal, sangat tidak disarankan saat menstruasi pergi ke toilet siswa dan sebagai gantinya boleh menggunakan toilet guru. Hal ini bukan tanpa alasan, pernah terjadi kesurupan massal akibat seorang siswi yang sedang haid pergi ke toilet dan membuang sisa pembalut sembarang. Atas kejadian itu, dikhawatirkan terjadi hal serupa. Makanya dijadikan sebuah aturan tidak tertulis di SMP itu.
"Mil, Lo gak takut sama apa yang sering diceritain orang-orang?" Putri sebagai temannya tentu merasa khawatir dan takut terjadi hal tak diinginkan menimpa Mila.
"Aduh, Put ... tenang aja!" Mila menjawab santai sembari berdiri di lorong yang mengarah ke toilet.
"Itu semua cuma mitos. Lo percaya sama begituan?" lanjut Mila yang melihat raut wajah Putri seperti tak yakin.
Putri menghembuskan napas. Pasrah. Akhirnya dia mengiyakan dan terus melangkah mengantar Mila. Sepanjang koridor, pikiran Putri sudah ke mana-mana. Dia bukan hanya takut karena Mila sedang haid, tapi toilet itu memang angker. Banyak siswa pingsan di toilet ataupun di lorong karena mengaku melihat sosok nenek menyeramkan.
"Udah, Put, jangan takut gitu!" Mila terus menyakinkan. Putri mengangguk.
Sesampainya di depan toilet, Putri disuruh untuk menunggu di luar dan Mila segera bergegas masuk.
"Jangan lama-lama, ya, Mil!" ucap Putri sembari menoleh ke kiri dan ke kanan. Mila mengiyakan dari balik pintu dengan suara khasnya yang cempreng.
Putri dan Mila sendiri merupakan anak kelas 9. Mereka aktif di kegiatan ekstrakurikuler dan OSIS. Karena sering menginap di sekolah, Putri sering mendengar pengakuan tentang berbagai hal mistis dari anak-anak lain. Semua orang pasti akan heboh dan ingin tahu seperti apa kejadiannya. Berbeda dengan Mila yang sangat acuh tak acuh serta tidak percaya dengan hal semacam itu. Lebih tepatnya, memilih untuk tidak menganggapnya ada secara berlebihan.
Sudah sepuluh menit berlalu Putri menunggu di depan toilet, tapi Mila tak kunjung keluar juga. Dia mulai curiga dan khawatir. Putri pun mengetuk-ngetuk pintu sembari memanggil nama temannya itu. Namun, tak ada respon apapun.
Masalahnya, Mila itu orangnya jahil banget. Apalagi ke Putri yang memang polos dan takut dengan segala hal. Alhasil, awalnya Putri mengira jika temannya itu sedang menakut-nakuti dirinya.
"Mil, gak lucu, ah! Cepetan keluar! Nanti keburu jam pelajarannya abis, kita bisa dimarahin Bu Guru!" seru Putri sambil terus mengetuk pintu.
Lima belas menit berlalu, Mila tak keluar juga. Pintunya dikunci dari dalam. Walau terbuat dari plastik, Putri tidak cukup kuat untuk mendobrak pintu tersebut seperti di film-film. Dengan panik dan ketakutan, dia berlari melewati lorong dan bergegas ke ruang guru.
Putri memanggil Bu Yati, guru olahraga yang kebetulan sedang tidak mengajar. Dia menceritakan apa yang terjadi dengan wajah panik.
"Ya sudah, ayo kita segera ke sana!" jawab Bu Yati sembari bergegas cepat. Putri mengekor di belakang. Mereka berjalan melewati lorong menuju toilet siswa.
Sesampainya di sana, Bu Yati langsung mengetuk pintu, "Mila, kamu baik-baik saja?"
Lagi, tidak ada respon apapun dari dalam. Yang ada hanya suara keran air menyala. Bu Yati menoleh ke arah Putri yang tengah ketakutan.
"Gimana dong, Bu?" tanya Putri.
Bu Yati menghembuskan napas gusar, "Mila baik-baik saja. Bapak akan dobrak pintunya. Kamu mundur sedikit!"
Putri mengangguk dan menuruti titah tersebut. Bu Yati pun mengambil ancang-ancang. Dengan sekali dobrakan yang tak terlalu keras, talang kunci pintu yang ada di dalam terdengar patah. Pintu langsung terbuka.
"Astagfirullah!" jerit Bu Yati. Dia segera masuk dan menghampiri muridnya yang tergeletak lemah di lantai. Putri yang mendengar hal tersebut ikut panik dan melihat apa yang menimpa temanya dari balik punggung Bu Yati.
Mila langsung dibopong ke UKS oleh guru olahraga tersebut. Putri sembari menangis berjalan di belakangnya. Siswa dan guru yang berpapasan bertanya-tanya apa yang terjadi. Bu Yati tidak merespon mereka dan memilih terus melangkah menuju UKS. Satu sekolah langsung heboh dengan berita tersebut, khususnya setelah jam pulang.
Mila dicoba diberikan air minum agar bisa sadar. Namun, matanya masih terpejam. Beberapa guru masuk ke ruang UKS untuk melihat apa yang terjadi.
"Ya Allah, kenapa ini, Bu?" tanya Pak Hendrawan, guru olahraga lain.
"Dia pingsan di toilet, Pak," jawab Bu Yati.
"Siswi ini sedang halangan atau tidak?" lanjut Pak Hendrawan.
Bu Yati langsung menoleh ke Putri, bertanya dengan bahasa tubuh. Pak Hedrawan turut melihat ke arah teman dekat Mila tersebut.
"Iya, Pak." Putri mengangguk.
"Ya ampun, coba kamu panggil guru agama!" titah Pak Guru kepada Putri. Tanpa banyak pikir, dia segera bergerak.
Sayangnya, guru agama tak bisa berbuat banyak. Guru lain juga. Semuanya menjadi panik. Akhirnya, Mila diantarkan pulang. Rumahnya jauh sekali, di ujung desa yang bisa dibilang terpencil. Orang tuanya panik saat guru menceritakan apa yang terjadi. Putri yang merupakan tetangga Mila tidak ketinggalan berada di sana. Malah, dia diintrogasi habis-habisan setelah semua guru pulang.
Putri yang pemalu dan sedikit berbicara kewalahan dengan pertanyaan yang dilontarkan orang-orang kepada dirinya. Dia menjadi panik dan bingung.
Keluarga Mila segera memanggil pemuka agama yang biasa menangani hal tersebut. Di desa gue memang hal mistis lebih dipercaya dibanding teori sains. Pengobatan ke dokter biasanya malah menjadi pilihan nomor dua.
Setelah menunggu beberapa saat, pemuka agama pun datang. Dia langsung merukyah Mila sesuai syariat. Namun, tak ada reaksi apapun dari perempuan tersebut. Aneh sekali. Mila seperti orang mati. Pemuka agama itu sempat kebingungan, sebelumnya akhirnya terperangah dengan apa yang sesungguhnya menimpa Mila.
"Bagaimana, Pak?" tanya orang tua Mila dengan wajah sangat panik.
Pemuka agama itu membisikkan jawaban ke telinga bapaknya. Sukma Mila dibawa oleh dedemit berasal dari toilet sekolah. Itu bukan demit biasa. Dia dianggap sebagai leluhur. Dan benar apa yang diceritakan oleh anak-anak yang melihat sosok nenek di lorong toilet. Sosok dedemit wanita tua itu bernama Mak Betok.
Kabar buruknya, jika sukma seseorang keluar dari tubuh apalagi sampai diculik, maka hal mengerikan akan terjadi yakni kematian. Sukma sendiri merupakan jiwa atau ruh. Buka berarti nyawa manusia bisa diatur oleh bangsa Jin, namun lebih tepatnya ini seperti kita tertidur tanpa sukma.
Berita ini langsung menyebar ke mana-mana. Gue juga jadi tahu siapa sosok Mak Betok tersebut. Ternyata, dedemit ini memang sering menganggu sudah sejak Nenek dan Kakek Buyut gue. Bahkan, orang tua gue juga sering diganggu karena kebetulan rumahnya berdekatan dengan SMP dan pemakaman, mulai dari disembunyikan di pohon beringin sampai gorong-gorong sungai.
Selama tujuh hari, Mila tak sadarkan diri. Pemuka agama bilang, sukmanya diikat di salah satu beringin tempat dedemit itu bersemayam. Keluarganya semakin panik dan sedih. Putri pun demikian.
---o0o---
Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan sukma Mila akan gue bahas di Part 2. Jadi, tunggu update-annya, ya. Pantengin terus thread ini
.Jangan lupa cendolnya 😁
Diubah oleh malaikatrindu 08-12-2019 15:15
ismyoshi dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas
Tutup