Malam itu, gue terpaksa tidur di aula lantai dua bersama para senior dan alumni. Sial memang, teman satu angkatan semuanya tidur di ruangan lain. Gue sendirian. Hal ini terjadi karena gue telat masuk ke ruangan. Ditambah, katanya di sana memang sudah penuh. Alhasil, gue pasrah.
Malam sudah larut dan sekarang sedang mati lampu. Aula tempat gue tidur saat itu memiliki belasan jendela dan belum dipasang gorden. Yang bisa gue lihat hanya cahaya remang-remang. Gerimis turun dengan suara rintik yang terdengar jelas di tengah kesunyian. Gue meringkuk dan menyelimuti tubuh dengan sarung. Tapi karena gak bisa tidur, akhirnya gue memutuskan untuk duduk bersila tanpa ditemani siapapun.
Gue mulai memandang senior dan alumni satu-persatu. Mereka sudah terbaring pulas di atas tikar. Lengkap dengan dengkuran keras yang bikin gue semakin enggak bisa tidur. Gue menghela napas dan mencoba menenangkan diri agar tidak takut.
Sialnya lagi, HP gue baterainya habis. Gue melirik jam tangan, ternyata sudah jam setengah dua dini hari. Hembusan napas gusar berulang-ulang kali keluar dari hidung. Ini adalah waktu beraktivitasnya bangsa jin. Gue mulai was-was dan ketakutan. Mata melirik ke kiri dan ke kanan, memastikan tidak sesuatu yang aneh di sekitar gue.
Eh, gue enggak sengaja melihat pohon melinjo yang ada di samping aula dari jendela goyang-goyang seperti ada angin besar. Padahal, pohon jambu dan sukun yang ada di sebelahnya tidak bergerak sama sekali. Meski gelap, gue masih bisa melihat pohon-pohon dengan cukup jelas. Gue coba perhatikan dengan lebih teliti. Barangkali saja itu hanya ilusi mata. Tapi, mata gue memang enggak salah. Pohon melinjo itu benar-benar bergoyang sendiri. Gila, serem banget!
Jujur, gue orangnya penakut banget. Perasaan gue saat itu sudah tidak karuan. Gue mencoba menenangkan diri dengan berdoa dan membaca ayat suci sembari memejamkan mata. Tangan gue meremas sarung dengan sangat kencang. Dahi dan pelipis gue mulai basah dengan keringat dingin. Terdengar lebay memang, tapi itu benar-benar gue alami.
Tidak berselang lama, terdengar riuh angin yang disertai suara anak ayam bercicit ramai. Pikiran gue seketika pecah dan ingat cerita orang-orang. Jika sedang gerimis, terus ada cicitan anak ayam malam-malam dan gemuruh angin, fiks itu artinya ada kuntilanak di sekitar lo. Parah, gue semakin ketakutan dan terus berdoa sebanyak-banyaknya.
Dengan keberanian yang sebenarnya sudah habis, gue memutuskan membuka mata dengan rasa takut setengah mati. Mata gue disambut sesuatu yang langsung membuat terbelakak. Sesosok perempuan berbaju putih kusam dengan rambut panjangnya, melayang melewati lorong aula. Kepalanya tertunduk. Sialnya lagi, ada sosok anak kecil yang melayang di depan kuntilanak tersebut. Dua sosok tersebut jelas banget terlihat dari jendela.
Spoiler for Sosok di Jendela:
Gue tertegun dan enggak bisa berkata-kata. Akhirnya, gue memutuskan untuk berbaring di atas tikar sembari menutup wajah dengan sarung. Badan gue menggigil ketakutan.
Pikiran gue sudah terkontaminasi hal yang tidak-tidak. Gue enggak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau kuntilanak tersebut dengan wajah busuk dan matanya yang merah saat itu mendadak ada di sebelah. Gue pun ketakutan sejadi-jadinya.
Sampai Azan Subuh berkumandang, gue belum tidur. Ketika diajak oleh senior untuk pergi ke masjid, dengan badan lemas dan kepala pusing, gue memaksakan diri untuk pergi bersama mereka tanpa menceritakan apa yang gue alami tadi malam.
Setelah acara bubar, gue mendatangi penjaga gedung sekolah. Gue bertanya-tanya soal pohon melinjo dan suara cicitan anak ayam. Sepertinya, beliau langsung paham dan menangkap apa yang gue maksud.
"Kamu pernah lihat juga 'kah? Kalau Mamang mah sering banget, Dek. Di sana memang ada sesuatunya. Tapi, enggak usah takut. Itu sudah biasa."
Itulah kalimat dari penjaga yang biasa menginap di sekolah. Setelah kejadian itu, gue enggak pernah lagi mau ikutan acara menginap baik itu MABIT atau apapun itu.
Setelah kejadian itu, gue langsung sakit.
---o0o----
Hey, gue @malaikatrindualias Fikri. Bagaimana dengan cerita pembuka di atas? Cukup membuat bulu kuduk GanSis merinding atau malah tidak sama sekali? Jika kalian belum puas dengan kisah dari pengalaman tadi atau ingin tahu pengalaman gue lainnya, silakan ikuti thread ini.
Pengalaman Horor di Sekolah merupakan kisah-kisah yang diambil dari pengalaman gue pribasi, juga dari narasumber lain. Bagi kalian yang ingin membagikan kisahnya, boleh tulis di kolom komentar!
Untuk informasi dan komunikasi, GanSis bisa mengikuti akun Instagram saya di @alfikrisaga.
Pengalaman Horor di Sekolah akan di-update setiap malam. Jadi, jangan sampai lupa!