- Beranda
- Stories from the Heart
MY HOTTEST UTOPIA (CARA MEMIKAT HATI WANITA TANPA MODAL WAJAH DAN HARTA)
...
TS
kanglukki
MY HOTTEST UTOPIA (CARA MEMIKAT HATI WANITA TANPA MODAL WAJAH DAN HARTA)

Spoiler for Indeks:
Episode 1 : Prolog
*Brugh
"ARRGHH!!", teriakku keras karena ada orang yang menabrakku dari belakang dengan keras sambil berlari kencang lurus ke depan, lalu diiringi dengan beberapa orang yang mengejar di belakangnya.
"COPET! COPET!!", ucap mereka bersahutan.
Butuh waktu dua hingga tiga detik untuk membuatku menyadari bahwa ada adegan saling kejar antara warga sekitar dengan copet yang baru saja menabrakku. Spontan aku langsung mengambil kamera di tas selempangku. Aku berlari sambil menyiapkan kamera dengan tergesa-gesa.
"Ah sial, kenapa kau harus terpisah pada saat seperti ini?", ucapku kepada kameraku yang terpisah dari lensanya.
Butuh waktu lama bagiku hingga akhirnya lensa terpasang pada kamera. Namun saat semua peralatanku sudah siap, aku baru menyadari jika kerumunan orang yang bermain kejar-kejaran sedari tadi sudah menghilang entah kemana.
"Dasar aku dan otak lambatku!", aku mengumpat kepada lambatnya kerja otakku.
Aku pun memutar balik langkahku, berjalan dengan lesu menuju lahan parkir tempatku memarkirkan kendaraan yang setia menemaniku selama ini. Bukan seperti itu, jika kalian berpikir aku memiliki mobil sport, kalian salah. Jika kalian berpikir aku memiliki motor tua, kalian juga salah. Aku tahu kendaraan tersebut memang mahal dan memiliki gengsi tinggi, namun mereka tetaplah kendaraan berbahan bakar minyak yang menimbulkan polusi. Aku memilih menggunakan sepeda gunung untuk keseharianku. Selain hemat, mengayuh sepeda juga menyehatkan badan.
Akhirnya aku mengayuh sepedaku dengan lesu menyusuri jalanan Pantai Kuta di malam tahun baru ini. Aku sudah terbiasa dengan kesendirian dalam hidupku seperti yang terjadi malam ini. Awalnya aku hanya berniat untuk berburu foto di pantai yang sudah terkenal seantero dunia ini, namun beberapa kejadian kurang beruntung justru membuatku harus mengurungkan niatku dan kembali pada rutinitas membosankanku di hari selanjutnya.
Hari terus berganti, namun rutinitasku tetap saja membosankan seperti biasa. Hingga suatu hari...
*Drrttt drrrtt
Suara ponselku bergetar tepat di samping kepalaku di tengah waktu tidurku.
"Baru jam empat pagi. Siapa orang tidak memiliki adab yang menelepon seseorang jam empat pagi, huh?", aku menggerutu kepada penelpon yang aku bahkan belum tahu rupa dan suaranya.
"Nomor tidak dikenal?", aku mengangkat telepon dengan rasa curiga. Aku khawatir pembunuh berdarah dingin seperti di dalam film lah yang menghubungiku di saat seperti ini.
"Halo Bli Gede, ini aku Anna. Aku orang yang satu bulan lalu menghubungi Bli Gede melalui email. Aku belum istirahat sejak berangkat kemarin dan sekarang aku sudah berada di Bandara. Kau jangan mencoba untuk melupakan janji kita pagi ini atau kau akan menyesal seumur hidup", suara perempuan di ujung telepon yang jauh dari kata lembut sedang menyapaku dengan sapaan paling sopan sedunia sehingga membuat aura pagi hari kamarku menjadi mencekam.
*Tuuttt
Suara telepon tertutup meninggalkan kebingungan di dalam kepalaku.
Aku langsung mencari identitas orang yang menghubungiku satu detik yang lalu tersebut di berkas yang berada di dalam laci meja kerjaku. dan aku menemukan foto beserta data diri seorang perempuan berambut pendek, berwajah yang manis namun memiliki tatapan mata yang tajam.
"Annabeth Zhou", aku mengeja namanya.
Dari namanya, aku dapat menyimpulkan jika ia adalah gadis keturunan tionghoa yang memiliki kulit putih bersih khas Asia Timur. Dan setelah aku membaca sedikit biodatanya, aku baru ingat jika aku memiliki janji bertemu dengannya pagi ini jam tujuh di kawasan Sanur. Aku melirik jam yang ada di ponselku, dan waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi.
Aku segera bergegas bersiap-siap karena menyadari waktu yang tersisa tidak terlalu banyak. Setelah semua perlengkapanku terbawa, seperti berkas milik Anna dan kamera milikku, aku segera memesan ojek online untuk mengantarkanku menuju sanur. Aku lebih memilih menggunakan ojek online dari pada taksi online karena ia dapat menerobos kemacetan pagi hari kawasan Kuta yang terkadang menyebalkan.
Namun sepertinya nasib tidak berpihak kepadaku. Pukul 07.15 pagi aku baru tiba di tempat tujuan. Aku menuju ke sebuah meja dimana ada tatapan dingin dari seorang perempuan yang seakan ingin membunuhku saat itu juga.
"Kau mengendarai siput kah, Bli Gede? Aku sudah menunggu lama di sini"
"Maaf Ann, jalan yang aku lewati pagi ini sedang terhambat, ada upacara keagamaan sehingga aku harus memutar jalan menuju Sanur"
"Kau yang terlambat, tetapi kau menyalahkan upacara keagamaan, Bli? seharusnya kau bangun lebih pagi. Beginikah disiplin waktu warga kota besar?"
"Hei, iya aku tahu aku terlambat. Tapi bisakah setidaknya kau persilahkan aku untuk duduk?"
"Kenapa kau tidak duduk di lantai saja sebagai hukuman atas keterlambatanmu?"
"Beginikah caramu menyambut fotografermu, Ann?"
"Fotografer yang tidak memiliki disiplin waktu? Seharusnya aku memperlakukanmu lebih buruk lagi dari ini, Bli"
Aku segera mengambil kursi yang berhadapan dengan Anna, lalu meletakkan semua peralatanku di meja.
"Baiklah Anna, sekarang saatnya kita serius"
_To Be Continued_
"ARRGHH!!", teriakku keras karena ada orang yang menabrakku dari belakang dengan keras sambil berlari kencang lurus ke depan, lalu diiringi dengan beberapa orang yang mengejar di belakangnya.
"COPET! COPET!!", ucap mereka bersahutan.
Butuh waktu dua hingga tiga detik untuk membuatku menyadari bahwa ada adegan saling kejar antara warga sekitar dengan copet yang baru saja menabrakku. Spontan aku langsung mengambil kamera di tas selempangku. Aku berlari sambil menyiapkan kamera dengan tergesa-gesa.
"Ah sial, kenapa kau harus terpisah pada saat seperti ini?", ucapku kepada kameraku yang terpisah dari lensanya.
Butuh waktu lama bagiku hingga akhirnya lensa terpasang pada kamera. Namun saat semua peralatanku sudah siap, aku baru menyadari jika kerumunan orang yang bermain kejar-kejaran sedari tadi sudah menghilang entah kemana.
"Dasar aku dan otak lambatku!", aku mengumpat kepada lambatnya kerja otakku.
Aku pun memutar balik langkahku, berjalan dengan lesu menuju lahan parkir tempatku memarkirkan kendaraan yang setia menemaniku selama ini. Bukan seperti itu, jika kalian berpikir aku memiliki mobil sport, kalian salah. Jika kalian berpikir aku memiliki motor tua, kalian juga salah. Aku tahu kendaraan tersebut memang mahal dan memiliki gengsi tinggi, namun mereka tetaplah kendaraan berbahan bakar minyak yang menimbulkan polusi. Aku memilih menggunakan sepeda gunung untuk keseharianku. Selain hemat, mengayuh sepeda juga menyehatkan badan.
Akhirnya aku mengayuh sepedaku dengan lesu menyusuri jalanan Pantai Kuta di malam tahun baru ini. Aku sudah terbiasa dengan kesendirian dalam hidupku seperti yang terjadi malam ini. Awalnya aku hanya berniat untuk berburu foto di pantai yang sudah terkenal seantero dunia ini, namun beberapa kejadian kurang beruntung justru membuatku harus mengurungkan niatku dan kembali pada rutinitas membosankanku di hari selanjutnya.
Hari terus berganti, namun rutinitasku tetap saja membosankan seperti biasa. Hingga suatu hari...
*Drrttt drrrtt
Suara ponselku bergetar tepat di samping kepalaku di tengah waktu tidurku.
"Baru jam empat pagi. Siapa orang tidak memiliki adab yang menelepon seseorang jam empat pagi, huh?", aku menggerutu kepada penelpon yang aku bahkan belum tahu rupa dan suaranya.
"Nomor tidak dikenal?", aku mengangkat telepon dengan rasa curiga. Aku khawatir pembunuh berdarah dingin seperti di dalam film lah yang menghubungiku di saat seperti ini.
"Halo Bli Gede, ini aku Anna. Aku orang yang satu bulan lalu menghubungi Bli Gede melalui email. Aku belum istirahat sejak berangkat kemarin dan sekarang aku sudah berada di Bandara. Kau jangan mencoba untuk melupakan janji kita pagi ini atau kau akan menyesal seumur hidup", suara perempuan di ujung telepon yang jauh dari kata lembut sedang menyapaku dengan sapaan paling sopan sedunia sehingga membuat aura pagi hari kamarku menjadi mencekam.
*Tuuttt
Suara telepon tertutup meninggalkan kebingungan di dalam kepalaku.
Aku langsung mencari identitas orang yang menghubungiku satu detik yang lalu tersebut di berkas yang berada di dalam laci meja kerjaku. dan aku menemukan foto beserta data diri seorang perempuan berambut pendek, berwajah yang manis namun memiliki tatapan mata yang tajam.
"Annabeth Zhou", aku mengeja namanya.
Dari namanya, aku dapat menyimpulkan jika ia adalah gadis keturunan tionghoa yang memiliki kulit putih bersih khas Asia Timur. Dan setelah aku membaca sedikit biodatanya, aku baru ingat jika aku memiliki janji bertemu dengannya pagi ini jam tujuh di kawasan Sanur. Aku melirik jam yang ada di ponselku, dan waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi.
Aku segera bergegas bersiap-siap karena menyadari waktu yang tersisa tidak terlalu banyak. Setelah semua perlengkapanku terbawa, seperti berkas milik Anna dan kamera milikku, aku segera memesan ojek online untuk mengantarkanku menuju sanur. Aku lebih memilih menggunakan ojek online dari pada taksi online karena ia dapat menerobos kemacetan pagi hari kawasan Kuta yang terkadang menyebalkan.
Namun sepertinya nasib tidak berpihak kepadaku. Pukul 07.15 pagi aku baru tiba di tempat tujuan. Aku menuju ke sebuah meja dimana ada tatapan dingin dari seorang perempuan yang seakan ingin membunuhku saat itu juga.
"Kau mengendarai siput kah, Bli Gede? Aku sudah menunggu lama di sini"
"Maaf Ann, jalan yang aku lewati pagi ini sedang terhambat, ada upacara keagamaan sehingga aku harus memutar jalan menuju Sanur"
"Kau yang terlambat, tetapi kau menyalahkan upacara keagamaan, Bli? seharusnya kau bangun lebih pagi. Beginikah disiplin waktu warga kota besar?"
"Hei, iya aku tahu aku terlambat. Tapi bisakah setidaknya kau persilahkan aku untuk duduk?"
"Kenapa kau tidak duduk di lantai saja sebagai hukuman atas keterlambatanmu?"
"Beginikah caramu menyambut fotografermu, Ann?"
"Fotografer yang tidak memiliki disiplin waktu? Seharusnya aku memperlakukanmu lebih buruk lagi dari ini, Bli"
Aku segera mengambil kursi yang berhadapan dengan Anna, lalu meletakkan semua peralatanku di meja.
"Baiklah Anna, sekarang saatnya kita serius"
_To Be Continued_
Diubah oleh kanglukki 12-12-2019 19:50
sormin180 dan 29 lainnya memberi reputasi
30
10K
44
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kanglukki
#5
Episode 2 : Ternyata Kau....
"Baiklah Ann, sekarang aku benar-benar serius", aku berbicara kepada Anna dengan ekspresi yang sangat serius, berbanding terbalik dengan ekspresiku beberapa saat lalu yang cenderung santai.
"Hei Bli, kenapa kau tiba-tiba berubah seperti ini?", Anna sangat bingung dengan perubahan ekspresiku yang mendadak ini.
"Perkenalkan, namaku I Gede Surya, kau dapat memanggilku Gede. Aku adalah fotografer di K-Studio. Berdasarkan surat permohonan kerjasama yang kau ajukan kepada K-Studio, Pihak manajemen K-Studio menunjukku sebagai fotografer yang akan menghandlemu jika kau lolos interview dariku. Jadi masa depanmu di K-Studio tergantung pada keputusanku hari ini", aku langsung memperkenalkan diriku secara resmi tanpa menghiraukan protes dari Anna atas perubahan sikapku.
"Oh kau ingin bermain profesional huh? Baiklah, aku juga bisa bermain seperti itu"
"Baguslah jika seperti itu Anna, sekarang perkenalkan dirimu secara resmi"
"Baik Bli. Perkenalkan, namaku Annabeth Zhou, kau bisa memanggilku Anna, Ann, atau Anneth. Aku berasal dari Jember, dan usiaku 20 tahun. Aku lulus dengan predikat terbaik dari salah satu sekolah model di Jember", Anna memperkenalkan dirinya dengan suara lugas dan intonasi yang menegaskan bahwa dia yakin terhadap dirinya.
"Sebagai Pekerja di dunia modeling yang menjadikan fisik sebagai tolak ukur, aku ingin tahu lebih lanjut tentang fisikmu Ann. Mulai dari tinggi badan, berat badan, dan lain lain", aku mulai menanyakan pertanyaan inti kepada Anna sebagai seorang calon model K-Studio. Bagi sebagian orang mungkin pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang sensitif. Namun jika kau ingin menjadi seorang model, proporsi fisikmu merupakan penilaian utama dalam industri ini.
"Baiklah Bli, tinggi badanku 150 cm dan berat badanku 38 kg. Mungkin aku memang kurang tinggi untuk melakukan pemotretan dengan tema dewasa. Namun aku bisa sangat cocok apabila pemotretan dengan tema remaja atau bahkan anak-anak karena banyak orang mengatakan jika wajahku masih terlihat sangat muda di usiaku yang sudah menginjak 20 tahun ini"
"Baik Ann, aku juga bukan orang yang terlalu mempedulikan tinggi badan. Tugas seorang fotografer lah yang harus memproses model dengan berbagai macam jenis dan bentuk sehingga menghasilkan karya yang estetik. Aku ingin tahu lebih lanjut tentang dirimu. Apakah kau memiliki tattoo atau tindik di bagian tertentu?"
"Tidak Bli, aku hanya memiliki tindik di telinga seperti wanita pada umumnya. Aku tidak memiliki tattoo dimanapun, tidak menggunakan narkoba, dan juga tidak merokok. Tetapi jika kau mengajakku untuk sedikit meminum alkohol, aku tidak keberatan, hehehe"
"Satu hal lagi Ann, apakah kau keberatan untuk melakukan photoshoot menggunakan pakaian renang? Bagaimana jika private photo session di dalam kamar hotel? Karena mungkin kita akan membuat projek foto bikini, semi nude, atau bahkan full nude photo", aku mencoba untuk memancing profesionalitas dan totalitas Anna dalam industri modeling. Seperti yang kita semua tahu, industri modeling bukan industri yang benar-benar bersih. Banyak agency, studio, bahkan fotografer nakal yang memanfaatkan ketidaktahuan model akan hal-hal seperti itu untuk keuntungan pribadi mereka.
"Jika hanya menggunakan pakaian renang atau bikini, aku tidak mempermasalahkan hal itu. Tetapi jika sudah mulai masuk ke ranah pribadiku, seperti nude photo atau private photo session, aku bisa dengan tegas menolaknya. Apabila kau memaksa, aku bisa melaporkanmu beserta K-Studio atas tuduhan pelecehan seksual", jawaban Anna sangat mengagumkan. Tidak banyak model zaman sekarang yang masih mempertahankan harga dirinya dibanding harga yang ditawarkan oleh sebuah agency kepada tubuh sang model.
*piip
Suara perekam suara dari ponsel aku matikan.
"Tunggu Bli, kau merekam percakapan kita sedari tadi?" Anna terkejut mengetahui jika aku merekam percakapanku dengannya.
"Hah? Apakah ada yang salah? Justru apabila aku tidak merekamnya lah yang bermasalah. Aku tidak memiliki bukti atas interview yang aku lakukan denganmu".
"Ish pantas saja kau berubah menjadi sangat serius secara tiba-tiba. Kau seperti bukan Gede yang aku kenal", sepertinya Anna benar-benar kesal dengan interview tadi. Raut wajahnya berubah, dia mengalihkan pandangannya ke samping sambil memoncongkan bibirnya sehingga aku melihatnya seperti bebek karet yang biasa aku jadikan hiasan di kamar mandi.
"Sudahlah Ann, jika kau memasang ekspresi seperti itu, aku akan mengambil karet gelang dan menguncirkannya pada bibirmu. Kau terlihat seperti bebek, kau tahu?", ucapku meledek ekspresi lucu milik Ann.
"Bli Gede, sejak aku mengenalmu, kau tidak pernah berubah ya? Kau selalu meledekku dengan sebutan bebek", Anna bangkit dari kursinya, berlari kecil ke arahku, lalu dihujamkannya segala cubitan ke arah tubuhku.
"Aw, sakit Anna! Hei kau juga tidak pernah berubah sejak dulu. Kau selalu mencubitku ketika kau jengkel kepadaku! Aw sakit!", seakan tidak peduli akan protes yang aku lontarkan, Anna terus menerus mencubitiku dengan wajah kesal.
"Karena kau selalu jahat kepadaku, Bli!", Anna menghentikan cubitannya dan kembali duduk di kursinya.
"Ini tempat umum Ann, dan kau melakukan itu semua tanpa peduli pengunjung lain di tempat ini, huh?", aku melihat ke sekitar. Dan benar saja, banyak mata yang tertuju kepada kami. Ada sebagian yang tertawa kecil melihat kami, ada juga yang menggelengkan kepala kepada kami seakan mereka ingin berkata "ada-ada saja anak muda zaman sekarang".
"Apakah kau sudah melupakanku Bli? Kita sudah tiga tahun tidak berjumpa, dan kau sudah dua tahun bekerja di K-Studio. Tetapi kau baru menawarkan pekerjaan ini kepadaku bulan lalu", wajah bebek Anna berubah menjadi agak murung seketika. Sepertinya Anna sedang mengingat semua momen yang pernah aku dan dia lewati bersama di masa lalu.
"Aku tidak melupakanmu Ann, tidak sama sekali. aku hanya tidak yakin kau akan mendatangiku ke sini Ann", aku mulai menanggapi obrolan Anna dengan serius.
"Tetapi kau bisa lihat sekarang Bli, aku mendatangimu ke sini. Aku datang demi pekerjaan ini, aku datang demi dirimu, aku datang demi kita", mata Anna mulai berkaca-kaca saat mengatakan hal-hal yang aku rasa memantik trauma masa lalu di dalam pikirannya.
"Kau menangis Ann? Itu justru bukan seperti dirimu yang aku kenal. Kemana perginya bebek cerewet tidak bisa diam yang aku kenal bertahun-tahun lalu?", aku berusaha menenangkan Anna dengan meledeknya. Aku harap hal itu bisa memperbaiki suasana hatinya.
"Ish, kau merusak awan kelabu di dalam pikiranku Bli", wajah bebek yang sempat menghilang beberapa saat yang lalu telah kembali, bahkan kali ini aku merasa Anna memoncongkan bibirnya lebih panjang dari sebelumnya.
"Aku sangat suka menggodamu seperti ini Ann, kau selalu menunjukkan wajah yang lucu", aku semakin semangat meledek Anna dan wajah lucunya.
"Bli", Anna menatapku serius. Sepertinya ia mengacuhkan ledekanku kali ini.
"Ya Ann?"
"Kau tahu?"
"Sangat tahu"
"I miss our old days"
"I miss our old days", aku dan Anna mengucapkan kalimat itu bersamaan.
"Inilah kenapa aku sangat membencimu Bli"
"Huh?"
"Kau selalu membuatku rindu", Anna menatapku dengan tatapan sayu yang meneduhkan, diiringi dengan senyum nakal dari bibirnya yang manis.
"This is me, orang yang selalu bisa menaklukkan perempuan", aku menegakkan cara dudukku untuk sedikit menunjukkan sikap angkuh di hadapan Anna.
"Huurrgghh!", Anna memutar matanya pertanda ia kesal akan pernyataanku.
"Ntahlah Bli, sepertinya kau menggunakan sihir untuk memikatku. Ntah apa yang kau lakukan kepadaku sehingga aku bisa jatuh hati kepada lelaki setinggi 170 cm dengan berat badan 50 kg sepertimu. Di luar sana sangat banyak lelaki tampan yang mencoba mendekatiku selama bertahun-tahun ini. Tetapi sepertinya pengaruh sihirmu terlalu kuat di dalam pikiranku sehingga aku tidak sanggup melepaskan diri dari ikatanmu", tatapan serta senyum nakal dari Anna selalu mengiringi setiap ucapan yang keluar dari bibir manisnya.
"Tunggu sebentar nona manis. Kau sudah melakukan body shamming terhadapku, kau tahu? Inikah adab warga daerah yang kabarnya sangat menjunjung tinggi sopan santun?"
"Aku tidak sopan huh? Apa kau tidak ingat saat kita...................."
Obrolanku dengan Anna mengalir semakin jauh, semakin liar dan semakin dalam. Menyibak rumput ilalang yang menghalangi pandangan kami akan perjalanan kehidupan kami di masa lampau, serta membersihkan debu usang pada ruang memori yang telah lama bersarang sejak terakhir kali aku dan Anna mengunjungi tempat yang saling terhubung di dalam pikiran kami masing-masing ini.
Memori di dalam kepalaku bergerak mundur, seperti pita kaset video yang menampilkan cuplikan adegan dari masa ke masa. semua ini dimulai dari kejadian yang tidak disengaja lima tahun lalu.
_To Be Continued_
"Hei Bli, kenapa kau tiba-tiba berubah seperti ini?", Anna sangat bingung dengan perubahan ekspresiku yang mendadak ini.
"Perkenalkan, namaku I Gede Surya, kau dapat memanggilku Gede. Aku adalah fotografer di K-Studio. Berdasarkan surat permohonan kerjasama yang kau ajukan kepada K-Studio, Pihak manajemen K-Studio menunjukku sebagai fotografer yang akan menghandlemu jika kau lolos interview dariku. Jadi masa depanmu di K-Studio tergantung pada keputusanku hari ini", aku langsung memperkenalkan diriku secara resmi tanpa menghiraukan protes dari Anna atas perubahan sikapku.
"Oh kau ingin bermain profesional huh? Baiklah, aku juga bisa bermain seperti itu"
"Baguslah jika seperti itu Anna, sekarang perkenalkan dirimu secara resmi"
"Baik Bli. Perkenalkan, namaku Annabeth Zhou, kau bisa memanggilku Anna, Ann, atau Anneth. Aku berasal dari Jember, dan usiaku 20 tahun. Aku lulus dengan predikat terbaik dari salah satu sekolah model di Jember", Anna memperkenalkan dirinya dengan suara lugas dan intonasi yang menegaskan bahwa dia yakin terhadap dirinya.
"Sebagai Pekerja di dunia modeling yang menjadikan fisik sebagai tolak ukur, aku ingin tahu lebih lanjut tentang fisikmu Ann. Mulai dari tinggi badan, berat badan, dan lain lain", aku mulai menanyakan pertanyaan inti kepada Anna sebagai seorang calon model K-Studio. Bagi sebagian orang mungkin pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang sensitif. Namun jika kau ingin menjadi seorang model, proporsi fisikmu merupakan penilaian utama dalam industri ini.
"Baiklah Bli, tinggi badanku 150 cm dan berat badanku 38 kg. Mungkin aku memang kurang tinggi untuk melakukan pemotretan dengan tema dewasa. Namun aku bisa sangat cocok apabila pemotretan dengan tema remaja atau bahkan anak-anak karena banyak orang mengatakan jika wajahku masih terlihat sangat muda di usiaku yang sudah menginjak 20 tahun ini"
"Baik Ann, aku juga bukan orang yang terlalu mempedulikan tinggi badan. Tugas seorang fotografer lah yang harus memproses model dengan berbagai macam jenis dan bentuk sehingga menghasilkan karya yang estetik. Aku ingin tahu lebih lanjut tentang dirimu. Apakah kau memiliki tattoo atau tindik di bagian tertentu?"
"Tidak Bli, aku hanya memiliki tindik di telinga seperti wanita pada umumnya. Aku tidak memiliki tattoo dimanapun, tidak menggunakan narkoba, dan juga tidak merokok. Tetapi jika kau mengajakku untuk sedikit meminum alkohol, aku tidak keberatan, hehehe"
"Satu hal lagi Ann, apakah kau keberatan untuk melakukan photoshoot menggunakan pakaian renang? Bagaimana jika private photo session di dalam kamar hotel? Karena mungkin kita akan membuat projek foto bikini, semi nude, atau bahkan full nude photo", aku mencoba untuk memancing profesionalitas dan totalitas Anna dalam industri modeling. Seperti yang kita semua tahu, industri modeling bukan industri yang benar-benar bersih. Banyak agency, studio, bahkan fotografer nakal yang memanfaatkan ketidaktahuan model akan hal-hal seperti itu untuk keuntungan pribadi mereka.
"Jika hanya menggunakan pakaian renang atau bikini, aku tidak mempermasalahkan hal itu. Tetapi jika sudah mulai masuk ke ranah pribadiku, seperti nude photo atau private photo session, aku bisa dengan tegas menolaknya. Apabila kau memaksa, aku bisa melaporkanmu beserta K-Studio atas tuduhan pelecehan seksual", jawaban Anna sangat mengagumkan. Tidak banyak model zaman sekarang yang masih mempertahankan harga dirinya dibanding harga yang ditawarkan oleh sebuah agency kepada tubuh sang model.
*piip
Suara perekam suara dari ponsel aku matikan.
"Tunggu Bli, kau merekam percakapan kita sedari tadi?" Anna terkejut mengetahui jika aku merekam percakapanku dengannya.
"Hah? Apakah ada yang salah? Justru apabila aku tidak merekamnya lah yang bermasalah. Aku tidak memiliki bukti atas interview yang aku lakukan denganmu".
"Ish pantas saja kau berubah menjadi sangat serius secara tiba-tiba. Kau seperti bukan Gede yang aku kenal", sepertinya Anna benar-benar kesal dengan interview tadi. Raut wajahnya berubah, dia mengalihkan pandangannya ke samping sambil memoncongkan bibirnya sehingga aku melihatnya seperti bebek karet yang biasa aku jadikan hiasan di kamar mandi.
"Sudahlah Ann, jika kau memasang ekspresi seperti itu, aku akan mengambil karet gelang dan menguncirkannya pada bibirmu. Kau terlihat seperti bebek, kau tahu?", ucapku meledek ekspresi lucu milik Ann.
"Bli Gede, sejak aku mengenalmu, kau tidak pernah berubah ya? Kau selalu meledekku dengan sebutan bebek", Anna bangkit dari kursinya, berlari kecil ke arahku, lalu dihujamkannya segala cubitan ke arah tubuhku.
"Aw, sakit Anna! Hei kau juga tidak pernah berubah sejak dulu. Kau selalu mencubitku ketika kau jengkel kepadaku! Aw sakit!", seakan tidak peduli akan protes yang aku lontarkan, Anna terus menerus mencubitiku dengan wajah kesal.
"Karena kau selalu jahat kepadaku, Bli!", Anna menghentikan cubitannya dan kembali duduk di kursinya.
"Ini tempat umum Ann, dan kau melakukan itu semua tanpa peduli pengunjung lain di tempat ini, huh?", aku melihat ke sekitar. Dan benar saja, banyak mata yang tertuju kepada kami. Ada sebagian yang tertawa kecil melihat kami, ada juga yang menggelengkan kepala kepada kami seakan mereka ingin berkata "ada-ada saja anak muda zaman sekarang".
"Apakah kau sudah melupakanku Bli? Kita sudah tiga tahun tidak berjumpa, dan kau sudah dua tahun bekerja di K-Studio. Tetapi kau baru menawarkan pekerjaan ini kepadaku bulan lalu", wajah bebek Anna berubah menjadi agak murung seketika. Sepertinya Anna sedang mengingat semua momen yang pernah aku dan dia lewati bersama di masa lalu.
"Aku tidak melupakanmu Ann, tidak sama sekali. aku hanya tidak yakin kau akan mendatangiku ke sini Ann", aku mulai menanggapi obrolan Anna dengan serius.
"Tetapi kau bisa lihat sekarang Bli, aku mendatangimu ke sini. Aku datang demi pekerjaan ini, aku datang demi dirimu, aku datang demi kita", mata Anna mulai berkaca-kaca saat mengatakan hal-hal yang aku rasa memantik trauma masa lalu di dalam pikirannya.
"Kau menangis Ann? Itu justru bukan seperti dirimu yang aku kenal. Kemana perginya bebek cerewet tidak bisa diam yang aku kenal bertahun-tahun lalu?", aku berusaha menenangkan Anna dengan meledeknya. Aku harap hal itu bisa memperbaiki suasana hatinya.
"Ish, kau merusak awan kelabu di dalam pikiranku Bli", wajah bebek yang sempat menghilang beberapa saat yang lalu telah kembali, bahkan kali ini aku merasa Anna memoncongkan bibirnya lebih panjang dari sebelumnya.
"Aku sangat suka menggodamu seperti ini Ann, kau selalu menunjukkan wajah yang lucu", aku semakin semangat meledek Anna dan wajah lucunya.
"Bli", Anna menatapku serius. Sepertinya ia mengacuhkan ledekanku kali ini.
"Ya Ann?"
"Kau tahu?"
"Sangat tahu"
"I miss our old days"
"I miss our old days", aku dan Anna mengucapkan kalimat itu bersamaan.
"Inilah kenapa aku sangat membencimu Bli"
"Huh?"
"Kau selalu membuatku rindu", Anna menatapku dengan tatapan sayu yang meneduhkan, diiringi dengan senyum nakal dari bibirnya yang manis.
"This is me, orang yang selalu bisa menaklukkan perempuan", aku menegakkan cara dudukku untuk sedikit menunjukkan sikap angkuh di hadapan Anna.
"Huurrgghh!", Anna memutar matanya pertanda ia kesal akan pernyataanku.
"Ntahlah Bli, sepertinya kau menggunakan sihir untuk memikatku. Ntah apa yang kau lakukan kepadaku sehingga aku bisa jatuh hati kepada lelaki setinggi 170 cm dengan berat badan 50 kg sepertimu. Di luar sana sangat banyak lelaki tampan yang mencoba mendekatiku selama bertahun-tahun ini. Tetapi sepertinya pengaruh sihirmu terlalu kuat di dalam pikiranku sehingga aku tidak sanggup melepaskan diri dari ikatanmu", tatapan serta senyum nakal dari Anna selalu mengiringi setiap ucapan yang keluar dari bibir manisnya.
"Tunggu sebentar nona manis. Kau sudah melakukan body shamming terhadapku, kau tahu? Inikah adab warga daerah yang kabarnya sangat menjunjung tinggi sopan santun?"
"Aku tidak sopan huh? Apa kau tidak ingat saat kita...................."
Obrolanku dengan Anna mengalir semakin jauh, semakin liar dan semakin dalam. Menyibak rumput ilalang yang menghalangi pandangan kami akan perjalanan kehidupan kami di masa lampau, serta membersihkan debu usang pada ruang memori yang telah lama bersarang sejak terakhir kali aku dan Anna mengunjungi tempat yang saling terhubung di dalam pikiran kami masing-masing ini.
Memori di dalam kepalaku bergerak mundur, seperti pita kaset video yang menampilkan cuplikan adegan dari masa ke masa. semua ini dimulai dari kejadian yang tidak disengaja lima tahun lalu.
_To Be Continued_
sormin180 dan 6 lainnya memberi reputasi
7