Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#96
Nama yang Trending (Lagi) Dikampus
Efek dari pertanyaan gue yang gue anggap nggak penting itu membuahkan sebuah hasil diluar dugaan gue. Satu persatu adik kelas pada Add Facebook gue, termasuk Tanaya itu. Sepertinya dia semangat banget ketika tau ada yang suka Laruku juga selain dia. Ya gue akhirnya mengkonfirmasi mereka semua. Nggak ada salahnya juga kan kalau berteman dengan adik kelas. Kali aja nanti ada yang nyangkut. Haha.

Pada suatu sabtu gue yang sebelumnya sudah dikabari untuk bergabung ke Kompetisi antar angkatan di jurusan gue, memilih untuk datang, tapi gue nggak bergabung di tim futsal atau tim olahraga manapun, bahkan tim menyanyi, karena emang gue nggak niat mau main. Gue hanya mau datang bertemu teman-teman lama jurusan gue.

Disana juga gue akan mengkonfrontasi ketua himpunan saat itu, karena gue dan beberapa teman agak penasaran kenapa angkatan yang baru aja masuk ke jurusan bisa dapat posisi sebagai pengurus inti organisasi. angkatan atasnya apa emang nggak ada yang kapabel untuk menduduki posisi tersebut apa gimana?

Kompetisi antar angkatan ini biasanya itu kompetisi olaharaga, futsal, basket, voli, bulu tangkis, ada juga main PES di sekret himpunan, ada juga lomba nyanyi. Gue pernah ada di tim futsal, PES dan nyanyi waktu jaman dulu. Kalau sekarang udah jadi alumni mah males haha. Menurut obrolan di grup chat angkatan gue, katanya teman-teman gue cukup banyak yang mengkonfirmasi untuk datang, lumayan lah untuk ukuran angkatan yang udah lulus empat tahun yang lalu.

Karena teman-teman seangkatan gue ini adalah manusia-manusia pintar dan rajin belajar, banyak yang akhirnya melanjutkan S2 nya di jurusan yang sama. Seperti tipikal anak pintar ya, keluar dari zona nyaman itu seperti haram buat mereka. Satu aja didalemin, yang penting jago disitu ya udah cukup. Berbeda dengan gue yang selalu mau coba tantangan baru. Hehe. Tapi ya itu kan pilihan hidup mereka.

CALL NINDY

Quote:


Gue langsung mengingat memori yang ada disana. Ya, kostan Dee ada disana sebelum pindah ke pusat kota. Disana gue banyak menghabiskan waktu bersama Dee, saling bertukar cerita, saling bercanda, saling tertawa, ribut-ribut, menenangkan dia ketika dia sedih, menghibur dia dan juga dia yang selalu ada buat gue ketika gue lagi capek sama urusan kerjaan atau dengan segala keluh kesah gue yang monoton karena gue hanya bekerja, nggak ngeband lagi atau melakukan hal lainnya.

Kabar Dee baik-baik aja disana, walaupun intensitas gue sudah berkurang dengannya, tapi kami masih menjaga komunikasi kami. Bahkan setiap bulannya dia suka nitip dibeliin parfum refill dari toko langganan yang ada dekat rumah orangtua gue. Entah kenapa gue bingung, dia suka banget sama parfum refill keluaran toko ini. Sekarang juga kan mestinya dia bisa beli parfum ori, kenapa juga dia selalu nitip beli parfum yang kayak gini?

Uun dan Dewi nggak hentinya berusaha untuk meraih gue dimanapun. Entah itu chat, entah itu di sosmed. Gue juga nggak ngerti mereka ini kenapa. Kok semangat banget. Padahal gue udah menanggapi dingin semua obrolan mereka. Nggak ada lagi yang namanya tanda tanya diakhir percakapan yang gue balas ke mereka. Entah udah keberapa kali ini mereka gue cuekin. Tapi mereka kayak semacam pejuang cinta gitulah, geli banget gue jadinya. Hahaha.

Dengan adanya momen kompetisi antar angkatan ini, mereka dengan semangat mau memberitakan ke gue, dengan tujuan utama tentu aja mau ketemu gue secara langsung. Uun sudah pernah, Dewi pun sudah pernah. Dan ketika ketemu itu, semuanya ya berjalan hambar-hambar aja bagi gue. Gue itu orangnya nggak enakan sama orang, jadi ya kalau diajak ketemu, yaudah coba sanggupin dulu, walaupun pas ketemu akhirnya basi doang dan gue cuma banyak cengar cengir nggak jelas asal mereka senang.

Tipikal gue seperti itu kalau ketemu orang, gue mau terlihat ramah kepada siapapun. Apalagi entah siapa ini yang bergosip kek anj*ng kalau gue itu adalah sosok alumni yang galak. Kalau kata gue, gue bukan galak, tapi tegas. Gue itu kalau ngomong kan suaranya kencang, jadinya terkesan kaya lagi bentak-bentak, padahal mah biasa aja. Cuma ya namanya gosip kan ya, pasti ada bumbu-bumbu seperti itu. Dan dengan adanya kedekatan yang “dibikin cerita” oleh Dewi dan Uun ini dikampus, gue jadi serba salah.

Mau biasa aja ntar disangkain jutek, mau ramah dan senyum ke orang-orang kayak yang biasa gue lakuin juga salah, ntar disangkain lagi mau rencana modus. Anj*ng emang situasi yang mereka buat. Itu yang bikin gue nggak nyaman sebenernya. Padahal si Krisna jauh lebih gila dari gue modusnya ke adik kelas. Tapi ya itu, dari dulu yang selalu kena batunya pasti gue. Bangs*t emang. Hahaha.

Gue mengetahui bahwa sudah ada omongan-omongan seperti ini adalah dari Nindy, dan juga beberapa kali gue ngobrol dan mengkonfirmasi kebenaran ini lewat Benu, Shella dan juga Azi, kawan-kawan gue yang masih staydi kampus. Gue yang udah lama nggak pernah kekampus dan nggak pernah kedengeran lagi dikampus, tiba-tiba jadi omongan. Padahal gue masih nggak pernah nongol dikampus ketika itu. Berarti siapa lagi yang nyebar berita halu kalau nggak si Dewi sama Uun ini kan? T*i anj*ng emang nih. Mereka yang udah putus asa karena gue cuekin malah mulai bikin cerita yang halu nih soal gue. Walaupun gue sendiri juga nggak tau apa yang mereka sebarkan.

Untung gue nggak pernah sama sekali chat yang aneh-aneh dengan mereka-mereka ini. Kalau gaya chat gue masih bocor dan sedikit menjurus kayak gue lagi ngobrol sama Feni, Anin, atau Ara dulu gitu, bisa dapet gosip macem-macem ntar gue. Disini juga gue sadar, beda enam tahun itu sudah beda generasi dan gaya penyikapan terhadap sebuah hubungan.

Walaupun masih dalam satu rentang generasi milenial, tapi cara berpikir mereka ini sudah luar biasa berbeda dengan angkatan gue. Mereka-mereka ini lebih agresif dan berani. Seperti yang dulu gue pernah bilang, akhirnya banyak juga dari angkatan-angkatan mereka ini yang kini sukses jadi CEO muda dengan start-up yang disegani oleh banyak orang.

--

“Gue udah sampai didepan kostan lo Nin.” Kata gue ditelpon.

“Sebentar gue keluar ya bang.” Kata Nindy.

Nggak lama Nindy keluar dari kostannya. Anaknya ternyata cukup tinggi, sekitar 162 cm. Tapi badannya kurus banget kayak nggak pernah makan. Tipis disemua lini. Bemper depan belakang tipis banget, tapi dia cukup manis sih sebenarnya, khas orang-orang sunda gitu. Di momen ini, gue sudah berhasil merebut hati dia.

Gue sih sebenernya bisa aja nembak dia saat itu juga dan pasti diterima. Tapi, ada keraguan dalam diri gue. Gue nggak menemukan klik di dia. Walaupun emang beberapa kriteria ada di dia. Anak ini juga cukup pintar secara akademis, makanya gue bisa nyambung ngomong sama dia.

kaskus-image
Mulustrasi Nindy, 85% mirip Shireen Sungkar yang ini


Nindy pun selalu, katanya ya, mengagumi gue karena pengetahuan umum gue yang luar biasa banyak. Dia menyatakan itu langsung ke gue dulu. Seperti google berjalan, padahal, sedikit trik, ketika lo baca sms, ya jangan dibales dulu lah. Cari dulu jawabannya di google beneran. Hahaha. Abis itu dengan sedikit bumbu dan modifikasi bahasa serta tata cara penyampaian yang dibikin menarik, baru deh bales dengan jawaban yang ada. Ini juga salah satu kunci sukses gue. hahaha. Terlihat cerdas itu adalah nilai plus banget cowok di mata cewek, jaminan deh pokoknya.

“Gue numpang ibadah dulu boleh?” kata gue sok alim.

“Boleh bang. Silakan aja. Tapi sebenernya kostan gue nggak boleh masuk cowok bang.”

“Nah terus gimana?”

“Mumpung sepi ini kostannya, yaudah nggak apa-apa. Lagian kamar gue ada deket sini bang.”

“Yaudah kalo nggak apa-apa ya.”

Kemudian gue ditunjukkan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan setelahnya gue ibadah didalam kamar kostannya. Tujuan selain ibadah ya emang gue mau scanning kamar dia. Gue nggak suka liat cewek berantakan. Karena gue sendiri rapi. Semua cewek yang pernah dekat dengan gue dan gue pernah samperin kamar kostannya, pasti jadi ketularan rapi deh. Hahaha.

Ternyata kamar dia cukup rapi, cuma nggak wangi. Haha. Nggak masalah sih, tapi ya yang penting rapi aja udah cukup kok. Dia juga bukan tipikal anak yang soleha banget kayaknya sih. Nggak terlalu konservatif juga. Bagus lah kalau gitu. Gue capek berhubungan dengan orang konservatif, kayak Mirna dulu itu. Debat nggak penting mulu jadinya.

“Maaf ya bang, berantakan. Hehehe.”

“Selow aja sih. Yaudah gue tunggu di ruang tamu ya.”

“Iya bang, gue mau ganti baju dulu, soalnya angkatan gue udah bikin kaos angkatan yang belakangnya itu ada nomer punggungnya. Nomer punggung ini berdasarkan nomer urut kami di absensi.”

“Makin kecil nomernya, makin pinter berarti ya? hahaha.”

“Nggak juga sih bang. Haha.”

Gue kemudian menunggu dia diruang tamu. Nggak lama dia keluar dengan kaos yang sedikit kegedean gitu, ada lambang angkatannya dia, dan dibelakang gue melihat nomer punggung dia adalah 6.

“Nah, bener kan? Hahaha. Berarti lo termasuk yang oke nih Nin.”

“Haha, nggak gitu juga bang.”

“Udah, lo pinter. Titik. Haha.”

“Iya deh bang, terserah lo aja. Hehehe.”

“Yaudah yuk, angkatan gue jadwal mainnya pas banget abis magrib kan. Harusnya mereka udah mulai main sekarang.”

“Iya bang. Lawan angkatan gue kan?”

“Iya. Haha. Pas ye.”

Gue dan Nindy lalu keluar dari kostannya. Gue kala itu membawa mobil karena ketika gue berangkat dari rumah Mama, hujan turun deras sekali. Jadi yaudahlah, sesekali aja bawa kendaraan sendiri nggak apa-apa. Sesampainya gue dekat mobil yang terparkir, gue yang biasa membukakan cewek untuk naik ke mobil gue yang agak tinggi, ya melakukan hal yang biasa gue lakukan. Nindy seperti sedikit tersanjung dengan apa yang gue lakukan. Hahaha. Mulai geer dia.

Gue pun melajukan mobil kedalam kampus dan akhirnya nggak lama kami tiba di pelataran parkir gedung olahraga kampus. Jujur aja gue kangen banget sama suasana kampus ini dan segala hiruk pikuk dan kenangan-kenangan yang pernah gue lewati dulu.

Seperti biasa gue membukakan pintu untuk Nindy, hal yang selalu juga gue lakukan kepada siapapun, bahkan ke adik gue sekalipun. Gue sadar, sangat sadar, ketika itu waktu emang udah malam, tapi gue melihat banyak mata yang mengamati gerak gerik gue dan Nindy. Lalu kami berjalan dari tempat parkir menuju kedalam gedung. Semakin dekat ke gedung, semakin banyak suara riuh yang terdengar.

Ketika melewati pintu masuk, gue melihat tim angkatan gue sedang bermain, dan sisanya ada disisi sebelah kiri gedung, di tribun semua duduknya. Sementara tribun penonton yang bentuknya kursi-kursi panjang gitu, makin kearah dalam dari pintu masuk, ditempati oleh angkatan-angkatan dibawah gue, seingat gue. Disana pun gue melihat banyak angkatan Nindy karena baju mereka samaan semua, yang bedain itu adalah nomer punggungnya.

Gue memasuki area pinggir lapangan pertandingan dengan mengulas senyum ke teman-teman angkatan gue. Tapi gue tau, karena Nindy ada dibelakang gue dan datang berbarengan dengan gue, senyuman gue ke teman-teman juga dilihat oleh adik-adik kelas lainnya. Gue sadar kok pasti ada yang ngomongin soal kedatangan gue dengan Nindy yang bersamaan ini. Ya nggak apa-apa, toh kalau seandainya gue jadi sama dia, kan nggak akan keliatan aneh lagi.

Ketika gue menuju naik keatas tribun untuk gabung sama teman-teman gue, ternyata si Nindy malah ngikutin gue keatas juga. Lah, rame ini udah pasti ntarnya. Haha. Gue udah peringatin Nindy supaya jangan gabung kesini, karena bakal jadi inceran teman-teman gue perkara posisi dia di organisasi. tapi dia nggak peduli. Yaudah akhirnya gue biarin aja dia ikut.

Disana udah ada teman-teman sekelas gue, Adi F, Tanto yang ternyata sekarang satu kantor mereka, lalu ada juga Ray Sukmara si anak rantau, ada Krisna yang sedang gantian main, dan ada juga Mulyo yang sangat penasaran kenapa anak baru bisa masuk jadi pengurus inti di organisasi. Disana juga ada Shella dan Azi, Azi datang bersama Vino suaminya yang angkatannya sedang nunggu giliran main.

Di barisan angkatan Keket ada Benu, Yuar, Amal, Vino dan juga Hendri yang kala itu sedang menggandeng Vici, pacarnya. Sementara di angkatan Harmi, ada Harmi dan Tahir, Liana, dan ada Endy juga. Sementara diangkatan Dee ada anak-anak GMRD Regency, Teguh, Ari, Yudha, dan juga Dony lengkap. Sedangkan diangkatan Nindy gue nggak banyak kenal, cuma gue tau ada Dewi disitu. Dewi memakai nomor punggung 8 ketika itu.

Ada satu angkatan yang hilang yaitu angkatan Diani. Satupun angkatan mereka nggak ada yang datang. Haha. Efek sudah macam-macam sih dulunya gara-gara urusan ospek dan akhirnya gue berhasil membuat angkatan mereka seperti di Shutdownduluan. Lo macem-macem atau ngegesek gue (Firzy), gue bikin angkatan lo abis. Dan itu kejadian akhirnya. Hehe.

Tapi ingat, gue "menghapus" mereka tidak dengan cara fitnah atau nebar hoax atau apapun, tapi melalui serangkaian pembuktian bahwa angkatan ini nggak layak untuk dianggap sebagai civitas jurusan gue. Bahkan Mbak Yanti pun jadi kurang suka dengan angkatan ini. Dosen-dosen juga ternyata berpendapat yang sama, bahwa angkatan ini sangatlah tidak penting untuk diingat-ingat.

Nah yang seru adalah pas gue mengedarkan pandangan ke angkatan Uun. Anj*ng. dia ngulangin memakai pakaian mencolok ungu-ungu yang dulu, atau lain lagi ya, pernah dia pakai pas menghadiri sparing futsal antar angkatan di jurusan gue. sumpah itu noraknya nggak ilang. Dan sama seperti dulu, dia yang make, gue yang malu. Hahaha. Gobl*k!.

“Nin, kakak kelas lo norak banget itu. Hahaha.” Gue berbisik ke Nindy.

“Oh, kak Uun ya? haha. Iya sih, tapi jangan diledekin kenapa bang. Hahaha.”

“Lah, udah lucu gitu masa nggak diledekin? Sayang kali bahan cengan nggak diledekin.”

“Tapi kan dia suka sama lo bang. Itu dia dandan gitu gue yakin buat menarik perhatian lo bang.”

“Haha emang iya ya?”

“Iya pasti.”

“Bodo amat lah Nin. Hahaha.”

Lalu Nindy dipanggil ke tribun paling atas untuk ketemu dengan teman-teman gue, yang dikomandoi Mulyo dan Ray. Disana ternyata juga udah ada ketua himpunan saat itu yang bernama Maul. Gue sih masih santai aja ngeliat-liat situasi dulu. Ntar kalo udah panas, baru gue nimbrung. Hehe.

Nggak lama gue duduk disamping Shella dan ngobrol-ngobrol bareng dia, gue disapa dari bagian tribun agak bawah. Tanaya yang nyapa gue ternyata.

“Bang, kenalin gue Taya. Yang balesin komen lo pertama kali soal jepangan bang.”

“Hoo, Tanaya ya. lo dipanggil Taya ya?”

“Hehe iya bang. Apa kabar bang.”

“Baik gue. lo angkatan berapa sih?”

“Enam taun dibawah lo bang.”

“Oh iya ya? haha.”

Lalu gue mempersilakan Taya duduk disebelah gue dan kami mengobrol ringan tentang musik jepangan. Ternyata Taya ini nggak sedalam Emi soal urusan jepangan ya. Dia hanya tau beberapa lagu Laruku aja, dan nggak mendalami kayak Emi.

“Bang lo nanti harus ketemu sama temen gue Emi bang. Sayang dia udah pulang tadi.”

“Emang kenapa sih gue harus ketemu dia, Tay?”

“Nggak tau kenapa bang, kayaknya lo bakalan nyambung sama dia bang. Selera kalian sama banget soalnya deh.”

“Kok kayaknya lo tau banget selera gue? haha.”

“Haha nggak tau bang, feeling gue aja yang bilang, kalau kalian ketemu, pasti kalian cocok deh. Setipe soalnya kalian bang.”

“Iya ya? haha.”

“Beneran bang. Yaudah gue gabung lagi sama angkatan gue ya bang.”

“Oke deh. Makasih banyak ya infonya Tay.”

Gue disini posisinya udah mulai ngobrol sama Emi di Facebook padahal. Emang dia nggak ngeh apa gimana ya? hahaha. Padahal gue udah bertemen juga sama dia dan Emi. Dia juga berteman sama Emi. Gue wall to wall sama Emi, masa iya nggak kebaca? Hahaha. Anak ini lesung pipinya dalam banget, kalah dalam dah lesung pipi gue dibanding dia. Suara anak ini berat banget buat cewek. Entah kenapa walaupun manis, gue nggak tertarik sama anak ini sama sekali.

Menjelang pulang dan sesudah menyapa aneka ragam orang yang gue kenal disitu, kecuali Dewi dan Uun yang emang gue cuekin berat, gue pulang, bersama Nindy yang muka udah kusut banget. karena sepertinya dia dihabisin oleh beragam pertanyaan dari senior-seniornya. Untung gue memilih nggak ikutan. Hahaa. Gue sih ngehabisin ketuanya lah, ngapain anak buahnya. Jadi ya yang gue cecar itu yang namanya Maul, bukan bawahannya Maul.

Seperti yang gue udah duga, ketika gue dan Nindy keluar dari gedung pun, banyak mata yang mengamati kami. Nindy kala itu seperti sangat bangga dengan keadaan kayak gitu. Gue sih ya biasa aja. Haha. Udah biasa diperhatiin kayak gitu. Dulu waktu sama Zalina, Keket dan Dee, nggak kehitung berapa banyak pasang mata yang ngamatin gerak gerik gue dan cewek-cewek itu. Hehe.

Setelah gue selesai mengantarkan Nindy kembali kekostannya, gue pun pulang. Sebelum gue mulai menyalakan mesin mobil, gue cek HP dulu, karena ada cukup banyak notifikasi dari ragam aplikasi yang gue install di HP gue saat itu. Salah satunya Facebook. Kala itu ada nama asing lagi add gue as friend.

Deborah Hartono.

sampeuk
hendra024
itkgid
itkgid dan 33 lainnya memberi reputasi
34
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.