Pada Tanggal 26 Agustus 2019 yang lalu, di Istana Negara, Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo telah mengumumkan secara resmi perihal pemindahan Ibukota Negara. Adapun lokasi yang dipilih adalah Propinsi Kalimantan Timur tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartangegara.
Berbagai macam respon masyarakatpun muncul dengan adanya keputusan ini. Ada yang pro, ada juga yang kontra, dan adapula yang biasa - biasa saja acuh tak acuh menanggapinya. Para elite dan tokoh politik banyak yang angkat bicara dengan segala bentuk pemikiran serta komentar mereka, mulai dari yang setuju maupun yang tidak, ada juga yang meminta dikaji ulang, bahkan ada pula yang terkejut seakan tak percaya seperti yang dialami oleh Bupati Penajam Paser Utara.
Sementara saya sendiri sebagai masyarakat kecil, menanggapinya biasa - biasa saja atau mungkin cenderung lebih cocok seperti yang kebanyakan orang bilang "
atur saja Pak, kami cuma rakyat kecil, hanya bisa ikut mana baiknya". Dan jika saya yang merupakan rakyat kecil ini boleh bicara memberikan tanggapan mungkin seperti inilah kira - kira :
Quote:
Mati Lampu
Quote:
Beberapa waktu yang lalu Jakarta dan sekitarnya, serta sebagian Jawa mengalami mati lampu. Kejadian ini sempat menjadi perbincangan di berbagai kalangan. Bahkan di Twitter, #matilampu bisa - bisanya menjadi trending topik di dunia. Menurut saya, kejadian ini tentulah bukan alasan untuk memindahkan ibukota negara dari DKI Jakarta ke Propinsi Kalimantan Timur. Sekali lagi, udah barang tentu alasannya bukan karena mati lampu.
Namun seandainya kelak pemindahan ibukota ini memang benar - benar terjadi, jangan heran jikalau kejadian yang sama bakal terulang. Karena saya yang sudah lama bermukim di Kalimantan (walau bukan Kaltim yang menjadi calon ibukota negara), seringkali merasakan pemadaman listrik yang berulang - ulang dengan giliran pemadaman yang beragam setiap bulan. Kadang sekali dalam sebulan, dua kali, tiga kali, tujuh kali, sepuluh kali, bahkan pernah juga hampir setiap hari dalam sebulan. Dan lebih miris lagi, tidak sedikit di daerah pedalaman Kalimantan yang masih belum memiliki fasilitas listrik.
Quote:
Banjir
Quote:
Jika di Jakarta sering dilanda banjir, saya turut prihatin akan hal itu. Akan tetapi, seandainya saja pemindahan ibukota memang benar terjadi, apalagi lokasi yang dipilih adalah Kaltim,
"apakah ini keputusan yang bijak?" sementara di Propinsi calon ibukota ini, banjirnya bisa mencapai leher orang dewasa bahkan dapat mencapai dua meter atau lebih. Ngeri ngeri sedap juga saya membayangkannya.
Coba disimak video youtube dibawah ini seperti apa banjir disana :
Quote:
Polusi Udara
Quote:
Sebelas dua belas dengan dua kejadian di atas, polusi udara yang dialami di ibukota Jakarta juga dialami juga di hampir seluruh Kalimantan. Hanya saja bedanya jika polusi udara yang terjadi di Jakarta disebabkan oleh asap kendaraan dan asap pabrik pada umunya, sementara polusi udara yang berupa kabut asap terjadi diakibatkan oleh Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan). Karhutla itu sendiri terjadi akibat ulah oknum yang tidak memikirkan kepentingan orang banyak, yang dengan teganya memanfaatkan musim kemarau dengan melakukan kegiatan membakar hutan dan lahan demi kepentingan pribadi atau golongan ataupun perusahaan.
Berita tentang kebakaran hutan dan lahan ini belakangan sangat sering diperbincangkan baik di media sosial maupun media massa. Lantas, apakah pemindahan ibukota negara dikarenakan oleh polusi udara? Saya merasa yakin tentulah jawabannya bukan itu alasannya jika lokasi yang dipilih adalah Pulau Kalimantan.
Quote:
Mungkin demikian balada pindahnya ibukota dari saya yang merupakan rakyat kecil di negara yang bernama Indonesia. Kalau masih boleh saya mengutarakan uneg - uneg kepada siapapun yang mengambil kebikajan perihal pemindahan ibukota ini, mohon pertimbangkan lagilah. Terutama momen - momen di atas itu, yang membuat kami sedih dan haru. Jika ternyata momen - momen itu dijadikan alasan pindahnya ibukota, atau hanya ingin merasakan momen - momen itu bersama, hal itu hanya akan membuat kami semakin sedih dan bertambah haru ...
Sumber video : Youtube Kompas TV