- Beranda
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
...
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
Selamat Datang di Thread Gue
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/10/17/10668384_20191017013511.jpeg)
Trit Kedua ini adalah lanjutan dari Trit Pertama gue yang berjudul Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 1 . Trit ini akan menceritakan lanjutan pengalaman gue mencari muara cinta gue. Setelah lika liku perjalanan mencari cinta gue yang berakhir secara tragis bagi gue pada masa kuliah, kali ini gue mencoba menceritakan perjalanan cinta gue ketika mulai menapaki karir di dunia kerja. Semoga Gansis sekalian bisa terhibur ya
TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI GANSIS READER TRIT GUE. SEBUAH KEBAHAGIAAN BUAT GUE JIKA HASIL KARYA GUE MENDAPATKAN APRESIASI YANG LUAR BIASA SEPERTI INI DARI GANSIS SEMUANYA.
AKAN ADA SEDIKIT PERUBAHAN GAYA BAHASA YA GANSIS, DARI YANG AWALNYA MEMAKAI ANE DI TRIT PERTAMA, SEKARANG AKAN MEMAKAI GUE, KARENA KEBETULAN GUE NYAMANNYA BEGITU TERNYATA. MOHON MAAF KALAU ADA YANG KURANG NYAMAN DENGAN BAHASA SEPERTI ITU YA GANSIS
SO DITUNGGU YA UPDATENYA GANSIS, SEMOGA PADA TETAP SUKA YA DI TRIT LANJUTAN INI. TERIMA KASIH BANYAK
Spoiler for INDEX SEASON 2:
Spoiler for Anata:
Spoiler for MULUSTRASI SEASON 2:
Spoiler for Peraturan:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:31
nacity.ts586 dan 78 lainnya memberi reputasi
77
292K
4.2K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#2563
Refresh
Setelah perjalanan terakhir dengan Keket, gue menjalani hubungan dengan Dee jauh lebih tenang. Tapi Dee udah mulai sibuk sekarang. Kerjaan dia mulai banyak dan agak susah dihubungi kalau jam-jam kerja. Bisanya ya saat sedang istirahat atau setelah pulang kerja. Kerjaan gue juga semakin banyak dan bisnis perantara kapal gue juga cukup menggembirakan hasilnya.
Pada satu waktu Dee sedang ada pelatihan di luar kota dan disaat yang bersamaan Dwina mengajak gue jalan. Jadi daripada gue nggak kemana-mana, yaudah gue iyakan ajakan Dwina. Dwina mengajak gue nonton bioskop waktu itu. Hubungan gue dengan Dwina sangat dekat, bahkan lebih dekat daripada dengan Mirna.
Gue agak kurang nyaman kalau ngobrol dengan Mirna karena dia terlalu konservatif. Sobat gurun banget lah boleh disebut kalau jaman sekarang. Beda dengan Dwina dan Rinda yang lebih open minded. Bahasan gue dengan Mirna sebenarnya banyak, tapi ketika semua bahasan selalu dikaitkan dengan urusan agama, gue males.
“Kak udah dimana?” katanya.
“Aku udah deket, sebentar lagi sampai ya Win, sabar ya. udah kangen banget ya? hahaha.” Kata gue.
“Iya, aku kangen kamu kak. Hehehe.”
“Yaelah Win. Hahaha.”
Nggak lama setelahnya, gue sampai ditempat janjian dengn Dwina. Kami jalan ke Mall besar dikota, yang dulunya adalah bekas perumahan dosen kampus gue. Begitu sih menurut penuturan bokap dulu.
“Wah keren juga kamu kak pakai topi gitu. Hehehe. Pas paduannya dengan kacamata kamu itu. Aku suka ngeliatnya kak.”
“Apalagi kalau nggak pake apa-apa ya Win? Hahahaha.”
“Yeee. Mesum aja pikirannya si Kakak. Hahaha.”
“Udah kamu beli tiketnya?”
“Udah nih Kak. Jam 8 mulainya. Sekarang masih jam 7. Enaknya kemana ya?”
“Ngopi aja disitu yuk?”
“Oh yaudah boleh. Yuk.”
Kami menuju ke kedai kopi berlogo mayoritas warna hijau dan terkenal agak mahal tersebut. Saat itu belum tren es kopi susu yang belakangan marak sebagai usahanya anak senja. Hahaha. Gue dan Dwina terlibat obrolan ringan yang asyik banget. Apalagi membahas tentang konservasi sumber daya alam. Suatu topik yang membuat gue dan Dwina nyambung ngobrolnya.
Setelah dari sana, gue dan Dwina pun bergegas ke bioskop. Tidak terlalu ramai ketika itu. Padahal hari itu hari sabtu malam. Gue dan Dwina pun masuk kedalam. Dwina memilih tempat duduk dua dari pojokan dideret ketiga dari atas. Gue ngobrol-ngobrol dulu dengan dia sebelum mulai. Barulah ketika waktunya mulai, kami kembali diam.
Disebelah gue nggak ada orang sama sekali. Baru ada orang lagi selang empat kursi dari sebelah kanan gue. sementara Dwina ada disebelah kiri gue, dan sebelah dia tembok. Kami sangat menikmati film saat itu. Film action seingat gue. sampai pada suatu momen, Dwina menggenggam tangan kiri gue. Tanpa ada sepatah katapun. Gue yang kaget awalnya menolak, tapi dia selalu berhasil mengenggam tangan gue lagi. Yaudah akhirnya gue biarkan saja.
Kemudian Dwina mengarahkan tangan gue diantara kakinya. Dia kemudian memeluk tangan gue dan merebahkan kepalanya di bahu kiri gue.
“Aku nyaman banget sama kamu kak. Padahal kita lebih sering chatting daripada jalan bareng gini kan.” Bisik Dwina.
“I…iya…iya Win. Aku juga.”
“Kenapa kamu kok gugup gitu kak?”
“Nggak apa-apa. Cuma dada kamu berasa banget ditangan aku Win. Hehehe.”
“Oh. Hehehe. Iya nggak apa-apa kak.”
“Dih, nggak apa-apa?”
“Iya, kan nggak sengaja.”
Selanjutnya Dwina malah ngarahin tangan gue buat masuk kedalam kemejanya dia. Dia pakai kemeja berkancing tapi untuk model cewek. Jadi gampang banget kalau mau dimasukin kan, tinggal buka aja beberapa kancing, kebuka langsung.
“Win, kamu apa-apaan?”
“Nggak apa-apa kak. Aku Cuma mau nunjukin kalau aku serius sama kamu kak.”
“Tapi kan aku udah punya cewek Win.”
“Terus kenapa?”
“Ya masa ada dua?”
“Ya nggak apa-apa. Kan aku juga nggak masalah.”
Memori gue terhadap Keket kembali lagi. Dia juga awalnya kan menyatakan hal ini ke gue. Gue Cuma takut Dwina jadi makin freak kalau gue kasih kesempatan terus. Tapi adanya dia malah keenakan di grepein. Duh rese banget ini. Tapi enak juga sih dapet bonus. Hehehe. Gue merasakan gunung kembar Dwina yang sebelah kiri secara langsung. Emang awalnya susah karena posisinya nggak enak, plus dia memakai bra yang cukup ketat. Tapi ya karena mungkin gue udah terbiasa untuk urusan gini, jadi ya ada aja jalan yang bisa gue temukan. Hehehe.
“Terus kak, enak.” Bisik Dwina.
Gue bersikap cool aja, biar nggak menimbulkan kecurigaan. Gue meneruskan hal ini terus. Gue pernah dan cukup sering begini kalau gue nonton sama Sofi dulu. Karena susah banget anaknya, jadi ya gue curi-curi kesempatan seperti ini. Dwina memiliki gunung kembar yang cukup besar ternyata. Makanya branya juga jadi ngetat banget di dadanya. Tapi gue nggak bisa melihat secara langsung, hanya bsa merasakannya. Setelahnya, gue mencabut tangan gue dari dalam kemejanya, dan gue mulai memasukkan tangan gue kedalam celana panjangnya. Dia memakai celana panjang yang agak lebar, nggak ngetat dikaki, dan pinggangnya memakai karet. Jadinya mudah banget untuk tangan ini bergerilya.
Gue dengan mudahnya memasukkan tangan ke dalam celana Dwina. Dwina juga membantu mengarahkan tangan gue ke tengah-tengah. Gue dapat merasakannya. Perkebunan teh milik Dwina itu halus sekali dan tipis. Jadi memudahkan gue untuk menemukan lubang surganya. Kemudian jari tengah gue pun beraksi memainkan permainan yang membuat napas Dwina lebih memburu, tapi kami tetap tenang nggak banyak reaksi berarti. Setelah bergerak keluar masuk dan sesekali ada gerakan menggosok, gue pun merasakan ada cairan hangat yang keluar. Gue pun menyudahinya.
“Kak enak banget kayak gitu. Aku belum pernah kayak gitu.”
“Ya anggap aja bonus, kamu udah mancing aku duluan.”
“Iya enak banget kak beneran.”
“Hehe. Yaudah sip deh kalau enak.”
Kami keluar dari gedung bioskop dan gue mengantarnya ke kostannya yang masih ada disekitaran kampus. Karena gue berasa agak capek, gue pun menghubungi teman yang ada di GMRD Regency.
“Guh, ada orang-orang disana?”
“Ada bang. Mau nginep disini? Mangga aja bang.”
“Iya nih. Hehe. numpang yak, gue palingan besok siang baru balik.”
“Iya bang selow aja. Dee lagi nggak ada emang bang?”
“Nggak ada, dia lagi pelatihan. Gue tadi ketemu teman gue anak Fakultas E.”
“Oh iya bang. Hehe. silakan aja dateng sini bang.”
Gue dan Dwina pulang menuju ke daerah kampus. Selama perjalanan gue dan Dwina banyak ngobrol ringannya aja. Dwina terlihat sangat sumringah sehabis jalan sama gue kali ini.
“Kak makasih banyak ya udah mau jalan sama aku.”
“Iya sama-sama ya Win.”
“Aku masuk dulu ya kak. Makasih banget udah bikin aku enak.”
“eeh. Iya Win. Ehehehe.”
“Assalamualaikum kak.” Katanya sambil menutup matanya sebelah. Wah agresif juga ini Dwina.
“Waalaikumsalam Win.”
Gue pun pulang dengan perasaan yang khawatir. Apakah dimasa depan nanti Dwina akan menjadi seperti Keket? gue sangat bingung dan nggak mau berharap seperti itu. Karena itu akan sangat membuat gue susah.
Sesampainya di kostan GMRD Regency, disana ada beberapa teman angkatan Dee yang bukan penghuni kostan. Karena lagi rame, gue memutuskan untuk duduk dulu di sofa yang menghadap ke arah TV dan berada tepat didepan pintu masuk. Jadi kalau ada orang masuk pasti ngeliat gue duluan yang lagi duduk disitu. Gue pun dipersilakan ke kamar aja kalau capek. Tapi karena gue tau diri lagi penuh begini, jadinya gue nggak beranjak dari sofa itu. Nggak lama, ada sedikit gaduh dari teras. Kemudian muncul dua orang cewek yang sama sekali nggak gue kenal. Yang satu pakai kerudung, berkacamata, dan yang satunya nggak pakai kerudung.
“Ya, siapa ya?” kata gue bertanya ke mereka.
“Saya mau ketemu Bang Ari, Bang….” Kata cewek yang nggak kerudungan, setengah berbisik.
“WOY, ARI! INI ADA CEWE NYARIIN LU TENGAH MALEM!” teriak gue spontan.
Ternyata nggak Cuma si Ari yang ngerasa kepanggil, melainkan semua orang yang ada disitu. Mereka secara otomatis menoleh kearah pintu dan tersenyum ke arah dua cewek ini.
“Oh iya, Bang Ija! Tengs, Bang!” kata Ari.
Kemudian gue memperhatikan mereka satu persatu. Terus akhirnya gue ikutan aja. Cewek yang berkerudung kemudian bergegas keluar lagi dari rumah, sementara cewek yang nggak berkerudung terlihat ngomong pelan sama si Ari ini. Gue baru ngeh ternyata ada yang ultah setelah cewek nggak berkerudung ini mengode teman-temannya yang sepertinya udah nunggu diteras untuk menyalakan lilin.
Kemudian Ari berbisik ke gue ada rencana kejutan dari ceweknya Yudha. Intinya dia mau kasih kejutan kue ulang tahun beserta dengan kadonya. Gile enak banget si Yudha punya cewek macem begini kan. Haha. Gue juga mendengar rencananya yang menyuruh anak-anak yang ada di kostan untuk berpura-pura tidur, gue memilih untuk duduk manis aja disofa.
Waktu udah menunjukkan pukul 00.00 waktu itu. Ari jalan masuk ke dalam rumah dan menuju kamar Yudha yang letaknya persis dibalik tembok belakang gue duduk. Kemudian ternyata ada beberapa cewek juga yang ikutan dalam drama ini. Selain cewek yang nggak berkerudung yang ternyata ceweknya Yudha, kemudian cewek berkerudung yang berkacamata yang masuk pertama, kemudian ada dua cewek berkerudung dan berbadan lebih berisi serta lebih tinggi dibanding lainnya. Terakhir gue melihat ada dua lagi anak cewek, satu berkerudung, terlihat sangat alim dan satunya nggak berkerudung, yang masing-masing tingginya sama kayak cewek berkerudung dan berkacamata, sama-sama pendek. Mereka melangkahi anak-anak yang pada geletakan didepan TV dan tersenyum ke gue.
Gue mendengar Yudha berteriak dari dalam kamarnya. Nggak lama, pintu kamar dibuka dan ceweknya Yudha berteriak selamat ulang tahun, dan kemudian diiringi lagu selamat ulang tahun yang dinyanyikan oleh teman-teman ceweknya ini. Gue pun senang melihat pemandangan ini dan tersenyum. Seru juga ya kayak gini. Hehehe. Nggak lama setelah selesai bernyanyi, gue liat cewek kerudung kacamata menggandeng cewek kerudung alim yang tingginya hampir sama, ke teras.
Gue mendengar percakapan Ari dan Yudha mengenai siapa yang akan diberikan kue pertama. Kemudian gue melihat Yudha keluar dari kamar dan membawa potongan kue tart ke teras dan menyuapkannya ke cewek berkerudung dan kacamata itu.
“Gue mau kasih potongan kue pertama ini buat ade kelas sekaligus sohib gue yang paling berkontribusi banyak dikehidupan kontrakan ini! Hahaha.” Kata Yudha.
Gue bingung, begitu juga anak-anak lain yang ada disitu. Ceweknya Yudha itu kan cewek yang nggak berkerudung, tapi kenapa malah ngasihin potongan kue pertamanya ke temennya si ceweknya? Beg* bener si Yudha. Hahaha. Gue melihat raut kesal dari wajah ceweknya Yudha ketika potongan kedua kue tart tersebut disuapkan Yudha ke ceweknya. Nggak lama setelahnya, ceweknya ini langsung masuk ke kamarnya Yudha dan disusul Yudha.
“Kok si Yudha beg* amat malah nyuapin itu cewek bukan ceweknya sendiri?” kata gue.
Semua diam dan gue tersadar kalau ini kondisinya lagi nggak enak. Kemudian gue memilih diam aja dulu sampai kondisi normal lagi. Kemudian temen-temen ceweknya Yudha ini berpamitan dan berterima kasih kepada para penghuni GMRD Regency yang dianggap sudah membantu terlaksananya kejutan buat Yudha. Cewek yang kerudung kacamata kemudian masuk lagi kedalam dan duduk di sofa yang sama dengan gue, dan gue perhatiin dia sepertinya sedang sumringah melihat kabar dari HPnya. Setelahnya mereka semua keluar dari GMRD Regency sementara ceweknya Yudha tetap dikamar bareng Yudha. Ya taulah mereka ngapain ya. hahaha.
Gue yang sangat kepo melihat banyak cewek muda dan segar mencoba mencari informasi dari Ari dan Teguh.
“Itu cewek-cewek jurusan kita bukan?”
“Iya bang. Tiga tahun bawah angkatan gue.” kata teguh.
“Oh iya? Anjir enam angkatan bawah gue dong? Haha.” Kata gue.
“Iya bang. Hahaha.”
“Gue baru tau si Yudha ternyata ceweknya udah ganti ya? bukan si Manda lagi temen Dee?”
“Iya bang, udah putus lama mereka. Sekarang gantinya ya si cewek ini. Namanya Ratu.” Kata Ari.
“Oh iya ya? Dee nggak pernah cerita sama gue. haha.”
“Mungkin dianggep nggak penting juga kali bang. Hahaha.” Kata Teguh.
“Haha iya kali yak.”
“Terus tadi itu siapa aja? Oh nggak, gue mau nanya dua cewek kerudung yang tinggi semampai.”
“Oh itu. Kalau yang bawa kue tart tadi namanya Debby, dia ceweknya Herman bang, kalau yang satunya itu namanya Depi.”
“Lah namanya bisa mirip gitu ya. Manis-manis juga itu. hehe.”
“Iya tapi nggak sebening Dee dan mantan abang tu Kak Keket.” kata Ari.
“Haha iya sih emang. Tapi lumayan lah, kan mereka masih muda-muda itu bro.”
“Buset, emang abang kita ini nggak bisa liat kinclong dikit langsung aja kepingin. Hahaha.” Kata Teguh.
“Yah namanya juga usaha.” Kata gue.
Keesokan paginya gue ada video call sebentar dengan Dee. Gue kangen banget sama dia. Dia banyak bercerita dengan pelatihannya di bank tersebut. Untung juga gue banyak berhubungan dengan Bank dipekerjaan gue, jadi ada beberapa istilah perbankan dan sistematika bank yang gue ngerti. Dee bangga dengan gue karena pengetahuan tentang bank ini ternyata banyak juga.
“Nin, gue mampir kekostan lo ya. mau cerita-cerit gue. Gue lagi di kostan temen gue nih di GMRD.” kata gue.
Pada satu waktu Dee sedang ada pelatihan di luar kota dan disaat yang bersamaan Dwina mengajak gue jalan. Jadi daripada gue nggak kemana-mana, yaudah gue iyakan ajakan Dwina. Dwina mengajak gue nonton bioskop waktu itu. Hubungan gue dengan Dwina sangat dekat, bahkan lebih dekat daripada dengan Mirna.
Gue agak kurang nyaman kalau ngobrol dengan Mirna karena dia terlalu konservatif. Sobat gurun banget lah boleh disebut kalau jaman sekarang. Beda dengan Dwina dan Rinda yang lebih open minded. Bahasan gue dengan Mirna sebenarnya banyak, tapi ketika semua bahasan selalu dikaitkan dengan urusan agama, gue males.
“Kak udah dimana?” katanya.
“Aku udah deket, sebentar lagi sampai ya Win, sabar ya. udah kangen banget ya? hahaha.” Kata gue.
“Iya, aku kangen kamu kak. Hehehe.”
“Yaelah Win. Hahaha.”
Nggak lama setelahnya, gue sampai ditempat janjian dengn Dwina. Kami jalan ke Mall besar dikota, yang dulunya adalah bekas perumahan dosen kampus gue. Begitu sih menurut penuturan bokap dulu.
“Wah keren juga kamu kak pakai topi gitu. Hehehe. Pas paduannya dengan kacamata kamu itu. Aku suka ngeliatnya kak.”
“Apalagi kalau nggak pake apa-apa ya Win? Hahahaha.”
“Yeee. Mesum aja pikirannya si Kakak. Hahaha.”
“Udah kamu beli tiketnya?”
“Udah nih Kak. Jam 8 mulainya. Sekarang masih jam 7. Enaknya kemana ya?”
“Ngopi aja disitu yuk?”
“Oh yaudah boleh. Yuk.”
Kami menuju ke kedai kopi berlogo mayoritas warna hijau dan terkenal agak mahal tersebut. Saat itu belum tren es kopi susu yang belakangan marak sebagai usahanya anak senja. Hahaha. Gue dan Dwina terlibat obrolan ringan yang asyik banget. Apalagi membahas tentang konservasi sumber daya alam. Suatu topik yang membuat gue dan Dwina nyambung ngobrolnya.
Setelah dari sana, gue dan Dwina pun bergegas ke bioskop. Tidak terlalu ramai ketika itu. Padahal hari itu hari sabtu malam. Gue dan Dwina pun masuk kedalam. Dwina memilih tempat duduk dua dari pojokan dideret ketiga dari atas. Gue ngobrol-ngobrol dulu dengan dia sebelum mulai. Barulah ketika waktunya mulai, kami kembali diam.
Disebelah gue nggak ada orang sama sekali. Baru ada orang lagi selang empat kursi dari sebelah kanan gue. sementara Dwina ada disebelah kiri gue, dan sebelah dia tembok. Kami sangat menikmati film saat itu. Film action seingat gue. sampai pada suatu momen, Dwina menggenggam tangan kiri gue. Tanpa ada sepatah katapun. Gue yang kaget awalnya menolak, tapi dia selalu berhasil mengenggam tangan gue lagi. Yaudah akhirnya gue biarkan saja.
Kemudian Dwina mengarahkan tangan gue diantara kakinya. Dia kemudian memeluk tangan gue dan merebahkan kepalanya di bahu kiri gue.
“Aku nyaman banget sama kamu kak. Padahal kita lebih sering chatting daripada jalan bareng gini kan.” Bisik Dwina.
“I…iya…iya Win. Aku juga.”
“Kenapa kamu kok gugup gitu kak?”
“Nggak apa-apa. Cuma dada kamu berasa banget ditangan aku Win. Hehehe.”
“Oh. Hehehe. Iya nggak apa-apa kak.”
“Dih, nggak apa-apa?”
“Iya, kan nggak sengaja.”
Selanjutnya Dwina malah ngarahin tangan gue buat masuk kedalam kemejanya dia. Dia pakai kemeja berkancing tapi untuk model cewek. Jadi gampang banget kalau mau dimasukin kan, tinggal buka aja beberapa kancing, kebuka langsung.
“Win, kamu apa-apaan?”
“Nggak apa-apa kak. Aku Cuma mau nunjukin kalau aku serius sama kamu kak.”
“Tapi kan aku udah punya cewek Win.”
“Terus kenapa?”
“Ya masa ada dua?”
“Ya nggak apa-apa. Kan aku juga nggak masalah.”
Memori gue terhadap Keket kembali lagi. Dia juga awalnya kan menyatakan hal ini ke gue. Gue Cuma takut Dwina jadi makin freak kalau gue kasih kesempatan terus. Tapi adanya dia malah keenakan di grepein. Duh rese banget ini. Tapi enak juga sih dapet bonus. Hehehe. Gue merasakan gunung kembar Dwina yang sebelah kiri secara langsung. Emang awalnya susah karena posisinya nggak enak, plus dia memakai bra yang cukup ketat. Tapi ya karena mungkin gue udah terbiasa untuk urusan gini, jadi ya ada aja jalan yang bisa gue temukan. Hehehe.
“Terus kak, enak.” Bisik Dwina.
Gue bersikap cool aja, biar nggak menimbulkan kecurigaan. Gue meneruskan hal ini terus. Gue pernah dan cukup sering begini kalau gue nonton sama Sofi dulu. Karena susah banget anaknya, jadi ya gue curi-curi kesempatan seperti ini. Dwina memiliki gunung kembar yang cukup besar ternyata. Makanya branya juga jadi ngetat banget di dadanya. Tapi gue nggak bisa melihat secara langsung, hanya bsa merasakannya. Setelahnya, gue mencabut tangan gue dari dalam kemejanya, dan gue mulai memasukkan tangan gue kedalam celana panjangnya. Dia memakai celana panjang yang agak lebar, nggak ngetat dikaki, dan pinggangnya memakai karet. Jadinya mudah banget untuk tangan ini bergerilya.
Gue dengan mudahnya memasukkan tangan ke dalam celana Dwina. Dwina juga membantu mengarahkan tangan gue ke tengah-tengah. Gue dapat merasakannya. Perkebunan teh milik Dwina itu halus sekali dan tipis. Jadi memudahkan gue untuk menemukan lubang surganya. Kemudian jari tengah gue pun beraksi memainkan permainan yang membuat napas Dwina lebih memburu, tapi kami tetap tenang nggak banyak reaksi berarti. Setelah bergerak keluar masuk dan sesekali ada gerakan menggosok, gue pun merasakan ada cairan hangat yang keluar. Gue pun menyudahinya.
“Kak enak banget kayak gitu. Aku belum pernah kayak gitu.”
“Ya anggap aja bonus, kamu udah mancing aku duluan.”
“Iya enak banget kak beneran.”
“Hehe. Yaudah sip deh kalau enak.”
Kami keluar dari gedung bioskop dan gue mengantarnya ke kostannya yang masih ada disekitaran kampus. Karena gue berasa agak capek, gue pun menghubungi teman yang ada di GMRD Regency.
“Guh, ada orang-orang disana?”
“Ada bang. Mau nginep disini? Mangga aja bang.”
“Iya nih. Hehe. numpang yak, gue palingan besok siang baru balik.”
“Iya bang selow aja. Dee lagi nggak ada emang bang?”
“Nggak ada, dia lagi pelatihan. Gue tadi ketemu teman gue anak Fakultas E.”
“Oh iya bang. Hehe. silakan aja dateng sini bang.”
Gue dan Dwina pulang menuju ke daerah kampus. Selama perjalanan gue dan Dwina banyak ngobrol ringannya aja. Dwina terlihat sangat sumringah sehabis jalan sama gue kali ini.
“Kak makasih banyak ya udah mau jalan sama aku.”
“Iya sama-sama ya Win.”
“Aku masuk dulu ya kak. Makasih banget udah bikin aku enak.”
“eeh. Iya Win. Ehehehe.”
“Assalamualaikum kak.” Katanya sambil menutup matanya sebelah. Wah agresif juga ini Dwina.
“Waalaikumsalam Win.”
Gue pun pulang dengan perasaan yang khawatir. Apakah dimasa depan nanti Dwina akan menjadi seperti Keket? gue sangat bingung dan nggak mau berharap seperti itu. Karena itu akan sangat membuat gue susah.
Sesampainya di kostan GMRD Regency, disana ada beberapa teman angkatan Dee yang bukan penghuni kostan. Karena lagi rame, gue memutuskan untuk duduk dulu di sofa yang menghadap ke arah TV dan berada tepat didepan pintu masuk. Jadi kalau ada orang masuk pasti ngeliat gue duluan yang lagi duduk disitu. Gue pun dipersilakan ke kamar aja kalau capek. Tapi karena gue tau diri lagi penuh begini, jadinya gue nggak beranjak dari sofa itu. Nggak lama, ada sedikit gaduh dari teras. Kemudian muncul dua orang cewek yang sama sekali nggak gue kenal. Yang satu pakai kerudung, berkacamata, dan yang satunya nggak pakai kerudung.
“Ya, siapa ya?” kata gue bertanya ke mereka.
“Saya mau ketemu Bang Ari, Bang….” Kata cewek yang nggak kerudungan, setengah berbisik.
“WOY, ARI! INI ADA CEWE NYARIIN LU TENGAH MALEM!” teriak gue spontan.
Ternyata nggak Cuma si Ari yang ngerasa kepanggil, melainkan semua orang yang ada disitu. Mereka secara otomatis menoleh kearah pintu dan tersenyum ke arah dua cewek ini.
“Oh iya, Bang Ija! Tengs, Bang!” kata Ari.
Kemudian gue memperhatikan mereka satu persatu. Terus akhirnya gue ikutan aja. Cewek yang berkerudung kemudian bergegas keluar lagi dari rumah, sementara cewek yang nggak berkerudung terlihat ngomong pelan sama si Ari ini. Gue baru ngeh ternyata ada yang ultah setelah cewek nggak berkerudung ini mengode teman-temannya yang sepertinya udah nunggu diteras untuk menyalakan lilin.
Kemudian Ari berbisik ke gue ada rencana kejutan dari ceweknya Yudha. Intinya dia mau kasih kejutan kue ulang tahun beserta dengan kadonya. Gile enak banget si Yudha punya cewek macem begini kan. Haha. Gue juga mendengar rencananya yang menyuruh anak-anak yang ada di kostan untuk berpura-pura tidur, gue memilih untuk duduk manis aja disofa.
Waktu udah menunjukkan pukul 00.00 waktu itu. Ari jalan masuk ke dalam rumah dan menuju kamar Yudha yang letaknya persis dibalik tembok belakang gue duduk. Kemudian ternyata ada beberapa cewek juga yang ikutan dalam drama ini. Selain cewek yang nggak berkerudung yang ternyata ceweknya Yudha, kemudian cewek berkerudung yang berkacamata yang masuk pertama, kemudian ada dua cewek berkerudung dan berbadan lebih berisi serta lebih tinggi dibanding lainnya. Terakhir gue melihat ada dua lagi anak cewek, satu berkerudung, terlihat sangat alim dan satunya nggak berkerudung, yang masing-masing tingginya sama kayak cewek berkerudung dan berkacamata, sama-sama pendek. Mereka melangkahi anak-anak yang pada geletakan didepan TV dan tersenyum ke gue.
Gue mendengar Yudha berteriak dari dalam kamarnya. Nggak lama, pintu kamar dibuka dan ceweknya Yudha berteriak selamat ulang tahun, dan kemudian diiringi lagu selamat ulang tahun yang dinyanyikan oleh teman-teman ceweknya ini. Gue pun senang melihat pemandangan ini dan tersenyum. Seru juga ya kayak gini. Hehehe. Nggak lama setelah selesai bernyanyi, gue liat cewek kerudung kacamata menggandeng cewek kerudung alim yang tingginya hampir sama, ke teras.
Gue mendengar percakapan Ari dan Yudha mengenai siapa yang akan diberikan kue pertama. Kemudian gue melihat Yudha keluar dari kamar dan membawa potongan kue tart ke teras dan menyuapkannya ke cewek berkerudung dan kacamata itu.
“Gue mau kasih potongan kue pertama ini buat ade kelas sekaligus sohib gue yang paling berkontribusi banyak dikehidupan kontrakan ini! Hahaha.” Kata Yudha.
Gue bingung, begitu juga anak-anak lain yang ada disitu. Ceweknya Yudha itu kan cewek yang nggak berkerudung, tapi kenapa malah ngasihin potongan kue pertamanya ke temennya si ceweknya? Beg* bener si Yudha. Hahaha. Gue melihat raut kesal dari wajah ceweknya Yudha ketika potongan kedua kue tart tersebut disuapkan Yudha ke ceweknya. Nggak lama setelahnya, ceweknya ini langsung masuk ke kamarnya Yudha dan disusul Yudha.
“Kok si Yudha beg* amat malah nyuapin itu cewek bukan ceweknya sendiri?” kata gue.
Semua diam dan gue tersadar kalau ini kondisinya lagi nggak enak. Kemudian gue memilih diam aja dulu sampai kondisi normal lagi. Kemudian temen-temen ceweknya Yudha ini berpamitan dan berterima kasih kepada para penghuni GMRD Regency yang dianggap sudah membantu terlaksananya kejutan buat Yudha. Cewek yang kerudung kacamata kemudian masuk lagi kedalam dan duduk di sofa yang sama dengan gue, dan gue perhatiin dia sepertinya sedang sumringah melihat kabar dari HPnya. Setelahnya mereka semua keluar dari GMRD Regency sementara ceweknya Yudha tetap dikamar bareng Yudha. Ya taulah mereka ngapain ya. hahaha.
Gue yang sangat kepo melihat banyak cewek muda dan segar mencoba mencari informasi dari Ari dan Teguh.
“Itu cewek-cewek jurusan kita bukan?”
“Iya bang. Tiga tahun bawah angkatan gue.” kata teguh.
“Oh iya? Anjir enam angkatan bawah gue dong? Haha.” Kata gue.
“Iya bang. Hahaha.”
“Gue baru tau si Yudha ternyata ceweknya udah ganti ya? bukan si Manda lagi temen Dee?”
“Iya bang, udah putus lama mereka. Sekarang gantinya ya si cewek ini. Namanya Ratu.” Kata Ari.
“Oh iya ya? Dee nggak pernah cerita sama gue. haha.”
“Mungkin dianggep nggak penting juga kali bang. Hahaha.” Kata Teguh.
“Haha iya kali yak.”
“Terus tadi itu siapa aja? Oh nggak, gue mau nanya dua cewek kerudung yang tinggi semampai.”
“Oh itu. Kalau yang bawa kue tart tadi namanya Debby, dia ceweknya Herman bang, kalau yang satunya itu namanya Depi.”
“Lah namanya bisa mirip gitu ya. Manis-manis juga itu. hehe.”
“Iya tapi nggak sebening Dee dan mantan abang tu Kak Keket.” kata Ari.
“Haha iya sih emang. Tapi lumayan lah, kan mereka masih muda-muda itu bro.”
“Buset, emang abang kita ini nggak bisa liat kinclong dikit langsung aja kepingin. Hahaha.” Kata Teguh.
“Yah namanya juga usaha.” Kata gue.
Keesokan paginya gue ada video call sebentar dengan Dee. Gue kangen banget sama dia. Dia banyak bercerita dengan pelatihannya di bank tersebut. Untung juga gue banyak berhubungan dengan Bank dipekerjaan gue, jadi ada beberapa istilah perbankan dan sistematika bank yang gue ngerti. Dee bangga dengan gue karena pengetahuan tentang bank ini ternyata banyak juga.
“Nin, gue mampir kekostan lo ya. mau cerita-cerit gue. Gue lagi di kostan temen gue nih di GMRD.” kata gue.
itkgid dan 29 lainnya memberi reputasi
30
Tutup
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/10/14/10668384_20191014114347.jpg)
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/11/11/10668384_20191111104352.png)
Mulustrasi Dwina, 98,66% mirip, tapi Dwina tinggi kurus langsing
Mulustrasi Rinda, 85% mirip cewek ini, baik badan maupun mukanya
Mulustrasi Dinar, 99,17% mirip, tapi Dinar tinggi semampai dan matanya lebih lebar
serta apresiasi cendol

) Sungguh Tuhan sangat baik pada gue dengan mengirimkan informasi melalui orang ini.