Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
Selamat Datang di Thread Gue 


Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2

Trit Kedua ini adalah lanjutan dari Trit Pertama gue yang berjudul Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 1 . Trit ini akan menceritakan lanjutan pengalaman gue mencari muara cinta gue. Setelah lika liku perjalanan mencari cinta gue yang berakhir secara tragis bagi gue pada masa kuliah, kali ini gue mencoba menceritakan perjalanan cinta gue ketika mulai menapaki karir di dunia kerja. Semoga Gansis sekalian bisa terhibur ya


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI GANSIS READER TRIT GUE. SEBUAH KEBAHAGIAAN BUAT GUE JIKA HASIL KARYA GUE MENDAPATKAN APRESIASI YANG LUAR BIASA SEPERTI INI DARI GANSIS SEMUANYA.


AKAN ADA SEDIKIT PERUBAHAN GAYA BAHASA YA GANSIS, DARI YANG AWALNYA MEMAKAI ANE DI TRIT PERTAMA, SEKARANG AKAN MEMAKAI GUE, KARENA KEBETULAN GUE NYAMANNYA BEGITU TERNYATA. MOHON MAAF KALAU ADA YANG KURANG NYAMAN DENGAN BAHASA SEPERTI ITU YA GANSIS


SO DITUNGGU YA UPDATENYA GANSIS, SEMOGA PADA TETAP SUKA YA DI TRIT LANJUTAN INI. TERIMA KASIH BANYAK


Spoiler for INDEX SEASON 2:


Spoiler for Anata:


Spoiler for MULUSTRASI SEASON 2:


Spoiler for Peraturan:


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:31
totok.chantenkAvatar border
al.galauwiAvatar border
nacity.ts586Avatar border
nacity.ts586 dan 78 lainnya memberi reputasi
77
292K
4.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#2118
Kabar Menggembirakan
“Kang, jadi gimana?”

“Ul, kita udah lama nggak ketemu. Cuma chat doang, lo sekarang malah langsung mau nagih kejelasan? Kejelasan apa lagi Ul?”

“Hubungan kita lah Kang.”

“Kan udah gue bilang dari awal, lo bilang nggak apa-apa mau deket sama gue tanpa status apapun karena lo tau gue udah punya cewek. Sekarang setelah semua kita lewatin, lo masa nanya lagi Ul. Pasti tau lah jawaban gue Ul. Gue nggak mau hubungan kita renggang karena ini, Ul.”

“Kita juga kan bakal ketemu kalau ada acara-acara paskib lagi. Apalagi mungkin bisa ketemu dikampus juga, secara almamater kita sama.” Lanjut gue.

“Tapi rasa sayang gue beneran ke lo kang.”

“Iya gue juga sayang sama lo Ul, tapi nggak bisa. Inget kan gue bilang kita saling menjauh aja dulu, biar perasaannya netral lagi. Tapi lo nya bilang nggak apa-apa. Akhirnya jadi begini kan? Kitanya hubungannya malah jadi nggak enak Ul.”

“Iya gue ngerti kang. Tapi ya itu, perasaan gue udah makin dalem sama lo. Seiring dengan perhatian lo, lo dengerin gue terus kalo gue curhat, keluh kesah gue lo cariin solusi jitu. Gimana ga bikin gue nyaman banget kang? Lagian kenapa sih kang lo begitu ke gue?”

“Lah gue gitu kan karena mau bantuin lo Ul. Gue juga mau pas lo bilang mau jadiin fwb. Sekarang kenyataannya gimana? Gue juga sayang sama lo, tapi karena gue selalu ingat dengan Dee, gue tahan. Dan gue selalu kurangin perhatian gue ke lo, takutnya lo begini. Tapi ternyata terlambat Ul.”

“Nggak apa-apa kang. Sebenernya dengan lo bersikap kayak gitu pun gue terima kok kang. Hanya aja, ada kelegaan didiri gue pribadi kalau gue bisa bareng sama lo secara resmi. Terlepas dari semua atribut yang nempel di lo. Pekerjaan lo, tampang lo, dan semua-semua yang keliatan dari luar lainnya. Gue nggak liat itu semua kang, gue cukup tau diri kok, dan gue juga bukan orang yang manfaatin tipenya.”

“Iya Ul. Gue minta maaf banget sama lo, malah jadi kayak gini.”

Gue dan Nurul berpelukan. Nurul menangis menerima kenyataan ini. Gue pun sama. Gue sayang dia, tapi dengan berat hati harus gue cegah karena gue selalu mengingat Dee.

Gue nggak mau melibatkan perasaan lebih jauh dengan Nurul. Setelah momen ini, Nurul tetap berhubungan baik dengan gue. Bahkan beberapa kali Nurul minta jatah pun gue iyain, karena pernah beberapa kali dia datang tiba-tiba ke kostan gue Cuma buat kayak gitu doang.

Dia pernah bercerita kalau sebelumnya waktu SMA adalah waktu dia pertama kali kayak gitu sama mantannya. Jebol pas jaman SMA. Kalah gue sama bocil ini.

Mukanya yang kayak bocah ini nggak keliatan banget deh pokoknya. Nurul juga tipe yang malu-malu kucing kalo dikasur. Malu diawal, ganas diakhir. Haha.

Gue selalu takjub kalo liat bodi dia. Berasa main sama anak SMP. Haha. Mungil, dan entah hormon atau gimana, perkebunan teh dibawah sana nggak tumbuh. Ada sih tapi dikit pakai banget. Jadinya berasa kayak main sama bocah aja. Gunung kembarnya pun segede punya Dee, kenceng juga. Ini loli banget lah kalau didandanin. Haha.

Jelang akhir taun dia mulai sibuk dengan kuliahnya, gue juga udah diterima kerja di sebuah perusahaan seperti kantor gue terdahulu. Atas rekomendasi Mas Sigit gue dapat satu slot karyawan. Gue memulai semuanya dari nol, tapi dengan predikat gue, nggak lama gue berhasil mendapat posisi yang cukup strategis. Hehe.

Intensitas gue dan Nurul pun berkurang drastis. Karena selain udah kerja tetap lagi, waktu weekend gue kembali diisi dengan mengunjugi Dee dan Anin dikampus. Dee sebentar lagi mau sidang, begitu juga dengan Anin. Anin harus lulus tahun ini, kalau nggak bisa repot dia, karena batas waktu kelulusan dia tinggal satu tahun lagi.

Persiapan sidang Dee sudah 90% dan gue sangat senang dengan kabar ini.

“Yank, nanti kalau kamu udah lulus, cari kerja disini aja ya. Gimana? Toh sekarang kamu udah pindah kost ke kota kan. Lebih deket kemana-mana. Angkutan banyak.”

“Aku sih gimana keterimanya aja yank. Tapi jujur dari lubuk hati paling dalam, aku maunya balik ke daerah asal aku yank.”

“Kok gitu sih yank? Nanti aku sama siapa disini?”

“Iya itu yang berat buat aku yank. Apalagi kita kan mau rencana untuk ke jenjang lebih serius lagi.”

“Nah itu yank. Aku udah fix mau nikahin kamu yank. Mungkin 2 tahun lagi lah, paling lama 3 tahun lagi. Biar kamu juga bisa nikmatin jadi orang kerja dulu kan.”

“Emang kalau udah nikah aku nggak bisa kerja lagi?”

“Bisa Dee, Cuma entah kenapa aku lebih pingin kamu jadi ibu rumah tangga yang urus anak, sambil buka usaha sendiri, misalnya jualan online gitu.”

Kala itu belum populer jualan Online, ecommerce aja masih sedikit dan masih dipandang sebelah mata sama masyarakat. Tapi liat perkembangannya dalam beberapa tahun sampai sekarang. 4 unicorn Indonesia itu dua diantaranya adalah ecommerce.

“Emang bisa ya? Aku kan nggak kreatif Zi. Sedangkan kayak gitu butuh yang kreatif.”

“Kreatifitas bisa dirangsang kalau terbiasa Dee.”

“Iya tapi aku masih nggak pede aja. Soalnya aku nggak pernah ngelakuin sebelumnya. Kalau kamu kan udah ada usaha kecil-kecilan sebagai perantara kapal-kapal itu. Apalagi sekarang kamu juga udah kerja tetap lagi kan di kantor baru. Jadi ada banyak pengalaman. Sementara aku nggak ada pengalaman.”

“Buat apa kamu punya laptop bagus, modem bagus, tapi kalau browsing ilmu pengetahuan tentang begini nggak bisa?”

“iya sih semua udah ada di internet ya. Sekarang jaman udah makin canggih. Hmm..aku coba deh Zi.”

“Tenang aja, kalau ini aku insyallah bisa bantuin. Tapi ya nggak tau hasilnya. Intinya coba aja dulu ya kan?”

“Hehe iya sayang. Makasih ya udah selalu support aku. Aku ga pingin jauh-jauh dari kamu Zi sebenernya. Tapi balik lagi ke omongan kita tadi, aku di sisi lain juga mau dekat ibu bapak aku Zi. Apalagi aku kan anak pertama.”

“Yah ini lagi. Yaudah pokoknya aku support kamu terus yank. Nanti kalau udah kerja kita liat aja nasibnya akan ngebawa kita kemana.”

“Aku maunya sama-sama kamu terus Zi.”

“Sama yank…..”

Dee yang posisinya sedang berada di paha gue dan tiduran, gue duduk di kasurnya yang menyender dengan sebuah bantal, tiba-tiba menurunkan retsleting celana panjang gue. Mengambil rocky dengan paksa, kemudian mengulumnya sampai keluar dimulutnya. Waduh serangan dadakan kayak gini yang selalu jadi kebiasaan Dee kalau di kostan, baik di kostan lama, maupun kostan yang sekarang.

Permainan selalu berlanjut dengan sesi genjot menggenjot sampai beberapa ronde. Haha. Dee selalu mau keluar dimukanya. Berasa facial banget lah. Tapi seru. Dulu awalnya dia jarang mau posisi wot, tapi akhir-akhir ini dia malah mau wot melulu. Mungkin ada perubahan skema enak di otaknya ya, jadi posisi yang nggak nyaman dulu, malah jadi nyaman sekarang.

Rasa sayang gue ke Dee dan sebaliknya itu sangat dalam. Bahkan kami udah nyentil-nyentil masa depan dengan berencana menikah. Tapi satu yang gue takutin, dia mau kembali ke daerah asalnya ketika lulus nanti. Gue jadi berasa nemenin dia doang sampe lulus kan kalau gitu.

Gue paling nggak bisa LDR. Dee udah ngeyakinin gue dengan Video call dan telepon bisa ngobatin rindu. Tapi gue nggak pernah bener-bener tenang 100% dengan pernyataannya ini. Pacaran itu ya ketemu fisik, bukan visual. Itu yang selalu tertanam dalam benak gue.

Dalam perjalan cinta gue ini pun, Keket tetap mengganggu dengan segala macam cara. Cara-cara murahan yang nggak etis banget buat gue ceritain. Apalagi menyangkut keluarga Dee.

Mama gue yang mengetahui hal ini pun merasa nggak nyaman dan menyarankan gue untuk menyelesaikannya dengan cara baik. Sementara adik gue Dania akan wisuda minggu depan, dan gue akan cuti beberapa hari untuk menghadiri wisudanya di Malaysia.

--

“Ja, akhir taun dapet panggungan lagi nih kita. Di kota tempat lo kuliah. Haha.” Kata Drian di telepon.

“Oh iya? Dimana?” kata gue.

“Di Radio Kota Ja. Lo tau?”

“Haha disitu toh. Tau lah gue. Kan si MC yang biasa ketemu kalo kita manggung itu kan kerjanya disitu bro.”

“Oh si Refan?”

“Haha iya itu dia. Dia punya band juga. Itu loh band yang dulu ngefans sama band kita waktu abis manggung di hotel tua dikota tiga taun lalu, inget?”

“Wah iya ya emang? Lupa gue Ja.”

“Iye, kan mereka nyamperin ruang ganti kita, inget ga? Haha.”

“Lah yang ribut dulu itu?”

“Bukan, lain lagi. Ini lebih bagusan mainnya daripada yang dulu itu drumernya ribut sama Arko. Haha. Yang vokalisnya dua.”

“Oh iya iya gue inget Ja.”

“Mereka ternyata band lokal kota itu Dri.”

“Haha dunia sempit ye.”

“Yaudah nanti gue bantu deh buat ngurusinnya. Oh iya gue minta nomer si Refan dong biar ntar gampang ngurusnya. Gue juga bisa bolak balik lah ke kota itu. Kan cewek gue disana masih. Haha.”

“Cewek lo udah lulus?”

“Dikit lagi bro.”

“Haha asing banget gue sama dia Ja. Lo sih jarang ngajak dia kumpul bareng kita.”

“Haha bocahnya nggak mau mingle bro. Nggak nyambung katanya sama kita. Padahal mah kita selow aja yak.”

“Nah itu dia makanya. Padahal kitanya juga santai. Toh juga kan obrolannya banyak yang bisa dibahas selain musik. Hehe.”

“Iya itulah. Nggak tau gue juga bingung.”

“Yaudah pokoknya ini nanti lo bantu urus yak. Ni gue kasih nomornya si Refan.”

--

Dee akhirnya berhasil menjadi seorang sarjana. Gue bangga banget dia bisa menyelesaikan semua tugasnya. Apalagi orangtuanya yang melepas anaknya jauh ke pulau jawa untuk menuntut ilmu. Nilai Dee emang nggak lebih tinggi dari gue, tapi bisa masuk lah dalam kategori standar para penyedia lapangan kerja.

“Yank aku ada kebagian dinas keluar kota nih. Padang. Hehe. Kamu mau sekalian mudik nggak ntar?”

“Waaaah. Mau dong. Aku juga sekalian mau ketemu orangtua aku dengan status sebagai seorang sarjana. Hehe.”

“Nah iya. Coba ya nanti aku atur perjalanannya. Aku bikin dinas aku ada di hari jumat, biar nanti aku pulangnya minggu.”

“Haha emang bisa yank?”

“Bisa insyallah yank. Hehe.”

Minggu depannya gue akhirnya benar-benar bisa berangkat ke Padang. Tapi ternyata berita kepulangan Dee kesana membuatnya dibelikan tiket pesawat lebih dulu oleh bapakknya. Dee berangkat hari rabu siang, sementara gue jumat subuh.

“Kenapa sih kamu nggak mau anterin aku?” kata Dee protes.

“Lah itu rabu siang Dee. Aku kan kerja. Aku nggak bisa banyak-banyak cuti dulu, soalnya belum setaun kan aku kerja disini. kemarin aja aku udah cuti lebaran kan itu aja ngurusnya susah Dee. Apalagi ini Cuma buat nganter kamu.”

“Kamu tega amat sih akunya disuruh jalan sendiri ke bandara.”

“Kan enak sekarang ada bis bandara Dee.”

“Iya tapi aku maunya dianterin naik mobil kamu gitu.”

“Naik mobil? Ya ampun Dee. Udah dienakin pakai bis, malah minta naik mobil lagi. Nggak praktis kamu yank.”

“Ya aku kan lebih nyaman naik mobil kamu Zi.”

“Iya tapi aku nggak bisa. Kalaupun aku bisa, aku juga akan naik bis bareng kamu, tidak naik mobil. Siang-siang ke bandara naik mobil itu sangat cari penyakit dan bikin stres. Macetnya amit-amit Dee.”

“yaudah terserah kamu aja Zi.”

Dee kemudian ngambek dan menyuruh gue pulang aja dari kostannya. Gue pun mengiyakan pulang dari kostannya dan tidak menginap di GMRD Regency. Gue mau menegaskan kalau gue nggak bisa seenaknya gitu aja diatur-atur. Gue punya kepentingan dan kewajiban, nggak bisa seenaknya diubah-ubah.

Gue pulang sehabis magrib dari kostan Dee. Keket menelpon berulang kali dan gue biarkan saja, sampai dia chat juga berulang kali, dari mulai chat berkata-kata jahat sampai memohon-mohon minta dikasihani, nggak gue tanggapin.

Keket sabar banget buat tiap hari neror kayak gini. Dee sampai harus ganti nomor sementara karena selalu di teror tiap hari sama Keket.

Ara bernasib sama dengan Dee. Selalu di teror. Dia pun mengganti nomernya juga pada akhirnya. Saat perjalanan pulang gue ini, gue mendapat chat dari nomor nggak dikenal.

Quote:




sampeuk
hendra024
itkgid
itkgid dan 27 lainnya memberi reputasi
28
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.