Lain padang lain belalang.
Tamu sebelah juga perlakuannya bakal berbeda bergantung sikap mereka.

Dan perselisihan fans 93 vs 46 mungkin bisa jadi tenang, tapi takkan pernah bisa hilang sama sekali.
Apalagi saat rider bersangkutan masih rutin mengungkitnya.
Masih merasa gelarnya dirampok.
Padahal yang mengikuti musim 2015 juga tahu.
Bahwa perselisihan ini tidak dimulai di Argentina.
Tidak juga di Assen.
Sampai tahap itu, meski ada sedikit konflik, masih tergolong normal.

Masalah ada di konferensi pers jelang race seri Sepang.
Dimana si lejen mulai menyebar teori konspirasinya (Spain connection).
Bahkan menuduh Marq membantu JoLor di PI (di saat Marq melewati JoLor dan memangkas potensi 5 angka JoLor).
Apa niat asli lejen?
Perang mental?
Tekanan agar Marq menghalangi JoLor?
Agar Marq mengalah?
Apapun tujuan asli, outputnya adalah bencana bagi lejen.
Senjata makan tuan.

Dan kini, tiap kali lejen mengungkitnya, fans 93 hanya akan menjadikannya bahan tertawaan.

Di balik itu, bahkan fans 93 harus mengakui.
Lejen itu pembalap hebat.
Utamanya di masa jayanya.
Gak masalah sebenarnya dia mau tetap di pabrikan Yamaha.
Malah artinya potensi satu rival berat berkurang.
Suka gak suka, lejen sudah bukan yang dulu.
*kecuali omongannya


Sebenci-bencinya lu pada si lejen, bahkan penghinaan lu pada si lejen aja sulit diterima oleh fans Marq.
Meski lu bersembunyi di balik kata kiasan berbunga, itu gak cukup membantu.