sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#54
Bab 18: Putus

REVAN

Revan merasa ada yang tidak beres dengan ayah Mega. Setiap kali ia mengantar Mega pulang ke rumahnya, ayahnya selalu membuang muka. Kalaupun terjadi percakapan di antara mereka, pasti hanya sebentar dan segera berlalu begitu saja. Padahal, ia sudah bersikap sebaik mungkin. Ia pikir, tak ada yang salah dengan dirinya.

Kali ini, ia mengajak Mega ke pantai untuk melepas penat akan masalahnya di kampus. Di samping itu, ia juga ingin menanyakan terkait sikap dingin ayahnya yang sangat mengganggu pikirannya selama ini.

Mereka berangkat pagi-pagi agar tidak terlalu panas nantinya.

Ketika mereka sampai di pantai itu, suasana masih tampak sepi. Udara di sana juga sangat segar. Sangat berbeda dengan suasana di kota. Mereka bisa lebih dekat dan menyatu dengan alam.

Revan dan Mega duduk di tepi pantai. Dari gurat wajah Revan, Mega sebenarnya tahu bahwa lelaki yang berada di sampingnya kini memiliki masalah.

“Kau kenapa, Van?”

Tak ada jawaban. Hening. Hanya suara debur ombak yang terdengar berteriak-teriak menepi ke pantai.

“Kalau kamu ada masalah, kamu cerita dong. Ada aku yang akan selalu menjadi tempatmu bercerita,”
“Aku hanya bingung dengan ayahmu. Aku pikir, dia tidak suka dengan hubungan kita,” ujar Revan lirih.
“Jadi masalah itu?”

Revan mengangguk. Mega berpikir sejenak. Ia sendiri merasa bahwa ada yang tidak beres dengan ayahnya. Ketika dia dekat dengan seorang lelaki, ayahnya selalu saja bersikap dingin seperti itu.

“Kamu nggak perlu mengambil hati sikap ayahku. Kita jalani saja hubungan kita seperti biasa, toh mungkin suatu saat ayahku akan mengakui kamu,”

Mega memeluk Revan untuk menguatkan semangatnya yang agak redup. Baru pertama kalinya, Revan merasa pesimis seperti ini. Padahal, ia tidak pernah gentar dalam menghadapi masalah apapun. Dia selalu merasa paling kuat di antara sahabatnya yang lain. Dia selalu optimis mengejar sesuatu. Tapi, kali ini nyalinya mendadak ciut. Ia bimbang dengan dirinya sendiri.

Mungkin, yang dikatakan Mega ada benarnya. Dia tidak perlu memikirkan hal itu terlalu jauh.

****

Tanpa terasa, hari sudah mulai beranjak sore. Revan mengajak Mega pulang. Waktu memang berjalan begitu cepat tanpa terasa. Di sepanjang perjalanan, hati Revan terasa begitu tenteram. Senja yang mulai beranjan petang turut ikut berbahagi menemani mereka. Jujur, itu adalah momen yang sangat monumental bagi dia.

Sayangnya, semua berubah ketika mereka sampai di rumah Mega. Ayahnya sudah berdiri di depan teras. Sepertinya, pria paruh baya itu sudah menunggu sejak tadi. Wajahnya kali ini terlihat begitu menakutkan. Sorot matanya tajam menatap Mega dan juga Revan seolah mata itu menyiratkan amarah serta rasa tidak suka yang teramat dalam.

“Mega, masuk rumah! Kamu ini main sampai seharian tanpa ada kabar, mau jadi apa kamu?”

Sontak, ayahnya langsung membentak-bentak Mega. Tak lupa juga, ia menatap wajah Revan sekali lagi. Revan tahu, tatapan itu merupakan sebuah tatapan yang ditujukan untuk memandang rendah orang lain. Revan merasa dipandang sebelah mata dan tak ada nilainya.

Hatinya sangat kacau. Ia marah, benci, dan bingung dengan siapa dia harus melampiaskan emosinya. Terpaksa, ia pamit pulang dengan senyum getir dan memendam emosi itu pelan-pelan.

Ia butuh menenangkan diri.

***

Semenjak kejadian kemarin, perasaan Revan tidak keruan. Ia tidak menghubungi Mega sama sekali karena ia sendiri tahu bahwa hubungan mereka tengah memasuki fase-fase kritis. Mereka berdua butuh waktu untuk menenangkan diri mereka.

Namun, Mega mengirimkan kepada Revan di tengah kondisinya yang masih kacau itu. Sebuah pesan untuk bertemu. Meski hatinya agak berat, Revan terpaksa harus menemui Mega untuk memperjelas hubungan mereka ke depan.

Mereka berjanji bertemu di kafe tempat mereka pertama kali mereka jadian.

Mega datang lebih awal dibandingkan Revan.

Detik-detik pertama terasa hening dan ketegangan di antara mereka mendadak menjelma menjadi sebuah bom waktu yang siap meledak kapan pun.

“Apa yang mau kamu bicarakan?” tanya Revan to the point.

Mega masih terdiam tanpa jawaban. Matanya menatap ke arah langit-langit ruangan. Tanpa berani menatap lelaki yang saat ini menjadi lawan bicaranya.

“Kamu jujur saja sama aku,” tegas Revan sekali lagi.

Jeda beberapa saat. Nafas Mega mendadak berubah menjadi berat. Lalu, mata cantik perempuan itu mendadak sayu dan agak basah.

“Ayahku pengen aku putus sama kamu,”

Deg. Bom itu sempurna meledak.

“Maaf, Van. Ini bukan perkara aku sudah tidak sayang lagi sama kamu, tetapi aku tidak bisa…,”
“Aku paham, memangnya ayahmu kenapa? Dia tidak suka denganku,” jawab Revan.

Perempuan itu tidak menjawab sepatah kata apapun. Mungkin, ada hal yang tidak bisa dikatakan oleh Mega karena itu mungkin akan menyakiti hatinya.

“Kalau kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku, aku tidak apa-apa. Tapi, aku pengen ketemu ayahmu. Ada hal yang harus aku sampaikan terus terang kalau aku memang enggak ada niat main-main sama kamu,” ujar Revan tanpa ragu.

Mega agak terkejut mendengar keputusan Revan. Sejauh ini, belum ada lelaki yang berani berhadapan langsung dengan ayah Mega. Perempuan itu tidak bisa mencegah Revan karena ia tahu keinginan Revan sudah kuat.

***

Hari Minggu siang, Revan kembali ke rumah Mega. Dia saat ini tengah duduk di ruang tamu dan berhadapan dengan ayah Mega yang tetap menatapnya tajam. Revan tak mau tunduk. Dia menegakkan kepala dengan segenap keberaniannya dan menatap ayah Mega.

Mega diam mendekam di kamar atas perintah ayahnya. Sementara itu, di ruang tamu suasana sangat tegang. Pembicaraan empat mata antar dua laki-laki itu sepertinya tidak akan berujung baik nantinya.

“Maaf, Om. Saya jujur serius dengan anak Om. Saya enggak ada niat main-main. Saya cinta sama Mega dan saya mau melamar dia kalau nanti saya sudah lulus nanti, Om. Saya janji akan menjaga Mega dan selalu membahagiakan dia,”

Tatapan itu tidak berubah. Malah, ayah Mega tertawa sinis ke arah Revan.

“Apa jaminanmu? Sejak awal melihatmu, aku tidak yakin denganmu. Kau lihat sendiri dirimu di cermin dan tanyakan dirimu, apakah kau benar-benar pantas bersama Mega. Saya sebagai ayahnya yang paling tahu apa yang terbaik untuk Mega. Dia bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik dari kamu,”

“Teman-teman saya banyak dan anak mereka sukses. Ada yang sudah jadi tentara, pengacara, dan juga sudah sukses menjadi dokter di salah satu rumah sakit ternama. Sudahlah, kau lupakan anak saya. Dia tidak pantas buat kamu,” tukas ayah Mega mengakhiri kalimatnya.

Plak. Kalimat demi kalimat ayah Mega terbukti sanggup membungkam mulut Revan. Kepalanya yang tadi tegap kini tertunduk. Keyakinan yang dia bangun sejak kemarin hancur hanya dalam beberapa menit.

“Jika memang itu mau Om, saya rela mundur. Satu hal yang perlu Om catat. Saya memang bukan anak orang sukses seperti keluarga Om. Saya hanya lelaki biasa yang masih banyak belajar,”

“Namun, Om perlu tahu bahwa status sosial yang Om banggakan tadi belum tentu membuat Mega bahagia. Saat ini saya memang berandalan dan belum punya masa depan yang jelas di mata Om. Tapi, saya akan buktikan suatu saat nanti, kalau saya bisa sukses jauh dari apa yang Om bayangkan,”

Revan mengakhir kalimatnya dan langsung meninggalkan ruang tamu tersebut. Ia memang hancur saat ini, tetapi dia ingin berjanji dengan dirinya sendiri bahwa dia akan sukses dengan usahanya sendiri dan membuat ayah Mega menyesal karena pernah memandangnya sebelah mata.

Semenjak itu, Revan tidak lagi menghubungi Mega. Ketika bertemu di kampus pun, mereka saling menjaga jarak. Ia masih sakit hati dengan kata-kata ayah Mega. Dan tidak mungkin dia mampu memaafkan itu dengan mudah.
coxi98
changer.
fransjabrik
fransjabrik dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.