Hari ini kuawali dengan melihat jam dilayar hp, 06.00 yang berarti sudah jam 7 disini. Belum sempat ku setting jam hpku, tapi aku masih ingat kalau waktu disini lebih cepat sejam dari rumahku. Ada beberapa pesan masuk disana dari Erwin, ku baca satu persatu.

"Hm..km psti cpek ya nduk, gmn km sdh mkn?"

"Nduk? Lg apa?"

"Nduk km tdr bnran y?"

"Hm..y sdh met bobo y nduk, smg mimpiin mz,hehe"

"Mz g bs tdr nduk, inget km trus"

"Met pgi nduk, mz kangen"

Sms terakhir kulihat waktunya masuk ke hpku sekitar satu jam yang lalu. Biasa saja perasaanku terhadap semua smsnya, niat membalaspun tidak ada. Entah bagaimana menjelaskan perasaan ini terhadap Erwin, dia baik bahkan terlalu baik untukku. Bukan dia tak pantas untukku tapi akulah yang tak pantas untuknya.

Sekilas tentang Erwin, dia adalah kakak kelasku sewaktu SMP. Kami tinggal di desa yang sama dan rumah kami hanya berjarak 4 rumah saja. Kami tumbuh besar bersama, dari kecil dia memang sangat sering maen ke rumah. Orang tuaku pun saat ini sudah tak segan bila meminta tolong kepada Erwin. Suatu ketika saat aku kelas 2 SMK dia menyatakan cinta kepadaku. Saat itu sungguh aku tak mempunyai keberanian untuk menolak ataupun keinginan untuk menerima cintanya.

Saat itu aku meminta waktu untuk berpikir. Aku ceritakan hal ini kepada ibuk bermaksud minta pertimbangan dari beliau.

"Ya ndak apa nduk, diterima saja lagipula Erwin itu baik sering maen ke sini, keluarga juga sudah saling kenal. Nanti kalo kamu tolak dia malah sungkan kemari. Ibu ndak masalah kamu pacaran sama Erwin asal jangan kelewat batas"

Kata-kata dari ibuku waktu itu sebenarnya sudah kuduga, tapi yang membuat aku terkejut saat itu adalah ibu juga mengatakan bahwa Erwin beberapa hari yang lalu sudah menyampaikan niatnya itu kepada ibuk. Mungkin gentle bagi kalian tapi bagiku sebenarnya dia sudah lancang main sabotase. Singkat cerita aku menerima Erwin, kami berpacaran sampai sekarang. Tidak pernah sebenarnya kurasakan gregetnya orang berpacaran seperti apa yang teman-temanku ceritakan. Semenjak berpacaran mata Erwin adalah mata bapak ibuku juga. Semoga kalian mengerti maksudku.

Tak terasa sudah lebih setengah jam aku melamun hingga Linda datang berbalut handuk dengan rambut sebahunya yang basah terurai pertanda dia habis keramas mengagetkanku.

"Rat ayo ndang mandi! Sudah setengah 8 lho, kita masuk jam 10 tapi nanti berangkatnya jam setengah 9 aja. Beli maem dulu"

"Ho'oh, tunggu ya"

Jawabku singkat sambil bergegas melangkah ke kamar mandi. Di luar kamar tak nampak ada kehidupan, mungkin karena sebagian dari mereka ada yang masuk siang sehingga saat ini masih tiduran di kamarnya. Begitu pikirku. Tepat jam setengah 9, aku dan 3 orang temanku yang masuk pagi berangkat dari mess menuju kantor dengan berjalan kaki. Kurang lebih 10 menit sudah sampai kalau kata Linda. Tapi sebelum ke kantor kami sempatkan dulu mampir di sebuah warung jawa banyuwangi yang ada di seberang mall untuk sarapan.

Tampak terlihat tenang dan biasa saja tapi sebenarnya aku gugup hari ini karena bagaimanapun juga ini adalah hari pertamaku bekerja. Sebentar lagi aku akan sampai kekantor pertamaku, oh iya di sana kan ada orang laki-laki yang menjemputku dari bandara. Apa kabarnya ya dia.