Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

motivanjritAvatar border
TS
motivanjrit
7 Salah Kaprah Rokok Elektrik Di Indonesia



Ketika awal tahun 2010-an, terdengar kabar mengenai di kalangan anak muda rokok elektrik. Rokok elektrik mulai populer dan naik daun hingga terkesan menjadi simbol trend remaja pada saat itu di berbagai negara di dunia tidak terkecuali di Indonesia.


Dikutip dari website Direct Vapor bahwa rokok elektrik mulai ada prototipenya ketika tahun 1920-an. Lalu pada tahun 2003 sebuah perusahaan di Tiongkok mulai mengenalkan produk rokok elektrik yang sesungguhnya.

Misi yang saat itu menjadi harapan perusahaan rokok elektrik tersebut adalah dapat membantu para perokok tradisional menemukan alternatif hingga mampu berhenti dari kebiasaan merokok tradisional.

Namun semakin kesini, semakin terlihat salah kaprah kebanyakan orang menyikapi rokok elektrik, terutama di Indonesia. Apa saja salah kaprah tersebut ? berikut ini 7 salah kaprah mengenai rokok elektrik di Indonesia:


Rokok Elektrik Harus Ngebul




Saat ini saya adalah pengguna rokok elektrik, lebih tepatnya yang disebut Pod System.  Pod yang saya gunakan memang cenderung lebih mahal harganya dari pod yang banyak beredar di pasaran. Saat sedang berkumpul ke sesama pengguna Pod, Pod yang saya gunakan menjadi sorotan karena cloud (asap) yang dihasilkan sangat sedikit. Ada yang bilang “Pod nya kurang bagus”, “terlalu mahal untuk pod yang kaya gitu”, “closed system, gak bisa gonta-ganti rasa”, dsb.

Setelah saya riset, ternyata Pod yang saya gunakan itu memiliki tujuan yang memang seharusnya setiap pod juga memiliki tujuan yang seperti itu. Yakni, Bisa digunakan di tempat umum tanpa mengganggu sekitar dengan asapnya (Makanya asap pod yang saya gunakan itu tipis), lalu teknologi yang digunakan pun sangat dipikirkan oleh perusahaan yang membuatnya,Di websitenya bahkan dibahas bawa e-liquidnya memiliki standard  yang menghindari bahan kimia yang muncul pada daftar Unsur Berbahaya dan Potensial Berbahaya (HPHCs) FDA, menjadi daftar Bahan yang Didiskualifikasi, atau dianggap zat bersifat Karsinogenik, Mutagenik, atau Reprotoxik (CMR).

Jadi jangan bangga dulu kalau pod yang dimiliki itu cloudnya ngebul, bisa jadi hal itu malah salah kaprah kita selama ini tentang pod system yang memang belum lama ini booming di Indonesia, karena pod yang baik justru tidak ngebul hingga tidak mengganggu sekitar.



Asik berbisnis, Lupa Misi Awal




Mungkin karena permintaan akan rokok elektrik berasap ngebul cukup tinggi di Indonesia, dan anggapan rokok elektrik itu harus ngebul sudah menjadi standard rokok elektrik yang bagus disini. Maka tidak sedikit Produsen yang merespon hal tersebut.

Walaupun misi awalnya rokok elektrik sebagai alternatif rokok konvensional agar pengguna rokok konvensional mampu menghentikan kebiasaan merokoknya karena selain berbahaya bagi diri, juga berbahaya bagi sekitar. Namun karena alasan “Sedang laris di pasaran”, tidak jarang produsen justru memproduksi produk rokok elektriknya hanya mementingkan kebutuhan pasar tersebut, bukan tujuan awalnya, yakni membuat perokok berhenti merokok.


Kategorisasi Yang Tidak Perlu




Sebenarnya mengkategorikan rokok elektrik menjadi Primary Device (Mod Vape) dan Secondary device (Pod System), tidak perlu-perlu amat dilakukan. Entah apa maksudnya, kategorisasi tersebut sudah menjadi lumrah di kalangan pengguna rokok elektrik, seolah seorang perokok elektrik belum afdol apabila hanya memiliki salah satu dari device tersebut. Entah kejadian ini terjadi dimana saja, yang pasti kategorisasi ini terjadi di Indonesia.


Dianggap Lebih Sehat Dari Rokok




Memang telah banyak penelitian yang dilakukan bahwa jika dibandingkan dengan Rokok Konvensional, Rokok Elektrik justru lebih rendah resikonya. Bahkan, American Cancer Society (ACS) pada 2018 menyatakan bahwa seharusnya Rokok Elektrik dipertimbangkan sebagai sebuah solusi untuk mengurangi risiko kanker yang disebabkan rokok tembakau. New England Journal of Medicine merilis penelitian pada 30 Januari 2019 yang menyebutkan rokok elektrik dapat menjadi terapi bagi perokok konvensional dalam mengurangi penggunaan nikotin.

Tetapi hal itu berlaku untuk rokok elektrik dengan merk tertentu saja, belum tentu yang beredar sekarang di pasaran, karena rokok elektrik yang menjadi bahan penelitian saat itu adalah rokok elektrik ber-merk Juul.

Rokok elektrik tetap memiliki dampak buruknya tersendiri, kita bisa banyak mengkesplorenya di Internet terkait dampak buruk rokok elektrik yang bahkan bisa jadi sama bahayanya dengan rokok apabila produk rokok elektrik yang digunakan berkualitas buruk.



Mencegah Atau Mendukung Perokok Baru ?




Produk rokok elektrik tidak dianjurkan untuk mantan perokok ataupun mereka yang belum pernah merokok, rokok elektrik dibuat  untuk menjadi peralihan bagi perokok konvensional yang masih aktif hingga sekarang.  Namun banyak rokok elektrik yang beredar di pasaran justru digunakan oleh mereka yang sudah benar-benar stop merokok, hingga mereka yang belum pernah merokok. Hal tersebut juga seringkali memicu para pengguna itu justru kembali atau mulai menggunakan rokok tembakau karena ketidak puasan yang dihasilkan rokok elektrik dan juga karena ketidaktahuan dari tujuan pertama rokok elektrik.



Karena Trend Jadi Keren



Tidak ada yang bisa disalahkan apabila sesuatu menjadi trend di kalangan masyarakat tertentu, bahkan jika yang trend itu adalah sebuah produk, hal tersebutlah yang diharapkan oleh pelaku bisnis produk tersebut. Entah mengapa, sebuah produk asal memiliki budget yang cukup untuk promosi, sangat mudah untuk menjadi trend di Indonesia, tidak terkecuali produk rokok elektrik.
Penggunaan rokok elektrik dianggap keren karena telah menjadi trend akibat penggunanya dari mulai kalangan kaum influencer dan selebriti , hingga fans dan para pengikutnya.
Akibatnya, tidak sedikit anak-anak di bawah umur dan remaja yang menggunakannya karena terpengaruh oleh trend yang sedang berkembang tanpa mengetahui hakikat tujuan dari penggunaan rokok elektrik itu tersendiri.

Menjadi Candu Baru



Rokok elektrik yang berkualitas baik seharusnya justru tidak membuat penggunanya kecanduan, Karena di awal telah disinggung bahwa Rokok Elektrik hanyalah sebuah produk peralihan.  Berbisnis rokok elektrik itu sama seperti bisnis diapers, jika seorang anak sudah bisa pergi ke toilet sendiri, maka diapers sudah tidak diperlukan. Begitupula Rokok Elektrik, jika perokok konvensional telah mampu menghentikan kebiasaan merokoknya karena produk peralihan rokok elektrik, maka seharusnya ia mampu menghentikan segala kegiatan merokoknya.

Untuk itu rokok elektrik tidak di-desain untuk membuat penggunanya kecanduan, jika sekarang anda kecanduan merokok elektrik, perlu dipertanyakan kualitas rokok elektrik yang anda miliki




anasabila
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 27 lainnya memberi reputasi
26
13.1K
141
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Tampilkan semua post
paijopjAvatar border
paijopj
#26
fyi aja, gw perokok aktif dr jaman smp sampe kuliah, akhir kuliah gw kenal yg namanya rokok elektrik (masih bentuk pulpen)
gw coba2 tp gk efektif dan gk ngaruh
akhirnya ada salah satu temen gw nawarin gw vape (waktu itu hrga 600k thun 2015) lumayan mahal mnurut gw pada tahun sgtu yg dmn gw masih anak kuliahan yg biaya sendiri
tp gw berniat utk berhenti dr rokok konvensional
singkat cerita, awal 2016 ge udah vape tp masih diselingi dgn rokok konvensional sampe awal 2017
pertengahan 2017 gw udah bisa gk ngrokok konven (kadang sminggu 1 - 5 batang doang) tp vape jalan terus
awal 2018 sampe skrng udah lepasa yg namanya rokok konvensional dan menjaadi vaper aktif
vape yg gw gunakan semua jenis ada dan make. Ada mechanical, electrical sama pod
gw make sesuai kebutuhan aja, pod klo pengen lg ada sensasi rokok konvensional, klo mod electrical/mechanical biasanya gw pake pas lg nyantai apa lg nongkrong

jd intinya, klo emng niat berhenti rokok konvensional dan ingin ada media penggantinya bisa cari media lain (dalam hal ini gw make vape sbg media pengganti rokok konven)
dan utk jenis2 vape sndiri, menurut gw bukan dr jenis dr mod/vape itu sendiri atau tebel tipis vape nya tp dr liquid yg dipake
skrng bnyak liquid yg beredar tp gk ngefek buat media pengganti rokok konven tp ada juga liquid yg diperuntukkan para perokok aktif utk berhenti merokok

untuk candu atau tidaknya emng liquid yg dipake mengandung nikotin yg dmn sama yg ada di rokok konvensional
nikotin emng bikin kecanduan

utk masalah keren2an, itu sih persepsi orng beda2 dan kebutuhan orng jg beda
jd jgn menjudge semua vaper itu cmn buat gaya2an atau keren2an doang, its wrong dude!

but overall, klo kalian yg buka perokok lebih baik jgn coba2 vape apalagi rokok
mending gak usah dan jangan!
tp klo kalian perokok aktif dan ingin berhenti, gw pribadi gk akan maksa utk nyobain vape sbg alat pengganti rokok yg lebih baik
ada kok media lain utk berhenti ngrokok (utk ini silahkan gugling yak emoticon-Big Grin)
tp gw make vape krn ingin dan berniat berhenti merokok and its work!!
numplix
denhoppus
cingmahmud
cingmahmud dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.