wisdeeeAvatar border
TS
wisdeee
Cinta Tanpa Restu Orangtua
Part 1 - Pertemuan

Hey agan semua. Aku mau berbagi sedikit cerita hidupku. Plot twist aku cewek ya gan.
Semua karakter, nama, aku samarkan semua.
Jangan tanya dia siapa karna nggak akan aku jawan hihi.
Okee... Let's begin..
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Hari ini adalah bulan Agustus, tahun 2013.
Aku berstatus sebagai mahasiswa baru (maba) sekarang di sebuah perguruan tinggi di Jogja.

Hari itu adalah hari terakhir ospek dikampus, banyak sekali kegiatan disana. Karena kami harus berembug dengan teman satu kelompok untuk pengisi acara di Malam Inagurasi saat itu.

Pun, beberapa hari selanjutnya kami masih berkumpul untuk pembahasan kelompok kami akan menampilkan apa. Hingga hari H pun tiba, dan kami pun menampilkan drama musikan saat itu dan tidak ada kejadian yang begitu menarik hati, kecuali si kating yang mulaki curi-curi pandang kearahku dan geng ku saat itu.
Dalam 1 geng ku banyak yang naksir doi, karna ya dia si ketua UKM Musik saat itu, dan lagi dia seorang vokalis band indie di Jogja yang tengah merintis karir.

Dia mendekatiku, dan benar saja dia meminta pin BB ku 🤔
Kita saling bertukar pin BB, dan aku pulang duluan dari acara inagurasi tersebut tidak lama setelah itu.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Hari-hari setelah ospek berjalan seperti biasa, hanya kuliah, kumpul dengan teman kelas. Dan juga mulai masa PDKT dengan kating ini.

Sandi : Hey, dimana ?
Dinta : Baru selesai kuliah ni, mau makan di warung bu Minah
Sandi : Oke. Nanti ke BEM ya, aku mau ngomong sebentar
Dinta : Ok

Selesai makan di warung bu Minah, aku langsung ke ruang BEM karena memang aku parkir motor didepan ruang BEM.
Sandi sudah menungguku di depan ruangan, sambil memainkan gitar kesayangannya.

Sandi : Sudah selesai makanmu ? Mana temen-temenmu ?
Dinta : Udah, mereka balik duluan ada janji katanya sih.
Sandi : Oh gitu, sini deh duduk. Aku mau ngomong.
Dinta : Apaan sih ?
Sandi : mmm aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku ?
Dinta : ............
Sandi : Heh jawab dong...
Dinta : Gimana ya. (Pura-pura mikir)
Sandi : Buruan dong.
Dinta : wkwkwk iyaaa aku mau
Sandi : seriusan nih ? Kita pacaran ya sekarang ?
Dinta : iyeeee 😰

Wihiii baru sebulan kuliah sudah punya pacar aku wkwk. Pikirku saat itu.
Tapi tidak taunya, yang di tembak oleh Sandi tidak hanya aku, bukan hanya aku yang dia buat melayang dengan voice note lagu-lagu cinta miliknya. Dan kebanyakan cover lagu Sheila on 7 yang selalu mengena ya kan.

Jadi kami berpacaran tidak lebih dari 1 minggu. Rekor baru nih dalam pacaran ya kan.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Satu bulan setelah inagurasi memang selalu ada tradisi di fakultasku mengadakan acara Makrab untuk saling mengakrabkan antar maba, kating, alumni, dosen dan juga petugas di fakultas.

Jadilah hari itu sabtu dan minggu di bulan september akhir, aku ikut acara itu.
Acara itu seru sekali, tetapi ada satu pembahasan tentang seorang maba yang katanya baru masuk kuliah saat makrab ini.
Saking hebohnya, seluruh cewek di kelas ku membicarakannya.
Aku belum pernah melihatnya, entah, seperti tidak ada ketertarikan ku dengan sosok ini.
Dia bernama Dika, laki-laki muda, tampan, seorang atlet, dengan badan proporsional seorang atlet, dan juga dia kaya. Itulah yang teman-temanku katakan.

Aku tidak menaruh perhatian ke dia, karna teman-teman ku sudah menyukainya terlebih dulu. Dan membicarakannya terus menerus.

Saat itu kegiatan makrab adalah outbond dimana kami dikelompokkan oleh kating. Untungnya aku tidak satu kelompok dengan Dika.
Jadilah hari itu aku nikmati semua rintangan yang diberikan oleh kating, sampai, saat halang rintang dimana aku harus menaiki semacam jaring laba-laba. Sejujurnya aku berani untuk memanjat, tetapi entah kenapa saat itu kaki ku mendadak kram, dan tidak bisa digerakkan untuk melangkah turun sekalipun.
Tak kusangka, sesosok laki-laki membantuku untuk turun, dengan memegangiku dengan perlahan hingga aku turun. Tidak sampai disana, dia sedikit memijat kaki ku, dan ajaibnya kaki ku baik-baik saja setelah dipijat olehnya.

Dinta : Hey, makasih ya.
Dika : Oke. Sama-sama. (Menjawab seraya langsung berjalan kembali ke kelompoknya)

Selesai outbond kami langsung kembali ke hotel tempat kami menginap. Karena harus segera packing untuk kembali ke rumah, dan masih ada acara perpisahan sebelum pulang.

Sudah mandi dan sudah packing. Aku segera menggendong tasku yang kubawa, langsung menuju aula tempat pertemuan. Karna aku bukan tipe cewek yang ribet membawa banyak barang saat pergi hanya 2 hari begitu. Berbeda dengan teman-temanku yang lain. Hihihihi jadilah aku sampai di aula bisa dibilang awal juga sih.

Disana sudah banyak kating yang menunggu kami di aula. Ada sesosok maba yang aku kenal orang itu bersama dengan kelompok alumni. Ya dia Dika. Sedang berfoto dengan seorang alumni yang sangat menginspirasi saat itu.

Aku hanya duduk di bangku ku, sambil melihat HP ku, mengabari Ibuku bahwa aku sudah bersiap akan pulang dari acara makrab itu.

Selesai acara perpisahan. Dia menghampiri ku.

Dika : Hey, Dinta. Aku kemarin waktu kamu perform dance foto kamu (sambil nunjukin kamera DSLR yang dibawanya)
Dinta : Iya kah ? Lihat dong.
Dika : Yaah, kebetulan baterai nya low nih. Besok senin deh ya dikampus.
Dinta : Oh okee boleh deh, aku minta nomer WA mu aja ya
Dika : Nih (sambil memberikan HP-nya). Tulis nomormu, nanti aku WA ya.
Dinta : Siap, tak tunggu ya fotonya 😁

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Hari itu sampe dirumah, aku langsung tidur. Karna kecapekan, dan baru bangun senin paginya.
Aku baru ingat jika ada kelas jam 09.00, aku langsung bersiap-siap ke kampus, tanpa membuka HP ku saat itu. Hanya ku masukkan dalam tas, dan aku bergegas ke kampus.

Kelasku untung saja belum di mulai, dan aku langsung mencari tempat duduk yang ada dibarisan tengah, dan deretan yang tidak terlalu dibelakang.
Aku sadar diri karena ya, aku punya masalah dengan penglihatan, yaitu, silinder dan minus yang sudah lumayan berat.
Jadilah aku duduk disana, sambil menunggu dosen masuk, ku buka HP ku, ternyata ada sebuah pesan WA dari Dika.

Dika : Din, sudah tidur ? ( 19.30 )
Dika : Pagi Din, kuliah nggak ? ( 07.00 )
Dinta : Hey Dik, udah tidur aku semalem, baru buka HP nih. Kuliah lah aku, kamu juga kan ?

Belum sampai di balas WA itu, si orang yang ku kirimi pesan masuk kelas dengan gerombolan geng laki-laki nya. Berjalan dengan tetap stay cool, tapi sambil melirik ku dan senyum ke arahku.

Aku pun membalas senyumnya.

Dika : Ada kegiatan nggak hari ini ?
Dinta : Ada sih, nanti siang selesai kuliah tapi. Kenapa ?
Dika : Yaah ya sudah, mau ngajak kamu jalan nanti. Tapi yasudah.
Dinta : Okee deh ya, mungkin lain kali hehe.

Saat itu, aku tidak menceritakan perihal kedekatanku dengan Dika ke teman-teman ku karena ada salah seorang temanku yang dia mengaku sudah ditembak oleh Dika.
Aku tidak ada maksud apapun saat itu. Karna aku pikir ya kami hanya berteman tidak lebih.

Hari itu selesai kuliah, aku ada jadwal pemotretan di daerah pantai selatan.
Aku dijemput temanmu, dan kita langsung berangkat ke lokasi, karena si fotografer sudah menunggu kami disana.

Pemotretan selesai sekitar jam 6 sore, dan kami pun langsung bergegas pulang. Kala itu, aku dibonceng Putri, sialnya, di tengah jalan ban motor yang kami kendarai bocor. Kami harus berjalan kaki, menuntun motor kurang lebih 10 menit, sampai kami menemukan tukang tambal ban.

Sambil menunggu tambal ban, kubuka HP ku.

Dika : Gimana kegiatanmu, sudah selesai ?
Dinta : Udah, ini lagi tambal ban di jalan bantul nih
Dika : Lah ? Kamu naik apa kesana nya ?
Dinta : Bonceng temenku ni,
Dika : Nggak bawa motor kamu emang ?
Dinta : Enggak
Dika : Aku lagi di Jogja ni, tak jemput sekarang ya kesana. Aku otw.
Dinta : (Lah dia Jogja ? Emang rumahe dia mana ?) Lah jangan ngrepoti nanti.
Dika : Aku udah dijalan. Tunggu.
Dinta : ya deh, tiati ya.

15 menit kemudian, Dika sudah sampai lokasi ku tambal ban dengan teman ku. Saat itu dia mengendarai mobilnya, datang menghampiri kami, dan kebetulan tambal ban nya sudah selesai.
Aku akhirnya pulang bareng Dika, untung saja Putri mengerti kondisinya, dan mempersilahkan aku pulang tidak dengannya.

Dijalan pulang Dika bercerita tentang dirinya. Dia ternyata berasal dari Kulon progo, seorang atlet gulat dan lagi dia seorang penjual kembang api saat musim puasa.
Seketika aku langsung terpana dengan semua kegiatannya, hebat sekali, semuda ini, sudah rajin kerja, disaat seumuran kami, masih sibuk dengan hura-hura tidak jelas.

Dia pun mengajakku untuk nongkrong sebentar di sebuah cafe di jalan wates. 😁
Kami ngobrol ngalor ngidul sampe lupa waktu, akhirnya jam 21.00 dia mengantarkan ku pulang kerumah.
Hari itu berakhir dengan senyam senyum sendiri di kamar sebelum menjelang tidur.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Seminggu kemudian, saat dikampus aku bertemu dengan Dika saat makan siang.
Kutanyakan hal tentang apakah benar jika dia dan Lilis sudah berpacaran.
Dika menjawab bahwa tidak. Lilis bukan pacarnya, bahkan dia belum pernah menembak Lilis sekalipun. Entah dari mana gosip itu beredar.

Pernyataan itu membuat ku sedikit lega, karena ya, aku sedang dekat bukan pacar temanku.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Kami terus PDKT, dan hampir setiap hari kami selalu pergi, entah hanya sekedar berjalan-jalan ke Malioboro Mall di sore hari atau hanya nongkrong di angkringan batas kota.

22 Oktober 2013
Pagi itu, aku tengah bersiap-siap karena, rencana aku dan teman-temanku akan pergi piknik ke Kulonprogo. Ya ini ide Dika. Dia itu layaknya duta wisata Kulonprogo aku rasa ya 😂

Pukul 07.00 Dika sudah ada didepan rumahku sambil mengobrol sama Bapakku, dan Ibuku. Aku berpamitan untuk pergi dengan Dika, dan kitapun bergegas pergi.

Kami janjian dengan teman-teman di jalan wates dekat Univ. Mercubuwana.
Dan akhirnya kita gas ber-touring ria menuju tempat wisata Kali Biru. Aku, Dika, Linda, Diyah, Nindya, Hendra, Moko, Afifah berbonceng ria kesana.

Perjalanan yang kami lalui juga tidak semudah yang dibayangkan. Beda dengan sekarang, saat itu, jalan menuju kesana masih belum semulus sekarang. Mana jalannya nanjak pula, untunglah motor Linda bisa nanjak, karna dia tadi berada di deretan paling akhir.

Karena hampir semua dari rombongan kami belum pernah ke Kali Biru, jadilah kami asyik berfoto-foto di tempat itu.

Dika saat itu terus membuntuti ku kemana pun aku berjalan, saat itu aku berjalan dengan Afifah. Dika terlihat gusar, tetapi tidak ku gubris karena ku pikir dia hanya kebelet pup saja. Karna ya dia tukang kentut wkwk.

Hari sudah terik, dan kami memutuskan untuk turun ke Waduk Sermo, disana kami sangat takjub dengan waduk yang dibuat dengan sebegitu megahnya.
Kami memutuskan untuk mampir sejenak, dan menaiki kapal yang bisa disewa untuk mengelilingi waduk sermo.

Tak lupa kami mengabadikan momen disana. Berfoto-foto sampai lupa waktu.
Karena sudah hampir jam 3 sore, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Kami diajak mampir kerumah Dika, dan, ya aku tidak siap saat itu.
Aku di pertemukan dengan keluarga Dika di Kulonprogo. Aku bertemu dengan Ibunya. Dan juga adik-adiknya, dan kami berbincang sampai kira-kira jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.
Maka kami berpamitan untuk pulang ke Jogja karna besok masih harus kuliah kan.

Di tengah perjalanan, Dika memegang tanganku, dan di rapatkan tanganku ke perutnya (peluk dari belakang 😳)

Dia pun mengutarakan isi hatinya. Dia memintaku untuk menjadi pacarnya.
Sebenarnya dia sudah mau mengatakan perasaannya kepada ku tadi ketika masih ada di Kali Biru, tetapi karna aku selalu kemana-mana dengan temanku. Dia jadi segan untuk mengatakan maksudnya kepadaku.

Tidak romatis sekali waktu itu pikirku wkwk, dia menembakku di tengah perjalanan pulang dari piknik 1 hari kami saat itu.
Aku masih menimbang-nimbang apakah jawabanku untuk pertanyaan Dika kali ini.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Lanjut besok ya agan-agan
Diubah oleh wisdeee 22-10-2019 10:48
tata604
lina.wh
someshitness
someshitness dan 16 lainnya memberi reputasi
17
7.6K
128
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
wisdeeeAvatar border
TS
wisdeee
#45
Part 10 - Salon (2)
Sekembali nya kami ke Jogja, aku mendapat informasi jika aku tidak di terima di perusahaan berlian itu. Akhirnya ya keputusanku adalah yasudah aku akan coba daftar CPNS. Aku sempat bolak balik jakarta Jogja untuk mengurus berkas dan juga ujian tetapi akhirnya aku tidak lolos juga. Mungkin memang belum dikasih rejeki kerja disana kan

Sampai akhirnya Dika memintaku untuk kerja di salon Mama Safira selama 2 bulan.

Dika : Yang, kemarin Mama minta kamu buat kerja di salon. Setelah 2 bulan, nanti salon "yang itu" buat kita. Nanti uang hasil salon kita kumpulin buat nikah.
Dinta : Tapi gimana cara ngomong ke bapakku. Beliau nggak begitu setuju kan aku kerja disalon. Tau kan kamu image salon kalo di Jogja mesti yang salon aneh-aneh gitu.
Dika : Tapi kan nggak semua salon begitu yang. Nanti aku yang ngomong ke bapak. Nek perlu Mama juga ikut ngomong ke bapak.
Dinta : Ya udah nanti tak bantu ngomong,


Hari itu, akhirnya aku dan Dika memberanikan diri ijin ke Bapakku untuk bisa kerja di salon Mama Safira. Entah bapakku sudah tidak begitu suka dengan Dika atau bagaimana. Permintaan ku kali ini, sedikit sulit ku kabulkan. Sampai akhirnya bapakku luluh dan hanya mengatakan aku boleh ke wates bantu di salon mama Safira dengan syarat aku harus pulang setiap hari. Kami pun mengiyakan bapakku.

Karena aku tau salon buka jam 9 pagi, aku sengaja berangkat dari Jogja jam pagi, karena jarak jogja - salon itu kurang lebih 1 jam perjalanan kalo aku selow bawa motornya ya. Dika memang tidak menjemputku hari itu, karena posisi hari itu dia di wates, kan tidak mungkin dari wates ke jogja hanya untuk menjemputku saja, Aku memacu kendaraanku pelan, Karena aku ingin menikmati sejuknya pagi hari sebelum aku harus berjuang. Rasanya seperti aku sedang berjuang sendirian. Hanya aku yang berjuang.

Bulan-bulan itu tidak begitu ramai, sehingga pekerjaan salon dapat dengan mudah diatasi. Karena ya mungkin itu tidak high season. Aku masih bolak-balik Jogja Wates selama satu minggu pertamaku disalon. Tapi akhirnya aku meminta ijin ke Bapakku untuk bisa tidur di wates, karena aku kecapekan di jalan jika harus PP setiap hari. Dan lagi kalo pulang aku pasti malam sekitar jam 10 malam baru bisa sampe rumah.
Bapakku memperbolehkan ku untuk tidur di salon, karena disana juga banyak yang tidur disana. 3 orang kapster tidur disana, Dan adiknya Dika tidur disana juga,

Hari itu, datanglah teman Mama Safira ke salon untuk sekedar perawatan rambut. Dan kebetulan aku yang memegang tante ini.

Mama Safira : Halo jeng, perawatan apa nih.
Tante Ita : Wah iya jeng lagi creambath ini, aku cocok nih sama mbak yang ini jeng. Pijitannya enak banget
Mama Safira : Wah iya to, dilanjut kalo gitu.
Tante Ita : Mbak e yang ini temennya anak lanang mu ya jeng ?
Mama Safira : Iya nih, mbuh dia ki siapa. Udu calon mantuku kayane. (Iya nih, entah siapa. Bukan calon menantuku sepertinya)

Aku hanya diam saja sambil tersenyum dengan perkataan itu. Padahal dalam hati aku merasa sakit banget dengan omongan yang mungkin diselingi dengan canda. Tapi aku menganggapnya serius.
Aku adalah tipe orang yang akan memikirkan dengan sangat perkataan seseorang, terlebih orang itu adalah orang yang berarti dalam hidupku. Perkataan itu terlontar dari mulut Mama Safira tidak hanya sekali bahkan sampai beberapa kali ia utarakan ke para kapster disana.
Aku merasa aku bukan seperti anak, apalagi calon menantu. Aku ya kalau begitu hanya dianggap sebagai seorang kapster baru yang akan membantu di salonnya.

Beberapa hari setelah aku tidur di salon, Dika hanya berkunjung ke salon saat biasanya pagi hari atau siang hari. Setiap pagi pasti selalu minta ku buatkan kopi, dan aku sediakan sarapan sebelum dia berangkat mencari orderan Gr*b dan aku membuka salon.
Hari itu sudah genap satu bulan aku di salon, mama Safira memberiku uang hasil kerjaku di salon. Coba tebak aku diberi upah berapa hehe.
Aku sedikit termenung dengan upah yang diberikan sama persis dengan upah yang diberikan ke kapster baru disana dengan standar penggajian di salon itu, Shock lah aku seketika melihat uang itu. Aku hanya tidak menyangka akan mendapatkan uang segitu.

Malam harinya, sekitar jam 8 malam, seperti biasa aku sedang mencuci baju ku, dan kujemur di belakang salon. Dika datang dengan membawa baju kotor sehabis dia futsal. Ku minta sekalian bajunya untuk segera ku cuci sekalian, Selesai mencuci, karena aku sudah mandi, aku biasanya akan pergi menyetrika baju di kamar, saat itu kapster yang lain sedang makan siang. Aku yang sok-sokan sedang diet memang jarang sekali makan malam.
Dika menghampiriku dengan mngambil kursi untuk ia duduk dan menyalakan rokoknya. Aku sudah buatkan dia kopi kesukaannya untuk menemaninya malam itu.

Dika : Yang, hari ini kamu gajian ya ? Dapet uang berapa dari Mama ?
Aku : Alhamdulilah yang, anggep aja aku kesini memang cuma buat biar dapet restu.
Dika : Lah dapet berapa yang ? Jawab
Aku : Aku belum ambil uangnya ada di lemari plastik nomor 1 itu yang (Sambil menunjuk lemari). Ambil aja dan lihat sendiri dikasih berapa.
Dika : (( Dika beranjak sendiri untuk mengambil uang itu )) Hah ? Yang ? Cuma segini yang di kasih Mama ?
Aku : Iya yang, kamu itung sendiri aja berapa itu. (Aku sambil tetap menyetrika baju)
Dika : Keterlaluan banget, ya kalo segini mending kamu nggak usah di salon yang. Sudah kerja berat, sayang S1 mu lah kalo cuma dikasih uang segini.
Aku : Ya kalo mau membandingkan gajinya pas kerja kemaren sama uang itu ya jauh yang bedanya. Tapi aku masih ada uang buat pegangan kok tenang.
Dika : Berapa yang gaji sek kemaren ?
Aku : Sekitar 4 juta yang.
Dika : Wah jauh banget yang nek kui sama ini, ha ini 1 juta wae ndak nyampe.

Tanpa berpamitan, Dika hanya sempat memelukku sebentar kemudian lantas pergi begitu saja. Ku diamkan saja, mungkin dia sedang ada urusan yang mendesak saat itu.

Keesokan harinya, kesibukan salon berjalan seperti biasa. Karena sudah tutup salon, aku menjalankan kebiasaanku setelah salon tutup, tetapi saat itu belum banyak baju kotor yang harus ku cuci, akhirnya aku memutuskan hanya menyeduh susu coklat kesukaan ku, dan bersantai sambil menonton TV. Malam itu aku disalon sendirian, kapster yang lain sedang bermalam minggu ria. Aku tidak bermalam mingguan karena memang sudah sejak lama tidak ada kebiasaan untuk pergi bermalam minggu.

Karena aku disalon sendirian, aku mencoba menghubungi sahabatku, untuk sekedar say hello saja. Dia bernama Utami dan Asha, aku menelpon mereka secara bergantian, kami sempat bercanda-canda sampai akhirnya aku mengutarakan bahwa saat ini aku tidak sedang baik-baik saja. Aku menelpon dan menceritakan kejadian detail yang aku rasakan selama kurang lebih satu bulan di salon itu. Tanpa terasa aku bercerita sambil menangis. Rasanya sungguh ingin sambat saja saat itu. Karena disana aku harus terlihat baik-baik saja. Selama1 bulan lebih disana aku tidak pernah mengambil libur. Bahkan ketika teman Dika menikah, aku hanya ijin akan ke salon jam 1 siang. Itu pun ketika kami datang sudah ada omelan dari mama Safira kenapa kami lama sekali diacara itu.
Aku pun hanya sesekali tersenyum dan langsung menuju kamar untuk berganti dengan seragam salon.

Mama Safira : Mama ingatkan sekali lagi ke kamu. Mama nggak akan merestui jika kamu tidak mau mama pegangi salon.
Aku : iya ma, aku paham.
Mama Safira : Sekalipun nantinya, Mama meninggal dulu, 4 anak mama itu akan dapat uang dari asuransi. Besarannya masing-masing kurang lebih 400 juta. Itu buat mereka, jadi mama ndak akan khawatir mereka akan kesusahan.
Aku : Enggeh ma, tapi ya aku ndak mau mama cepet-cepet pergi begitu.
Mama Safira : Dinta nanti pegang salon ini ya, uangnya nanti kita bisa bagi hasilnya. Ini salon memang buat Dika pegang buat dia sama istrinya nanti.
Aku : Nggeh ma,

Selama ngegr*b Dika sering sekali tidur di pom bensin sampai menunggu ada orderan masuk untuk bisa balik ke Wates dari Jogja.
Hari itu, Dika akhirnya memintaku untuk sudah berhenti saja di salon, setelah 2 bulan aku di salon. Dika memintaku demikian karena memang tidak ada perkembangan yang menuju ke arah positif tentang restu mama ini.
Dika sempat berkonsultasi juga dengan keluarga yang lain jika dia sudah menyampaikan keinginannya untuk menikahi ku, tetapi dengan niatan akan tidak memperdulikan restu mama Safira.

Aku tidak mau jika kami menikah dengan tanpa restu mama Safira. Aku menekankan ke dia jika mau menikah aku kepengen dapat restu. Karena nantinya akan ribet lagi setelah menikah jika tidak dapat restu. Dan lagi masalah salon sebenarnya masih bisa di bicarakan.
Janji mama Safira ke Dika adalah jika aku bersedia kerja di salon selama 2 bulan, aku akan di berikan salon itu untuk aku dan Dika.

Tapi setelah 2 bulan aku disana, tidak kunjung ada angin segar. Dika memintaku besok langsung balik ke Jogja aja ndak usah kerja di salon lagi. Aku ya menyanggupi saja, karena aku sudah terlalu banyak merasa beban batin selama disana.
Hari itu aku adalah hari terakhir, aku sudah berpamitan ke kapster salon, dan juga Mama Safira untuk besok pulang ke Jogja.
Aku mengemas baju-baju ku ku masukkan dalam tas ransel yang kubawa. Aku tinggalkan baju-baju Dika di lemari yang kupakai. Aku berencana ingin berangkat pagi-pagi sekali pulang kerumah. Dika kutunggu kabarnya dari semalam tidak menampakkan hidung nya disalon dan juga tidak memberiku kabar apapun.

Esok harinya, setelah subuh, aku mencari goj*k untuk aku berangkat ke Jogja dengan kereta api. Aku minta di turunkan di stasiun wates oleh tukang goj*kny di turunkan di perempatan dekat pasar wates, alhasil aku harus berjalan pagi-pagi. Dengan perasaan berkecamuk, aku berjalan sendirian ke loket stasiun untuk membeli tiket. Sialnya aku dapat tiket dengan jadwal jam 7 pagi, padahal aku sudah di stasiun sedari jam setengah 6 pagi.

Aku pergi dari Wates dengan hati yang sudah tidak enak. Aku tidak akan bercerita tentang tuduhan apa saja yang dilayangkan ke aku oleh Mama Safira, dan juga perkataanya yang membuatku akan berfikir seribu kali. Aku pulang ke Jogja, tanpa berpamitan kepada siapapun, termasuk Dika.

Aku sudah masuk ke tempat menunggu kereta datang, suasana sedikit gerimis, aku mengambil poto, dan kubuat story di WA, dengan caption "saatnya pulang."
Dika langsung mengomentari postinganku.

Dika : Yang, maaf aku masih di Jogja ini ndak bisa nganterin kamu pulang. Kamu jadinya naik kereta ?
Aku : Iya ndak papa
Dika : Aku ketiduran di pom bensin ini tadi malem,
Aku : Oh gitu, ya sudah okelah

Selama di perjalanan pulang, aku tidak dapat kursi duduk, aku hanya duduk berlesehan, sambil bersender dan sesekali aku hanya menangis.
Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan setelah semua ini. Aku tidak menyesal aku sudah berjuang sampai hari itu, tetapi tidak adakah sedikit cahaya terang untuk kisahku ini ?

************************************

Sorry gan/sis aku baru bisa update hari ini.
Kemarin ada kegiatan yang begitu padat sih hehe.
Dalam minggu-minggu ini juga aku lagi banyak banget kerjaan. Aku akan update selagi sempat ya gan/sis.
Terimakasiiii
emoticon-Shakehand2 emoticon-No Hope emoticon-Malu emoticon-Hai
medina12
g3nk_24
midim7407
midim7407 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.