"You wanna play with me ?"
"I will show you how to play"
Ucap gue dihati saat gue menjentikkan jari jari gue di papan tombol HP.
Gue akui ide gue dengan ngebales perbuatan mereka dengan SMS itu gak terlalu berfaedah aslinya. Tapi karena gue gak punya ide lain dan juga yang gue hadapi adalah cewek, akhirnya ide gak terlalu berguna itu muncul. Setidaknya gue kenal dan punya kontak para oknum yang dengan lantang menjelek jelekkan nama OSIS tadi siang setelah tim mereka kalah secara jujur. Bahkan dari tim mereka sendiri, para pemain yang udah membela kelas mereka dengan tetes keringat yang menderu deras itu,
Oke gue terlalu lebay
Intinya para pemain kelas mereka aja mengakui kekalahan mereka. Tapi si kampret ini yang bikin seolah olah pertandingan itu udah di monopoli oleh OSIS.
"Kalo lo semua masih nggak terima hasil tadi siang, besok gue tunggu di ruang OSIS !! nggak usah banyak ngedumel didepan orang banyak, kita selesein di ruang OSIS, gausah pake nama OSIS, pake nama gue !!! lo minta juara ke gue, hari itu juga gue jabanin, gausah pake tanding ulang, langsung gue kasih, gue yang bisa ngejamin lo semua juara dan terima hadiahnya di depan mata besok, gue tunggu !!!"
Send to Uwi dan 11 orang lainnya
Gue udah gelap hati. Emosi gue benar benar keluar bebarengan dengan kalimat gue di SMS tadi. Untungnya pulsa HP gue mendukung. Kayaknya gue udah diijabah untuk emosi malam itu.
Bahkan gue gak peduli dengan perasaan gue sendiri terhadap Uwi, yang gue tau hanya satu hal
Uwi bareng dengan mereka mereka tadi siang
Gak lama Hp gue bergetar, gue pandangi nama di layar HP gue
Messages from Uwi
Disatu sisi gue gak bisa membohongi diri gue sendiri bahwa selama 3 tahun ini, gue masih menyimpan hal yang sama. Besarnya rasa gue ke Uwi masih belum berubah. Walaupun dalam perjalanannya, gue harus menyadari bahwa gue harus menemukan seseorang yang bisa menggantikan dia. Tapi sejauh apapun gue berusaha, Uwi sudah terukir terlalu dalam.
"Mid... iya aku ngerti, aku nggak ikutan kok tadi, aku minta maaf deh, maafin temen temenku juga ya, sumpah aku gak ikutan, jangan emosi gitu"
Satu bintang yang lama hilang kembali bersinar, benarkah ??
"Lo bilang sama temen temen cewek lo, gue siap di ruang OSIS dan jangan bawa nama nama OSIS didepan orang kayak gitu lagi !!"
"Iya iya.. udah dong jangan marah marah gitu, aku gak tau apa apa, aku jadi ikutan kena marah ihhhh"
Setelahnya Hp gue bergetar hampir di setiap detiknya, gue tahu itu ucapan yang mungkin hampir sama dengan ucapan Uwi, ucapan minta maaf dari teman temannya yang lain. Tapi gue gak peduli, karena apa yang dihadapan gue sekarang lebih berarti dari pada sekedar ucapan maaf mereka.
"Iya sory udah marahin kamu"
"Iya nggak papa, udah dong jangan marah marah gitu"
Gue hanya diam memandangi balasan Uwi
Selalu susah untuk menjelaskan makhluk Tuhan satu ini.
SMS yang begitu sederhana, tapi mampu melunakkan emosi gue yang udah meledak ledak di angan.
Sepertinya SMS itu tak lagi sederhana, tapi perlahan menjadi spesial.
Bukan karena kalimatnya, tapi karena pengirim SMS itulah yang masih spesial di hati gue.
Gue tersenyum memandangi SMS Uwi barusan, dan entah kenapa gue jadi bingung sendiri dengan SMS dia. Gue bingung mau bales apa.
Hanya saja, ada satu hal yang benar benar ingin gue ucapin ke Uwi malam ini
"Makasi wi "
Mungkin jika bukan karena dia, gue gak tau siapa yang mampu menjadi obat untuk gue, disaat seperti ini.
Quote:
"Dimas makan sini..." Suara Nyokap gue begitu makan malam udah siap
"Perasaan tadi musam banget mukamu, kenapa jadi senyam senyum gitu ?"
"Ehhh nggak ini laper hehe"
Gue segera menyantap hidangan didepan gue dan gak peduliin Nyokap gue yang geleng geleng sambil tersenyum lebar.
Hp gue tiba tiba bergetar ditengah gue yang lagi meneguk air putih setelah selesai makan.
Klik ..
"Makasi buat apa ?"
Gue langsung kesedak begitu tau Uwi mengirimi balasan seperti itu.
Gue keceplosan anjir...
Gue gak tau kalau kalimat itu ter nyata terketik juga di layar HP gue. Jangan jangan batin gue yang ngetik lagi.
Batin sialan, sekarang gimana nih gembel ?!!!...
"Sory aku salah kirim"
Buru buru gue kirim. Grogi gue udah diambang batas. Jantung gue berdegup 5 x lebih cepat. Pikiran gue bener bener kacau. Gue sangat gelisah dengan hal yang gue sendiri gak tau itu apa.
1 pesan masuk dari Uwi
"Salah kirim ? itu dibelakangnya ada namaku gitu"
Gue terhenyak dan menahan nafas melihat balasan Uwi. Udah kayak di tabok Mike Tyson rasanya.
Buru buru gue baca SMS gue sebelumnya
Dan...
Double kill.. !!!!
Bodohnya gue sama sekali gak sadar, padahal isi SMS gue sebelumnya.
"Makasih wi"
Gue dengan gamblang mengetikkan namanya di akhir kalimat, dan gue sebut itu salah kirim ?? Gue udah gila...
Pikiran gue lebih kacau 2 kali lipat, gue hanya mondar mandir di dalam kamar, megangin HP, sambil gak henti hentinya meracau
"Mati gue bales apa ini"
"Mati gue gimana ini"
"Oh iya ya hehehe, eh wi gue tidur dulu"
Gue menghela nafas panjang, kayaknya itu kalimat terbaik yang bisa gue ucapkan. Cukup dulu acara SMS-an dengan Uwi hari ini. Gue masih terlalu grogi.
Hp gue bergetar
1 pesan dari Uwi
Gue menelan ludah dalam dalam. Gue baca basmallah saking takutnya, tangan gue bergetar saat jari gue begitu dekat dengan tombol kotak besar di tengah HP gue yang berarti
"Buka pesan"
Klik..
"Tidur ? ini baru jam setengah 7, kamu gak sholat Isya ?"
Triple kill.. !!!
Nafas gue tercekat. Kalimat Uwi membuat jantung gue berhenti berdetak.
Perlahan gue menoleh kearah jam di dinding kamar.
6.30
Tubuh gue langsung melempem tergeletak di kasur. Gue tutup muka gue pake bantal dan mulai meracau gak jelas
"bodoh mid, bodoh, bodoh, bodoh"
Entahlah apa yang terjadi dengan diri gue malam ini. Sudah selama itu, tapi nyatanya kelakuan gue masih kayak pertama kali melihat Uwi. Sama persis seperti awal dimana dulu dia duduk di seberang bangku gue. Rasanya gue pingin mengakhiri percakapan ini, tapi hati gue menolak keras. Padahal dengan semua kalimat gue tadi, udah bener benar jelas bahwa gue seperti orang bloon.
"Kamu sibuk apa wi? balas gue coba mencairkan suasana
"Santai aja sih, kenapa ?"
"Sambil bernafas kan ?"
"Menurut lo ? Hahaha, kamu gak berubah ya mid"
Ditengah kacaunya pikiran gue, Uwi memang selalu spesial dan mempunyai ruang tersendiri di hati gue. Seperti malam ini, semua begitu indah karena Uwi. Sepertinya gue harus mulai mensyukuri setiap hal yang terjadi di dunia ini. Termasuk tragedi tadi siang. Yang nyatanya adalah sebuah anugerah besar yang mengembalikan Uwi di hati.
Walau hanya bertukar pesan seperti ini.