- Beranda
- Stories from the Heart
Tak Terbayangkan! Pasangan Suami Istri Ini Ternyata Saudara Se-ayah
...
TS
Ainunbell
Tak Terbayangkan! Pasangan Suami Istri Ini Ternyata Saudara Se-ayah

Bagian 1
🌺🌺🌺
Evans menggenggam jemari istrinya yang terbaring lemas tidak berdaya di rumah sakit. Punggung tangan kanan wanita itu terpasang infus. Mereka sudah dua hari berada di ruang rawat inap VVIP, menunggu hingga masa pemulihan berakhir.
Salsabila kehilangan janinnya. Fetus yang baru saja melewati sebulan pertama trimester kedua itu harus diangkat. Begitu banyak komplikasi, selain menyebabkan sang ibu keracunan kehamilan, ia juga tidak berkembang sempurna.
Evans tahu, Salsabila juga mengerti bahwa tidak ada harapan untuk mempertahankan janin ketiga mereka. Dua keguguran sebelumnya pun hampir karena kasus serupa. Akan tetapi, tidak sampai umur dua bulan, kehamilan itu gagal.
Keguguran kali ini meninggalkan duka mendalam bagi Salsabila. Empat bulan bersama janinnya bukanlah waktu yang singkat, ada ikatan yang terbentuk di dalam sana. Salsabila berusaha mempertahankan kandungannya sebisa mungkin, tetapi takdir berkata lain.
Ini memang bukan keguguran pertamanya, tetapi begitu berkesan karena sudah ada kehidupan di dalam sana. Seketika, mimpi menimang buah hati di tahun kelima pernikahan tidak dapat mereka raih.
"Honey ...."
Evans terperanjat dari tidur saat mendapati Salsabila memanggil namanya.
"Why you sleep there? Tidurlah di sofa. Nanti lehermu sakit tidur di sisi ranjang seperti itu," ujar Salsabila lemah. Suaranya parau, terdengar begitu lelah.
Evans mencoba tersenyum, mengisyaratkan pada istrinya bahwa dia baik-baik saja. Digenggamnya tangan Salsabila kian erat.
"Im fine. Are you feeling well, Honey?"
Salsabila tersenyum, "Never better," sahutnya.
Keduanya saling berbalas senyuman, meski ada jejak air mata di kedua netra pasangan suami istri itu.
***
Dua minggu kemudian.
"Menurut hasil laporan, kegagalan kehamilan Nyonya Evans adalah karena adanya kesamaan DNA antara kalian berdua. Dan kesamaan itu begitu dominan."
Dokter terdiam, terlebih Salsabila dan Evans. Keduanya sangat terkejut, air mata mulai menggenang di pelupuk Salsabila. Kesamaan DNA, apakah berarti mereka ....
"Can you explain it for more detail, Doc. I can't get the poin?" tanya Evans.
"Salah satu bagian DNA paling dominan dari kalian berdua ternyata spesifik. Bisa dikatakan inilah yang menjadi penyebab kenapa Nyonya Evans tidak bisa mengandung. Tubuhnya secara alami menolak penyatuan itu. DNA spesifik didapatkan oleh seseorang dengan garis keturunan yang sama. Maaf, seperti saudara kandung atau saudara seayah."
Penjelasan dokter bagaikan hantaman meteor di malam hari. Mengejutkan sekaligus memilukan. Evans tergamam di kursinya, air mata Salsabila jatuh menganak sungai. Sesuatu telah terjadi, dan itu luput dari perhatian mereka.
Bagaimana bisa?
Saudara?
"Kami sengaja menunda untuk memberitahukan fakta ini kepada kalian. Nyonya Evans harus pulih secara mental dan psikis. Dua minggu telah berlalu, dan saya rasa kalian sudah siap. Setelah ini, pulanglah ke rumah dan tanyakan pada masing-masing pasangan. Apakah sesuatu telah terlewat? Sedangkan dari penuturan Anda, kalian berdua tidak ada hubungan darah sama sekali. Ini sangat privasi, saya hanya bisa mendoakan yang terbaik. Jika perlu bantuan, hubungi saya. I will be there as a friend."
Dokter Aiysah menyerahkan laporan medis kepada Evans. Pria itu mengambil map cokelat tersebut dan menggandeng Salsabila yang masih meneteskan air mata.
Keduanya berlalu dari ruangan.
Beberapa orang menatap heran kepada mereka berdua, entah apa yang membuat kedua bule cantik dan ganteng itu bersedih, mungkin begitulah pikir orang-orang.
***
Evans dan Salsabila adalah Warga Negara Inggris yang sengaja hijrah ke Indonesia, tepatnya di bumi Aceh. Keduanya menemukan Islam saat berada di Negeri Ratu Elizabeth tersebut. Niat untuk hijrah dan menghuni tempat yang sedikit lebih baik dibanding negara mereka sendiri mendorong keduanya bertekad pindah ke Indonesia.
Hidayah, membuat keduanya dekat kepada Ilahi.
Salsabila mengajar mata pelajaran bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta. Sedangkan Evans bekerja di Konsultan Pendidikan Luar Negeri.
Mereka sangat ramah dan keduanya dikenal dengan julukan Mister dan Miss Friendly, saking ramahnya. Kehidupan begitu indah bagi Evans dan Salsabila, kecuali satu ujian rumah tangga yang harus mereka hadapi, kesulitan mendapatkan buah hati.
Evans dan Salsabila terdiam di dalam mobil, memikirkan nasihat Dokter Aisyah. Keduanya membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Rintik hujan berderak perlahan dan membentur kaca mobil. Tak lama kemudian, tetes itu kian deras. Jalanan lengang, separuh penggunanya menyingkir karena kehujanan.
Evans mengemudikan mobil dengan irama konstan, mengikuti ketukan air yang jatuh dari langit. Dia ingin berlama-lama di kedamaian ini, tidak siap kembali ke kediaman mereka. Karena Evans tahu, begitu sampai di rumah, dia harus kembali menyibak lembaran kelam yang telah jauh dia tinggalkan di belakang.
🌺🌺🌺
Next
Spoiler for link chapter
Temukan Seluruh Chapter di Sini
Diubah oleh Ainunbell 31-10-2019 16:55
tien212700 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2K
19
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Ainunbell
#2
Bagian 2
🌺🌺🌺
Aroma basah masih tercium dari luar. Hujan sudah mulai sedikit mereda, tinggal satu atau dua rintik kecil yang masih betah mengguyur bumi.
Evans dan Salsabila sampai di rumah setelah setengah jam menembus lengang jalan raya.
Perjalanan yang cukup lama, mengingat jarak antara rumah sakit dan kediaman mereka tidak terlalu jauh. Namun, tidak ada yang mempermasalahkan itu. Evans dan Salsabila membutuhkan waktu dan mereka hanya punya tiga puluh menit, sebelum sampai di rumah dan meluruskan segalanya.
Uap panas menguar ke udara membawa aroma teh melati yang baru saja diseduh. Dua cangkir putih tertata rapi di meja. Sementara sang pemilik saling duduk berhadap-hadapan, terdiam.
Mata Salsabila menerawang, tampak kosong, Evans menyadari itu. Dia ingin membuka pembicaraan, tetapi tidak mengerti harus mulai dari mana.
Pria berambut pirang itu berdiri dari kursinya dan melangkah ke arah sang istri. Kemudian, Evans mengambil kursi terdekat dan meletakkannya di samping Salsabila.
Iris cokelat wanita itu melembut, air mulai menggenang di pelupuk matanya. Dalam sekejap, tumpahlah ia, menjejak pipi sang jelita yang tirus dimakan realita.
Evans meraih tubuh istrinya dan memeluk Salsabila dengan erat. Dia pun menangis, menyadari kalau pelukan ini tidak akan bisa dia miliki lagi seutuhnya.
"Im sorry, Honey. Really sorry ...." Isak Evans. Salsabila sesenggukan di bahu kekasihnya, mereka berdua telah hancur.
Teh mulai dingin, aroma melati yang menenangkan itu kian memudar. Dua cangkir teronggok sepi tanpa sempat disentuh pemiliknya.
***
"Kedua orang tuaku adalah lesbian. Aku terlahir dari rahim salah satunya, dia yang kusebut Mama. Sedangkan satunya lagi, kusebut dia Karin. Dia tidak mau dipanggil papa, karena dia bukan seorang pria. Namun, tugasnya di rumah sama seperti seorang papa pada umumnya. Bekerja, mengajak bermain bola, memancing."
Perkataan Evans terhenti. Sebelah pipinya terangkat, senyum aneh tercetak di wajah pria itu. Mungkin mengingat masa lalu yang tidak ingin dia kenang lagi.
Evans tidak seperti biasanya, cenderung malas bicara, seakan berat mengungkapkan identitas masa lalunya pada Salsabila. Dia telah menyimpan itu dan menguburnya dalam-dalam. Namun, kotak Pandora mengerikan harus dia buka sekarang. Demi sebuah penjelasan.
Salsabila tampak tenang menyimak penuturan kekasihnya. Dia bersedia menerima apa pun yang akan dikatakan Evans. Karena dia juga punya hal lain yang akan dia ungkapkan. Wanita lembut dan penuh kasih sayang itu tidak menunjukkan ekspresi jijik atau terkejut atas penuturan Evans. Dia ingin menjaga perasaan suaminya. Masa kelam itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk dikorek, setidaknya Evans merasa diterima dan tidak dikucilkan karena telah berani menceritakan hal yang tidak dia sukai. Itu adalah aib yang besar dan butuh keberanian tak kalah besar untuk menceritakannya kembali, begitu pikir Salsabila.
"Well, i felt strange sometimes. Saat anak lain punya ayah dan ibu yang karakternya berbeda, aku punya dua ibu. It was frustrating. Karin dan Skylar berprilaku seperti orang tua pada umumnya, mereka memenuhi semua yang kubutuhkan sama seperti anak lain yang punya keluarga normal," sambung Evans.
"And then, i know. Di usia tujuh belas, mereka bercerita kalau aku adalah anak kandung mereka, hasil dari bayi tabung. Sel sperma milik pendonor, mereka dapat dari bank sperma. Sedangkan, sel telur dari ibu Skylar sendiri. Aku dikandung oleh ibu Skylar selama sembilan bulan."
Evans menunduk, tangannya mengepal. Rahang pria itu mengeras, matanya berlarian. Salsabila menyadari kalau suaminya resah. Dia menggengam jemari Evans dan menunjukkan dukungan bagi pria itu.
Evans kembali tenang, dia melanjutkan ceritanya.
"Aku menerima mereka pada saat itu, lingkungan juga tidak mempermasalahkan itu. Hal tersebut legal di negara kita, bukan? Sampai suatu hari, aku bertemu denganmu dan Islam. Lalu, sejak saat itu aku berusaha mengubur semuanya dalam-dalam."
"Di mana mereka sekarang?" tanya Salsabila.
Evans terdiam, sorot matanya tajam. Kemudian, dia menunduk.
"I don't wanna talk about that. Katakan saja mereka sudah mati!" ketus Evans.
Salsabila menahan diri, dia merasa ini adalah ranah sensitif bagi Evans. Entah bagaimana, seakan-akan pria itu menolak membuka rahasianya lebih dalam.
Mata biru Evans menatap manik istrinya. Bukan tatapan hangat. Seakan ada pertanyaan yang hendak dia gemakan dari sorot mata setajam hyena itu. Salsabila menunduk. Dia mengusap sedikit air mata yang keluar dari sudut netranya. Kali ini, gilirannya yang bercerita.
"Well, i know this is weird. But, kita mengalami masalah yang sama ...," ujar wanita itu.
"Apa mungkin?" tanya Evans.
Salsabila mengangguk.
"A-aku juga anak yang terlahir dari pasangan lesbi. Mereka bernama Jen dan Michelle. Kalau Karin adalah representasi sosok ayah bagimu, Jen adalah ibu yang disematkan gelar ayah bagiku. Bedanya, kali ini Jen yang mengandungku. Mereka sudah meninggal lama, umurku waktu itu masih sepuluh tahun. Kemudian, aku diasuh oleh negara. I don't know what to say, but this makes me ...."
Salsabila tidak tidak dapat melanjutkan perkataannya. Keduanya membeku. Tisu digenggaman wanita itu hancur karena dia remas-remas sejak tadi. Bagaimana ini bisa terjadi?
"Why didn't you tell me before?"
"Aku punya alasan yang sama seperti alasan kenapa kau tidak mau menceritakan hal itu padaku. Islam adalah lembaran baru bagiku, dan aku tidak membawa noktah hitam dari masa lalu. Oleh sebab itu aku tidak menceritakannya padamu, Evans," terang wanita itu.
"Ada kemungkinan kita berdua hasil pembuahan dari donor sperma orang yang sama." timpal Evans.
Lagi-lagi, kesunyian mengambil tempat di antara mereka. Ini fakta yang sungguh memilukan bagi keduanya.
"Kalau benar, berarti kita berasal dari ayah yang sama," terang Salsabila.
Air mata kembali jatuh di pipi tirus wanita itu. Pikirannya berkecamuk, kalau benar mereka dari hasil donor sperma oleh orang yang sama, berarti keduanya saudara satu ayah. Dan mereka paham betul kalau dalam Islam, saudara seayah haram untuk dinikahi.
"Kenapa ini terjadi pada kita, Evans?"
Pertanyaan yang meluncur dari bibir Salsabila terdengar mudah diucapkan, tetapi tidak ada yang sanggup menjawabnya. Kedua insan itu menunduk pedih. Hati mereka retak, cinta yang dipupuk sekian lama dengan penuh pengorbanan bagaikan dandelion rapuh yang tertiup angin sore.
Hilang begitu saja.
Hujan telah sepenuhnya reda, meninggalkan jejak basah di halaman. Namun, dua hati baru saja terluka, mengucurkan darah dan membanjiri jiwa mereka dengan penderitaan.
🌺🌺🌺
.Next
Bagian 3 di sini
Diubah oleh Ainunbell 31-10-2019 16:57
indahmami dan 2 lainnya memberi reputasi
3