Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

AllKreatifAvatar border
TS
AllKreatif
CERITA HOROR, HUTAN ANGKER DI LAMPUNG

sumber gambar : disini


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam sejahtera untuk kita semua


~ WELCOME TO MY THREAD ~ 


Terima kasih untuk para sepuh, penulis2 handal, dan para pembaca yang budiman di jagat kaskus ini. Kembali ane suguhkan satu cerita dari sahabat ane. Cerita ini real dia alami, dan bisa dipertanggung jawabkan.

Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan masa remajanya dulu (btw usia narsum diatas ane, jadi jangan berfikiran ane udah tuir ye gan). Dia tinggal di sebuah desa kecil di kawasan Lampung, semua nama dan tempat ane samarkan atas permintaan narsum.

Semoga cerita ini bisa menambah wawasan kita seputar dunia ghaib emoticon-Takut

Selamat membaca ya GanSis emoticon-Smilie


Spoiler for RULES:


Bagi yang ingin baca2 beberapa tulisan ane, silahkan para pembaca yang baik hatinya bisa buka link di bawah ini :

Spoiler for BEBERAPA THREAD ANE GANSIS /:)/:


*****


Quote:


PART 1

Beberapa bulan telah berlalu semenjak meninggalnya tiga pemuda tadi. Kini jalur perlintasan di jalan yang membelah hutan ini jadi agak sepi jika sudah masuk Maghrib. Sebelum adanya kejadian pembakaran itu, jalur ini memang sudah terkenal angker, banyak warga sering di ganggu oleh beberapa penampakkan makhluk halus disana.
 
Namaku Hadi, kisah ini terjadi Antara tahun 1999 – 2002. Aku adalah anak dari seorang petani, keseharianku pada pagi sampai sore hari adalah berkebun, lalu menjual hasil kebunku dan para tetangga lain ke pasar pada malam hari. Karena pasar yang aku tuju beroperasi mulai dari jam dua dini hari, maka mengingat perjalanan bisa memakan waktu dua jam dari rumah, aku biasanya berangkat antara jam sebelas atau jam dua belas malam.

Seperti biasa, setelah kulihat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, aku mulai bersiap membawa beberapa hasil kebunku dan para tetangga. Oh iya, Aku tinggal di sebuah desa kecil di daerah Lampung. Warga didesaku hanya sekitar dua ratus sampai tiga ratus orang saja, dan desa kami dikelilingi oleh hutan, persawahan, dan perkebunan warga. Dan saat cerita ini terjadi dikampungku malah belum ada aliran listrik yang masuk. Jadi bisa dibayangkan betapa sepinya desaku saat itu, bahkan sampai sekarang.

Setelah selesai mencuci dan mengelap motor Honda Star kesayanganku, aku menaruh keranjang keatas motor. Keranjang ini terbuat dari bekas karung goni yang aku buat sedemikian rupa agar bisa menampung muatan agak banyak.

Aku lalu memasukkan beberapa hasil kebun kedalam keranjang, sedikit ku paksa, dan sisanya yang tidak masuk aku taruh di belakang jok, di tengah-tengah antara keranjang yang kanan dan yang kiri. Setelah dirasa cukup banyak, aku lalu mengikat keranjang yang satu dan yang lain dengan tali, tidak lupa juga beberapa ikat sayur yang ditengah-tengah aku ikat dengan kencang agar tidak terjatuh nanti.

Setelah siap semua, aku mulai menghidupkan motorku. Untuk menuju pasar aku harus melewati jalan raya yang membelah hutan angker itu, belum lagi jalan setapak dari rumahku ke jalan raya, harus melewati pemakaman tua yang berada diujung jalan. Inilah rutinitasku setiap hari, dan tidak ada jalan lain selain jalan ini.

Aku mulai melewati jalan setapak ini, jalan berbatu dan agak becek akibat hujan sore tadi membuat ban motorku sesekali agak slip. Jalan begitu gelap dan aku hanya mengandalkan lampu dari motor tuaku ini. Setibanya diujung jalan, aku mulai agak merinding, tidak tau kenapa malam ini begitu menyeramkan bagiku. Jalan di sekitar pemakaman ini agak menanjak, aku berusaha memaksa motor tua ini agar mampu untuk melaluinya.

Tiba-tiba motorku mendadak mati, antara kesal dan takut setengah mati aku berusaha mendorong motorku untuk melewati jalan yang menanjak ini. Karena ku fikir tidak mungkin menyela motor dengan beban berat di jalan yang menanjak, aku memutuskan mendorong motor ini sampai kejalan yang agak datar.

Tanpa sadar pandanganku terpaku pada sebuah pohon besar yang berada di tengah pemakaman, aku melihat seorang wanita berdiri mengenakan gaun warna putih agak kotor dengan rambut terurai.

“Astagfirallah!”

Aku panik bukan main, dan terus mendorong motorku sekuat tenaga. Entah kenapa tenagaku seperti berlipat ganda saat itu, aku terus mendorong motorku tanpa memperdulikan jalan yang agak rusak yang sesekali membuat kakiku tersandung oleh bebatuan.

Setibanya dijalan raya, aku lalu menghentikan lariku. Sambil mengatur nafas aku mencoba menghidupkan lagi sepeda motorku.

“Alhamdulillah…”

Motorku kini sudah hidup dan siap melanjutkan perjalananku kepasar. Aku langsung tancap gas dan berharap agar cepat sampai ke tujuan. Setelah beberapa lama, tibalah aku dijalan yang membelah hutan angker ini, jalan dimana pernah terjadi pembakaran tiga pemuda yang dicurigai sebagai maling oleh warga pada waktu lalu.

“Numpang numpang, anak bagong mau lewat”

Entah apa maksud ucapan itu, namun itulah kepercayaan yang aku dapat dari beberapa sumber yang tidak tau benar atau tidaknya. Sedikit aneh, namun apapun akan kulakukan agar tidak bertemu lagi dengan makhluk-makhluk ghoib disini. Yang penting aku sudah berusaha, mudah-mudahan makhluk disini mau mengerti tentang kegelisahanku.

Namun kenyataan tidak seindah ekspektasiku, lagi-lagi motorku mendadak mati di tengah-tengah jalur perlintasan ini. Di tengah kegelapan hutan ini motorku  tiba-tiba mati, bisa kalian bayangkan bagaimana rasanya saat itu.


“Ya Allah, mimpi apa aku semalam…" emoticon-Frown

Aku lalu berusaha menyela motorku dan berusaha sekuat tenaga agar motor tua ini hidup kembali. Butir-butir keringat yang sebesar biji jagung jatuh dari keningku, puluhan kali sela motor ini aku injak, namun belum berhasil membuatnya hidup kembali.

“Arrgghhh….. motor sialan, sudah di lap bersih-bersih, tak tau terima kasih kau” Aku terus menggerutu dalam hati

Lalu tiba-tiba aku mencium aroma daging yang hangus terbakar, dan dari belakang, pundakku di tepuk oleh seseorang. Saat aku menoleh kebelakang, betapa terkejutnya aku, aku melihat sosok yang wajahnya sudah tidak berwujud lagi. Wajah itu seperti habis terkena luka bakar yang sangat parah, dan sebagian kulit lainnya terlihat hitam gosong.

“WUUAAAAAAAAAA….”

Aku panik bukan main, dan berlari meninggalkan sepeda motorku di tengah jalan.

BERSAMBUNG


Quote:


Diubah oleh AllKreatif 03-11-2019 11:18
adityajaya95
edam
minakjinggo007
minakjinggo007 dan 51 lainnya memberi reputasi
52
69.7K
1.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
AllKreatifAvatar border
TS
AllKreatif
#294
PART 3
HANTU KEPALA BUNTUNG


sumber gambar : disini

Aku lalu kedapur untuk membuat secangkir kopi. Setelah siap, aku membawa secangkir kopi tadi ke teras rumah untuk bersantai sejenak sebelum pergi berkebun. Dari jauh aku melihat istriku berjalan kearah rumah sambil menggendong anakku.

“Dari mana mah?” tanyaku

“Dari rumah mas Dimas” kata istriku

Quote:


“Jemuran disamping kamu yang rapihin ya?” kataku sambil menghidupkan sebatang rokok

“Ndak mas, tadi anakmu ini panas. Lalu aku cepet-cepet kerumah Dimas, karena aku fikir anaknya kan habis sakit panas juga kemarin, jadi mungkin obat panasnya masih ada. Ini Alhamdulillah sudah adem” kata istriku sambil berjalan kedalam rumah

“Lalu siapa yang membereskan jemuran tadi? Ah, paling Bapak atau Ibu.”Fikiriku dalam hati

Setelah kopi di cangkir sudah habis, aku lalu mandi dan bersiap kekebun. Tak lupa aku pastikan kondisi anakku yang tadi pagi sempat panas, dan setelah dirasa sudah agak mendingan akupun pamit kepada istriku. Peralatan tempurku dan bekal makanpun tak lupa aku bawa. Hari ini cuaca sangat cerah, melihat hasil kebunku tumbuh dengan subur membuat aku sangat bersemangat pagi ini.

“Malam ini pasti laku banyak nih”

Hari sudah menjelang sore, setelah kurapihkan peralatan tempurku, akupun pergi menuju rumah. Hasil kebunkupun telah kusiapkan agar bisa kubawa kepasar nanti malam. Sesampainya di rumah, terlihat beberapa tetangga yang menitipkan hasil kebun mereka juga untuk aku bantu jual dipasar nanti.

“Mah, aku mau ambil air dulu ya untuk mandi” kataku kepada istriku

“Iya mas, sekalian seember lagi ya untuk aku” kata istriku

Aku lalu mengambil dua buah ember agak besar dari kamar mandi, dan bergegas pergi ke mata air untuk mengambil air dari sana. Mumpung hari belum gelap juga fikirku. Mengingat kejadian tadi malam masih membuatku agak sedikit takut jika malam-malam harus kesana lagi.

Di tengah perjalanan aku melihat seorang pria berjalan di depanku, dan setelah kuperhatiakan dia adalah Miswan sahabatku. Terlihat dia juga membawa dua buah ember yang dia pikul menggunakan potongan bambu.

“Syukurlah ada barengan”

Akupun mempercepat langkahku

“Woi Wan,” kataku yang masih berada di belakangnya

Namun dia tidak menjawab dan terus melangkahkan kakinya.

“Ngambil air juga ya? Kita bareng ya Wan. Soalnya kalau sendiri aku masih takut” kataku yang kini telah berada disampingnya

“Semalam aku melihat pocong Wan disana. Hiii amit-amit deh” kataku

Aku terus mengajak bicara Miswan, namun Miswan masih saja diam dan terus melangkahkan kakinya. Saat itu aku hanya berfikir mungkin dia sakit atau bagaimana, lagi pula tidak ada yang penting dari setiap ucapanku ke dia.

Sesampianya di mata air itu, aku mempersilahkan Miswan terlebih dahulu untuk mengambil air. Sementara itu aku hanya duduk disamping mata air itu sambil memandangi jalur yang tadi kami lewati. Deretan pohon bambu itu membuatku merinding, memang banyak sekali cerita dari warga yang menemui sosok makhluk halus disana.

Tiba-tiba dari jauh aku melihat dua orang pemuda yang berjalan kearahku sambil memikul ember di pundaknya. Dua orang itu tengah asik berbincang-bincang, ketika sudah berjarak sekitar beberapa meter dari tempatku, betapa terkejutnya aku. Dua orang tadi adalah Miswan dan Budi, dua orang sahabatku. Lalu siapa yang sedari tadi bersamaku?

Aku lalu celingak celinguk mencari Miswan yang dari tadi bersamaku. Namun tidak ada siapa-siapa disini, aku kembali menoleh kedua orang tadi yang jaraknya sudah dekat denganku

“Hadi, kenapa lu kaya orang bingung gitu?” tanya Miswan

“Wan, tadi lu disini kan sama gw?” tanyaku

“Apaan si? Orang gw baru sampe ini, jangan ngomong sembarangan ah”

“Wah mau nakut-nakuti kamu ya Di?” kata Budi

“Mmm.. ah sudahlah, aku duluan ya ambil airnya”

Aku benar-benar masih bingung saat itu. Tadi aku benar-benar jalan dan ngajak ngobrol Miswan soalnya. Kalau memang Miswan yang ini yang asli, lalu tadi siapa??

Beberapa lama kemudian, kami telah selesai mengambil air dari mata air itu, lalu kami semua berjalan kearah desa kami, dan berpencar kerumah masing-masing. Aku masih menutup mulut dari istriku untuk semua kejadian aneh yang aku alami. Karena aku khawatir dia takut ketika aku tinggal sendiri kepasar pada malam harinya.

Selesai mandi dan makan akupun istirahat sebentar sambil menunggu waktu Isya datang. Selesai sholat Isya, aku lalu merebahkan tubuhku untuk istirahat sebentar sebelum kepasar nanti malam.

***

“Mas,, Mas. Bangun Mas, sudah jam sepuluh” kata istriku

“Hmm.. iya mah” kataku

Aku pun melangkahkan kaki ke kamar mandi, setelah mencuci muka, aku mengambil setengah baskom air untuk mengelap motor kesayanganku.

Setelah dirasa agak bersihan, aku menaikkan keranjang karung goniku ke jok belakang motor, dan memasukkan hasil kebun kedalam keranjang tersebut. Hasil kebun kali ini sangat bagus dan segar-segar.

Karena hasil kebun telah terangkut semua, aku lalu mengikatnya dengan tali agar tidak terjatuh nanti. Aku lalu berpamitan dengan istriku dan mulai mengendarai sepeda motorku.

“Bismillahirrahmanirrahiim”

Semoga tidak ada hal-hal aneh lagi dijalan. Motorku terus melaju diatas jalan setapak dan berbatu ini. Ketika akan melewati jalan menanjak yang berada di depan pemakaman, aku menarik gas motorku kuat-kuat, berharap kejadian kemarin tidak terulang lagi. Akhirnya motorkuku pun berhasil melewati jalan itu meskipun kadang mengalami slip karena kondisi jalannya yang masih berbatu.

Yes, rintangan pertama berhasil aku lewati. Hohohoho… semoga aku berhasil melewati rintangan kedua nanti.

Jalur yang ku tempuh memang seperti sebuah tantangan sendiri untukku. Karena bisa kalian bayangkan, dijalur gelap yang rusak, kalian hanya memanfaatkan penerangan dari lampu sepeda motor tua. Belum lagi jalur di depan pemakaman itu agak menanjak seolah dibuat sengaja menakutiku yang memang sedikit pengecut emoticon-Frown

Kini aku tinggal melewati jalur yang membelah hutan angker itu, jalur sepi sepanjang beberapa kilometer itu adalah tantangan terberat setiap kali aku pergi kepasar.

Aku kembali menarik gas kuat-kuat, kedua mataku sedikit aku sipitkan dan hanya fokus pada kondisi jalan didepanku saja. Karena takut ada sesuatu yang mengganggu penglihatanku dipinggir jalan nanti.

“Motor jangan mati, motor jangan mati, motor jangan mati…”

Benar saja, aku seperti melihat seorang pria berdiri di pinggir jalan. Namun TANPA KEPALA! Bodohnya aku, mata yang sudah fokus menatap kearah depan, kenapa aku melirik kesamping dan memperhatikan terus sosok itu??

“ARRGGHHH SIALAN, GW UDAH SIPIT-SIPITIN NIH MATA.!”

Aku terus menancap gas, tidak perduli dengan apa yang aku lihat barusan. Sampai aku bertemu dengan sebuah desa kecil tempat aku bertemu dengan lima orang yang membantuku kemarin malam.

BERSAMBUNG
dimasaryo1985
arip1992
asihseti482
asihseti482 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.