Kaskus

Story

axeleocullenAvatar border
TS
axeleocullen
Aku Juga Berhak Untuk Hidup

Aku Juga Berhak Untuk Hidup

Saat aku memasuki rumah dengan menenteng makanan kesukaan Andi, biasanya sebelum berangkat kerja Andi selalu minta dibawakan sesuatu entah itu mainan atau makanan.

"Assalamualaikum ... Ayah pulaaang!" teriakku.

"Ayaaah ...." Tangan mungilnya langsung menyambar makanan tersebut. Namun tanganku sedikit menahannya.

"Eeeit! Salim dulu."

"Heee ... Andi lupa." Senyuman lebar dengan gigi ompongnya yang berjejer rapi.

Langkah seorang wanita paruh baya kini terhenti di belakang Andi, mengelus rambut lebat hitamnya. Tersenyum.

"Terima kasih, Bu ... Ibu sudah mau membantu aku mengurus Andi, meskipun ...."

"Sudah ... sudah, jangan dibahas lagi!" sergahnya kembali tersenyum ke arah Andi yang masih berdiri melihat makanan kesukaannya.

Aku merasakan bagaimana lelahnya mengurus anak tanpa seorang istri, mulai dari mengganti popok saat Andi masih bayi, membuatkannya susu tengah malam, terlebih saat ia sakit. Akan tetapi ibu tidak segan-segan membantuku. Meski harus menginap sampai Andi benar-benar sembuh.

Mungkin sudah menjadi hukum alam. Jika anakmu laki-laki dia akan lebih mirip ibunya dan jika anakmu perempuan dia akan mirip ayahnya. Begitu juga Andi, dia tidak mirip denganku tetapi aku juga lupa-lupa ingat wajah ibunya.

Pulang kerja biasanya aku menemani Andi bermain. Beberapa mainan tergeletak bebas di lantai, dia sedang memainkan robot kesukaannya.

"Ayah! Ibunya Ultaramen, siapa?" tanya Andi tiba-tiba.

"Ultramen tidak punya ibu, dia dari pelanet lain yang ditugaskan menjaga bumi dari serangan monster," jawabku sekenanya.

Entah itu jawaban benar atau salah. Terlihat Andi memainkan mainannya lagi, lalu ....

"Kalau ibunya Andi siapa, Yah?" Andi kembali bertanya.

Aku terdiam sejenak, memikirkan jawaban apa yang akan kuberi karena biasanya pertanyaan Andi tentang keberadaan ibunya tidak pernah aku jawab.

"Ayah, Aku ingin bertemu Ibu!" ucapnya lagi. Kini tatapan Andi membuatku tidak bisa menolak permintaanya.

"Iya ... Ayah janji, akan membawa Andi bertemu Ibu." Menatapnya penuh haru, lalu kuraih tubuh mungilnya. Mendudukan Andi di pangkuan. Mungkin sudah saatnya ia mengenal siapa ibunya.

****

Saat di dalam mobil Andi terlihat begitu bersemangat, karena hari ini aku menepati janji akan membawanya bertemu ibunya.

Tidak lama kemudian kami sampai di suatu tempat, dulu pernah aku singgahi tujuh tahun yang lalu. Kami keluar dari mobil. Terlihat tempat ini sedikit berbeda, dulu hanya ada tempat membeli karcis masuk, kini sudah mulai ada pedagang kecil-kecilan. Tempat parkir juga sudah mulai disediakan.

Namun yang masih sama hanya papan nama sebagai tanda selamat datang di tempat pemandian air terjun.

"Ayah, kita ada di mana? bukannya kita akan bertemu ibu?"

"Ikuti saja!"

Memasuki wilayah hutan, aromanya begitu sejuk dengan pohon-pohon rindang memayungi. Kicauan burung terdengar bersahut-sahutan. Langkah kami terhenti di depan pohon besar.

Kutarik napas panjang, mencoba memulai kalimat agar dia bisa memahami maksudku.

"Andi, Ayah menemukanmu di sini, jadi ... Andi jangan bertanya di mana Ibu Andi lagi, siapa Ibu Andi lagi," ucapku dengan berlutut di depannya.

"Jadi ... Andi tidak punya Ibu?"

Aku terdiam menahan air mata, semakin terasa panas di pelupuk akhirnya jatuh.

Saat menemukan Andi, terlihat dari kejauhan wanita hendak membunuh bayinya sendiri.
Segera kuberteriak untuk menghentikan aksinya, kemudian dia menoleh seketika dan kabur meninggalkan Andi yang masih berselimut darah dan bau amis.

*****

Selesai.

tata604Avatar border
lina.whAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 3 lainnya memberi reputasi
4
400
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
axeleocullenAvatar border
TS
axeleocullen
#1
Aku Juga Berhak Untuk Hidup

kaskus-image

Saat aku memasuki rumah dengan menenteng makanan kesukaan Andi, biasanya sebelum berangkat kerja Andi selalu minta dibawakan sesuatu entah itu mainan atau makanan.

"Assalamualaikum ... Ayah pulaaang!" teriakku.

"Ayaaah ...." Tangan mungilnya langsung menyambar makanan tersebut. Namun tanganku sedikit menahannya.

"Eeeit! Salim dulu."

"Heee ... Andi lupa." Senyuman lebar dengan gigi ompongnya yang berjejer rapi.

Langkah seorang wanita paruh baya kini terhenti di belakang Andi, mengelus rambut lebat hitamnya. Tersenyum.

"Terima kasih, Bu ... Ibu sudah mau membantu aku mengurus Andi, meskipun ...."

"Sudah ... sudah, jangan dibahas lagi!" sergahnya kembali tersenyum ke arah Andi yang masih berdiri melihat makanan kesukaannya.

Aku merasakan bagaimana lelahnya mengurus anak tanpa seorang istri, mulai dari mengganti popok saat Andi masih bayi, membuatkannya susu tengah malam, terlebih saat ia sakit. Akan tetapi ibu tidak segan-segan membantuku. Meski harus menginap sampai Andi benar-benar sembuh.

Mungkin sudah menjadi hukum alam. Jika anakmu laki-laki dia akan lebih mirip ibunya dan jika anakmu perempuan dia akan mirip ayahnya. Begitu juga Andi, dia tidak mirip denganku tetapi aku juga lupa-lupa ingat wajah ibunya.

Pulang kerja biasanya aku menemani Andi bermain. Beberapa mainan tergeletak bebas di lantai, dia sedang memainkan robot kesukaannya.

"Ayah! Ibunya Ultaramen, siapa?" tanya Andi tiba-tiba.

"Ultramen tidak punya ibu, dia dari pelanet lain yang ditugaskan menjaga bumi dari serangan monster," jawabku sekenanya.

Entah itu jawaban benar atau salah. Terlihat Andi memainkan mainannya lagi, lalu ....

"Kalau ibunya Andi siapa, Yah?" Andi kembali bertanya.

Aku terdiam sejenak, memikirkan jawaban apa yang akan kuberi karena biasanya pertanyaan Andi tentang keberadaan ibunya tidak pernah aku jawab.

"Ayah, Aku ingin bertemu Ibu!" ucapnya lagi. Kini tatapan Andi membuatku tidak bisa menolak permintaanya.

"Iya ... Ayah janji, akan membawa Andi bertemu Ibu." Menatapnya penuh haru, lalu kuraih tubuh mungilnya. Mendudukan Andi di pangkuan. Mungkin sudah saatnya ia mengenal siapa ibunya.

****

Saat di dalam mobil Andi terlihat begitu bersemangat, karena hari ini aku menepati janji akan membawanya bertemu ibunya.

Tidak lama kemudian kami sampai di suatu tempat, dulu pernah aku singgahi tujuh tahun yang lalu. Kami keluar dari mobil. Terlihat tempat ini sedikit berbeda, dulu hanya ada tempat membeli karcis masuk, kini sudah mulai ada pedagang kecil-kecilan. Tempat parkir juga sudah mulai disediakan.

Namun yang masih sama hanya papan nama sebagai tanda selamat datang di tempat pemandian air terjun.

"Ayah, kita ada di mana? bukannya kita akan bertemu ibu?"

"Ikuti saja!"

Memasuki wilayah hutan, aromanya begitu sejuk dengan pohon-pohon rindang memayungi. Kicauan burung terdengar bersahut-sahutan. Langkah kami terhenti di depan pohon besar.

Kutarik napas panjang, mencoba memulai kalimat agar dia bisa memahami maksudku.

"Andi, Ayah menemukanmu di sini, jadi ... Andi jangan bertanya di mana Ibu Andi lagi, siapa Ibu Andi lagi," ucapku dengan berlutut di depannya.

"Jadi ... Andi tidak punya Ibu?"

Aku terdiam menahan air mata, semakin terasa panas di pelupuk akhirnya jatuh.

Saat menemukan Andi, terlihat dari kejauhan wanita hendak membunuh bayinya sendiri.
Segera kuberteriak untuk menghentikan aksinya, kemudian dia menoleh seketika dan kabur meninggalkan Andi yang masih berselimut darah dan bau amis.

*****

Selesai.

0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.