- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Kacamata Si Anak Indigo (E. KKN)
...
TS
kingmaestro1
[TAMAT] Kacamata Si Anak Indigo (E. KKN)
Assalamualaikum wr.wb
Hallo agan dan aganwati pembaca yang budiman ini adalah pertama kalinya ane nulis thread. Ini adalah cerita pengalaman yang ane alami selama ane menjalani kehidupan dan pada kesempatan ini ane berfokus pada pengalaman sewaktu ane kkn beberapa tahun silam. Awalnya ane enggan menulis cerita ini, disamping karena pasti udah banyak banget yang nulis cerita semacam ini dan juga karena ane berpandangan biarlah pengalaman ini hanya ane dan seorang teman yang tau. Namun pandangan itu berubah karena temen ane yang pernah ane ceritain pengalaman ini mendesak ane untuk membagikan cerita ini. Dia mengatakan "pengalaman adalah ilmu, dan ilmu itu harus di bagi" jiwa keilmuan ane bergetar saat itu (alah macam ilmuan aja pake jiwa keilmuan segala) dan jadilah hari ini ane coba menggerakkan jari-jari ane untuk nulis cerita ini dengan tujuan ada yang bisa kita ambil sebagai pelajaran.
Sebelum kita masuk ke bagian cerita sebelumnya ada yang ane harus sampaikan di sini, yaitu meski cerita ini adalah pengalaman ane sendiri, namun di dalam penulisan cerita ini tidak ane pungkiri bahwa ada beberapa hal yang ane kurangi dan ane lebihkan sedikit dari keadaan aslinya, hal ini semata bertujuan agar mudah di mengerti oleh kita semua.
Selamat membaca dan semoga bisa jadi pelajaran buat kita bersama.
Index
Prolog
Part 1: Pembekalan
Part 2: Hari Kedatangan
Part 3: Hari Pertama
Part4: Perkenalan (1)
Part 5: Different Dimension
Part 6: Kesurupan (1)
Part 7: Kesurupan (2)
Part 8: Perkenalan (2)
Part 9: Perkenalan (3)
Part 10: Kisah memilukan (1)
Part 11: Cerita memilukan (2)
Part 12: Tentang Clara
Part 13 : Dia Yang Tak Terlihat
Part 14: Perintah Sang Guru
Part 15: Kembali Ke Padepokan
Part 16: The Secret
Part 17: Kejadian Memalukan
Part 18: Perencanaan Makrab dan Peringatan Asti
Part 19: Malam Keakraban (1)
Part 20: Malam Keakraban (2)
Part 21: Awal Petaka
Part 22: Sang Penunggu
Part 23: Kesurupan Massal
Part 24: Penegasan Hubungan
Part 25: Ketenangan Yang Mencekam
Part 26: Serangan Penghuni Batu
Part 27: Di Culik Asti
Q&A
Part 28: Pencarian
Part 29: Pernikahan Di Alam Gaib
Part 30: Rahasia Asti
Part 31: Teror Penghuni Desa
Part 32: Syukuran Yang Ternodai (1)
Part 33: Syukuran Yang Ternodai (2)
Part 34: Syukuran Yang Ternodai (last)
Part 35: Pesan Dan Salam Perpisahan
Part 36: Permintaan Eva yang Aneh
Part 37: Dia Mengintai
Part 38: Pengasih
Part 39: Kepergian Siska
Part 40: Pembalasan
Part 41: Kematian (1)
Part 42: Kematian (2)
Epilog
Praktek Lapangan
Hallo agan dan aganwati pembaca yang budiman ini adalah pertama kalinya ane nulis thread. Ini adalah cerita pengalaman yang ane alami selama ane menjalani kehidupan dan pada kesempatan ini ane berfokus pada pengalaman sewaktu ane kkn beberapa tahun silam. Awalnya ane enggan menulis cerita ini, disamping karena pasti udah banyak banget yang nulis cerita semacam ini dan juga karena ane berpandangan biarlah pengalaman ini hanya ane dan seorang teman yang tau. Namun pandangan itu berubah karena temen ane yang pernah ane ceritain pengalaman ini mendesak ane untuk membagikan cerita ini. Dia mengatakan "pengalaman adalah ilmu, dan ilmu itu harus di bagi" jiwa keilmuan ane bergetar saat itu (alah macam ilmuan aja pake jiwa keilmuan segala) dan jadilah hari ini ane coba menggerakkan jari-jari ane untuk nulis cerita ini dengan tujuan ada yang bisa kita ambil sebagai pelajaran.
Sebelum kita masuk ke bagian cerita sebelumnya ada yang ane harus sampaikan di sini, yaitu meski cerita ini adalah pengalaman ane sendiri, namun di dalam penulisan cerita ini tidak ane pungkiri bahwa ada beberapa hal yang ane kurangi dan ane lebihkan sedikit dari keadaan aslinya, hal ini semata bertujuan agar mudah di mengerti oleh kita semua.
Selamat membaca dan semoga bisa jadi pelajaran buat kita bersama.
Index
Prolog
Part 1: Pembekalan
Part 2: Hari Kedatangan
Part 3: Hari Pertama
Part4: Perkenalan (1)
Part 5: Different Dimension
Part 6: Kesurupan (1)
Part 7: Kesurupan (2)
Part 8: Perkenalan (2)
Part 9: Perkenalan (3)
Part 10: Kisah memilukan (1)
Part 11: Cerita memilukan (2)
Part 12: Tentang Clara
Part 13 : Dia Yang Tak Terlihat
Part 14: Perintah Sang Guru
Part 15: Kembali Ke Padepokan
Part 16: The Secret
Part 17: Kejadian Memalukan
Part 18: Perencanaan Makrab dan Peringatan Asti
Part 19: Malam Keakraban (1)
Part 20: Malam Keakraban (2)
Part 21: Awal Petaka
Part 22: Sang Penunggu
Part 23: Kesurupan Massal
Part 24: Penegasan Hubungan
Part 25: Ketenangan Yang Mencekam
Part 26: Serangan Penghuni Batu
Part 27: Di Culik Asti
Q&A
Part 28: Pencarian
Part 29: Pernikahan Di Alam Gaib
Part 30: Rahasia Asti
Part 31: Teror Penghuni Desa
Part 32: Syukuran Yang Ternodai (1)
Part 33: Syukuran Yang Ternodai (2)
Part 34: Syukuran Yang Ternodai (last)
Part 35: Pesan Dan Salam Perpisahan
Part 36: Permintaan Eva yang Aneh
Part 37: Dia Mengintai
Part 38: Pengasih
Part 39: Kepergian Siska
Part 40: Pembalasan
Part 41: Kematian (1)
Part 42: Kematian (2)
Epilog
Praktek Lapangan
Diubah oleh kingmaestro1 02-12-2019 23:02
halloha dan 72 lainnya memberi reputasi
73
82.2K
814
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kingmaestro1
#455
Part 35: Pesan Dan Salam Perpisahan
Usai perkelahian itu, semua kembali biasa, Putra pun menepati janjinya dia mundur teratur mengejar Clara. Gangguan gaib yang kami terima juga berkurang sehingga kami bisa tenang ngejalani sisa hari di desa ini.
Pagi itu gue berolahraga ringan, kebiasaan gue saat olahraga adalah kaga pake baju, gue kaga sadar sama sekali kalo kebiasaan gue itu menjadi hal yang berbahaya di sini. Selesai olahraga gue balik badan ke arah posko cewek untuk minum.
Kaget gue, pas balik badan tu para cewek-cewek berbaris di jendela memandang gue dengan pandangan agak menjijikan, gue tegur mereka.
"Kenape kalian mandangin gue kek gitu?"
"Itu kak roti sobek elu menggoda banget" Kata Eva
"Iya kak, wah beruntung ya Clara bisa megang tu roti sobek saban hari"
"Gue pengen donk, boleh ga Ra?" Tanya Chika
"Kaga, gue jaga kaga pernah megang eh malah elu yang mau megang" Ujar Clara sewot
"Eh.. Udah lu kira badan gue barang pemda apa" Kata gue sambil ngambil baju hendak memakainya.
"Kak jangan dulu" Cegah Opy
"Kenapa?" Tanya gue heran
"Biarkan kami mencukupi asupan vitamin roti sobek"
"Gue sumpahin picek mata lu"
Gue pun berjalan masuk rumah sambil ngedumel tentang sikap mereka itu, 'dasar mesum tu anak-anak'.
Sampe dapur Clara langsung ngomong
"Ciieh, yang dikagumi banyak cewek karna bodi seksinya"
"Cemburu nih yee" Goda gue.
"Siapa yang cemburu??"
"Nyonya Ari yang cemburu" Kata gue.
"Apaan sih kak, ga lucu tau"
Gue cuma senyum aja ngeliat tingkah dia yang cemburu di hari yang masih pagi, gue peluk dia dari belakang dan meletakkan dagu gue di atas kepalanya, gue bilang ke dia
"Apa yang elu cemburuin dari gue hm? Toh gue udah jadi milik lu, ya meski baru sebatas pacar"
Clara menghentikan aktivitas memotong buah, menghela napas sebentar lalu kemudian berkata
" Iya emang, tapi banyak yang mau ama kakak, dan banyak yang siap ngerebut kakak dari Ara"
"Ya pertahanin donk"
"Percuma Ara pertahanin kalau ujung-ujungnya kakak yang milih belok"
Lagi-lagi gue tersenyum kecil mendengar curhatan itu, ternyata inilah alasan dia bersikap posesif beberapa hari ini, gue lepas pelukan itu dan memutar badannya menghadap gue.
"Denger ya, lu ga perlu khawatir ama mereka yang suka atau kaga suka ke gue, selama hati gue condong ke elu, mereka bisa apa?"
Clara ngumpetin wajahnya di dada gue, dia bicara seperti orang nangis.
"Ara cuma takut kak"
"Iya gue ngerti, gue juga takut. Sejujurnya dulu gue kaga suka ama cewek yang manja kek elu gini dek, tapi entah kenapa dengan elu gue nyaman"
"Kakak ga bakal ninggalin Ara kan?"
"Sampe elu yang ninggalin gue, gue ga bakal ninggalin elu kok gue janji untuk itu"
"Beneran kak?"
"Iya bener"
"Sun dulu kalo gitu"
Dalam hati gue berkata 'ni cewek agresif juga, ah kalau bukan karna ketulusan gue menjaga dia mungkin udah gue embat juga nih cewek, salah pilih lawan dia keknya'. Gue cuma mandangin dia sambil senyum. Yang di liatin akhirnya sewot
"Yee.. Malah di liatin, bukannya di sun" Tegurnya.
"Ntar ah gue belum mandi, keringat gue masih bau kebo hehe"
"Ntar mah kelamaan, kakak kalo mandi kaya cewek lama banget"
"Ya namanya juga ngebersihin badan, setiap inci badan ya harus di bersihin donk"
"Ayolah kak"
Akhirnya gue penuhin permintaan dia tapi cuma di pipi dan itupun secara kilat, dia mau protes tapi karna gue udah ngacir duluan terpaksa dia cuma bisa nahan gondok aja.
Karna pagi itu gue kaga ada kegiatan, gue milih untuk mencintai ruang kamar gue, sedangkan yang lain sedang ngejalanin aktivitas masing-masing. Di kamar itu gue merenungin kejadian-kejadian yang terjadi selama kurang lebih dua bulan kami di sini, gue tersentak bangun dari baring-baring itu, gue inget satu hal, gue belum minta izin ama guru gue dan menceritakan semua yang terjadi di dunia gaib bersama Asti.
Gue segera bersila dan memejamkan mata, memfokuskan pikiran ke satu titik dan menghubungi guru gue tercinta itu.
"Assalamualaikum Ayahanda"
"Waalaikumsalam Ananda"
"Ayahanda ada di padepokan?"
"Tidak ananda, ada perlu apa ananda menghubungi ayahanda?"
"Ananda ingin berbicara dengan ayahanda, kapan kita bisa bertemu ayahanda?"
"Kebetulan sekali ayahanda sekarang ada di depan ananda, bukalah mata ananda"
Gue segera membuka mata dan melihat guru gue udah berdiri di depan gue dengan senyuman yang penuh kharisma. Awalnya gue bingung bagaimana bisa guru gue berdiri di depan gue tanpa gue rasain keberadaannya, tapi akhirnya gue sadar, itu adalah salah satu ilmu guru gue yang belum di ajarin ke gue yaitu ilmu bersembunyi dalam bayangan. Ilmu itu menutupi aura keberadaan seseorang, sehingga kaga bakal bisa di rasakan auranya.
Gue segera memberikan salam penghormatan kepada guru gue yang terkasih. Setelah berbasa-basi mempersilahkan guru gue duduk dan menanyakan kabar beliau, gue ngebicarain hal yang teramat penting itu, setelah ceritanya usai guru gue berkata
"Ananda jangan khawatir, pernikahan itu tidak sah karna bukan dengan syariat agama kita dan juga karena kalian makhluk berbeda alam, meski ananda juga memiliki unsur sama dengan dia, dan soal ananda yang ingin memusnahkan dia, dalam arti kata membuat dia tidak lagi datang ke dunia ini, ayahanda merestui itu, selama ananda bisa menjaga gadis yang kini mendampingi ananda"
Tersipu gue menjawab "baik ayahanda pesan ayahanda akan ananda ingat"
"Sekarang giliran ayahanda yang menyampaikan hal kepada ananda"
"Apa itu ayahanda?"
"Pertama ayahanda sudah tua dan mungkin sebentar lagi akan menghadap yang kuasa, sebelum itu terjadi ayahanda ingin meninggalkan dua hal ke ananda dan ananda harus menerima serta menjaga nya"
"Insya allah ayahanda, selagi ananda mampu ananda akan terima apapun itu dari ayahanda"
"Baiklah yang ingin ayahanda berikan ke ananda adalah ilmu yang ayahanda pergunakan saat muncul di depan ananda, tentunya ananda sudah tau ilmu apa itu"
"Iya ayahanda ananda sudah tau"
"Sebelum ayahanda berikan ilmu itu, ayahanda peringatkan keras ke ananda ilmu itu bukan untuk di sebarluaskan penggunaannya, itulah kenapa tidak ada satu murid ayahanda yang memiliki ilmu itu"
Gue baru tahu kalau ternyata itu adalah alasannya, gue pikir tidak ada satupun saudara seperguruan gue yang punya ilmu itu karena ilmu itu terlarang untuk di pelajari dan ternyata emang iya.
"Baik ayahanda pesan ayahanda akan ananda ingat sampai mati"
"Baik ayahanda percaya ananda bisa, yang kedua adalah ayahanda akan memberikan ini" Sambil mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dengan aksen emas di pinggirnya, kotak itu cukup panjang dan punya ukiran naga di tutupnya.
Mungkin gansist semua heran kenapa kotak sebesar itu kaga keliatan ama gue waktu pertama kali guru gue datang, jawabannya karna guru gue baru ngeluarin sewaktu beliau berkata 'memberikan ini'.
"Apa itu ayahanda?"
"Bukalah ananda" Perintah guru gue.
Gue penuhi perintah itu, gue buka kotak merah tadi, ternyata di dalamnya ada sebilah pedang lengkap dengan sarungnya.
"Angkat dan lepaskan pedang itu dari sarungnya ananda" Perintah guru gue lagi.
Gue angkat dan gue lepas tu pedang dari sarungnya, itu adalah sebilah pedang bermata dua, berhulu satu dan memiliki hiasan kepala naga di ujung pegangannya, tapi ini bukan pedang naga geni 212 namanya. Pedang ini diberi nama oleh guru gue dengan nama Ragnarok. Seakan kaga percaya gue bertanya
"Benarkah ini di berikan ke ananda ayahanda?"
"Iya, karna Ragnarok sejatinya milik ananda, ayahanda hanya menyimpannya"
Gue masih merasa mimpi dengan semua ini, pedang yang selama ini selalu di jaga dan disimpan oleh guru gue adalah milik gue, gue coba nampar pipi gue dan ternyata sakit, berarti gue kaga mimpi.. Oh senangnya.
"Sedikit ayahanda perihal ragnarok yang akan ayahanda kasih tau, pedang ini jangan pernah ananda nodai dengan wanita"
"Maksud ayahanda?"
"Ayahanda tahu apa yang telah ananda perbuat dengan kekasih ananda itu"
Wajah gue segere memerah malu, ternyata guru gue udah tau, aduuh rasanya kaya gue kegap maling. Guru gue hanya tersenyum melihat wajah gue itu lalu beliau berkata lagi
"Ayahanda bukannya mau marah tentang itu, tapi hal itu jangan dilakukan dengan wanita lain, ananda sudah besar, sudah mengenal cinta-cintaan ayahanda harap ananda mengerti"
"Baik ayahanda, ananda mengerti"
"Hal kedua yang mau ayahanda sampaikan adalah, sebenarnya yang mendiami tubuh ananda bukan hanya mereka-mereka yang sudah ananda lihat, masih banyak lagi yang belum ananda ketahui cari tahulah itu dan berdamailah dengan mereka, kuasai mereka jangan sampai mereka yang menguasai ananda, dan yang bisa menyatu dengan ananda tidak hanya satu melainkan tiga, kendalikan mereka ketika mereka mencoba mengambil alih kesadaran ananda, semoga mereka bisa berguna bagi ananda"
"Baik ayahanda, akan ananda ingat hal itu"
"Dan yang terakhir yang mau ayahanda sampaikan adalah, mulai hari ini ayahanda nyatakan ananda telah selesai belajar di padepokan, tidak usah kembali ke padepokan karena sudah tidak ada lagi yang bisa ananda pelajari, carilah pengalaman hidup yang lebih lagi, jangan pergunakan kemampuan ananda hanya untuk coba-coba atau pamer, sekali ananda pamer ayahanda akan larang penggunaannya. Dan jika ada kabar apapun tentang ayahanda jangan kembali ke padepokan karena murid ayahanda yang paling cengeng adalah ananda cukup doakan ayahanda bila ayahanda telah tiada"
"Jadi ananda di usir ayahanda?"
"Bukan di usir ananda, ayahanda berkata demikian karna ananda itu lemah terhadap kehilangan, ayahanda tidak mau ananda terpuruk dalam kesedihan"
Usai berkata begitu guru gue berdiri gue pun ikut berdiri, lalu sang guru memeluk gue erat banget, seakan itu adalah pelukan perpisahan.
"Baiklah ananda ayahanda pergi sekarang assalamualaikum"
"Waalaikumsalam ayahanda, hati-hati di jalan"
Sepeninggal guru gue, tak terasa air mata gue menetes, perlahan dan kemudian menjadi tangis kesedihan, perkataan guru gue menembus ke dalam kalbu, entah kenapa gue merasa perpisahan dengan guru gue telah terjadi dan kaga bisa di elakan lagi.
Pagi itu gue berolahraga ringan, kebiasaan gue saat olahraga adalah kaga pake baju, gue kaga sadar sama sekali kalo kebiasaan gue itu menjadi hal yang berbahaya di sini. Selesai olahraga gue balik badan ke arah posko cewek untuk minum.
Kaget gue, pas balik badan tu para cewek-cewek berbaris di jendela memandang gue dengan pandangan agak menjijikan, gue tegur mereka.
"Kenape kalian mandangin gue kek gitu?"
"Itu kak roti sobek elu menggoda banget" Kata Eva
"Iya kak, wah beruntung ya Clara bisa megang tu roti sobek saban hari"
"Gue pengen donk, boleh ga Ra?" Tanya Chika
"Kaga, gue jaga kaga pernah megang eh malah elu yang mau megang" Ujar Clara sewot
"Eh.. Udah lu kira badan gue barang pemda apa" Kata gue sambil ngambil baju hendak memakainya.
"Kak jangan dulu" Cegah Opy
"Kenapa?" Tanya gue heran
"Biarkan kami mencukupi asupan vitamin roti sobek"
"Gue sumpahin picek mata lu"
Gue pun berjalan masuk rumah sambil ngedumel tentang sikap mereka itu, 'dasar mesum tu anak-anak'.
Sampe dapur Clara langsung ngomong
"Ciieh, yang dikagumi banyak cewek karna bodi seksinya"
"Cemburu nih yee" Goda gue.
"Siapa yang cemburu??"
"Nyonya Ari yang cemburu" Kata gue.
"Apaan sih kak, ga lucu tau"
Gue cuma senyum aja ngeliat tingkah dia yang cemburu di hari yang masih pagi, gue peluk dia dari belakang dan meletakkan dagu gue di atas kepalanya, gue bilang ke dia
"Apa yang elu cemburuin dari gue hm? Toh gue udah jadi milik lu, ya meski baru sebatas pacar"
Clara menghentikan aktivitas memotong buah, menghela napas sebentar lalu kemudian berkata
" Iya emang, tapi banyak yang mau ama kakak, dan banyak yang siap ngerebut kakak dari Ara"
"Ya pertahanin donk"
"Percuma Ara pertahanin kalau ujung-ujungnya kakak yang milih belok"
Lagi-lagi gue tersenyum kecil mendengar curhatan itu, ternyata inilah alasan dia bersikap posesif beberapa hari ini, gue lepas pelukan itu dan memutar badannya menghadap gue.
"Denger ya, lu ga perlu khawatir ama mereka yang suka atau kaga suka ke gue, selama hati gue condong ke elu, mereka bisa apa?"
Clara ngumpetin wajahnya di dada gue, dia bicara seperti orang nangis.
"Ara cuma takut kak"
"Iya gue ngerti, gue juga takut. Sejujurnya dulu gue kaga suka ama cewek yang manja kek elu gini dek, tapi entah kenapa dengan elu gue nyaman"
"Kakak ga bakal ninggalin Ara kan?"
"Sampe elu yang ninggalin gue, gue ga bakal ninggalin elu kok gue janji untuk itu"
"Beneran kak?"
"Iya bener"
"Sun dulu kalo gitu"
Dalam hati gue berkata 'ni cewek agresif juga, ah kalau bukan karna ketulusan gue menjaga dia mungkin udah gue embat juga nih cewek, salah pilih lawan dia keknya'. Gue cuma mandangin dia sambil senyum. Yang di liatin akhirnya sewot
"Yee.. Malah di liatin, bukannya di sun" Tegurnya.
"Ntar ah gue belum mandi, keringat gue masih bau kebo hehe"
"Ntar mah kelamaan, kakak kalo mandi kaya cewek lama banget"
"Ya namanya juga ngebersihin badan, setiap inci badan ya harus di bersihin donk"
"Ayolah kak"
Akhirnya gue penuhin permintaan dia tapi cuma di pipi dan itupun secara kilat, dia mau protes tapi karna gue udah ngacir duluan terpaksa dia cuma bisa nahan gondok aja.
Karna pagi itu gue kaga ada kegiatan, gue milih untuk mencintai ruang kamar gue, sedangkan yang lain sedang ngejalanin aktivitas masing-masing. Di kamar itu gue merenungin kejadian-kejadian yang terjadi selama kurang lebih dua bulan kami di sini, gue tersentak bangun dari baring-baring itu, gue inget satu hal, gue belum minta izin ama guru gue dan menceritakan semua yang terjadi di dunia gaib bersama Asti.
Gue segera bersila dan memejamkan mata, memfokuskan pikiran ke satu titik dan menghubungi guru gue tercinta itu.
"Assalamualaikum Ayahanda"
"Waalaikumsalam Ananda"
"Ayahanda ada di padepokan?"
"Tidak ananda, ada perlu apa ananda menghubungi ayahanda?"
"Ananda ingin berbicara dengan ayahanda, kapan kita bisa bertemu ayahanda?"
"Kebetulan sekali ayahanda sekarang ada di depan ananda, bukalah mata ananda"
Gue segera membuka mata dan melihat guru gue udah berdiri di depan gue dengan senyuman yang penuh kharisma. Awalnya gue bingung bagaimana bisa guru gue berdiri di depan gue tanpa gue rasain keberadaannya, tapi akhirnya gue sadar, itu adalah salah satu ilmu guru gue yang belum di ajarin ke gue yaitu ilmu bersembunyi dalam bayangan. Ilmu itu menutupi aura keberadaan seseorang, sehingga kaga bakal bisa di rasakan auranya.
Gue segera memberikan salam penghormatan kepada guru gue yang terkasih. Setelah berbasa-basi mempersilahkan guru gue duduk dan menanyakan kabar beliau, gue ngebicarain hal yang teramat penting itu, setelah ceritanya usai guru gue berkata
"Ananda jangan khawatir, pernikahan itu tidak sah karna bukan dengan syariat agama kita dan juga karena kalian makhluk berbeda alam, meski ananda juga memiliki unsur sama dengan dia, dan soal ananda yang ingin memusnahkan dia, dalam arti kata membuat dia tidak lagi datang ke dunia ini, ayahanda merestui itu, selama ananda bisa menjaga gadis yang kini mendampingi ananda"
Tersipu gue menjawab "baik ayahanda pesan ayahanda akan ananda ingat"
"Sekarang giliran ayahanda yang menyampaikan hal kepada ananda"
"Apa itu ayahanda?"
"Pertama ayahanda sudah tua dan mungkin sebentar lagi akan menghadap yang kuasa, sebelum itu terjadi ayahanda ingin meninggalkan dua hal ke ananda dan ananda harus menerima serta menjaga nya"
"Insya allah ayahanda, selagi ananda mampu ananda akan terima apapun itu dari ayahanda"
"Baiklah yang ingin ayahanda berikan ke ananda adalah ilmu yang ayahanda pergunakan saat muncul di depan ananda, tentunya ananda sudah tau ilmu apa itu"
"Iya ayahanda ananda sudah tau"
"Sebelum ayahanda berikan ilmu itu, ayahanda peringatkan keras ke ananda ilmu itu bukan untuk di sebarluaskan penggunaannya, itulah kenapa tidak ada satu murid ayahanda yang memiliki ilmu itu"
Gue baru tahu kalau ternyata itu adalah alasannya, gue pikir tidak ada satupun saudara seperguruan gue yang punya ilmu itu karena ilmu itu terlarang untuk di pelajari dan ternyata emang iya.
"Baik ayahanda pesan ayahanda akan ananda ingat sampai mati"
"Baik ayahanda percaya ananda bisa, yang kedua adalah ayahanda akan memberikan ini" Sambil mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dengan aksen emas di pinggirnya, kotak itu cukup panjang dan punya ukiran naga di tutupnya.
Mungkin gansist semua heran kenapa kotak sebesar itu kaga keliatan ama gue waktu pertama kali guru gue datang, jawabannya karna guru gue baru ngeluarin sewaktu beliau berkata 'memberikan ini'.
"Apa itu ayahanda?"
"Bukalah ananda" Perintah guru gue.
Gue penuhi perintah itu, gue buka kotak merah tadi, ternyata di dalamnya ada sebilah pedang lengkap dengan sarungnya.
"Angkat dan lepaskan pedang itu dari sarungnya ananda" Perintah guru gue lagi.
Gue angkat dan gue lepas tu pedang dari sarungnya, itu adalah sebilah pedang bermata dua, berhulu satu dan memiliki hiasan kepala naga di ujung pegangannya, tapi ini bukan pedang naga geni 212 namanya. Pedang ini diberi nama oleh guru gue dengan nama Ragnarok. Seakan kaga percaya gue bertanya
"Benarkah ini di berikan ke ananda ayahanda?"
"Iya, karna Ragnarok sejatinya milik ananda, ayahanda hanya menyimpannya"
Gue masih merasa mimpi dengan semua ini, pedang yang selama ini selalu di jaga dan disimpan oleh guru gue adalah milik gue, gue coba nampar pipi gue dan ternyata sakit, berarti gue kaga mimpi.. Oh senangnya.
"Sedikit ayahanda perihal ragnarok yang akan ayahanda kasih tau, pedang ini jangan pernah ananda nodai dengan wanita"
"Maksud ayahanda?"
"Ayahanda tahu apa yang telah ananda perbuat dengan kekasih ananda itu"
Wajah gue segere memerah malu, ternyata guru gue udah tau, aduuh rasanya kaya gue kegap maling. Guru gue hanya tersenyum melihat wajah gue itu lalu beliau berkata lagi
"Ayahanda bukannya mau marah tentang itu, tapi hal itu jangan dilakukan dengan wanita lain, ananda sudah besar, sudah mengenal cinta-cintaan ayahanda harap ananda mengerti"
"Baik ayahanda, ananda mengerti"
"Hal kedua yang mau ayahanda sampaikan adalah, sebenarnya yang mendiami tubuh ananda bukan hanya mereka-mereka yang sudah ananda lihat, masih banyak lagi yang belum ananda ketahui cari tahulah itu dan berdamailah dengan mereka, kuasai mereka jangan sampai mereka yang menguasai ananda, dan yang bisa menyatu dengan ananda tidak hanya satu melainkan tiga, kendalikan mereka ketika mereka mencoba mengambil alih kesadaran ananda, semoga mereka bisa berguna bagi ananda"
"Baik ayahanda, akan ananda ingat hal itu"
"Dan yang terakhir yang mau ayahanda sampaikan adalah, mulai hari ini ayahanda nyatakan ananda telah selesai belajar di padepokan, tidak usah kembali ke padepokan karena sudah tidak ada lagi yang bisa ananda pelajari, carilah pengalaman hidup yang lebih lagi, jangan pergunakan kemampuan ananda hanya untuk coba-coba atau pamer, sekali ananda pamer ayahanda akan larang penggunaannya. Dan jika ada kabar apapun tentang ayahanda jangan kembali ke padepokan karena murid ayahanda yang paling cengeng adalah ananda cukup doakan ayahanda bila ayahanda telah tiada"
"Jadi ananda di usir ayahanda?"
"Bukan di usir ananda, ayahanda berkata demikian karna ananda itu lemah terhadap kehilangan, ayahanda tidak mau ananda terpuruk dalam kesedihan"
Usai berkata begitu guru gue berdiri gue pun ikut berdiri, lalu sang guru memeluk gue erat banget, seakan itu adalah pelukan perpisahan.
"Baiklah ananda ayahanda pergi sekarang assalamualaikum"
"Waalaikumsalam ayahanda, hati-hati di jalan"
Sepeninggal guru gue, tak terasa air mata gue menetes, perlahan dan kemudian menjadi tangis kesedihan, perkataan guru gue menembus ke dalam kalbu, entah kenapa gue merasa perpisahan dengan guru gue telah terjadi dan kaga bisa di elakan lagi.
hendra024 dan 28 lainnya memberi reputasi
29