Kaskus

Story

dissymmon08Avatar border
TS
dissymmon08
AKHIR PENANTIANKU (JILID III) [18+] [TRUE STORY]
SELAMAT DATANG AGAN SISTA


Gue adalah penulis cabutan dari forum Lautan Indonesiayang dulu sempet jaya dengan cerita-cerita fanfiction-nya. Karena satu dan lain hal, gue harus pindah ke forum lain untuk menulis cerita-cerita gue. Tapi belum kunjung menemukan yang sreg. Gue pun vakum dari Tahun 2010 dan baru kembali menulis di Tahun 2019 ini dengan dukungan dari orang-orang tersayang gue.

Kali ini gue coba untuk menulis di forum Kaskusini karena rekomendasi beberapa temen gue. Semoga gue dan Kaskus berjodoh!

Mohon maaf kalo bahasa gue ada yang berantakan karena udah lama ga terbiasa nulis lagi kayak dulu. Gue lupa lagi cara mengarang cerita dan banyak cerita lama gue hangus karena PC gue kena virus.

Jadi, sebagai langkah pertama kembalinya gue ke dunia sastra ini, gue coba menulis tentang kisah cinta gue dari gue kecil hingga saat ini yang ada serunya, lucunya, absurd-nya sedihnya, nyakitinnya dan tentunya ada nyempil ++ nya juga dong, biar pengalamannya lengkap.emoticon-MaluKisah cinta yang selalu gue kenang dan inget seumur hidup gue ini karena mereka yang mengajarkan gue banyak hal tentang kehidupan dan banyak pengalaman hidup yang gue udah lalui untuk menjadi bekal gue di kehidupan gue saat ini.

“Kok langsung Jilid III?

Yap. Kalian ga salah baca judul di threadini. Gue masih nubie dan langsung bikin postingan pertama dengan judul Jilid III. Karena gue akan menceritakan cerita ini dengan alur seperti bagaimana film Star Wars diluncurkan. Gue akan mulai dengan Jilid III, Jilid IV, Jilid II, dan kemudian Jilid I. Tidak lupa akan ada side story cerita lainnya yang akan gue bikin juga rencananya, tergantung dari respon agan sista terhadap cerita gue ini.

Tapi kalo agan sista nantinya mau baca stand-alonepun gapapa, atau misalnya mau baca dari Jilid I sampai Jilid IV secara berurutan pun boleh banget. Karena cerita di sini insya Alloh akan gue bikin mudah dipahami dan ga bikin agan sista kebingungan. Insya Alloh. Manusia cuman bisa merencanakan. Hehehe.

Semoga agan sista suka! emoticon-Big Kiss


AKHIR PENANTIANKU (JILID III) [18+] [TRUE STORY]


Spoiler for INDEX:


Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for PESAN DARI HATI:


HT PERTAMA @ STORY

AKHIR PENANTIANKU (JILID III) [18+] [TRUE STORY]

HT KEDUA @ THE LOUNGE

AKHIR PENANTIANKU (JILID III) [18+] [TRUE STORY]

Alhamdulillah berkat support dari agan sista, thread ane ini jadi HT! emoticon-Malu
Terima kasih banyak ane ucapin buat agan sista yang udah setia nunggu update-an cerita-cerita ane.
Semoga tulisan ane bisa terus lebih baik dan bisa menyajikan cerita lebih seru buat dibaca agan sista!

emoticon-Peluk emoticon-2 Jempol emoticon-Kiss


Spoiler for PERATURAN:


Quote:
Diubah oleh dissymmon08 16-09-2020 10:13
deawijaya13Avatar border
irvansadiAvatar border
garingwewAvatar border
garingwew dan 55 lainnya memberi reputasi
54
135.9K
1.8K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.4KAnggota
Tampilkan semua post
dissymmon08Avatar border
TS
dissymmon08
#718
CINTAKU, F: SEBUAH KESALAHAN (PART 04)


Depi, Sinta, Dwi, dan Wulan memutuskan untuk ambil kesempatan di Kelas Percepatan itu. Sedangkan gue memilih untuk mundur, sesuai masukan (dan paksaan) dari ibuku tercinta, Bu Ratna.

Dret. Dret, Dret.

Quote:


Sebelumnya mereka ga pernah cerita apapun yang terjadi di Kelas Percepatan kayak kuliahnya gimana ataupun di kelas ada siapa aja. Ya mungkin mereka pikir buat ngejaga perasaan gue kayaknya. Tapi sebenernya ga perlu juga ada perasaan yang dijaga, hati Fani tuh harus dijaga kalo masih ada perasaan sama gue itu juga. Hmm.

Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Dan Depi bales lagi sms gue itu. Pilihannya ya handphonedia di sita karena ketauan sms gue atau handphone dia dibanting sama dia sendiri karena gue malah sms make kata ‘bangs*t’. Hahaha. Bodo amat. Yang penting, gue udah tau alesannya kenapa ada Fani dan itu cewe di Pascasarjana kemaren.

“Niat amat si anj*ng, jauh-jauh ambil S2 nya cuma buat Fani? Di Jawa botol kecap langka apa gimana?”


XOXOXO


Gue ada praktikum di Laboratorium Lingkungan milik Jurusan AB. Kali ini kami akan membahas mengenai bagaimana penanganan bahan penelitian kami kalau kami sedang di lapang nanti. Takutnya selama praktikum, praktikum lapang, dan teori berbeda dengan saat penelitian. Nah untuk itu, kami pun harus kumpul di halaman belakang Laboratorium itu. Salah satu Laboratorium yang paling gue ga suka. Hmm. Soalnya nilai gue paling mentok di B di sana, ga pernah A. Ngehe.

Semuanya berjalan dengan lancar awalnya, sampai kami semua diminta untuk coba praktek sendiri.

“Mi, gimana Bowo?” tanya Lidya sambil ngegandeng tangan gue.

“Heh, A*u! Ngapain lu nanya-nanya Bowo? Emang Bowo cerita apa sama lu?”

“Ih kasarrrr~ Padahal aku cuman nanya lho sama kamu. Nda ngatain kamu a*u.”

“Bowo ngomong apaan?” Gue agak sedikit panas dingin. Males gue kalo misalnya Bowo cerita apapun yang terjadi sebelumnya ke Lidya. Gue bener-bener berasa kegep sama emak gue beneran.

“Buruan kenapa woy!” teriak Bimo dari kejauhan. Gue dan Lidya saat itu emang lagi jalan agak jauh di belakang karena kami yang paling terakhir keluar dari laboratorium. Sedangkan anak-anak udah ada di halaman belakang.

Antara laboratorium dengan halaman belakang, kami masih harus menyusuri lorong yang bersekat tembok. Sekat-sekat tersebut sebagai batas masing-masing ruangan. Karena laboratorium kami sejajar dengan ruangan Himpro-Himpro yang ada di Fakultas C, jadi antar ruangan pun diberi sekat itu. Termasuk laboratorium.

“SANTAI AJA, BIM!” teriak gue.

“Mi… Ini tuh jendela belakang yang deket sama apaan ya?” tanya Lidya sambil mendadak ngintip jendela laboratorium yang memakai kaca semacam pake UV protectiongitu. Jujur, gue ga tau namanya. Jadi dari luar kita ga bisa liat yang di dalem, tapi yang di dalem bisa liat yang di luar dengan jelas. Inget, Lidya kepo. Even untuk hal yang ga penting kayak begini.

“Ga penting, Lid. Lagian di dalem kan lagi ada Bang Ari ngurus apaan tau. Ga enak ganggu kalo lu ngintip-ngintip begitu.” Gue berusaha narik Lidya jauh dari jendela.

Tapi ini Lidya sodara setanah air, dia ga akan berenti kalo dia belum puas dapet jawabannya. Lidya pun nempelin mukanya ke kaca dan berusaha liat di dalem itu isinya apa.

Ga berapa lama...

“DOOOORRR!”

Bener dugaan gue, Bang Ari ngagetin Lidya dari dalem jendela bikin gue dan Lidya kaget setengah mati! Gue yang berdiri di belakang Lidya pun mundur ke belakang yang kebetulan adalah tembok sekat pembatas yang gue sebut sebelumnya.

Tapi yang terjadi setelah itu pun bener-bener aneh.

BRAAAAK!

Tembok sekat itu ambruk dan full nimpa gue. FULL. NIMPA. GUE.

GUE YANG NABRAK ITU TEMBOK, KAN HARUSNYA ITU TEMBOK AMBRUK KE BELAKANG KAN? LHA INI? GUE NABRAK ITU TEMBOK, EH TEMBOKNYA MALAH AMBRUK KE DEPAN DAN NIMPA BADAN GUE. KAN ANJ*NG!

DAN YANG HARUS KALIAN TAU, LIDYA GA KENAPA-NAPA.

GUE ULANGI. LIDYA GA KENAPA-NAPA!

DIA YANG KEPO. DIA NABRAK GUE. GUE NABRAK TEMBOK. TEMBOKNYA NIMPA GUE. TAPI LIDYA GA KENAPA-NAPA?!

PERFECT!

Si kampret Lidya bukannya panik ngeliat gue kena tembok, malah sibuk ngetawain gue yang badannya dipenuhi bata merah plus baju gue pada putih-putih kena semen. Jujur, sakit banget sih. TAPI EMANG RASA MALUNYA ITU GA PERNAH SESAKIT BADAN GUE SAAT ITU! ELAAAH!

Semua orang yang ada di Laboratorium nyamperin gue.
Temen sekelas gue nyamperin gue.
Orang-orang yang ada di Himpro nyamperin gue.
Kalo ada kang bakso lewat palingan juga ikut nyamperin gue.

“AING MALU GOBL*G!” teriak gue dalem hati.

Gue liat tangan dan kaki gue luka-luka. Belum lagi baju gue jadi berdebu karena semen keringnya yang ancur. Gue yakin, entar malem pasti badan gue bengkak-bengkak ini.

“KOK BISA TEMBOK BEGITU DITABRAK SAMA ANAK SEGEDE KAMU MALAH AMBRUK SIH???” Bang Andrianto, alumni sekaligus senior kami Tahun 2002 yang sekarang menjabat sebagai laboran di Laboratorium Lingkungan pun kaget ngeliat kondisi gue yang saat itu lagi duduk di antara reruntuhan tembok. Anak-anak sekelas gue lagi pada nimbrung buat bantuin gue pindahin semua runtuhannya. Ga lupa, sambil ngetawain gue juga.

“Aku juga nda tau, Bang… Gimana ya?” Lidya ngerasa bersalah sama gue.

“Jangan pikirin temboknya…” Bang Andrianto pun ikut bantuin gue buat nyingkirin semua reruntuhannya. “Ini temen kamu bantuin dulu. Tolong sisanya siapin air hangat sama obat-obatan di laboratorium ya.”


XOXOXO


“Heh, Emi. Seumur-umur saya praktikum di sini SAMPE saya ngajar kelas kamu sore ini, baru kali ini saya liat itu tembok sekat bisa ambruk ditabrak cewe sekecil kamu!” kata Bang Andrianto sambil ngobatin luka-luka di tangan gue. Luka di kaki gue diobatin sama Lidya. Entah ada luka apa lagi di leher dan badan gue.

“Bang, kalo mau ketawain saya mah ketawa aja. Ga usah sok serius gitu.” Gumam gue cemberut.

“HAHAHA. LAGIAN, KOK AMBRUKNYA MALAH KE KAMU! HAHAHA.” Bang Andrianto PUAS BANGET ketawa di depan muka gue.

Gue cuman cemberut ngeliatin dia sama Lidya yang masih cekikikan ngetawain gue. Gue sesekali mengerang kesakitan pas mereka lagi ngobatin luka yang rada kebuka. Ini tembok coy tetep bikin sakit, bukan hati. Eaaaa. Hahaha.

“Mi, Fani gue telepon ga mau angkat-angkat nih…” kata Wulan sambil masuk ke dalem laboratorium.

“Yaudahlah, ga usah ngehubungin Fani. Dia pasti ga akan bisa.” kata gue sambil ngebenerin celana dan lengan baju gue. “Gue balik sendiri aja nanti.”

“Nanti? Kamu pulang sekarang, Mi. Dibersihin lagi di kosan. Cek lagi semuanya ada yang masih luka ga. Kalo parah ya kamu ke dokter. Sekalian ijin dulu buat besok…” kata Bang Andrianto sambil nasehatin gue.

“Saya gapapa, Bang. Santai aja…”

“Nanti malem kamu baru ngerasa apa-apanya." Bang Andrianto bantuin gue berdiri. "Terus belum malu nya. HAHAHAHAHA.” Masih usaha ngehina gue terooos.

Gue pun dibopong sama Crocodile ke depan Fakultas C. Beberapa anak Fakultas C pun ngeliatin gue, biasa lah kepo kayak orang kecelakaan di pinggir jalan. Belom lagi, ada beberapa anak kelas gue juga yang ikut anterin gue makin bikin narik perhatian orang. Gue yakin itu alesan mereka aja biar ga staydi laboratorium. Hehehe. Udah dibantuin, ga bersyukur banget yak gue.

Tintin.

Gue nengok ke arah sumber suara.

Di sana ada pemandangan ga indah banget. GUE NGELIAT ADA GAJAH NGEMPIT MIO DI SELANGKANGANNYA! BANGS*T! NYAHAHAHAHAHANJ*NG! “Eta si Bowo ngegadein CBR nya buat beli bikin rental Mio apa gimana?!” tanya gue ke Lidya yang lagi melambaikan tangan dia ke Bowo.

Bowo yang lagi naek Mio pun nyamperin kami. “Wo, nitip Emi ya. Tolong anterin ke kosannya… Kalo ternyata dia butuh ke dokter, kamu anterin juga ya?” kata Lidya pas Bowo udah deket.

Tapi gue masih berusaha nahan ketawa gegara kalo gue ketawa, perut gue yang sakit jadi makin berasa sakit banget. “Wo, emang dengkul lu ga kepentok stang? NYAHAHAHA.” kata gue. "Adududuh..." Gue pegang perut gue.

“Masih syukur gue bisa jemput lu, Su! Masih aja ngeledekin gue! Gue disuruh jemput lu make motor selain motor gue! Temen-temen gue motornya beginian semua terus mesti gimana? Elaaah.”

“Udah ah… Ayo, buruan pulang.” kata Lidya sambil bopong gue naek ke motor yang dibawa Bowo.

Tapi… Bukannya pada bantuin gue, eh anak-anak yang lagi nyaksiin kejadian ini pun malah sibuk masang tampang beg* semua. Gue tau sih apa yang ada di pikiran mereka “INI SIAPA BANGS*T???”

Pas gue udah naek di motor, Bowo langsung nyuruh gue buat meluk dia kayak biasa. Bowo pengen diliat sama orang-orang kalo dia lebih always-be-there daripada Fani…

“EMI!” teriak Radit dari kejauhan. Semua orang bingung.

Dan ya. Gue juga bingung. Kenapa yang manggil gue malah Radit?

“Radit?” tanya gue dalem hati.

Tapi ternyata gue salah. Ada Fani juga lari di belakang dia. Oh iya, Radit emang jauh lebih cepet dari Fani larinya. Makanya yang nyampe ke gue Radit duluan. Hmm. Percuma, tadi ditelepon ga diangkat. Masa sampe Bowo udah dateng kesini, dia masih belum dateng? Sekarang giliran Bowo udah mau anterin gue balik, Fani malah baru nyampe?

Jujur, saat itu sakit di badan gue dan rasa malu gue sama kejadian hari itu, kalah semua sama rasa sakit hati gue pas tau gue harus dianterin orang lain daripada Fani. Entah Fani dateng nyamperin gue itu disuruh Radit atau atas kemauan dia sendiri. Karena gue pun percaya kalo Fani bisa secuek itu.

“Gue ga mau berenti ya, Mi. Kita langsung ke kosan…” kata Bowo dan bawa pergi gue.
singgihwahyu
namikazeminati
itkgid
itkgid dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.