Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
Selamat Datang di Thread Gue 


Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2

Trit Kedua ini adalah lanjutan dari Trit Pertama gue yang berjudul Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 1 . Trit ini akan menceritakan lanjutan pengalaman gue mencari muara cinta gue. Setelah lika liku perjalanan mencari cinta gue yang berakhir secara tragis bagi gue pada masa kuliah, kali ini gue mencoba menceritakan perjalanan cinta gue ketika mulai menapaki karir di dunia kerja. Semoga Gansis sekalian bisa terhibur ya


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI GANSIS READER TRIT GUE. SEBUAH KEBAHAGIAAN BUAT GUE JIKA HASIL KARYA GUE MENDAPATKAN APRESIASI YANG LUAR BIASA SEPERTI INI DARI GANSIS SEMUANYA.


AKAN ADA SEDIKIT PERUBAHAN GAYA BAHASA YA GANSIS, DARI YANG AWALNYA MEMAKAI ANE DI TRIT PERTAMA, SEKARANG AKAN MEMAKAI GUE, KARENA KEBETULAN GUE NYAMANNYA BEGITU TERNYATA. MOHON MAAF KALAU ADA YANG KURANG NYAMAN DENGAN BAHASA SEPERTI ITU YA GANSIS


SO DITUNGGU YA UPDATENYA GANSIS, SEMOGA PADA TETAP SUKA YA DI TRIT LANJUTAN INI. TERIMA KASIH BANYAK


Spoiler for INDEX SEASON 2:


Spoiler for Anata:


Spoiler for MULUSTRASI SEASON 2:


Spoiler for Peraturan:


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:31
totok.chantenkAvatar border
al.galauwiAvatar border
nacity.ts586Avatar border
nacity.ts586 dan 78 lainnya memberi reputasi
77
292K
4.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1115
Batal Kenalan
Hari Final Ospek tinggal besok. Harmi udah ngabarin gue dari jauh-jauh hari agar gue bisa menyempatkan diri hadir disana. Gue padahal juga udah dikabarin dari Dee. Dee kala itu masih belum jadi panitia utama, melainkan panitia yang membantu operasional dari panitia utama yaitu angkatannya Diani. Angkatan Diani ini dulu juga agak nggak bener ospeknya, makanya jadi agak diawasin ketat sama angkatan Harmi yang masih ada di kampus maupun yang udah lulus. Takutnya malah makin ga beres nanti agenda ospek angkatan-angkatan dibawahnya. Sebenernya itu juga yang bikin angkatan Diani nggak beres ospeknya karena kisruh internal angkatan gue sendiri di kepanitiaan. Jadi dikampus gue itu kalau ada ospek, panitia utama adalah kakak kelas dua tahun diatas angkatan peserta, sedangkan yang satu tahun diatas peserta adalah panitia pelengkap yang tujuannya lebih ke operasional di lapangan.

Gue akhirnya numpang menginap di GMRD Regency. Gue sampai disana sekitar jam 20.00 malam dan kemudian gue berangkat lagi ke kostan Dee. Sesampainya disana, ternyata kostan sudah agak ramai dengan pria-pria pecinta wanita lainnya. Haha. Tetapi nggak nampak batang hidungnya semua ya. yah mungkin mereka sudah melakukan sesi ‘cuci keris’ di bilik-bilik ruangan yang ada didalam kostan tersebut. Gue hanya tertawa dan kemudian mengetuk pintu kostan Dee.

Nggak ada jawaban juga, akhirnya gue berinisiatif masuk kedalam dan melihat Dee sedang melaksanakan ibadahnya. Yaudah akhirnya gue rebahan aja dulu dikasur Dee yang ukurannya hanya cukup untuk satu orang itu. Kamar Dee wangi banget karena gue selalu sarankan untuk memakai pewangi ruangan. Kamar itu juga selalu rapi. Saat gue sedang tiduran sambil baca buku novel yang ada didekat kasurnya, Dee selesai ibadahnya dan membuka mukenanya. Dia Cuma pakai celana dalam dan tanpa bra. Gue bisa langsung melihat gunung kembarnya tanpa perlu memohon-mohon. Hahaha. Ah luar biasa, rejeki amat malam-malam malah dikasih pemandangan indah.

“Kenapa kamu kaget?” katanya datar.

“Ngg..nggak juga sih. Cuma kamu biasa ya pake mukena doangan gitu?” kata gue.

“Aku abis mandi tadi, terus langsung salat, jadinya lebih enak begini biar cepet kering juga badannya kan.”

“Hooo…iya iya iya…hehehe..”

“Toh juga lama kelamaan kamu juga bakal liat kan? Jadinya yaudah biasa aja aku.”

“Iya oke deh. Bebas aja Dee. Hehe. Eh kamu belum makan kan? Keluar dulu yuk kita makan?”

“Yaudah sebentar aku pake bra dulu. Eh tolong dong yank pasangin pengaitnya bantuin.” Kata Dee kemudian memunggungi gue.

“Oke beres nih.” Kata gue.

Gue kemudian iseng dan menciumi leher Dee. Dia kaget tapi malah ikutan permainan. Hanya sebentar aja gue ciumi lehernya dan kemudian gue balikkan badannya habis itu gue kecup keningnya.

“Kaget? Hehehe.” Kata gue sambil cengengesan.

“Ah kamu mah. Tapi enak juga yank. Aku baru pertama kali diciumin ditengkuk gitu. Hehe.” kata Dee.

“Yang bener kamu yank?”

“Iya beneran.”

“Aduh maafin aku yank. Maaf banget ya sayang.”

“Udah nggak apa-apa yank. Enak juga kok yank. Hehe. yaudah aku pake wangi-wangi dulu, baru kita keluar.”

“Oke Dee.”

Gue dan Dee sudah siap keluar kostan. Seperti biasa, beberapa ibu yang sedang ngobrol, entah ngobrolin apa pas udah malam gini, melihat kami turun dari lantai 2 tempat kostan berada. Nada bicara dipelankan dan sedikit berbisik. Ini adalah contoh orang munafik, sok mau ngomong keburukan orang, padahal dia sendiri sebagai istri orang ngapain juga ngerumpi malam-malam, dan ngomongin orang? Tapi kalo di konfrontasi pun percuma, karena orang-orang gini biasanya intelejensianya ya beda level sama mahasiswa. Hehe.

Sesampainya di tempat makan, gue langsung memesan makanan. Sop telor ala mahasiswa cekak di akhir bulan, rumah makan favorit Dee. Disana ternyata ada beberapa rombongan angkatan bawah Dee yang sedang makan juga. Hanya ada satu orang doang yang berani untuk menyapa gue dan Dee, namanya Herman. Anak ini penampakannya sekilas mirip dengan Krisna angkatan gue.

“Bang, Kak. Makan dulu.” Kata Herman.

“Wah iya.. iya.. siapa nama lo gue lupa bro.” kata gue.

“Herman bang.” Katanya.

“Udah sini gabung aja sama kita, ajak temen-temen lo yang lain kesini.” Kata gue.

“Ah ga apa-apa emang bang? Ntar kalo keliatan senior lain gimana?” kata Herman.

“Laaah, santai aja, ada gue disini. Senior nggak akan berani macem-macem.” Kata gue tengil.

“Haha oke deh bang.” Kata Herman.

Kemudian dia memanggil dua temannya, Irfanda dan Putra untuk gabung makan bareng sama gue dan Dee.

“Itu tuh yang namanya Irfanda. Ganteng kan?” bisik Dee.

“Oh iya juga ya. hehehe. Nggak salah selera kamu yank.” Kata gue.

“Tapi kan hati aku Cuma buat Ija seorang. Eeaaaa…” ledek Dee.

“Hahaha bisa aja lo Olivia Jensen KW…” kata gue.

“Putra Bang.” Kata Putra memperkenalkan diri.

“Irfan Bang.” Kata Irfanda memperkenalkan diri.

“Lo pada nggak kenalan sama Dee?” kata gue.

“Udah bang di kampus. Hehe. siapa yang nggak kenal Kak Dee bang? Kakak asisten baik hati.” Kata Irfan.

“Emang dia baik ya? hahaha. Kok sama gue galak ya?” ledek gue.

Dee mencubit perut gue dan itu sakit banget.

“Dia baik kok bang.” Kata Putra.

“Gitu ya? haha. Oke deh, kakak baik hati dan tidak sombong. Mau dong diajarin sama kamu.” Ledek gue ke Dee.

Anak-anak yang lagi mau ke final ospek didepan kami terlihat sangat canggung, walaupun sempat terlihat tersenyum didepan kami. Maklum lah ada senior dan alumni yang besok posisinya akan bersebrangan dengan mereka.

“Hahaha, lo pada santai aja cuy. Nggak usah tegang.”

“Iya santai aja sih..” kata Dee.

“Haha iya bang.” Kata Irfan.

Obrolan kami mengalir lancar aja setelahnya. Gue dan Dee emang sepakat nggak terlalu setuju sama ospek sebenernya. Tapi karena ada tradisi dan ini seperti harus selalu dilaksanakan yaudah mau gimana. Makanya gue bikin santai aja ini sama anak-anak yang gue aja nongkrong bareng. mereka pun akhirnya mulai biasa aja ngobrolnya. Gue lebih banyak nanya-nanya masalah keadaan kampus daripada persiapan ospek mereka.

Setelah selesai makan malam, gue diminta Dee buat nemenin dia kekampus sebentar buat persiapan. Katanya agak serem kalau jalan sendirian kekampus. Yaudah gue temenin aja dia kekampus. Dee dapat bagian publikasi dan dokumentasi atau pubdok. Jadinya menjelang persiapan ya di dokumentasikan. Tukang potret keliling dadakan. Hahaha.

“Kok serem banget ya yank?” kata dia.

“Mau nggak serem? Sini deket-deket.” Kata gue.

“Hiih itu mah maunya kamu aja deket-deket aku.”

“Ya emang maunya aku. Hehe.”

Kami berjalan dari depan gerbang kampus menuju ke gedung fakultas kami yang berada di tengah-tengah lahan kampus yang sangat luas, jadi agak berasa capek juga. Mana lumayan gelap dan udah malam. Gue dan Dee jalan berdampingan. Dee terus memegang lengan gue karena agak takut jalan di kegelapan. Apalagi banyak pohon tinggi dan berumur tua dikampus yang terus dipelihara.

Sesampainya dikampus gue langsung aneh aja sama keadaan persiapannya. Ada terlalu banyak yang miss. Gue banyak nanya gimana-gimananya, malah rata-rata panitia nggak bisa jawab yang bener. Beberapa alumni dari angkatan Keket malah akhirnya berinisiatif buat ngomel-ngomelin mereka. Gue pun jadi ikutan ngomel-ngomel karena banyak hal yang sebenernya nggak perlu dilakuin tapi dipaksa untuk dilakuin. Instruksi-instruksi nggak logis yang dibebankan ke peserta gue rasa terlalu mengada-ngada, dan kesannya jelas banget Cuma buat ngerjain adik kelas.

“Siapa yang tanggung jawab di penugasan ini?” kata gue.

“Diani bang.”

“Panggil anaknya kesini.”

“Sebentar ya bang, dia lagi nggak ada disini.”

“Lo mahasiswa udah tingkat 4 masih nggak bisa muncul inisiatifnya? Telpon kek, chat kek, kan bisa? Masa perlu banget diajarin lagi?”

“Iya bang, maaf bang…”

Setelah nggak lama ditelepon, Diani datang ke lokasi.

“Eh Kak Ija, apa kabar kak?” kata Diani.

“Lo apa-apaan nih nyuruh penugasan kayak gini? Manfaatnya apaan coba?” kata gue sedikit membentak.

“Maaf kak, tapi kan kita pingin agak beda aja.”

“Heh Diani, gue bilangin ya, ajang ospek itu buat ajang pengenalan mahasiswa baru, bukan ajang buat ngerjain orang bagi kakak kelas. Emang angkatan gue waktu ngospek lo ada kayak gini-ginian? Ospek lo aja diselametin sama dosen, karena dianggapnya udah selesai waktu itu, padahal rangkaian acaranya sama sekali belum selesai.”

“Iya kak maaf…”

“Sekarang semuanya udah terlambat, penugasan ini bakal dieksekusi besok. Liat aja semua panitia gue abisin besok kalau sampai ada kejadian yang aneh-aneh. Ngawur aja lo semua. Heran.”

“Maaf kak. Besok aku usahain nggak ada aneh-aneh.”

“Kita liat aja besok.” Kata gue.

“Dee, ayo balik!”

“Aku belum selesai, Zi.”

“Balik kata gue!”

“Kamu apa-apaan sih, Zi?”

“Ini ospek bener-bener nggak sehat banget. kacau ini. Pantesan aja itu angkatan Si Keket pada ngomel-ngomel. Nggak logis banget rangkaian
acaranya, plus penugasannya juga aneh-aneh aja lagi ah.”

“Iya tapi itu kan kesepakatan kita semua Zi.”

“Mana sosialisasinya? Aku nggak pernah tau sosialisasi kalian?”

“Kan ada undangannya.”

“Mana, kamu pubdok juga mana nggak ada pernah ngasih tau aku?”

“Itu kan udah ada bagian-bagiannya. Kok kamu jadi marah sama aku sih Zi?”

“Aku nggak marah sama kamu, tapi sama kepanitiaan ini. Gila banget, aneh-aneh aja kelakuan. Makanya udah pulang aja.”

“Nanti dulu…….”

“Aku pulang duluan kalo gitu Dee.”

“Kamu mau pulang duluan ninggalin aku gitu?”

“Makanya mau pulang nggak?”

“Mau tapi tunggu sebentar….”

“Sekarang ya sekarang aku bilang Dee.”

“Terserah kamu….”

“Yaudah aku duluan.”

Lalu gue pergi duluan dari dalam gedung fakultas. Gue sangat tidak suka dengan cara panitia memperlakukan peserta. Sangat kental dengan aroma “ngerjain” daripada memberikan manfaat yang nyata buat kedepannya. Gue berjalan pulang ke kostan Dee untuk mengambil barang yang tertinggal sebelum kembali ke GMRD Regency. GMRD Regency juga masih kosong karena penghuninya masih ada dikampus semua. Gue tunggu sebentar dikamar Dee dan gue malah ketiduran sampai pagi.

--

“Bangun Zi, kamu mau ikutan apa nggak?” bisik Dee.

“Hah, kamu ngapain disini?” kata gue.

“Laah, ini kamar aku yank.” Kata Dee.

“Diih, oh iya ya. hahaha. Duh maaf kayaknya aku ketiduran semalem ya. jam berapa sekarang ya?”

“Jam 4 subuh. Subuhan dulu gih, mumpung masih sepi tuh kamar mandinya. Sekalian aja kamu mandi. nanti perkara mau jalan belakangan
sama temen-temen seangkatan kamu ya nggak masalah.”

“Iya yaudah aku sekalian mandi aja.”

Gue kemudian pergi mandi dengan meminjam handuk Dee. Handuknya wangi banget padahal udah basah habis dipakai dia handukan setelah mandi barusan. Saat gue berjalan dilorong kostan ini gue mendengar ada dengkuran laki-laki. Gue langsung ngebatin “ah ada juga yang nginepin lakinya disini kok, jadi selow aja.”

“Aku udah mandi nih. Tapi aku nggak ada celana dalam ini yank. Gimana ya?” kata gue.

“Bolak balik aja yank. Hahaha. Kan nggak mungkin juga kamu pakai punya aku.” Kata Dee.

“Aduh Dee, kamu kan tau aku orangnya jijikan. Gimana ya enaknya ini.”

“Yaudah aku beliin deh. Didepan gang sana kan ada Alf* 24 jam tuh.”

“Hehe mau ya sayang, tolong beliin. Ntar kalo nggak pakai dalemannya kamunya malah seneng.”

“Yeee. Maunya aja diapa-apain kamu mah. Yaudah sini mana uangnya aku beliin dulu.”

Gue menyerahkan selembar uang merah dan kemudian Dee keluar kostannya. Gue menunggu dengan memakai kaos terlebih dulu, tapi gue tetap handukan menutupi si rocky. Nggak lama Dee kembali membeli satu buah celana dalam merk langganan gue yang disesuaikan juga ukurannya.

“Nah makasih ya sayang. Emang paling tau dah. Hehe.” kata gue.

“Yaudah ganti sana buruan.” Kata Dee.

“Nggak pingin liat dulu aja ini?” kata gue sambil pelan-pelan membuka handuk.

“Udah deh….” Kata Dee.

Akhirnya gue tetap membuka handuk dan kemudian memakai celana dalam.

“Yank ih keliatan semua tau.”

“Ya nggak apa-apa dong, ntar juga akrab lama-lama. Haha.”

“Kamu kepingin banget ya yank?”

“Ah biasa aja kok. Hehe.”

“Biasa aja apa mau? Hayoo. Hehe.”

“Biasa aja Dee. Tapi kalau kamu mau ya aku siap melayani. Hehe.”

Dee secara tiba-tiba memeluk gue dan langsung aja mendaratkan ciuman bertubi-tubi dibibir gue. Gue yang belum selesai mengancingkan celana panjang gue jadinya jatuh terduduk dikasur Dee. Dee terus menciumi gue dan akhirnya gue pun membalas ciuman Dee. French kiss adalah beberapa saat itu. Saat itu jadinya gue memberanikan diri untuk bergerilya. Tangan gue langsung gue arahkan ke balik kaos Dee dan dia yang kalau dulu menolak, sekarang malah diam aja sambil terus berkonsentrasi terhadap ciuman demi ciumannya dengan gue.

Gue berhasil merengkuh gunung kembar Dee sebelah kiri. Pas banget segenggaman, kencang dan sensasinya ternyata nggak kalah dahsyat dengan Keket punya yang jauh lebih besar. Aduh pagi-pagi dapet beginian itu rasanya bahagia bener. Luar biasa. Kemudian gue langsung membalikkan badan Dee dan kemudian gue pangku. Gue menciumi bagian tengkuk dan lehernya, sambil terus memegangi dan berinteraksi dengan gunung kembar Dee. Akhirnya Dee membalikkan badannya sendiri untuk kemudian berjongkok didepan gue. Si rocky udah mulai berontak aslinya. Dan benar aja, Dee akhirnya kepingin juga melihat si rocky dari dekat. Tetapi kemudian ketika dia akan menarik celana panjang gue yang belum terkancing dengan benar, gue menahannya.

“Stop Dee……”

“Kenapa yank?”

“Nanti lagi ya….oke sayang?” kata gue sambil menaikkan dagunya dan mencium lagi bibirnya.

“Kok gitu? Akunya udah mau kok yank.” Kata Dee.

“Iya nanti ya sayang.”

“Ehhm..yakin nih nggak mau?”

“Udah nggak apa-apa, nanti kamu telat yank.”

“Beneran ya? aku udah nanya-nanya sama temen aku soalnya yank. Hehehe. Dan aku kayaknya mau coba juga.”

“Nanya siapa kamu?”

“Ada lah. Nggak perlu tau juga kamu yank. Tau enaknya aja nanti ya.”

“Wah aku digodain nih jadinya?”

“Hehehe. Biar kamu seneng yank.”

“Ya pasti seneng dong Dee. Hehehe.”

“Yaudah kalau emang nggak mau, aku tahan dulu aja sayang. Hehe.”

“Ga apa-apa tahan, asal jangan kasih buat yang lain aja ya. hehe.”

“Yeee. Nggak lah Zi. Gila amat kamu.”

“Hehe.. makasih ya sayang.”

“Iya sayang. Hehe. yaudah aku jalan dulu. Kamu jangan siang-siangan banget ya nanti ke lokasi. Udah tau kan?”

“Masih sama kayak dulu kan?”

“Iya kayak final ospek aku taun lalu yank.”

“Yaudah gampang. Oke, aku lanjutin tidur dulu sebentar.”

“Oke deh siap sayang. Aku jalan dulu ya.”

Dee sekarang malah kepingin kenalan sama Rocky. Seru juga ternyata, walaupun belum di rilis resmi di depan Dee tapi sepertinya rocky bermasa depan cerah.
sampeuk
hendra024
itkgid
itkgid dan 29 lainnya memberi reputasi
28
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.