Kaskus

Story

sitinur200Avatar border
TS
sitinur200
Calon Istri Untuk Suamiku
Calon Istri Untuk Suamikusumber

Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat kejadian, alur cerita dan tokoh, itu hanya unsur ketidak sengajaan

Air mata berderai tiada henti, saat selembar kertas yang berada di telapak tanganku mengungkapkan pernyataan. Aku mandul.
Hatiku hancur, bagaikan kepingan beling yang pecah karena terbentur. Apa yang bisa kulakukan? Selain menangis, mengeluarkan segala kekecewaan melalui air mata.
Entahlah ... apa yang akan terjadi, jika nanti suamiku mengetahuinya. Mungkin ia akan merasakan hal yang sama. Kecewa.

Bagaimanapun kenyataannya, aku harus memberitahu suamiku. Mas Wawan.
Kutepis semua pikiran buruk, apapun tanggapannya harus kuterima. Sebagai wanita, aku hanya bisa pasrah dengan keadaan.

[Mas, nanti malam kita dinner, yuk!] Kuketik kata demi kata dengan tangan bergetar. Aku harus mengatakan yang sebenarnya.

[Baik, Dek. Mas kerja dulu supaya cepat pulang (emot bibir manyun)] balasnya.

Sebelum Mas Wawan sampai, aku berinisiatif untuk menyiapkan air hangat untuknya mandi. Dengan begitu, aku berharap ia sedikit merasa senang dan saat kuberitahu pernyataan pahit itu, ia tidak terlalu kecewa.

Tidak berselang lama, suara mobil melaju ke arah depan rumah. "Itu pasti Mas Wawan."

Segera kubuka pintu rumah. Senyum merekah ia tunjukkan pada, ia menghampiriku ....

"Assalamu'alaikum, Dek!" Sebelum menjawab ucapan salamnya, aku menngamit dan mencium punggung tangannya.

"Waalaikumussalam, Mas."

Apakah pantas aku dibilang egois? Semua pernyataan itu akan memudarkan senyumnya, perhatiannya dan kasih sayangnya. Rasanya aku tidak akan sanggup menghadapi semua itu.

Pikiranku berkecamuk. Coba kutepis, tapi tidak bisa. Ingin rasanya kumenangis, berteriak dan menghilang dari dunia.

"Mas, aku udah siapin air hangat buat mandi." Kusunggingkan senyum di bibir, untuk menutupi kegelisahanku.

"Makasih, ya, Dek. Kamu istri Mas yang paling perhatian. I love you ...."

'Tak kuasa menahan tangis, kupeluk erat tubuhnya. Dan aku merasakan, ungkapan cintanya begitu tulus.

"Kenapa nangis?" tanya Mas Wawan.

Tidak kujawab. Semakin erat kupeluk tubuhnya, agar ia tahu betapa besar juga rasa sayangku untuknya.
Mencari sosok seperti dia itu susah. Langka.
Mungkin hanya satu di dunia, bagiku.

"Mas bau keringat, lho, Dek. Kalau dipeluk terus, kapan mandinya?"

"Hm! Kapan lagi aku bisa peluk Mas kayak gini? Mas, kan jarang di rumah. Pulangnya malam terus." Sejurus manja kukeluarkan.

"Padahal tiap malam kamu meluk Mas terus. Gak lepas-lepas."

Jleb! Masa, sih? Aku gak pernah merasa.

"Kapan?" Pipiku terasa panas, malu. Apa tidurku senyaman itu memeluknya, sampai aku tidak ingat.

"Tiap malam, Sayang. Kamu, kan tidur. Gak bakal ingat."

"Mas ...!" Kucubit pinggangnya dan berbalik untuk menyiapkan air hangat yang mungkin sudah agak dingin karena kelamaan. Lebih tepatnya, menyembunyikan rona merah di pipi.

Pernikahanku dengan Mas Wawan masih seumur jagung, kemesraan masih sangat terjalin. Selayaknya pengantin baru pada umumnya.

Jika sedang seperti ini, semua kesedihan seketika sirna. Dan hampir saja aku melupakan rencana untuk mengatakan pernyataan dalam selembar kertas itu.

"Apa aku sembunyikan aja, ya, surat itu. Supaya Mas Wawan tidak tahu yang sebenarnya?"

Sembari menunggu Mas Wawan selesai mandi, aku sedikit berdandan di depan meja rias. Sudah sepantasnya, saat berjalan bersama suami terlihat cantik. Mencari-cari baju yang pas untuk dipakai, dapat. Gamis berwarna tosca dipadukan dengan jilbab warna senada.

Saat aku berputar-putar di depan cermin, ternyata dari lawang pintu Mas Wawan memerhatikanku. "Cantik, Dek," ucapnya.i

"Mas dari tadi liatin aku? Malu tau."

"Gak papa, Dek. Kamu, kan milik Mas segalanya."

Kalau tidak cepat dialihkan, bisa beda lagi ini ceritanya. Mendingan aku siapin baju untuk suamiku. Tapi, perutku sakit sekali ....







Spoiler for :
Diubah oleh sitinur200 07-03-2020 20:18
someshitnessAvatar border
081364246972Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
13.2K
163
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
sitinur200Avatar border
TS
sitinur200
#105
Calon Istri untuk Suamiku
kaskus-image






Benar saja, lingeri itu sudah tidak lagi ada di tempat yang pertama aku temukan. Apa mungkin Mas Wawan sudah memindahkannya?


Sebaiknya aku menanyakan ini pada suamiku. Supaya tidak terjadi fitnah di antara kami. Aku juga tidak ingin suudzon dengan suamiku sendiri.



"Del! Kalau kamu mau pulang, pulang aja. Biar nanti Mbak yang bereskan sebagian. Lagipula, ini udah mau sore, kasian kamu nanti kemaleman pulangnya," ucapku pada Delia yang masih bekerja membersihkan bekas membuat kue.

"Gak apa, Mbak. Kontrakan aku, kan dekat dari sini. Di sana juga sendirian, mendingan aku selesain kerjaan dulu baru pulang."

"Ya udah kalau begitu, Mbak tinggal ke atas dulu. Mau menyiapkan keperluan Mas Wawan."


Kutinggalkan Delia yang tengah membersihkan ruang tengah bawah. Kulihat dia dari atas, "Kamu bisa menjadi penggantiku, Del."



Mengapa aku bersikukuh mencarikan pengganti untuk suamiku sendiri? Karena, suatu saat jika aku tak ada ia akan membutuhkan seseorang yang mampu melayani semua kebutuhannya.

Yang paling utama, adalah yang bisa memberikannya sebuah kebahagiaan yang tidak bisa kuberikan padanya. Hadirnya seorang anak di antara lelahnya saat pulang bekerja mencari nafkah.

Bagiku, madu tidaklah sepahit empedu. Madu itu manis, jika kita menaburinya dengan gula-gula keikhlasan dari hati paling dalam.




Suara mobil Mas Wawan sudah terdengar di halaman rumah. Sengaja kubiarkan Delia membukakan pintu untuk suamiku.


Aku ingin memberikan kesempatan pada Mas Wawan untuk mencintai orang lain selain aku. Walaupun dirasa sulit, tapi aku harus berusaha mewujudkannya.


"Dek! Kamu sakit?" Suara yang tak asing bagiku, Mas Wawan menghampiriku yang tengah berbaring di atas tumpukan busa berbalut kain dan seprai.


"Mmmmm ... nggak, kok, Mas. Aku cuma kecapean aja, tadi banyak sekali orderan yang masuk. Maaf! Aku tidak membukakan pintu tadi."


Rasa sesal menggebu dalam kalbu, begitu bodohnya aku mempermainkan suami yang selama ini begitu mengartikanku dan tidak pernah mempermainkanku apalagi menyakitiku.


"Ya udah gak apa-apa. Kalau capek, istirahat saja dulu. Mas mau mandi, gerah udah bau keringat."


Kusemaikan senyum penuh penyesalan di sudut bibir. Menyiapkan keperluan Mas Wawan.


Kutatap pintu kamar mandi yang sedikit terbuka. Terdengar gemericik air yang membuatku ingin menangis. "Apakah aku akan rela, jika ...."


Klop!


Segera kubalikkan badan saat Mas Wawan keluar dari kamar mandi. Jangan sampai ia tahu aku memerhatikannya sedari tadi.


Tidak ada suara. Kemana Mas Wawan?


Cup!


Ciuman dengan bibir basah mendarat di pipi kananku. Tetesan air dari rambutnya membasahi wajahku yang memerah.


"Masih sore, Mas."

"Mau?" jawabnya penuh menggoda.

"Nanti, ya. Masih ada Delia."

"Lagipula, Mas udah mandi masa nanti mau mandi lagi."

"Ya sudah." Kupalingkan wajah dengan bibir mengerucut.

"Dek!"


Aku tidak menjawab. Hanya ingin tahu, apa yang akan dilakukannya.

Tangan kekar itu menarik pinggangku dari belakang. Membawanya pada pelukan hangat dada bidangnya.


"Dada ini, sanggupkan aku membaginya?"
qwaken
jiyanq
i4munited
i4munited dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.