- Beranda
- Stories from the Heart
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
...
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
Selamat Datang di Thread Gue
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/10/17/10668384_20191017013511.jpeg)
Trit Kedua ini adalah lanjutan dari Trit Pertama gue yang berjudul Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 1 . Trit ini akan menceritakan lanjutan pengalaman gue mencari muara cinta gue. Setelah lika liku perjalanan mencari cinta gue yang berakhir secara tragis bagi gue pada masa kuliah, kali ini gue mencoba menceritakan perjalanan cinta gue ketika mulai menapaki karir di dunia kerja. Semoga Gansis sekalian bisa terhibur ya
TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI GANSIS READER TRIT GUE. SEBUAH KEBAHAGIAAN BUAT GUE JIKA HASIL KARYA GUE MENDAPATKAN APRESIASI YANG LUAR BIASA SEPERTI INI DARI GANSIS SEMUANYA.
AKAN ADA SEDIKIT PERUBAHAN GAYA BAHASA YA GANSIS, DARI YANG AWALNYA MEMAKAI ANE DI TRIT PERTAMA, SEKARANG AKAN MEMAKAI GUE, KARENA KEBETULAN GUE NYAMANNYA BEGITU TERNYATA. MOHON MAAF KALAU ADA YANG KURANG NYAMAN DENGAN BAHASA SEPERTI ITU YA GANSIS
SO DITUNGGU YA UPDATENYA GANSIS, SEMOGA PADA TETAP SUKA YA DI TRIT LANJUTAN INI. TERIMA KASIH BANYAK
Spoiler for INDEX SEASON 2:
Spoiler for Anata:
Spoiler for MULUSTRASI SEASON 2:
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/10/14/10668384_20191014114347.jpg)
Desty "Dee", 99,27% mirip Olivia Jensen yang ini
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/11/22/10668384_201911220939490873.jpg)
Dee setelah kembali dengan Ija, 99,45% mirip Olivia Jensen yang ini
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/10/28/10668384_20191028112034.jpg)
Mulustrasi Anin di timeline ini, 90% mirip Beby Cesara yang ini
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/10/14/10668384_20191014115124.JPG)
Fenita, 90% mirip cewek ini, tapi Feni lebih gelap sedikit kulitnya
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/11/11/10668384_201911110606300656.jpg)
Mulustrasi Keket di timeline ini, 97% seperti ini
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/11/11/10668384_201911110604200062.png)
Mulustrasi Nurul, 96,5% mirip cewek ini
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/11/11/10668384_20191111104352.png)
Mulustrasi Anis, 85% mirip, tapi mata Anis lebih kecil
![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/11/15/10668384_201911150929400139.jpg)
Mulustrasi Dwina, 98,66% mirip, tapi Dwina tinggi kurus langsing![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/11/21/10668384_20191121034246.jpg)
Mulustrasi Rinda, 85% mirip cewek ini, baik badan maupun mukanya![Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2](https://s.kaskus.id/images/2019/11/15/10668384_201911150931430039.png)
Mulustrasi Dinar, 99,17% mirip, tapi Dinar tinggi semampai dan matanya lebih lebar
Spoiler for Peraturan:
1. Dilarang memberikan komentar yang mengandung kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA)
2. Nama dan tempat kejadian akan ada yang disamarkan
3. Jika mengetahui ciri-ciri tokoh atau tempat yang ada mohon disimpan dalam hati saja, karena menyangkut privasi.
4. Update cerita akan diusahakan secepatnya, bergantung pada kesibukan TS di RL
5. Sudah diberi label 18+ maka agar menjadi perhatian kepada para pembaca disini untuk lebih bijak ya dalam berkomentar maupun menebak arah cerita
6. Jika ada sisi positif, maka seraplah ia sehingga menjadi manfaat, jika ada yang negatif, buanglah jauh-jauh agar tidak menjadi luka di kemudian hari
7. Beberapa konten sensitif bukan bermaksud SARA, menghina ataupun melecehkan, hanya mengikuti alur cerita nyata, apa adanya.
8. Jika puas dengan cerita ini, bisa dong untuk memberikan rate
serta apresiasi cendol 
9. Happy reading gan Sis
2. Nama dan tempat kejadian akan ada yang disamarkan
3. Jika mengetahui ciri-ciri tokoh atau tempat yang ada mohon disimpan dalam hati saja, karena menyangkut privasi.
4. Update cerita akan diusahakan secepatnya, bergantung pada kesibukan TS di RL
5. Sudah diberi label 18+ maka agar menjadi perhatian kepada para pembaca disini untuk lebih bijak ya dalam berkomentar maupun menebak arah cerita
6. Jika ada sisi positif, maka seraplah ia sehingga menjadi manfaat, jika ada yang negatif, buanglah jauh-jauh agar tidak menjadi luka di kemudian hari
7. Beberapa konten sensitif bukan bermaksud SARA, menghina ataupun melecehkan, hanya mengikuti alur cerita nyata, apa adanya.
8. Jika puas dengan cerita ini, bisa dong untuk memberikan rate
serta apresiasi cendol 9. Happy reading gan Sis
Quote:
Quote:
Quote:
Original Posted By yanagi92055►
P E N J E L A S A N
Pagi ini, gue mendapatkan sebuah PM dari pembaca gue (privasi aman). Dia memberitahu jika dia menyenangi tulisan gue, yang dibaca melalui media sosial lain. Sampai pada akhirnya dia menghubungi gue via PM di Kaskus (terima kasih banyak informasinya ya 
) Sungguh Tuhan sangat baik pada gue dengan mengirimkan informasi melalui orang ini.
Dari situ gue baru tau kalau ternyata beberapa waktu ini, hampir seluruh tulisan gue terkait dengan Muara Sebuah Pencarian, di-screenshoot dan kemudian di-re-upload di akun media sosial lainnya. TANPA IZIN. Karena selama ini, gue nggak pernah mendapatkan notifikasi, PM atau informasi lainnya terkait dengan urusan meminta izin ke gue untuk melakukan re-upload atau re-post tulisan-tulisan gue di forum, blog atau media sosial manapun. Gue dari awal memang tidak ada rencana untuk memberikan izin kepada siapapun terkait hal tersebut.
Gue juga menemukan tulisan / trit lain yang juga ada di SFTH Kaskus ini di-screenshoot dan di-re-upload oleh uploader-uploader tersebut. Entah apakah dia izin terlebih dahulu atau tidak, gue nggak mengetahui. Walaupun gue berterima kasih kepada mereka karena pada akhirnya orang lain diluar Kaskus mengetahui ada tulisan gue.
Tapi, nggak gitu cara mainnya!
Gue ulangi lagi, kalau gue HANYA membuat tulisan atau cerita di subforum SFTH KASKUS, tidak dimana-mana lagi.
Ada lagi yang lebih tidak ada akhlaknya yang gue temuin sendiri. Ada uploader lainnya yang meng-copy SELURUH TULISAN gue, dan meng-upload kembali seluruh cerita gue dalam bentuk MS WORD (360an halaman kalau nggak salah totalnya) disebuah situs berlangganan yang mana ada syarat dan ketentuan tertentu jika ingin men-download konten yang ada. Gue pribadi ga bisa langsung men-download file tersebut. Gue loh. si empunya cerita sendiri. Gue sampai harus membayar atau gue harus melakukan beberapa langkah sesuai syarat dan ketentuan yang ada di situs tersebut.
Entah apa kepentingan uploader-uploader ini sampai dia melakukan hal tersebut, yang pasti gue TIDAK PERNAH MEMBERIKAN IZIN. Ada alasan tersendiri kenapa gue hanya menuliskan cerita gue ini di SFTH Kaskus.
Jujur aja, gue sangat KECEWA dengan hal tersebut. Gue yakin, seluruh TS di Kaskus, Penulis, Musisi, Pelukis, dan semua orang yang telah menghasilkan karya cipta pun, akan merasakan kekecewaan yang sama dengan gue ketika mengetahui hal ini terjadi pada karyanya. Membuat sebuah karya orisinil itu menurut pengalaman gue, tidaklah mudah. Butuh keberanian, butuh waktu, butuh tenaga, butuh pikiran, yang semuanya jika di konversi menjadi uang atau keuntungan lainnya, akan sangat besar nilainya.
Gue mengerti ini adalah forum bebas, dan semuanya gratis. Tapi bukan berarti apa yang sudah dituliskan dan dihasilkan disini dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan pihak-pihak tertentu yang pada akhirnya merugikan para pembuat karya, salah satunya gue. Gue coba berikan contoh kasus yang belum lama ini terjadi terkait dengan Bung Fiersa Besari.
Disini intinya adalah, para re-uploaderberhasil menggaet banyak followers yang tentunya akan menaikkan engagement mereka dimedia sosial, dan worst thing, menarik keuntungan dari banyaknya pengikut-pengikut atau pembaca-pembaca akun tersebut. Sementara yang punya karya tidak dapat apapun, selain exposure. Gue nggak mau suudzon dulu dengan para re-uploader ini (melihat apa yang terjadi dengan Fiersa). Tapi gue tidak mengharapkan karya gue dimanfaatkan untuk keuntungan orang lain yang tidak berpikir, tidak berani, tidak mengorbankan waktu, dan tidak membuang tenaga, sementara gue (dan juga penghasil karya lainnya) jungkir balik untuk menyajikan sebuah karya yang layak untuk dinikmati banyak orang.
Terkait dengan urusan pengambilan konten orang, mungkin referensi dari Youtube-nya Pandji Pragiwaksono ini bisa jadi acuan atau minimal menambah pengetahuan terkait dengan betapa berharganya sebuah karya bagi kreatornya. Lebay? Ya mungkin. Tapi gue berhak menentukan apapun terkait dengan hasil karya gue.
Untuk para re-uploader, re-shareratau sejenisnya, gue mohon pesan ini dibaca, dipahami dan direnungkan. Tentunya, gue meminta untuk konten-konten yang anda sajikan di akun anda, yang ada tulisan-tulisan dari gue-nya, segera di TAKE DOWN.
Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk menghargai hasil karya orang lain.
) Sungguh Tuhan sangat baik pada gue dengan mengirimkan informasi melalui orang ini.Dari situ gue baru tau kalau ternyata beberapa waktu ini, hampir seluruh tulisan gue terkait dengan Muara Sebuah Pencarian, di-screenshoot dan kemudian di-re-upload di akun media sosial lainnya. TANPA IZIN. Karena selama ini, gue nggak pernah mendapatkan notifikasi, PM atau informasi lainnya terkait dengan urusan meminta izin ke gue untuk melakukan re-upload atau re-post tulisan-tulisan gue di forum, blog atau media sosial manapun. Gue dari awal memang tidak ada rencana untuk memberikan izin kepada siapapun terkait hal tersebut.
Gue juga menemukan tulisan / trit lain yang juga ada di SFTH Kaskus ini di-screenshoot dan di-re-upload oleh uploader-uploader tersebut. Entah apakah dia izin terlebih dahulu atau tidak, gue nggak mengetahui. Walaupun gue berterima kasih kepada mereka karena pada akhirnya orang lain diluar Kaskus mengetahui ada tulisan gue.
Tapi, nggak gitu cara mainnya!
Gue ulangi lagi, kalau gue HANYA membuat tulisan atau cerita di subforum SFTH KASKUS, tidak dimana-mana lagi.
Ada lagi yang lebih tidak ada akhlaknya yang gue temuin sendiri. Ada uploader lainnya yang meng-copy SELURUH TULISAN gue, dan meng-upload kembali seluruh cerita gue dalam bentuk MS WORD (360an halaman kalau nggak salah totalnya) disebuah situs berlangganan yang mana ada syarat dan ketentuan tertentu jika ingin men-download konten yang ada. Gue pribadi ga bisa langsung men-download file tersebut. Gue loh. si empunya cerita sendiri. Gue sampai harus membayar atau gue harus melakukan beberapa langkah sesuai syarat dan ketentuan yang ada di situs tersebut.
Entah apa kepentingan uploader-uploader ini sampai dia melakukan hal tersebut, yang pasti gue TIDAK PERNAH MEMBERIKAN IZIN. Ada alasan tersendiri kenapa gue hanya menuliskan cerita gue ini di SFTH Kaskus.
Jujur aja, gue sangat KECEWA dengan hal tersebut. Gue yakin, seluruh TS di Kaskus, Penulis, Musisi, Pelukis, dan semua orang yang telah menghasilkan karya cipta pun, akan merasakan kekecewaan yang sama dengan gue ketika mengetahui hal ini terjadi pada karyanya. Membuat sebuah karya orisinil itu menurut pengalaman gue, tidaklah mudah. Butuh keberanian, butuh waktu, butuh tenaga, butuh pikiran, yang semuanya jika di konversi menjadi uang atau keuntungan lainnya, akan sangat besar nilainya.
Gue mengerti ini adalah forum bebas, dan semuanya gratis. Tapi bukan berarti apa yang sudah dituliskan dan dihasilkan disini dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan pihak-pihak tertentu yang pada akhirnya merugikan para pembuat karya, salah satunya gue. Gue coba berikan contoh kasus yang belum lama ini terjadi terkait dengan Bung Fiersa Besari.
Disini intinya adalah, para re-uploaderberhasil menggaet banyak followers yang tentunya akan menaikkan engagement mereka dimedia sosial, dan worst thing, menarik keuntungan dari banyaknya pengikut-pengikut atau pembaca-pembaca akun tersebut. Sementara yang punya karya tidak dapat apapun, selain exposure. Gue nggak mau suudzon dulu dengan para re-uploader ini (melihat apa yang terjadi dengan Fiersa). Tapi gue tidak mengharapkan karya gue dimanfaatkan untuk keuntungan orang lain yang tidak berpikir, tidak berani, tidak mengorbankan waktu, dan tidak membuang tenaga, sementara gue (dan juga penghasil karya lainnya) jungkir balik untuk menyajikan sebuah karya yang layak untuk dinikmati banyak orang.
Terkait dengan urusan pengambilan konten orang, mungkin referensi dari Youtube-nya Pandji Pragiwaksono ini bisa jadi acuan atau minimal menambah pengetahuan terkait dengan betapa berharganya sebuah karya bagi kreatornya. Lebay? Ya mungkin. Tapi gue berhak menentukan apapun terkait dengan hasil karya gue.
Untuk para re-uploader, re-shareratau sejenisnya, gue mohon pesan ini dibaca, dipahami dan direnungkan. Tentunya, gue meminta untuk konten-konten yang anda sajikan di akun anda, yang ada tulisan-tulisan dari gue-nya, segera di TAKE DOWN.
Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk menghargai hasil karya orang lain.
Quote:
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:31
nacity.ts586 dan 78 lainnya memberi reputasi
77
292K
4.2K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#149
Nyaris Aja
Kehidupan gue setelah vakumnya band itu mulai membosankan. Gue hanya kerja, kemudian pulang lagi, kerja lagi, pulang lagi. Gitu-gitu aja. Bosen banget. Gue juga belum nemu banget kliknya dengan Dee.
Walaupun gue udah semakin sayang sama dia. Dee begitu menyenangkan dan mulai tau kebiasaan gue. Kalau gue udah chat dengan nada nggak enak itu tandanya gue bete dikantor, dan entah gimana, dia selalu bisa ngehibur gue. Dia juga ngabarin kalau ospeknya akan difinalin pas Bulan Juni ini.
“To, katanya final ospek jurusan kita bulan juni ini bener?” kata ane menelpon Tanto.
“Ho oh katanya. Mau dateng nggak lo?” kata Tanto.
“Ayo aja gue mah, sekalian kumpul-kumpul lagi, sejak semester 8 kan kita udah jarang banget barengan sama anak-anak sekelas.”
“Yaudah bikin pengumuman deh.”
“Oke ntar coba gue konfirmasi dulu sama anak-anak yang masih dikampus ya.”
Lalu ane langsung kepikiran sama Diani. Ane meneleponnya pas istirahat makan siang sebelum keluar bareng sama Fenita.
“Di, apa kabar?”
“Eh, Kak Ija. Alhamdulillah baik kak. Kakak apa kabar?”
“Baik Alhamdulillah. Eh gue mau nanya soal ospek dong Di.”
“Iya kak, mau nanya apaan?”
“Katanya Finalnya ada di bulan Juni ini. Abis UAS bener?”
“Iya kak bener. Angkatan lo mau dateng ya?”
“Nggak tau sih mau banyak yang dateng atau nggak, yang jelas gue sih mau dateng, kangen juga sama suasana kampus. Gue suka kesana tapi nggak masuk kampusnya. Haha.”
“Loh kakak suka kesini? Kok nggak bilang-bilang kak?”
“ehhmm.. nggak sering-sering juga sih Di. Haha.”
“Yah kakak mah gitu rahasia-rahasiaan. Hehe.”
“Kan ga sering Di, itu juga sebentar doang. Hehe. eh tapi bener ya? kalo iya gue mau coba ajak anak-anak angkatan gue buat dateng nih. Mayan kan ngeramein pos alumni. Haha.”
“Haha iya Kak. Angkatannya Kak Benu juga pada mau dateng.”
“Benu? Sejak kapan lo kenal Benu? Hahaha.”
“Ya kan Kak Benu ada dikampus terus kak, jadi laboran dia sekarang.”
“Oh si Benu jadi penjaga lab. Hahaha.”
“Laboran kak. Haha. Tega amat masa jagain doang.”
“Yah sama aja lah. Hahaha. Yaudah makasih ya Di. Ntar detailnya chat gue ya Di.”
“Oke kak. Nanti aku chat ke kakak.”
“Makasih ya Di.”
Setelah menelpon Diani, ane yang udah ditunggu oleh Feni kemudian jalan keluar kantor. Kami makan disebuah rumah makan kecil yang rasa masakannya itu masakan rumahan banget. Enak dan murah lagi kan.
Apalagi buat pegawai-pegawai kere kayak kami waktu itu.
Kerja diibukota apa-apa mahal. Gue sempat kaget dengan perubahan harga yang biasanya dulu dikampus sekali makan siang nggak lebih dari 15 ribu, sekarang 15 ribu itu minimal banget. Haha.
“Ja, enak banget ya makanan ini. Murah lagi.”
“Ho oh Fen. Kenapa baru ngeh ya kita selama ini? Haha.”
“Tau nih. Haha. Eh Ja, gue lagi suntuk banget deh. Weekend cabut yuk?”
“Suntuk kenapa lo? Bosen ketemu gue? haha. Bisa sih, tapi gue coba omongin sama Dee dulu ya.”
“Kalo bosen ngapain gue ngajak lo. haha. Yaelah pake diomongin segala. Lo kayak nggak punya pendirian aja deh.”
“Yee, bukan gitu Fen, gue kan rutinitasnya weekend ketemu dia, karena emang bisa ketemunya sabtu minggu doang. Terus sekarang tiba-tiba nggak bisa kan aneh Fen.”
“Haha, udahlah, lo langsung aja cabut, bilang aja lo mau ada acara kantor kan beres.”
“Bisa sih. Yaudah ntar pokoknya gue atur. Lo mau kemana emangnya?”
“Gue mau ke pantai Ja.”
“Pantai? Ke ancol aja yuk?”
“Hiiiiih..norak lo. masa ke ancol? Apa yang mau dinikmatin item gitu air dan pasirnya.”
“Haha becanda gue Fen. Ke Anyer aja mau nggak?”
“Hmmm boleh aja. Bisa tuh.”
“PP aja ya, subuh pergi, sore pulang.”
“Yah, capek kali Ja. apaan dah. Nginep aja. Cari penginapan disana.”
“Diiih. Mau banget lo nginep sama gue?”
“Yah daripada gue sendirian. Haha.”
“Haha. Fen, ntar lo gue apa-apain mau lo?”
“Awas lo ya ngapa-ngapain gue. hehe.”
“Makanya, nggak usah nginep.”
“Nginep Ija.”
“Yaudah Nginep. Ntar lo coba browsing dulu ya. Gue abis ini mau cabut, ada kerjaan lapang nih.”
“Oh iya? Yaudah deh ntar gue coba browsing ya.”
--
Waktu kerja sudah hampir selesai, mendekati jam 17.00, Feni tiba-tiba nyamperin meja gue. gue waktu itu mejanya masih share sama beberapa orang. Berhadapan gitu lah. Terus sebelah-sebelah gue juga ada orang.
“Abis ini lo mau kemana?” katanya tiba-tiba.
“Nggak kemana-mana, gue aja baru pulang abis dari lapang tadi.” kata gue.
“Hmm..mau nonton nggak?”
“Nonton bioskop?”
“Iya…mau nggak?”
“Nggak apa-apa sih. Ayo aja.”
“Yaudah abis ini ya, sebentar lagi kan kita pulang nih.”
“Oke deh Fen. Paling gue ganti baju dulu ya ntar, mampir kekostan bentar.”
“Oke Ija. Ntar kita bareng deh dari sininya kekostan lo ya.”
Gue Cuma senyumin aja. Gue tau ada beberapa teman gue yang lebih tua sedikit dari gue dan beberapa bapak yang kepoin gue.
“Beuh, sama-sama anak baru akrabnya cepet bener Ja.” kata Marwan.
“Iya nih, kita nggak kebagian. Haha.” Ledek Pak Bahrun.
“Ja, gimana caranya biar Feni bisa deket sama kita juga? Dia kan yang bening diantara cewek-cewek yang ada disini. Dari 5 orang cewek, 2 doang yang muda, si Feni sama si Ratna.” Sahut Erik.
“Haduh apaan sih kalian ini. Haha. Gue sama Feni itu temenan doang, dan emang asyik aja diajak ngobrol. Kalo kalian mau deket sama dia, ya bikin asyik ngobrolnya. Hahaha.” Kata gue merasa menang.
“Nah itu, ngobrol asyik gue udah pernah coba, malah dikata sok asik sama dia.” Ujar Marwan.
“Hooh, kalau sama saya, malah Cuma cengar cengir doang dia.” Tambah Pak Bahrun.
“Apalagi gue, udah pendek, dekil lagi, nggak akan diliat sama dia.” Kata Erik.
“Yaaah, itu berarti amal ibadah bro-bro semua disini yang kurang. Hahaha.”
Lalu semua pada tertawa. Empat orang inilah selain Feni yang dekat dengan ane dikantor. Sebenernya ada general manager yang dekat dengan gue, bahkan sudah tau gue dari kecil. Dia baru aja dipindahtugaskan dari kantor Papa yang utama ke kantor ini.
Pada saat perkenalannya dia sempat kaget liat gue, tapi tetap tenang. Dia baru aja masuk senin kemarin. Namanya Mas Sigit. Mas Sigit, atau dulu gue nyebutnya Om Sigit waktu kecil, sebenernya dia nggak terlalu tua, Cuma lumayan jauh beda umurnya sama gue.
Waktu kerja sudah selesai, akhirnya gue dan Feni balik dari kantor barengan dan lumayan mencuri perhatian. Bodo amat. Haha. Soalnya biasanya gue dan Feni selalu sendiri-sendiri kalau keluar dari kantor, mau pulang kantor atau keluar makan siang. Baru pas diluar barengan. Ini semua demi kemaslahatan. Takut dikantor pada ngomongin. Dan bener aja baru liat gue keluar dari kantor barengan Feni, orang pada rame.
“Ja orang-orang pada heboh tuh.” Kata Feni.
“Biarin aja lah Fen. Haha.” Kata gue.
“Banyak gosip nih ntar, males gue.”
“Ya biarin aja, toh gue sama lo nggak ada apa-apa kan.”
Feni diam aja sambil melihat kebelakang, kearah gedung kantor. Feni semakin mendapatkan popularitas karena langkanya makhluk betina muda dan cihuy dikantor gue. Haha. Udah gitu anaknya kan supel, jadi gampang bikin lawan jenis jatuh hati. Termasuk gue.
Walaupun gue udah mulai besar sayangnya sama Dee, gue masih jatuh hati sama Feni. Walaupun udah nggak kayak waktu pertama kali gue kenal dia.
“Masuk dulu yuk Fen.”
“Oke Ja. Duh gue selalu seneng deh kalau kekostan lo ini, rapi banget Ja. Mana selalu wangi lagi. Lo nggak ngerokok sih ya, makanya jadi rapi tu kostan ini ga ada bekas abu rokok berantakan dimana-mana.”
“Iya dong, kebersihan kan sebagian dari iman, dan gue praktekin. Daripada orang-orang yang suka teriak-teriak beriman dan ngejudge orang sembarangan, tapi sendirinya jorok, bau badan karena ga pake wangi-wangian, dan kalau ibadah kadang pake baju yang udah dipake seharian dengan alasan masih bersih. Ya elaaaah.” tiba-tiba gue nyaut begitu aja.
“Huss jangan kayak gitu, gue biar kata nggak pernah salat juga kalau ngata-ngatain kayak gitu mikir juga Ja.”
“Gue nggak ngatain, gue bicara fakta Fen. Dikampus gue banyak tuh yang kayak gitu, bahkan musola dikampus gue banyak yang bau kaki, sajadahnya juga bau apek. Anjir amat. Kayak gitu yang mau diajak jadi mualaf bisa-bisa mikir dua kali kan Fen.”
“Hmmm..ada benernya juga sih. Tapi yaudah ya jangan ngomongin kayak ginian lagi, males gue dengernya kalau lo ngomong soal ginian. Haha.”
“Haha ya kan gue emang bacot orangnya Fen. Mau gimana.”
“Udeeeeh sono ganti baju.”
Gue mengganti baju didepan Feni dan nggak ada reaksi berlebihan. Pas ganti celana baru dia rada teriak. Haha.
“Eeeh, lo nggak berasa ada gue disini?”
“Haha ya berasa, tapi gimana? Mau lo liat kemanapun tetep keliatan, ruangan ini kan kecil. Haha.”
“Bodo amat Ja.” Katanya ketus lalu berbalik badan.
Setelah selesai, gue memakai kaos warna merah, topi, kacamata minus dan juga celana pendek selutut. Gaya kaosan dan celana selutut serta bertopi ini gue tiru dari Papa. Gue pun entah kenapa nyaman banget dengan gaya seperti ini sampai sekarang. Bedanya kadang pakai topi, kadang nggak kalau sekarang. Semprotan parfum membuat kamar gue menjadi semakin wangi. Lalu gue dan Feni siap untuk nonton.
“Yuk. Gue udah keren kan?”
“haha iya, lo makin muda aja, berasa masih kuliah. Haha. Berasa jalan sama brondong gue.”
“Jadi lo merasa tua? Hahaha.”
“Heh, gue masih muda tauk. Cuma gue pakai setelan ngantor gini aja.”
“Iya jadi keliatan tua. Hahaha.”
“Ijaaaa…..” Feni kemudian mencubit perut gue kenceng banget.
“Kebiasaan ya, orang pendek kalau nyubit nyelekit banget anjir.”
“bodo amat. Gue nggak tua pokoknya.”
“Yaudah pake kaos gue, kaos gue kan pada ngepas dibadan, pasti juga nggak akan kegedean di lo.”
“Beneran ga apa-apa gue minjem kaos lo?”
“yaelah santai aja Fen. Tuh lo pilih aja.” Gue nunjuk lemari kecil tempat gue menyimpan pakaian.
“Gue pinjem kamar mandi lo.” Katanya.
“Silakan. Tapi apa nggak disini aja? Biar gue bisa liat.”
“jangan ntar lo ngac*ng.” katanya santai.
“Haha anjir bocor juga lo Fen.”
Dia pun masuk ke kamar mandi. Setelah keluar, gue melihat dia memakai kaos yang sangat memiliki memori. Plus dia jadi keliatan makin cakep.
Kaos ini adalah kaos couple yang gue beli buat samaan sama Keket *alay banget*. Dan gue langsung melihat sosok Keket didepan gue. Yang membuat gue sadar itu bukan Keket adalah tinggi badannya. Keket masa iya jadi bantet. Haha.
“Kok pas banget Ket?” gue nyeletuk.
“Hah? Ket? Siapa tuh?” kata Feni.
“Eeeh..maksud gue Fen. Haha. Sori.”
“Hmmm gue tau, ini pasti baju ada kenangannya dengan mantan lo.”
“Hehe iya, tau aja lo. Eh udah yuk, ntar kemaleman.”
“Kalo kemaleman tinggal nginep disini aja gue, susah banget si lo mikirnya Ja.”
“Haha, gue peringatin, kalau lo nginep disini, lo ga akan selamet. Pasti gue apa-apain.”
“Gue bisa tahan kok. Tenang aja.” Ujar Feni serius.
“Nggak yakin gue. Hehe.”
“Udah yuk ah. Ngobrol mulu.”
Kami berangkat ke bioskop salah satu mall dekat sana. Sebelumnya kami makan dulu ngisi perut. Mall itu ramai banget, maklum diakhir bulan kan udah pada gajian tuh ya, termasuk gue. Hehe. Setelah makan dan ngobrol ringan di resto buat ngabisin waktu, kami beranjak ke dalam bioskop. Cukup rame karena emang filmnya juga hits waktu itu.
Kami emang akhirnya pulang malem banget dan Feni memutuskan untuk bermalam di kostan gue. Yaudah nggak masalah sih gue juga. Dia juga meminjam kaos tidur gue yang bikin adem. Dia juga minjem celana pendek gue.
Uniknya, dia ternyata bawa kosmetik untuk perawatan malam hari, katanya kebiasaan bawa kosmetik kayak gitu kemana-mana. Jangan-jangan emang sengaja ini. Haha.
“Ja kasur lo nyaman banget ya.” Katanya singkat sambil tiduran dikasur gue.
Walaupun gue udah semakin sayang sama dia. Dee begitu menyenangkan dan mulai tau kebiasaan gue. Kalau gue udah chat dengan nada nggak enak itu tandanya gue bete dikantor, dan entah gimana, dia selalu bisa ngehibur gue. Dia juga ngabarin kalau ospeknya akan difinalin pas Bulan Juni ini.
“To, katanya final ospek jurusan kita bulan juni ini bener?” kata ane menelpon Tanto.
“Ho oh katanya. Mau dateng nggak lo?” kata Tanto.
“Ayo aja gue mah, sekalian kumpul-kumpul lagi, sejak semester 8 kan kita udah jarang banget barengan sama anak-anak sekelas.”
“Yaudah bikin pengumuman deh.”
“Oke ntar coba gue konfirmasi dulu sama anak-anak yang masih dikampus ya.”
Lalu ane langsung kepikiran sama Diani. Ane meneleponnya pas istirahat makan siang sebelum keluar bareng sama Fenita.
“Di, apa kabar?”
“Eh, Kak Ija. Alhamdulillah baik kak. Kakak apa kabar?”
“Baik Alhamdulillah. Eh gue mau nanya soal ospek dong Di.”
“Iya kak, mau nanya apaan?”
“Katanya Finalnya ada di bulan Juni ini. Abis UAS bener?”
“Iya kak bener. Angkatan lo mau dateng ya?”
“Nggak tau sih mau banyak yang dateng atau nggak, yang jelas gue sih mau dateng, kangen juga sama suasana kampus. Gue suka kesana tapi nggak masuk kampusnya. Haha.”
“Loh kakak suka kesini? Kok nggak bilang-bilang kak?”
“ehhmm.. nggak sering-sering juga sih Di. Haha.”
“Yah kakak mah gitu rahasia-rahasiaan. Hehe.”
“Kan ga sering Di, itu juga sebentar doang. Hehe. eh tapi bener ya? kalo iya gue mau coba ajak anak-anak angkatan gue buat dateng nih. Mayan kan ngeramein pos alumni. Haha.”
“Haha iya Kak. Angkatannya Kak Benu juga pada mau dateng.”
“Benu? Sejak kapan lo kenal Benu? Hahaha.”
“Ya kan Kak Benu ada dikampus terus kak, jadi laboran dia sekarang.”
“Oh si Benu jadi penjaga lab. Hahaha.”
“Laboran kak. Haha. Tega amat masa jagain doang.”
“Yah sama aja lah. Hahaha. Yaudah makasih ya Di. Ntar detailnya chat gue ya Di.”
“Oke kak. Nanti aku chat ke kakak.”
“Makasih ya Di.”
Setelah menelpon Diani, ane yang udah ditunggu oleh Feni kemudian jalan keluar kantor. Kami makan disebuah rumah makan kecil yang rasa masakannya itu masakan rumahan banget. Enak dan murah lagi kan.
Apalagi buat pegawai-pegawai kere kayak kami waktu itu.
Kerja diibukota apa-apa mahal. Gue sempat kaget dengan perubahan harga yang biasanya dulu dikampus sekali makan siang nggak lebih dari 15 ribu, sekarang 15 ribu itu minimal banget. Haha.
“Ja, enak banget ya makanan ini. Murah lagi.”
“Ho oh Fen. Kenapa baru ngeh ya kita selama ini? Haha.”
“Tau nih. Haha. Eh Ja, gue lagi suntuk banget deh. Weekend cabut yuk?”
“Suntuk kenapa lo? Bosen ketemu gue? haha. Bisa sih, tapi gue coba omongin sama Dee dulu ya.”
“Kalo bosen ngapain gue ngajak lo. haha. Yaelah pake diomongin segala. Lo kayak nggak punya pendirian aja deh.”
“Yee, bukan gitu Fen, gue kan rutinitasnya weekend ketemu dia, karena emang bisa ketemunya sabtu minggu doang. Terus sekarang tiba-tiba nggak bisa kan aneh Fen.”
“Haha, udahlah, lo langsung aja cabut, bilang aja lo mau ada acara kantor kan beres.”
“Bisa sih. Yaudah ntar pokoknya gue atur. Lo mau kemana emangnya?”
“Gue mau ke pantai Ja.”
“Pantai? Ke ancol aja yuk?”
“Hiiiiih..norak lo. masa ke ancol? Apa yang mau dinikmatin item gitu air dan pasirnya.”
“Haha becanda gue Fen. Ke Anyer aja mau nggak?”
“Hmmm boleh aja. Bisa tuh.”
“PP aja ya, subuh pergi, sore pulang.”
“Yah, capek kali Ja. apaan dah. Nginep aja. Cari penginapan disana.”
“Diiih. Mau banget lo nginep sama gue?”
“Yah daripada gue sendirian. Haha.”
“Haha. Fen, ntar lo gue apa-apain mau lo?”
“Awas lo ya ngapa-ngapain gue. hehe.”
“Makanya, nggak usah nginep.”
“Nginep Ija.”
“Yaudah Nginep. Ntar lo coba browsing dulu ya. Gue abis ini mau cabut, ada kerjaan lapang nih.”
“Oh iya? Yaudah deh ntar gue coba browsing ya.”
--
Waktu kerja sudah hampir selesai, mendekati jam 17.00, Feni tiba-tiba nyamperin meja gue. gue waktu itu mejanya masih share sama beberapa orang. Berhadapan gitu lah. Terus sebelah-sebelah gue juga ada orang.
“Abis ini lo mau kemana?” katanya tiba-tiba.
“Nggak kemana-mana, gue aja baru pulang abis dari lapang tadi.” kata gue.
“Hmm..mau nonton nggak?”
“Nonton bioskop?”
“Iya…mau nggak?”
“Nggak apa-apa sih. Ayo aja.”
“Yaudah abis ini ya, sebentar lagi kan kita pulang nih.”
“Oke deh Fen. Paling gue ganti baju dulu ya ntar, mampir kekostan bentar.”
“Oke Ija. Ntar kita bareng deh dari sininya kekostan lo ya.”
Gue Cuma senyumin aja. Gue tau ada beberapa teman gue yang lebih tua sedikit dari gue dan beberapa bapak yang kepoin gue.
“Beuh, sama-sama anak baru akrabnya cepet bener Ja.” kata Marwan.
“Iya nih, kita nggak kebagian. Haha.” Ledek Pak Bahrun.
“Ja, gimana caranya biar Feni bisa deket sama kita juga? Dia kan yang bening diantara cewek-cewek yang ada disini. Dari 5 orang cewek, 2 doang yang muda, si Feni sama si Ratna.” Sahut Erik.
“Haduh apaan sih kalian ini. Haha. Gue sama Feni itu temenan doang, dan emang asyik aja diajak ngobrol. Kalo kalian mau deket sama dia, ya bikin asyik ngobrolnya. Hahaha.” Kata gue merasa menang.
“Nah itu, ngobrol asyik gue udah pernah coba, malah dikata sok asik sama dia.” Ujar Marwan.
“Hooh, kalau sama saya, malah Cuma cengar cengir doang dia.” Tambah Pak Bahrun.
“Apalagi gue, udah pendek, dekil lagi, nggak akan diliat sama dia.” Kata Erik.
“Yaaah, itu berarti amal ibadah bro-bro semua disini yang kurang. Hahaha.”
Lalu semua pada tertawa. Empat orang inilah selain Feni yang dekat dengan ane dikantor. Sebenernya ada general manager yang dekat dengan gue, bahkan sudah tau gue dari kecil. Dia baru aja dipindahtugaskan dari kantor Papa yang utama ke kantor ini.
Pada saat perkenalannya dia sempat kaget liat gue, tapi tetap tenang. Dia baru aja masuk senin kemarin. Namanya Mas Sigit. Mas Sigit, atau dulu gue nyebutnya Om Sigit waktu kecil, sebenernya dia nggak terlalu tua, Cuma lumayan jauh beda umurnya sama gue.
Waktu kerja sudah selesai, akhirnya gue dan Feni balik dari kantor barengan dan lumayan mencuri perhatian. Bodo amat. Haha. Soalnya biasanya gue dan Feni selalu sendiri-sendiri kalau keluar dari kantor, mau pulang kantor atau keluar makan siang. Baru pas diluar barengan. Ini semua demi kemaslahatan. Takut dikantor pada ngomongin. Dan bener aja baru liat gue keluar dari kantor barengan Feni, orang pada rame.
“Ja orang-orang pada heboh tuh.” Kata Feni.
“Biarin aja lah Fen. Haha.” Kata gue.
“Banyak gosip nih ntar, males gue.”
“Ya biarin aja, toh gue sama lo nggak ada apa-apa kan.”
Feni diam aja sambil melihat kebelakang, kearah gedung kantor. Feni semakin mendapatkan popularitas karena langkanya makhluk betina muda dan cihuy dikantor gue. Haha. Udah gitu anaknya kan supel, jadi gampang bikin lawan jenis jatuh hati. Termasuk gue.
Walaupun gue udah mulai besar sayangnya sama Dee, gue masih jatuh hati sama Feni. Walaupun udah nggak kayak waktu pertama kali gue kenal dia.
“Masuk dulu yuk Fen.”
“Oke Ja. Duh gue selalu seneng deh kalau kekostan lo ini, rapi banget Ja. Mana selalu wangi lagi. Lo nggak ngerokok sih ya, makanya jadi rapi tu kostan ini ga ada bekas abu rokok berantakan dimana-mana.”
“Iya dong, kebersihan kan sebagian dari iman, dan gue praktekin. Daripada orang-orang yang suka teriak-teriak beriman dan ngejudge orang sembarangan, tapi sendirinya jorok, bau badan karena ga pake wangi-wangian, dan kalau ibadah kadang pake baju yang udah dipake seharian dengan alasan masih bersih. Ya elaaaah.” tiba-tiba gue nyaut begitu aja.
“Huss jangan kayak gitu, gue biar kata nggak pernah salat juga kalau ngata-ngatain kayak gitu mikir juga Ja.”
“Gue nggak ngatain, gue bicara fakta Fen. Dikampus gue banyak tuh yang kayak gitu, bahkan musola dikampus gue banyak yang bau kaki, sajadahnya juga bau apek. Anjir amat. Kayak gitu yang mau diajak jadi mualaf bisa-bisa mikir dua kali kan Fen.”
“Hmmm..ada benernya juga sih. Tapi yaudah ya jangan ngomongin kayak ginian lagi, males gue dengernya kalau lo ngomong soal ginian. Haha.”
“Haha ya kan gue emang bacot orangnya Fen. Mau gimana.”
“Udeeeeh sono ganti baju.”
Gue mengganti baju didepan Feni dan nggak ada reaksi berlebihan. Pas ganti celana baru dia rada teriak. Haha.
“Eeeh, lo nggak berasa ada gue disini?”
“Haha ya berasa, tapi gimana? Mau lo liat kemanapun tetep keliatan, ruangan ini kan kecil. Haha.”
“Bodo amat Ja.” Katanya ketus lalu berbalik badan.
Setelah selesai, gue memakai kaos warna merah, topi, kacamata minus dan juga celana pendek selutut. Gaya kaosan dan celana selutut serta bertopi ini gue tiru dari Papa. Gue pun entah kenapa nyaman banget dengan gaya seperti ini sampai sekarang. Bedanya kadang pakai topi, kadang nggak kalau sekarang. Semprotan parfum membuat kamar gue menjadi semakin wangi. Lalu gue dan Feni siap untuk nonton.
“Yuk. Gue udah keren kan?”
“haha iya, lo makin muda aja, berasa masih kuliah. Haha. Berasa jalan sama brondong gue.”
“Jadi lo merasa tua? Hahaha.”
“Heh, gue masih muda tauk. Cuma gue pakai setelan ngantor gini aja.”
“Iya jadi keliatan tua. Hahaha.”
“Ijaaaa…..” Feni kemudian mencubit perut gue kenceng banget.
“Kebiasaan ya, orang pendek kalau nyubit nyelekit banget anjir.”
“bodo amat. Gue nggak tua pokoknya.”
“Yaudah pake kaos gue, kaos gue kan pada ngepas dibadan, pasti juga nggak akan kegedean di lo.”
“Beneran ga apa-apa gue minjem kaos lo?”
“yaelah santai aja Fen. Tuh lo pilih aja.” Gue nunjuk lemari kecil tempat gue menyimpan pakaian.
“Gue pinjem kamar mandi lo.” Katanya.
“Silakan. Tapi apa nggak disini aja? Biar gue bisa liat.”
“jangan ntar lo ngac*ng.” katanya santai.
“Haha anjir bocor juga lo Fen.”
Dia pun masuk ke kamar mandi. Setelah keluar, gue melihat dia memakai kaos yang sangat memiliki memori. Plus dia jadi keliatan makin cakep.
Kaos ini adalah kaos couple yang gue beli buat samaan sama Keket *alay banget*. Dan gue langsung melihat sosok Keket didepan gue. Yang membuat gue sadar itu bukan Keket adalah tinggi badannya. Keket masa iya jadi bantet. Haha.
“Kok pas banget Ket?” gue nyeletuk.
“Hah? Ket? Siapa tuh?” kata Feni.
“Eeeh..maksud gue Fen. Haha. Sori.”
“Hmmm gue tau, ini pasti baju ada kenangannya dengan mantan lo.”
“Hehe iya, tau aja lo. Eh udah yuk, ntar kemaleman.”
“Kalo kemaleman tinggal nginep disini aja gue, susah banget si lo mikirnya Ja.”
“Haha, gue peringatin, kalau lo nginep disini, lo ga akan selamet. Pasti gue apa-apain.”
“Gue bisa tahan kok. Tenang aja.” Ujar Feni serius.
“Nggak yakin gue. Hehe.”
“Udah yuk ah. Ngobrol mulu.”
Kami berangkat ke bioskop salah satu mall dekat sana. Sebelumnya kami makan dulu ngisi perut. Mall itu ramai banget, maklum diakhir bulan kan udah pada gajian tuh ya, termasuk gue. Hehe. Setelah makan dan ngobrol ringan di resto buat ngabisin waktu, kami beranjak ke dalam bioskop. Cukup rame karena emang filmnya juga hits waktu itu.
Kami emang akhirnya pulang malem banget dan Feni memutuskan untuk bermalam di kostan gue. Yaudah nggak masalah sih gue juga. Dia juga meminjam kaos tidur gue yang bikin adem. Dia juga minjem celana pendek gue.
Uniknya, dia ternyata bawa kosmetik untuk perawatan malam hari, katanya kebiasaan bawa kosmetik kayak gitu kemana-mana. Jangan-jangan emang sengaja ini. Haha.
“Ja kasur lo nyaman banget ya.” Katanya singkat sambil tiduran dikasur gue.
itkgid dan 30 lainnya memberi reputasi
31
Tutup