Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2
Selamat Datang di Thread Gue 


Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 2

Trit Kedua ini adalah lanjutan dari Trit Pertama gue yang berjudul Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] - SEASON 1 . Trit ini akan menceritakan lanjutan pengalaman gue mencari muara cinta gue. Setelah lika liku perjalanan mencari cinta gue yang berakhir secara tragis bagi gue pada masa kuliah, kali ini gue mencoba menceritakan perjalanan cinta gue ketika mulai menapaki karir di dunia kerja. Semoga Gansis sekalian bisa terhibur ya


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI GANSIS READER TRIT GUE. SEBUAH KEBAHAGIAAN BUAT GUE JIKA HASIL KARYA GUE MENDAPATKAN APRESIASI YANG LUAR BIASA SEPERTI INI DARI GANSIS SEMUANYA.


AKAN ADA SEDIKIT PERUBAHAN GAYA BAHASA YA GANSIS, DARI YANG AWALNYA MEMAKAI ANE DI TRIT PERTAMA, SEKARANG AKAN MEMAKAI GUE, KARENA KEBETULAN GUE NYAMANNYA BEGITU TERNYATA. MOHON MAAF KALAU ADA YANG KURANG NYAMAN DENGAN BAHASA SEPERTI ITU YA GANSIS


SO DITUNGGU YA UPDATENYA GANSIS, SEMOGA PADA TETAP SUKA YA DI TRIT LANJUTAN INI. TERIMA KASIH BANYAK


Spoiler for INDEX SEASON 2:


Spoiler for Anata:


Spoiler for MULUSTRASI SEASON 2:


Spoiler for Peraturan:


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:31
totok.chantenkAvatar border
al.galauwiAvatar border
nacity.ts586Avatar border
nacity.ts586 dan 78 lainnya memberi reputasi
77
292K
4.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#111
Akhir Perjalanan

Setelah jadian yang nggak terduga tapi menyenangkan itu, gue semakin mencoba mengeksplorasi kebiasan-kebiasaan Dee. Dari mulai gaya bahasanya ketika mengetik chat, tata bahasa dia ketika berbicara, sampai kebiasaannya yang kalau mandi itu minimal waktunya 15 menit.

Hal-hal ini gue lakukan demi bisa mengikuti ritmenya dia. Tapi memang jujur saat baru aja jadian sama dia, rasa sayang gue ke Keket masihlah besar. Juga rasa penasaran gue ke Feni belum luntur sama sekali. Jadi yaudah gue coba berdamai dengan perasaan ini. Gue mulai coba untuk melupakan Keket secara permanen walaupun itu sulit, tapi setidaknya gue coba.

Feni juga akhirnya mencium gelagat yang agak aneh karena gue kemana-mana selalu bareng dia, kecuali kalau gue lagi ada inspeksi ke lapangan baik didalam kota maupun luar kota. Tapi gue coba untuk terus aja dengan gaya gue yang sekarang, gue mau coba jaga jarak dengan Feni.

Entah kenapa gue merasa dia lebih cocok ke gue daripada Dee sebenernya. Sepertinya juga gayung bersambut kan. Karena intensitas ketemu kita tiap hari yang terus menerus kayaknya bikin Feni juga mulai ada rasa sama gue.

Pernah satu hari gue absen karena sakit. Gue ada dikostan aja dan sorenya baru bisa pergi ke dokter. Pulang dari dokter dengan badan yang sempoyongan karena lemas, Feni udah ada didepan kostan gue. Dia bawain buah-buahan segar yang tinggal dimakan aja. Pas gue tanya kenapa dia kok care banget sama gue, dia pasti jawab “soalnya lo kan temen deket gue dikantor”. Selalu kayak gitu. Ini gue udah nyium gelagat kayaknya dia ada perasaan sama gue. Tapi gue malah berusaha ngejauh aja.

Masuk ke bulan April, kegiatan ngeband-ngeband gue dimulai kembali. Gue latihan untuk panggungan terakhir bersama Ito yang akan segera berangkat ke Australia karena diterima kerja disana. Latihan band tanpa Ara yang biasanya ikutan nongkrong didalam studio itu aneh banget. Emang udah mulai terbiasa tapi tetep aja aneh. Ara tetap mantau kok, tapi via telepon atau chat.

Latihan di studio malam itu terasa agak berbeda.

“To lo beneran ya mau cabut kesana? Masih agak nggak percaya gue bro.”

Arko memulai pembicaraan.

“Iya bro-bro semua, maafin gue banget. Tapi gue nggak bisa selamanya juga kan disini, toh di band ini komitmennya untuk having fun, bukan diseriusin jadi musisi. Kalau diseriusin mungkin bisa gue pertimbangkan tawaran dari Aussie itu, tapi ini kan nggak.” Kata Ito.

“Lagian kenapa nggak di Indo aja sih lo cari?” kata Drian.

“kalian tau lah gue juga sambil mengejar cinta gue. Gue akan perjuangkan, jangan sampai gue kayak Ija yang malah di tinggal nikah sama cewek kesayangannya.” Kata Ito.

“Iya sih, itu nyakitin banget. Bahkan dengan gue udah jadian sama yang baru aja, gue masih mikirin dia (Keket).” Kata gue.

“Coba deh, ceweknya si Ija yang sekarang kalo dibanding sama Keket mending mana?” tanya Ito.

“keket!” semua menjawab kompak. Kami semua tertawa.

Band ini udah merupakan keluarga kedua bagi kami. Jadi hilang satu bukannya nggak bisa diganti, bisa, tapi chemistry yang kami bangun bertahun sejak SMA atau jalan 8 tahun itu nggak mudah untuk diganti. Kami sempat berpikir akan maju terus tanpa Ito, tapi menggunakan additional seperti bassist kami. Entah bagaimana kami semua sepakat untuk nggak mikir sampai kesana dulu.

“Kita juga sekarang kan udah pada kerja, waktu kita nggak bakalan seragam lagi. Ini yang bakal jadi tantangan buat kita kedepannya. Tapi gue nggak mau band ini bubar. Gue pilih kita vakum dulu.” Kata gue.

Semua mengangguk setuju dengan keputusan ini. Berat banget. Ya. Nggak kerasa gue menitikkan air mata dan yang lain juga begitu. Kami berpelukan satu sama lain di dalam studio sebelum keluar beres-beres alat kami yang super banyak.

“Panggungan terakhir kita harus maksimal ya. Sekalian nanti kita buat pengumuman kalau salah satu member kita akan berangkat keluar negeri dan sekaligus membuat band ini vakum untuk sementara waktu.” Kata gue.

“kita ga boleh kecewain penonton yang udah mau bela-belain nonton kita, dukung kita selama ini dan teman-teman dekat kita yang udah banyak bantu band ini. Biar puas semuanya ya.”

--

Hari H manggung sudah tiba. Panggungan di kampus tetangga dari kampus ane ini merupakan acara komunitas jepang-jepangan. Jadinya ya lagunya full lagu jepangan semua. Biar agak berbeda, ketika orang-orang berdandan harajuku style atau visual kei, kami malah berdandan ala penyanyi-penyanyi country. Pakai kemeja kotak-kotak semua dengan celana jeans. Gue juga memakai topi ala tompi gitu plus kacamata hitam. Haha.

Kami menjadi penampil utama kala itu. Membawakan lima buah lagu untuk menghibur para penonton yang datang. Penonton begitu antusias dengan panggungan ini. Walaupun nggak sebanyak penonton di event umum, tapi untuk acara jepangan yang sangat sedikit penyelenggaranya di kota ini, yang datang cukup banyak. Ada anak SMP, SMA, kuliah bahkan bapak-bapak atau ibu-ibu.

Ketika turun kami benar-benar terlarut dalam emosi yang sangat besar. Kami berpelukan sangat lama dibackstage. Melepas salah satu keluarga kami pergi merupakan saat yang sangat berat. Tapi hal itu udah nggak bisa dihindarkan lagi. Momen-momen itu juga di abadikan oleh Dee yang kala itu memegang kamera milik Drian.

“Walaupun kita sehabis ini vakum, kita harus tetep keep contact ya kawan.” Kata Ito.

“iya dong, kita ini keluarga dan sampai kapanpun akan jadi keluarga.” Kata gue.

“Gue berpikir nama band kita ini ya hanya untuk formasi ini. Ketika nanti kita kembali untuk sama-sama ngeband lagi tapi salah satu dari kita nggak ada, nama band harus ganti, gimana?” kata Drian.

“Ya gue setuju banget.” Kata Arko.
Ito kemudian menelpon Ara dan di loud speaker. Terdengar Ara sesenggukan disebrang sana. Masih nggak percaya dua orang keluarga besar band ini harus cabut, dirinya sendiri dan sekarang Ito.

Suasana haru menyelimuti backstage band. Gue udah menjelaskan bagaimana perjalanan band ini dari awal sampe saat itu, dan semua seluk beluk suka cita duka lara yang kami lewati bersama.

“Aku terharu banget yank. Beneran deh.” Kata Dee sambil menyeka air matanya.

“Kebayang kan gimana kalau ada di posisi kami sekarang?” kata gue.

Dee hanya mengangguk. Dia juga larut dalam keharuan dibackstage ini.

Suasana benar-benar melow abis saat itu. Lalu gue memutuskan keluar dan coba menenangkan diri. Tiba-tiba dicoleklah gue dari belakang.

“Eh Dinar. Apa kabar lo? Haha. Kok lo ada disini?” kata gue.

“haha iya Ja. Gue kebetulan ikutan tim dance disini, lagi nggak sama band. Dan rumah gue aslinya daerah sini kan. Gue juga sekolah disini. Cuma kadang gue suka ke Jakarta atau Bandung, dan cita-cita gue emang mau lanjut kuliah dibandung.” Kata Dinar.

“Surprise banget yak. Haha. Ketemu di tempat yang nggak terduga. Lo dance berapa orang disini?”

“Gue bertiga, tapi gue dateng sama beberapa temen lain. Btw lo bawain GazettE juga? Soalnya anak-anak demen banget sama itu band.”

“oh iya? Pada nonton dong berarti? Hehe.”

“Iya, makanya gue langsung tau ada lo disini.”

“Haha makasih ya Din. Tapi ini jadi panggungan terakhir band gue, abia ini mau vakum dulu.”

“Lah kenapa?”

“Gitaris gue si Ito mau cabut ke Aussie, dan kita sepakat untuk vakum dulu karena selain itu juga kita kan juga pada baru mulai kerja.”

“Yah sayang banget. Emang ga bisa disambi?”

“Bisa aja, cuma kami mau konsentrasi
dulu ke kerjaan masing-masing dan kehilangan satu anggota tubuh itu kan nggak enak, ya kan?”

“Hmm iya juga sih.”

“Begitulah Din. Eh nomer lo masih yang sama kan?”

“Masih..kenapa emang?”

“Ya ntar gampang lah gue kontak kalau lo mau ya.”

“Ya mau lah. Why not?”

“Oke deh Din. Lo backstagenya dimana?”

“Tuh disebelah sana..”

Dia menunjuk ke satu ruangan.

“Oke deh. Sip. Sampe ketemu lagi ya Din.”

“Kontak-kontak ya Ja.”

“Haha. Siap Din.”

--

Kami mengantar Ito sampai ke bandara. Disana juga ada bapak ibunya Ito, beserta dua kakak perempuan dan suami mereka masing-masing. Ito berangkat pada hari minggu sore.

Suasana haru tapi senang terpancar dari sorot mata keluarganya. Kami yang berdiri berdampingan dengan mereka juga mereka haru dan sangat kehilangan.

“Hati-hati disana bro.” kata gue sambil memeluknya

“Lo juga baik-baik disini. Take care band ini dengan baik, lo yang pimpin semuanya. Cari manajer baru kalau Ara belum mau balik.” Kata Ito.

“Siap bro. Tapi saat ini kita stop dulu kegiatan band-bandan ini ya.”

“Kita bakal kangen banget sama lo bro.” Drian menimpali.

“Lo sih ah, segala pake cabut. Haha.” Kata Arko berusaha mencairkan suasana.

Setelah itu kami saling bergantian memeluk Ito. Nggak kerasa air mata kami menetes semua. Haru banget. Lalu kami mengobrol dengan keluarganya sebentar sambil menunggu dia masuk kedalam.

Detik keberangkatan Ito udah tiba. Akhirnya dia masuk dan melambaikan tangan ke kamu semua. Meninggalkan segala kenangan bersama selama kurang lebih 8 tahun. Bersama kami membangun band ini selama itu, jungkir balik, jatuh bangun, hinaan, pujian, semua kami lewati bareng-bareng. Belum lagi intrik internal kayak beda pendapat, saling tuding, saling marah, saling ngambek, dan ujungnya tetap saling memaafkan dan kompak lagi, kami lewati bersama-sama.

Sungguh sebuah ikatan keluarga kedua yang kami rasakan dalam band ini. Makanya kami memutuskan untuk rehat dulu. Untuk menemukan ritme kembali dimasa depan, atau kembali dengan formasi dan konsep baru.

Entahlah.
trikarna
sampeuk
itkgid
itkgid dan 34 lainnya memberi reputasi
35
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.